Sifat prooksidan dan antioksidan vitamin c dan teh hijau pada sel khamir Candida sp. berdasarkan peroksidasi LIPID

SIFAT PROOKSIDAN DAN ANTIOKSIDAN VITAMIN C DAN
TEH HIJAU PADA SEL KHAMIR Candida sp.
BERDASARKAN PEROKSIDASI LIPID

AGUS TRI YOMES

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

2

Hidup selalu optimis, penuh perjuangan, kesabaran dan raih ilmu
untuk cita-cita yang gemilang

Dipersembahkan Untuk Mama, Papa, Tetah, Uda Dan Semua Orang
Yang Cinta Ilmu Pengetahuan

3


ABSTRAK
AGUS TRI YOMES. Sifat Prooksidan dan Antioksidan Vitamin C dan Teh Hijau
pada Sel Khamir Candida sp. Y390 Berdasarkan Peroksidasi Lipid. Dibimbing
oleh NORMAN R. AZWAR dan HEDDY JULISTIONO.
Khamir Candida sp. dapat digunakan sebagai alat yang handal untuk
penelitian sifat zat prooksidan dan antioksidan di tingkat sel karena pekerjaannya
mudah, sederhana, dan hasilnya cepat diperoleh. Peroksidasi lipid adalah proses
penguraian lipid pada sel yang membentuk molekul lebih sederhana dan stabil.
Proses tersebut diakibatkan oleh serangan radikal bebas seperti radikal hidroksil,
alkoksil, peroksil dan lain-lain. Peroksidasi lipid pada sel khamir dapat dihambat
dengan penambahan antioksidan seperti vitamin C dan teh hijau. Meskipun kedua
senyawa ini dikenal sebagai antioksidan, namun dapat memiliki sifat prooksidan
dan yang berefek negatif terhadap sel sehat. Penelitian ini dilakukan untuk
mempelajari sifat pro- dan antioksidan pada sel khamir dengan mengukur jumlah
malondialdehida (MDA) sebagai hasil dari proses penguraian lipid. Sifat
prooksidan atau antioksidan dari suatu zat berturut-turut ditandai dengan
peningkatan atau penghambatan dari jumlah MDA pada sel.
Etanol menyebabkan peroksidasi lipid dan kematian sel pada Candida sp.
Vitamin C dan ekstrak air panas teh hijau meningkatkan peroksidasi lipid pada sel

khamir yang sehat. Penambahan konsentrasi vitamin C 1,2 mg/mL dan ekstrak air
panas teh hijau 2 mg/mL tidak menunjukkan perlindungan melawan peroksidasi
lipid pada sel khamir yang disebabkan oleh etanol 17,5% (v/v). Tetapi
penambahan konsentrasi vitamin C 0,02 mg/mL dan ekstrak air panas teh hijau
1,4 mg/mL menurunkan peroksidasi lipid pada sel khamir yang disebabkan oleh
etanol 1% (v/v). Data ini mengindikasikan bahwa vitamin C dan teh hijau dapat
menjadi prooksidan pada sel sehat, tetapi bersifat antioksidan pada sel khamir
yang diperlakukan dengan etanol pada konsentrasi tertentu.

4

ABSTRACT
AGUS TRI YOMES. Prooxidant and Antioxidant Properties of Vitamin C and
Green tea in Candida sp. Y390 Based on Lipid Peroxidation. Under the direction
of NORMAN R. AZWAR and HEDDY JULISTIONO.
Yeast Candida sp. can be used as a powerful tool to investigate prooxidant
and antioxidant properties of substance in cell level, since its manipulation is easy,
simple, and rapid. Lipid peroxidation is lipid-decomposing process in cells to
produce stable and simple molecules. This is triggerd by free radicals such as:
hydroxyl radicals, alkoxyl, peroxyl, etc. Lipid peroxidation in yeast cell can be

inhibited by antioxidant addition such as: vitamin C and green tea. However, these
antioxidants may have prooxidant properties and possible negative effects on
healthy cell. This research had been done to study pro- and antioxidant properties
of vitamin C and green tea based on lipid peroxidation in yeast cell by measuring
malondialdehyde (MDA) as product of lipid-decomposing process. Prooxidant or
antioxidant property of a substance was marked by augmentation or inhibition of
MDA production in the cell respectively.
Ethanol caused lipid peroxidation and cell death in Candida sp. Vitamin C
and hot water extract of green tea increased lipid peroxidation in healthy yeast
cell. The addition of vitamin C 1.2 mg/mL and 2 mg/mL hot water extract of
green tea did not show protection against lipid peroxidation in yeast cell caused by
17,5% (v/v) ethanol. But 0,02 mg/mL vitamin C and 1,4 mg/mL hot water extract
of green tea reduced lipid peroxidation in yeast cell caused by 1% (v/v) ethanol.
The data indicated that vitamin C and green tea could be a prooxidant in healthy
yeast cell, but an antioxidant in yeast cells treated with a certain concentration of
ethanol.

5

SIFAT PROOKSIDAN DAN ANTIOKSIDAN VITAMIN C DAN

TEH HIJAU PADA SEL KHAMIR Candida sp.
BERDASARKAN PEROKSIDASI LIPID

AGUS TRI YOMES

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

6

Judul Skripsi : Sifat Prooksidan dan Antioksidan Vitamin C dan Teh Hijau pada
Sel Khamir Candida sp. Berdasarkan Peroksidasi Lipid

Nama
: Agus Tri Yomes
NIM
: G08400027

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. drh. H. Norman R. Azwar
Ketua

Dr. Heddy Julistiono
Anggota

Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS
NIP. 131473999


Tanggal Lulus:

7

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH
S.W.T. karena hanya dengan izin, karunia, nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini
mempelajari tentang sifat prooksidan dan antioksidan vitamin C dan teh hijau
pada sel khamir Candida sp. berdasarkan peroksidasi lipid.
Karya ilmiah ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Biosistematika dan Genetika Mikroba, Balai Penelitian dan
Pengembangan Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi LIPI, Bogor dan diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains pada program
studi Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Cukup panjang perjalanan yang harus dilalui penulis dalam penelitian dan
penyusunan karya ilmiah ini dan tak mungkin berhasil tanpa bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. drh. H. Norman R. Azwar (Departemen Biokimia) dan

Dr. Heddy Julistiono (Mikrobiologi, LIPI) selaku pembimbing, atas saran dan
bimbingannya selama penelitian sampai penulisan karya ilmiah ini selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Nery, Ibu Erna, Pak Indarto,
serta seluruh staf Balitbang Bidang Mikrobiologi LIPI atas segala bantuannya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Mama, Papa, Tetah dan Uda atas segala bantuan dan
doanya dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada
teman-teman Biokimia ’37 terutama Yayu dan Khamda serta Teh Ratih, Mela,
Dian dan Fatkur atas segala bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini sangat sederhana dan belum
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang
berkepentingan. Amin.

Bogor, April 2006

Agus Tri Yomes

8


RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra dari keluarga Bapak Usman dan Ibu Murtina dilahirkan
di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1982. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.
Riwayat pendidikan penulis diawali di SDN 04 Petang Makasar Jakarta dan
lulus pada tahun 1994. Pada tahun itu pula penulis melanjutkan ke SMPN 214
Halim Perdana Kusuma Jakarta dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2000
penulis tamat dari SMU Islam Panglima Besar Jenderal Sudirman Jakarta dan
melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan
Saringan Masuk IPB) dengan mengambil program studi Biokimia.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum
Biologi Dasar tahun ajaran 2003/2004. Penulis juga telah mengikuti praktek kerja
lapang yang dilaksanakan di Laboratorium Direktorat Pengawasan dan
Pengendalian Mutu Barang Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebagai
tenaga pengawas kualitas bahan pangan pada tepung terigu untuk ekspor dan
impor.
Untuk memenuhi salah satu syarat sebagai Sarjana Sains IPB, penulis
melakukan penelitian dengan judul Sifat Prooksidan dan Antioksidan Vitamin C
dan Teh Hijau pada Sel Khamir Candida sp. Berdasarkan Peroksidasi Lipid di
bawah bimbingan Prof. Dr. drh. H. Norman R. Azwar dan Dr. Heddy Julistiono.


9

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA
Khamir (Candida sp.) ..................................................................................
Stres Oksidatif .............................................................................................
Dampak Stres Oksidatif ...............................................................................
Malondialdehida (MDA) .............................................................................
Prooksidan dan Antioksidan ........................................................................
Vitamin C (Asam Askorbat) ........................................................................
Teh Hijau (Camellia sinensis) .....................................................................

1
2

3
3
4
5
5

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................ 5
Metode Penelitian ........................................................................................ 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Konsentrasi Etanol dan Vitamin C terhadap Peroksidasi
Lipid pada Pelet .......................................................................................... 8
Pengaruh Vitamin C, Teh Hijau dan/atau Etanol terhadap Peroksidasi
Lipid pada Pelet Sel ..................................................................................... 8
Penentuan Konsentrasi Vitamin C, Teh Hijau dan Etanol terhadap
Peroksidasi Lipid pada Suspensi Sel ........................................................... 9
Pengaruh Vitamin C, Teh Hijau dan/atau Etanol terhadap Peroksidasi
Lipid pada Supernatan Sel ........................................................................... 10
Pengaruh Vitamin C, Teh Hijau dan/atau Etanol terhadap Peroksidasi
Lipid pada Suspensi Sel ............................................................................... 11

Pengaruh Vitamin C, Teh Hijau dan/atau Etanol terhadap Viabilitas Sel ... 12
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16

10

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Metabolisme senyawa-senyawa radikal bebas ................................................ 2
2 Sasaran kerusakan radikal bebas ..................................................................... 3
3 Komposisi standar MDA ................................................................................ 6
4 Efek vitamin C terhadap peroksidasi lipid pada pelet sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 9
5 Efek teh hijau terhadap peroksidasi lipid pada pelet sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 9
6 Efek vitamin C terhadap peroksidasi lipid pada supernatan sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 11
7 Efek teh hijau terhadap peroksidasi lipid pada supernatan sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 11
8 Efek vitamin C terhadap peroksidasi lipid pada suspensi sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 12
9 Efek teh hijau terhadap peroksidasi lipid pada suspensi sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 12
10 Efek vitamin C terhadap viabilitas sel khamir Candida sp. yang
diinkubasi etanol ............................................................................................. 12
11 Efek teh hijau terhadap viabilitas sel khamir Candida sp.
yang diinkubasi etanol .................................................................................... 13

11

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Sel Khamir Candida sp. .................................................................................. 2
2 Struktur kimia malondialdehida ...................................................................... 4
3 Struktur kimia kompleks MDA-TBA ............................................................. 4
4 Struktur kimia vitamin C................................................................................. 5
5 Struktur kimia flavonoid ................................................................................. 5
6 Efek konsentrasi etanol terhadap peroksidasi lipid pada pelet sel khamir
Candida sp. ..................................................................................................... 8
7 Efek konsentrasi vitamin C terhadap peroksidasi lipid pada pelet sel
khamir Candida sp. ......................................................................................... 8
8 Efek konsentrasi vitamin C terhadap peroksidasi lipid pada suspensi sel
khamir Candida sp........................................................................................... 10
9 Efek konsentrasi teh hijau terhadap peroksidasi lipid pada suspensi sel
khamir Candida sp. ......................................................................................... 10
10 Efek konsentrasi etanol terhadap peroksidasi lipid pada suspensi sel
khamir Candida sp........................................................................................... 10

12

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tahapan penelitian .......................................................................................... 17
2 Populasi rerata biakan sel khamir Candida sp. ............................................... 18
3 Kurva standar malondialdehida....................................................................... 18
4 Pengukuran peroksidasi lipid pada pelet sel terhadap konsentrasi etanol....... 18
5 Pengukuran peroksidasi lipid pada pelet sel terhadap konsentrasi
vitamin C ......................................................................................................... 19
6 Pengukuran peroksidasi lipid pada pelet sel terhadap penambahan
vitamin C dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ............................... 19
7 Pengukuran peroksidasi lipid pada pelet sel terhadap penambahan
teh hijau dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ................................. 19
8 Pengukuran peroksidasi lipid pada suspensi sel terhadap konsentrasi
etanol ............................................................................................................... 20
9 Pengukuran peroksidasi lipid pada suspensi sel terhadap konsentrasi
vitamin C ......................................................................................................... 20
10 Pengukuran peroksidasi lipid pada suspensi sel terhadap konsentrasi
teh hijau ........................................................................................................... 20
11 Pengukuran peroksidasi lipid pada supernatan sel terhadap penambahan
vitamin C dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ............................... 21
12 Pengukuran peroksidasi lipid pada supernatan sel terhadap penambahan
teh hijau dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ................................. 21
13 Pengukuran peroksidasi lipid pada suspensi sel terhadap penambahan
vitamin C dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ............................... 21
14 Pengukuran peroksidasi lipid pada suspensi sel terhadap penambahan teh
hijau dan/atau etanol yang diinkubasi selama 1 jam ....................................... 22
15 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada pelet sel yang diberi
vitamin C dan/atau etanol dengan metode ANOVA ....................................... 22
16 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada pelet sel yang diberi teh hijau
dan/atau etanol dengan metode ANOVA ........................................................ 22
17 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada supernatan sel yang diberi
vitamin C dan/atau etanol dengan metode ANOVA ....................................... 23
18 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada supernatan sel yang diberi
teh hijau dan/atau etanol dengan metode ANOVA ......................................... 23
19 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada suspensi sel yang diberi
vitamin C dan/atau etanol dengan metode ANOVA ....................................... 24

13

20 Hasil pengolahan data peroksidasi lipid pada suspensi sel yang diberi
teh hijau dan/atau etanol dengan metode ANOVA ......................................... 24
21 Viabilitas sel khamir Candida sp.yang diberi vitamin C dan/atau etanol
yang diinkubasi selama 1 jam ......................................................................... 25
22 Hasil pengolahan data viabilitas sel khamir Candida sp. yang diberi
vitamin C dan/atau etanol dengan metode ANOVA ....................................... 25
23 Viabilitas sel khamir Candida sp. yang diberi teh hijau dan/atau
etanol yang diinkubasi selama 1 jam .............................................................. 26
24 Hasil pengolahan data viabilitas sel khamir Candida sp. yang diberi
teh hijau dan/atau etanol dengan metode ANOVA ......................................... 26
25 Rumus dan perhitungan .................................................................................. 27

PENDAHULUAN
Prooksidan dan antioksidan merupakan
dua sifat zat tertentu di dalam sel. Keduanya
memiliki peran dan fungsi yang berbeda.
Prooksidan merupakan sifat senyawa yang
dapat mendorong oksidasi pada komponen sel
yang melibatkan senyawa radikal bebas dan
berujung terjadinya reaksi rantai sedangkan
antioksidan merupakan sifat senyawa yang
dapat melindungi sel dari efek berbahaya
radikal bebas oksigen reaktif.
Menurut Connors et al. (1992), radikal
bebas adalah senyawa kimia yang memiliki
elektron tidak berpasangan dan bersifat sangat
reaktif sehingga mengakibatkan kerusakan
struktur sel. Sumber spesies oksigen reaktif
(ROS, Reactive Oxygen Species) atau radikal
bebas dibagi dua yaitu dari dalam tubuh dan
luar tubuh. Sumber dalam tubuh biasanya
merupakan produk samping metabolisme
seperti radikal anion superoksida (O2•‫)־‬,
hidrogen peroksida (H2O2), radikal hidroksil
(OH•‫)־‬, radikal alkoksil (RO•‫)־‬, radikal
peroksil (ROO•‫)־‬, dan radikal oksida nitrit
(NO•‫ )־‬sedangkan sumber luar tubuh yaitu
berasal pencemaran lingkungan. Senyawasenyawa tersebut dapat bereaksi dengan
molekul-molekul hayati terutama pada sel dan
pada jaringan yang luka atau rusak.
Etanol merupakan senyawa prooksidan.
Metabolisme etanol secara nyata berefek
sangat bahaya karena menimbulkan radikal
bebas yang mendorong peroksidasi lipid sel
(Skrzdlewska et al. 2004). Radikal bebas ini
dapat mengubah struktur dan fungsi sel
sehingga mengubah peranan dan mekanisme
sel tersebut, dan akhirnya dapat meningkatkan
kerusakan oksidatif (Kato et al. 1990 dan
Nordmann 1994).
Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan
obat yang melimpah dan digunakan secara
turun-temurun di kalangan masyarakat. Salah
satu di antaranya, penggunaan teh hijau untuk
minuman yang berkhasiat sebagai antioksidan.
Selain itu, penggunaan vitamin seperti vitamin
C sebagai pencegahan penyakit telah lama
digunakan dan saat ini vitamin C telah
diproduksi secara sintetis dalam skala industri.
Untuk melihat sifat antioksidan atau
prooksidan suatu senyawa maka perlu
penelitian di tingkat sel. Penggunaan sel
khamir sebagai model dapat menjelaskan
beberapa tipe kematian sel, seperti peroksidasi
lipid (Manon 2004). Sedangkan menurut
Costa et al. (1997) bahwa sel khamir dapat
menjelaskan mekanisme antioksidan secara

enzimatik yang disebabkan oleh stres oksidatif
etanol. Selain itu, penggunaan sel khamir
sebagai model karena memiliki keuntungan
yaitu mudah didapat dan diisolasi serta biaya
penelitian yang murah dan cepat. Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya, Lisnawati (2004)
menjelaskan bahwa penambahan vitamin C
dan teh hijau pada sel khamir dapat
menurunkan viabilitas sel bila tidak dikenai
stres etanol dan meningkatkan viabilitas sel
ketika diberi stres etanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sifat prooksidan dan antioksidan senyawa
vitamin C dan teh hijau terhadap sel khamir
Candida sp. berdasarkan peroksidasi lipid sel
yang dikenai stres etanol atau tidak. Hipotesis
yang dikemukakan yaitu vitamin C dan teh
hijau dapat bersifat prooksidan, yakni
meningkatkan jumlah malondialdehida pada
peroksidasi lipid sel yang tidak dikenai
cekaman oksidatif, namun dapat juga bersifat
antioksidan yakni menurunkan jumlah
malondialdehida pada peroksidasi lipid sel
yang mengalami cekaman oksidatif oleh
etanol. Manfaat yang diharapkan yaitu
meningkatnya kemungkinan penggunaan sel
khamir Candida sp. sebagai model sederhana
untuk pengujian peroksidasi lipid sel serta
pengujian khasiat obat-obatan tradisional
maupun sintetis yang berkhasiat sebagai
antioksidan secara murah dan cepat.

TINJAUAN PUSTAKA
Khamir (Candida sp.)
Khamir termasuk kelompok jamur yang
banyak dimanfaatkan oleh manusia saat ini
terutama dalam pembuatan bir, anggur, dan
berbagai jenis produk fermentasi lainnya.
Karakteristik khamir secara luas dipisahkan
oleh habitat alaminya. Umumnya ditemukan
pada daun dan bunga tumbuhan, tanah dan air
laut. Khamir juga dapat ditemukan pada
permukaan kulit dan saluran usus hewanhewan berdarah panas yang hidup sebagai
parasit atau bersimbiosis (Inge 1987).
Menurut Reed dan Nagadowithana (1991),
khamir merupakan mikroorganisme eukariot
bersel satu dan berukuran 5 sampai 20
mikron, bentuknya oval atau bulat tidak
beraturan. Sel khamir memiliki beberapa
organel di antaranya dinding selnya mencapai
25 nm dengan komponen terbesar glukan dan
manan serta terdapat kitin dan protein.
Membran selnya terdiri atas lipid dan protein.

2

Organel lainnya adalah sitoplasma yang
mempunyai badan golgi, inti sel, mitokondria
dan vakuola yang bertindak sebagai tempat
persediaan nutrisi (Berry 1966).
Menurut Barnett et al. (1982) khamir ini
(Gambar 1) mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Hemiascomycetes
Ordo
: Sacharomycetales
Famili
: Cadidaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida sp.

tubuh yaitu reaksi redoks biokimia yang
melibatkan senyawa oksigen. Reaksi ini
terjadi
pada
sebagian
besar
proses
metabolisme sel tubuh normal tetapi oleh
suatu sebab senyawa tersebut terbentuk dalam
jumlah berlebihan. Senyawa yang dihasilkan
dari reaksi redoks ini disebut senyawa oksigen
reaktif yang sebagian berbentuk radikal
(hidroksil, peroksil dan superoksida) dan
sebagian lainnya berbentuk non radikal (asam
hipoklorit dan H2O2). Senyawa oksigen reaktif
dibentuk dari hasil reduksi senyawa oksigen
yang merupakan suatu senyawa yang
diperlukan oleh semua organisme aerobik
untuk menghasilkan ATP. Pada proses
tersebut terjadi reduksi O2 menjadi H2O yang
secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
berikut:
O2 + 4H+ + 4e- → H2O
(pada mitokondria)

Gambar 1 Sel khamir Candida sp.

Stres Oksidatif
Istilah stres oksidatif digunakan untuk
menyatakan keadaan ketidakseimbangan
antara oksidasi dan antioksidasi di dalam
tubuh. Kondisi ini terjadi apabila pertahanan
antioksidan di dalam tubuh tidak betul-betul
efektif sehingga meningkatkan pembentukan
radikal bebas, misalnya kerusakan jaringan
oleh senyawa radikal melalui reaksi rantai.
Aktivitas radikal bebas inilah yang merupakan
penyebab atau mendasari keadaan patologis
(Kartikawati 1999).
Radikal bebas, oksidan adalah molekul
yang mempunyai satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan pada orbital luarnya yang
bersifat reaktif (Connors et al. 1992). Elektron
ini cenderung untuk berpasangan dengan
menarik elektron dari senyawa lainnya
sehingga membentuk radikal baru. Bila reaksi
ini terus berlanjut, maka terjadi reaksi rantai
sampai radikal bebas dihilangkan oleh radikal
bebas lainnya atau sistem antioksidan tubuh
(Ruxton 1994).
X - H + •O - H → H - O - H + X•
Radikal hidroksil

Radikal baru

Senyawa radikal bebas berasal dari
berbagai sumber di antaranya dari dalam

Dari reaksi di atas terlihat bahwa reaksi
reduksi oksigen memerlukan pengalihan
empat elektron secara bertahap. Setiap tahap
hanya melibatkan satu elektron. Proses
pengalihan elektron yang berjalan kurang
sempurna menghasilkan senyawa-senyawa
oksigen reaktif atau radikal yang dapat
merusak sel (Tabel 1). Selain itu, proses
fagositosis yang berperan dalam reaksi
inflamatori terkontrol pada jaringan yang
luka. Proses fagositosis ini menghasilkan
sejumlah besar superoksida (O2-) yang
bertujuan untuk membunuh mikroganisme
asing.
Tabel 1

Metabolisme senyawa-senyawa
radikal bebas (Miller et al. 1993)
Reaksi
Produk
O2 + e- → O2Superoksida
2O2- + 2H+ → O2 + Hidrogen
H2O2
peroksida
2O2 + 2Fe+ → 2FeO + Besi teroksidasi
O2
H2O2 +Fe2+ → Fe3+ + O2 Radikal
hidroksil
+ OH•
OH• + RH atau LH → Asam lemak
atau molekul
H2O + R• atau L•
organik
teroksidasi
Asam lemak
R• + LH → RH + L•
Teroksidasi
L• atau R• + O2 → LO2• Radikal
peroksidasi
atau RO2•

Lipid
LO2 + LH → LHO2
peroksidasi

3

Sedangkan dari luar tubuh yakni sebagai
respon terhadap radiasi (matahari/UV dan
radiasi ionisasi), senyawa pencemar (logam
berat, pestisida, dan toksin), obat-obatan
seperti penisilamin, aktivitas yang berlebihan,
merokok, stres dan hiperoksia (Connors et al.
1992).

Dampak Stres Oksidatif
Komponen terpenting membran sel adalah
fosfolipid, glikolipid, kolesterol dan protein.
Dua komponen pertama mengandung asam
lemak tak jenuh ganda (linoleat, linolenat, dan
arakhidonat) yang peka terhadap serangan
radikal bebas, terutama radikal bebas hidroksil
(Suryohudoyo 1995). Radikal hidroksil dapat
menimbulkan reaksi rantai yang dikenal
dengan peroksidasi lipid.
Peningkatan stres oksidatif menyebabkan
rusaknya komponen sel seperti asam lemak
tak jenuh ganda pada membran sel, protein
seperti enzim dan pengangkut ion membran
DNA (Halliwell et al. 1992). Berikut ini
ditunjukkan pada Tabel 2 beberapa sasaran
kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal
bebas.
Tabel 2
Target
DNA
atau
RNA

Sasaran kerusakan radikal bebas
(Rice-Evan et al. 1991)
Kerusakan
Akibat
Pemotongan
Mutasi;
rantai
kesalahan
deoksiribosa;
translasi,
kerusakan basa, penghambatan
pemutusan
sintesis protein.
rantai.

Protein Penggabungan
dan ikatan
silang,
fragmentasi dan
pematahan,
modifikasi
gugus tiol.

Modifikasi
transpor ion;
meningkatkan
pemasukan
kalsium,
memodifikasi
enzim.

Asam
lemak
tak
jenuh

Mengubah
fluiditas lipid;
mengubah
permeabilitas
membran,
mempengaruhi
enzim yang
terikat pada
membran.

Hasil akhir reaksi ini adalah terputusnya
rantai asam lemak menjadi senyawa yang
bersifat toksik terhadap sel dan jaringan,
antara lain: malondialdehida, 9-hidroksinonenal serta berbagai hidrokarbon seperti
etana dan pentana (Halliwell et al. 1992).
Radikal hidroksil dapat menimbulkan
berbagai perubahan formasi DNA, antara lain
hidroksilasi pada basa timin dan sitosin,
pembukaan inti purin dan pirimidin serta
terputusnya rantai fosfodiester DNA. Namun
bila kerusakan ini terlalu parah, misalnya
terputusnya rantai DNA di berbagai tempat,
maka replikasi gen terganggu dan perbaikan
DNA dapat menimbulkan mutasi. Keadaan ini
disebabkan oleh enzim DNA polimerase
kehilangan ketelitiannya dalam mereplikasi
DNA sehingga sistem perbaikan DNA
cenderung membuat kesalahan. Bila hal itu
terjadi, maka dapat menimbulkan sel kanker
atau disebut proto onkogen (Aruoma 1998).
Kerusakan protein terjadi pada kondisi
stres oksidatif karena senyawa radikal bebas
bereaksi dengan asam-asam amino penyusun
protein (oksidasi protein). Di antara asam
amino penyusun protein yang paling lemah
ikatannya adalah sistein yang mengandung
gugus sulfihidril:
R-SH + OH• → R-S• + H2O
Ikatan disulfida menimbulkan ikatan intra
atau antar molekul protein sehingga protein
kehilangan fungsi fisiologisnya. Kerusakan
oksidatif pada protein in vivo mengganggu
fungsi reseptor sel, enzim, protein transpor
dan dimungkinkan dapat menghasilkan
antigen baru yang menimbulkan respon imun
(Aruoma 1998). Stres oksidatif mempunyai
implikasi luas terhadap berbagai macam
proses penurunan penyakit di antaranya:
arterosklerosis, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer dan kerusakan otak atau hati
(Cotelle 2001).

Malondialdehida (MDA)
Kehilangan
ketidakjenuhan;
formasi dari
metabolit reaktif
(Malondialdehida, 4hidroksinonenal)

Radikal peroksil dapat menyerang seluruh
molekul hayati khususnya molekul asam
lemak. Peroksidasi molekul asam lemak dapat
dihentikan dengan membentuk senyawa stabil
yakni malondialdehida. Senyawa tersebut
dapat membentuk ikatan silang dengan
berbagai molekul dan merupakan penanda
toksisitas sel, mutagenesis, dan penguraian
lipid pada membran sel. Antar senyawa
malondialdehida dapat berpolimerasi dan juga

4

produk penguraian jaringan lain dengan
membentuk pigmen terlarut dan terakumulasi
di dalam jaringan yang sudah tua (Vishwanath
2003). Menurut Pryor et al. (1976) MDA
(Gambar 2) adalah senyawa dialdehida atau
berkarbon tiga yang reaktif merupakan produk
final peroksidasi lipid di dalam membran sel.
MDA dalam material hayati terdapat dalam
bentuk bebas atau membentuk ikatan
kompleks dengan unsur lainnya di dalam
jaringan. Menurut Bird dan Draper (1984)
sumber utama peroksidasi lipid yaitu asam
lemak yang memiliki tiga atau banyak ikatan
ganda dalam suatu rantai asam lemak.
Analisis MDA dapat dilakukan dengan
metode uji Thiobarbituric Acid Reaction atau
TBA (Rice-Evans et al. 1991). MDA dapat
bereaksi melalui penambahan nukleofilik
dengan TBA membentuk senyawa kompleks
MDA-TBA (Gambar 3) berwarna pink dan
diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 532 nm.
O

C

CH2

H

H
C
O

Gambar 2 Struktur kimia malondialdehida.

Gambar 3 Struktur kimia kompleks MDATBA.

Prooksidan dan Antioksidan
Prooksidan adalah senyawa yang dapat
mengoksidasi senyawa seperti lipid secara
berlebih pada membran sel. Produknya
menimbulkan beberapa penyakit degeneratif
(Cotelle 2001). Senyawa radikal dapat
mengoksidasi lipid melalui tiga tahap reaksi
rantai yakni diawali dengan inisiasi yaitu
tahap pembentukan awal radikal-radikal
bebas. Energi untuk reaksi ini diberikan oleh
cahaya ultraviolet.
RH + O2 → R• + OH•
R• + O2 → • + ROO•

Propagasi adalah tahap penambahan radikalradikal baru dalam suatu reaksi rantai.
ROO• + RH → R• + ROOH
ROOH → ROO• + HO•
Terminasi adalah tahap pengubahan radikal
bebas menjadi senyawa stabil dan tidak reaktif
sehingga dapat mengakhiri daur propagasi
radikal bebas.
R• + R• → RR
R• + ROO• → ROOR
ROO• + ROO• → ROOR + O2
(Murray et al. 2003)
Menurut Krinsky (1992) dan Ruxton
(1994), tubuh manusia dalam kondisi normal
mempunyai sistem antioksidan yang dapat
menangkal aksi radikal bebas, yaitu sistem
enzimatis dan non enzimatis. Sistem enzimatis
mencakup glutation peroksidase, superoksida
dismutase (SOD) dan katalase, sedangkan
sistem non enzimatis meliputi antioksidan
larut lemak (α-tokoferol, -karoten, kuinon)
dan antioksidan larut air (vitamin C dan urat).
Menurut Lazar (1994), pengertian antioksidan
secara kimia adalah senyawa-senyawa
pendonor elektron. Dalam pengertian klasik
istilah antioksidan menunjukkan senyawa
yang memiliki berat molekul rendah dan dapat
menginaktivasi reaksi rantai dari peroksidasi
lipid dengan jalan mencegah terbentuknya
radikal peroksilipid.
Antioksidan bereaksi melalui pembersihan
senyawa oksigen reaktif atau penurunan
konsentrasinya secara lokal, pembersihan ion
logam katalitik, pembersihan radikal bebas
yang berfungsi sebagai inisiator seperti
hidroksil, peroksil, alkoksil, pemutus rangkai
reaksi yang diinisiasi oleh radikal bebas dan
peredam reaksi serta pembersih singlet
oksigen (Berry 1966; Halliwell et al. 1992).
Berdasarkan
mekanisme
kerjanya,
antioksidan dapat digolongkan menjadi tiga
bagian yaitu antioksidan primer terdiri atas
SOD dan katalase yang berfungsi mengurangi
pembentukan radikal bebas baru dengan
memutus reaksi rantai dan mengubahnya
menjadi produk-produk yang lebih stabil;
antioksidan sekunder terdiri atas -karoten,
urat, bilirubin, albumin, vitamin C, E dan teh
hijau yang berfungsi sebagai pengikat radikal
bebas, merombak H2O2 menjadi spesies non
radikal, menurunkan aktivitas singlet oksigen
dan menyerap radiasi UV; antioksidan tersier
terdiri atas enzim perbaikan DNA metionin

5

sulfoksida reduktase yang berfungsi sebagai
mekanisme perbaikan biomolekular.

Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C merupakan zat antioksidan
sekunder yang banyak terdapat pada sayuran
dan buah-buahan seperti jeruk, tomat, selada,
dan brokoli. Vitamin C (C6H8O6) merupakan
antioksidan larut air dan menjadi bagian
pertahanan pertama terhadap spesies oksigen
reaktif dalam plasma dan sel (Zakaria 1996).
Dalam keadaan murni, vitamin C berbentuk
kristal putih, mudah larut air, stabil dalam
bentuk kering, dan mudah teroksidasi
terhadap logam-logam seperti Cu dan Fe serta
pemanasan langsung (Casmir & David 2002).
Secara reversibel asam askorbat dapat
membentuk asam dehidro askorbat yang
kehilangan dua atom hidrogen. Struktur
vitamin C yang disajikan pada Gambar 4,
menyerupai struktur monosakarida tetapi
mengandung gugus enadiol (Muchtadi 1993).
Di dalam tubuh, bentuk asam askorbat dan
asam dehidro askorbat timbul bersama-sama
berada dalam keseimbangan tetapi bentuk
dehidro memiliki aktivitas kurang stabil
(Hardesty 1993).

hidrogen (Rajalakshmi & Narasimhan 1996).
3’,4’-dihidroksi pada cincin B merupakan
target radikal bebas yang bermanfaat sebagai
antioksidan. Ikatan ganda karbon C-2 dan C-3
berkonjugasi dengan gugus 4-keto yang
responsibel untuk perpindahan elektron pada
cincin B dan meningkatkan kapasitas
pencegahan radikal. Sedangkan 7,8-dihidroksi
pada cincin A akan menurunkan aktivitas
radikal bebas.
Ekstrak teh hijau mengandung senyawa
flavonoid merupakan hasil metabolisme
sekunder polifenol. Flavonoid dikelompokkan
ke dalam 6 sub kelas yaitu flavanol,
flavanone, flavonol, flavone, antocianidin dan
fenil propanoid (Amic et al. 2003 & Cotelle
2001). Kelompok flavanol merupakan
kelompok terbesar dalam ekstrak teh hijau
(Middleton 1998). Kelompok ini sangat kuat
melawan radikal bebas atau spesies oksigen
reaktif (Groot 1994 & Halliwell 1995).
Flavonoid dapat menghambat aktivitas
biologi di antaranya anti alergi, anti virus, dan
anti peradangan. Sedangkan efek farmakologi,
telah dihubungkan dengan sifat antioksidan
molekul ini, yaitu dapat menekan bentuk
spesies oksigen reaktif dengan menghambat
enzim, mencegah spesies radikal khususnya
spesies oksigen reaktif dan melindungi sel
dari antioksidan yang bersifat radikal (Cotelle
2001). Konsumsi teh telah dihubungkan
dengan penurunan resiko penyebab penyakit
utama seperti penyakit jantung koroner,
stroke, dan kanker (Benzie & Szeto 1999).

Gambar 4 Struktur kimia vitamin C.

Teh Hijau (Camellia sinensis)
Teh hijau merupakan minuman kesehatan
yang dibuat dari daun teh Camellia sinensis.
Jenisnya dibedakan berdasarkan proses
pengolahan yaitu teh hijau (teh non
fermentasi), teh oolong (teh semi fermentasi)
dan teh hitam (teh fermentasi) (Ensminger et
al. 1994).
Struktur kimia flavonoid yang disajikan
pada Gambar 5 merupakan turunan benzo- pyrone dan terdiri atas cincin benzena (cincin
A) dihubungkan dengan cincin karbon hetero
siklik (cincin C) dan karbon C-2 yang
membawa gugus fenil (cincin B) sebagai
subtitusi
(Cotelle
2001).
Antioksidan
flavonoid berfungsi sebagai pencegahan
radikal bebas dengan mendonorkan atom

Gambar 5 Struktur kimia flavonoid.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
biakan khamir Candida sp. Y390 merupakan
koleksi Balai Penelitian dan Pengembangan
Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi, LIPI
yang diisolasi dari tanah di Cepu, Jawa

6

Tengah yang terkontaminasi dengan limbah
bahan bakar minyak (Saono & Gandjar 1974),
teh hijau cap Kepala Djenggot, vitamin C dari
Kimia Farma, bakto pepton, ekstrak khamir,
bakto agar, KH2PO4.3H2O, K2HPO4.3H2O,
MgSO4.7H2O, ZnSO4.7H2O, MnSO4.H2O,
CuSO4, glukosa, gliserol, etanol, akuades
steril, asam trikloroasetat (TCA), asam-2tiobarbiturat (TBA), MDA (1,1,3,3-tetraetoksi
propana).
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat
gelas, colony counter, shaker, autoklaf,
laminar air flow hood, vortex, spatula segi
tiga, inkubator, penangas air, termometer,
kertas saring milipore 0,1 m, pompa vakum,
mikro pipet, neraca analitik, neraca kasar,
sentrifus, tabung sentrifus, kuvet, dan
spektrofotometer GENESYS 20.

Setelah itu, untuk peremajaan setiap dua hari
sekali biakan diambil 1 mL dan dimasukkan
ke dalam media cair gliserol yang baru.

Metode Penelitian

Tabel 3 Komposisi standar MDA
Tab. TCA+ Volume Volume Konsentrasi
TBA+
MDA
total MDA (mM)
ke-

Pembuatan Media
Media cair gliserol dibuat dalam gelas
piala 1000 mL dengan komposisi 2,4 mL
gliserol, 1,3 g K2HPO4.3H2O, 0,15 g
MgSO4.7H2O, 3,0 g ekstrak khamir, 4,0 g
bakto pepton, dan 10 mL larutan X (5,0 g
ZnSO4.7H2O, 3,0 g MnSO4.H2O, 2,8 g CuSO4,
dan 250 mL akuades), dilarutkan ke dalam 1 L
akuades. Kemudian media dipindahkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL sebanyak 100 mL,
dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
121 °C dan tekanan 1 atm selama 15 menit.
Media agar yang digunakan untuk
menumbuhan sel khamir Candida sp. dalam
cawan petri yaitu YEA (Yeast Extract Agar).
Ke dalam erlenmeyer 1 L dimasukkan 3,0 g
ekstrak khamir, 50,0 g bakto pepton, 20,0 g
bakto agar, 10,0 g glukosa, 0,5 g
MgSO4.7H2O, 1,0 g K2HPO4.3H2O kemudian
dilarutkan dengan akuades tepat 1 L lalu
dipanaskan untuk mempercepat kelarutan.
Selanjutnya media disterilisasi selama 15
menit pada suhu 121 °C, 1 atm. Dalam
keadaan cukup hangat, sekitar 10-15 mL
media dituang ke dalam cawan petri steril
secara aseptis.

Pembuatan Stok Kultur Sel Khamir
Sel Khamir Candida sp. yang telah
ditumbuhkan dalam media agar (stok isolat)
diinokulasikan secara aseptis ke media
gliserol sebanyak 2 ose kemudian diinkubasi
selama dua hari dengan penggojokan 100 rpm.

Standardisasi Malondialdehida (MDA)
Dalam penentuan kurva standar MDA,
disediakan larutan induk 2 mL MDA 0,1 mМ.
Sebanyak 10,4 mL TCA 75% (b/v)
ditambahkan ke dalam 41,6 mL akuades dan
19,5 mL TBA 0,67% (b/v) dalam sebuah gelas
piala lalu diaduk sampai homogen. Kemudian
disediakan 6 buah tabung reaksi dengan
komposisi pengisian seperti pada Tabel 3 lalu
dipanaskan dalam penangas air bersuhu 95 °C
selama 1 jam. Setelah itu, didinginkan dalam
suhu ruang dan diukur absorbannya dengan
spektrofotometer pada maksimum 532 nm.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

H2O
( L)
5500,0
5458,6
5417,4
5335,0
5170,0
5087,4

( L)

( L)

0
41,4
82,6
165,0
330,0
412,6

5500
5500
5500
5500
5500
5500

0
7,5 x 10-4
1,5 x 10-3
3,0 x 10-3
6,0 x 10-3
7,5 x 10-3

Pengukuran Peroksidasi Lipid Sel Khamir
Pengukuran peroksidasi lipid sel dilakukan
dengan mengukur konsentrasi MDA yang
terbentuk mengacu metode Ray et al. (2002)
yang telah dimodifikasi. Pengukuran MDA
pada sel khamir Candida sp. dilakukan
dengan dua cara yakni pengukuran
konsentrasi MDA pada pelet dan larutan
suspensi sel. Pengukuran pada pelet,
perlakuan langsung ditambahkan ke dalam
biakan gliserol berumur dua hari setelah
diinkubasi dengan penggojokan 100 rpm
selama 1 jam lalu pelet dianalisis. Sedangkan
pada pengukuran larutan suspensi sel, biakan
yang berumur 2 hari disentrifus. Kemudian
pelet dilarutkan dalam akuades dan diberi
perlakuan.
Setelah diinkubasi
dengan
penggojokan 100 rpm selama 1 jam lalu
dianalisis supernatan dan larutan suspensinya.
Pengukuran MDA Pelet Sel Khamir
yang Diberi Vitamin C, Teh Hijau dan/atau
Etanol Selama 1 Jam. Disiapkan sebanyak
200 mL biakan sel khamir dalam media cair
gliserol yang berumur dua hari. Ke dalam
erlenmeyer dimasukkan, untuk kontrol, 12,5

7

mL biakan sel khamir ditambah 7,5 mL
akuades; untuk perlakuan vitamin C, 12,5 mL
biakan sel ditambah 3,5 mL akuades dan 4 mL
vitamin C 6 mg/mL sehingga konsentrasi
dilarutan sebesar 1,2 mg/ml; untuk perlakuan
etanol, 12,5 mL biakan ditambah 4 mL
akuades dan 3,5 mL etanol absolut sehingga
konsentrasinya menjadi 17,5%; untuk
perlakuan vitamin C dan etanol, 12,5 mL
biakan ditambah 4 mL vitamin C dan 3,5 mL
etanol absolut. Kemudian semua tabung
diinkubasi dengan penggojokan 100 rpm
selama 1 jam. Setelah itu, disentrifus 4440 G
selama 5 menit lalu pelet dibilas dengan
akuades dan disentrifus kembali. Kemudian
pelet ditambah TCA 25% (b/v) hingga tepat 2
mL dan dikocok. Setelah itu, larutan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah dimasukkan 1,5 mL TBA 0,67% (b/v),
dikocok dan ditutup rapat. Kemudian
dipanaskan dalam penangas air bersuhu 95 °C
selama 1 jam lalu dinginkan dalam suhu
ruang. Selanjutnya disentrifus 4440 G selama
15 menit kemudian supernatan diukur
absorbannya pada 532 nm. Sedangkan untuk
sampel teh hijau, dibuat ekstrak teh hijau
dengan menyeduh 1 g teh hijau ke dalam 100
ml akuades bersuhu 90 °C selama 10 menit
sambil diaduk kemudian disaring. Setelah
dingin, ekstrak teh dilakukan dengan cara
yang sama seperti di atas sehingga konsentrasi
teh dilarutan sebesar 2 mg/mL. Untuk blanko,
dimasukkan dalam tabung reaksi 0,5 mL
akuades ditambah 1,5 mL TCA 25% (b/v) dan
1,5 mL TBA 0,67% (b/v) dan dikocok,
selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama
seperti di atas. Konsentrasi MDA ditentukan
dengan membandingkan besar absorban
pengukuran dengan kurva standar dan
hasilnya dinyatakan dalam satuan konsentrasi
nM MDA/106 colony forming unit (CFU).
Pengukuran MDA Supernatan dan
Suspensi Sel Khamir yang Diberi Vitamin
C, Teh Hijau dan/atau Etanol Selama 1
Jam. Sebanyak 200 mL biakan sel khamir
dalam media cair gliserol yang berumur dua
hari disentrifus dengan kecepatan 4440 G
selama 5 menit lalu diambil bagian peletnya
dan dibilas. Setelah itu, ditepatkan 25 mL
dengan akuades. Ke dalam tabung reaksi
dimasukkan, untuk kontrol, 2 mL suspensi sel
khamir ditambah 1,2 mL akuades; untuk
perlakuan vitamin C, 2 mL suspensi sel
ditambah 0,56 mL akuades dan 0,64 mL
vitamin C 0,1 mg/mL sehingga konsentrasi
akhir dalam larutan sebesar 0,02 mg/mL;
untuk perlakuan etanol, 2 mL suspensi sel
ditambah 0,64 mL akuades ditambah 0,56 mL

etanol 5,71% (v/v) sehingga konsentrasi
dilarutan sebesar 1% (v/v); untuk perlakuan
vitamin C dan etanol, 2 mL suspensi sel
ditambah 0,64 mL vitamin C dan 0,56 mL
etanol absolut. Kemudian semua tabung reaksi
ditutup rapat dan diinkubasi dengan
penggojogan 100 rpm selama 1 jam. Setelah
itu, disentrifus selama 5 menit 4440 G dan
diambil supernatannya lalu ditepatkan
menjadi 4 mL dengan akuades. Kemudian
ditambah 0,8 mL TCA 75% (b/v) dan 1,5 mL
TBA 0,67% (b/v) lalu dipanaskan dalam
penangas air bersuhu 95 °C selama 1 jam dan
didinginkan dalam suhu ruang. Setelah dingin,
semua larutan disentrifus 12400 G selama 5
menit kemudian masing-masing larutan
tersebut diukur absorbannya pada 532 nm.
Sedangkan untuk pengukuran peroksidasi
lipid pada suspensi sel, setelah diinkubasi
selama 1 jam kemudian larutan ditambahkan
TCA dan TBA seperti di atas lalu dikerjakan
dengan cara yang sama. Untuk sampel teh
hijau, disiapkan ekstrak teh hijau 7 mg/mL
dengan pengerjaan dan komposisi volume
yang sama seperti pada penambahan vitamin
C sehingga konsentrasi dalam larutan sebesar
1,4 mg/mL. Untuk blanko, dimasukkan 3,2
mL akuades, 0,8 mL TCA 75% (b/v) dan 1,5
mL TBA 0,67% (b/v) ke dalam tabung reaksi
dan selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama seperti di atas.

Pengaruh Penambahan Vitamin C, Teh
Hijau dan/atau terhadap Viabilitas Sel
Khamir
Disiapkan sebanyak 200 mL biakan sel
khamir dalam media cair gliserol yang
berumur dua hari. Ke dalam erlenmeyer
dimasukkan, untuk kontrol, 12,5 mL biakan
sel ditambah 7,5 mL akuades steril; untuk
perlakuan vitamin C, 12,5 mL biakan sel
ditambah 3,5 mL akuades dan 4 mL vitamin C
steril 6 mg/mL sehingga konsentrasi dilarutan
sebesar 1,2 mg/ml; untuk perlakuan teh hijau,
sebelumnya teh hijau sebanyak 1 g diseduh
dengan akuades 100 mL bersuhu 90 °C
selama 10 menit lalu didinginkan. Setelah itu,
ekstrak teh hijau disaring dengan milipore
steril. Kemudian 12,5 mL biakan sel ditambah
3,5 mL akuades steril dan 4 mL teh hijau steril
10 mg/mL sehingga konsentrasi dilarutan
sebesar 2 mg/mL; untuk perlakuan etanol,
12,5 mL biakan sel ditambah 4 mL akuades
steril dan 3,5 mL etanol absolut sehingga
konsentrasinya menjadi 17,5% (v/v); untuk
perlakuan vitamin C dan etanol, 12,5 mL

Analisis Statistik
Data dianalisis menggunakan analisis
statistik ANOVA untuk mengetahui berbeda
nyata atau tidak pada taraf uji 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Konsentrasi Etanol dan Vitamin
C terhadap Peroksidasi Lipid pada Pelet

5
4

2,32 ± 0,09

3,35 ± 0,28*

3
2
1
0
17,5%
20%
Konsentrasi etanol (v/v)

Gambar 6 Efek konsentrasi etanol terhadap
peroksidasi lipid pada pelet sel
khamir Candida sp. (tanda *
menunjukkan berbeda nyata pada
taraf uji 5%).
8
6
4

5,53 ± 0,62*
4,95 ± 0,24*
2,61 ± 0,01*
2,30 ± 0,09

2
0
0

1,2

2,4

10

Konsentrasi vitamin C (mg/mL)
Gambar 7

Penentuan konsentrasi etanol pada pelet
sel dilakukan untuk menentukan besaran
konsentrasi etanol minimum yang diberikan
pada biakan agar sel mengalami cekaman
oksidatif tanpa disertai dengan peningkatan
kematian sel. Senyawa etanol mencerminkan
sifat prooksidan dengan menunjukkan
peningkatan jumlah peroksidasi lipid pada
pelet sel seiring dengan peningkatan
penambahan konsentrasi etanol ke dalam
biakan (Gambar 6). Penambahan etanol 20%
lebih toksik terhadap sel Candida sp.
dibandingkan penambahan etanol 17,5%.
Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan
jumlah peroksidasi lipid pada pelet sel setelah
penambahan etanol 20% sebesar 3,35 ± 0,28
nM MDA/106 CFU. Indikasinya setelah 1 jam
inkubasi, yaitu terjadinya kerusakan pada
membran lipid sehingga menyebabkan
perubahan tekanan osmotik di dalam sel yang
mendorong ke arah kematian sel (Nijveldt et
al 2001). Sedangkan penambahan etanol
17,5%, juga terjadi peroksidasi lipid pada sel
dengan jumlah konsentrasi MDA sedikit lebih
tinggi dari kontrol sehingga diperkirakan
jumlah kematian sel tidak terlalu signifikan.

2,70 ± 0,04*

0%

Peroksidasi lipid
(nM MDA/106 CFU)

biakan sel ditambah ditambah 4 mL vitamin C
dan 3,5 mL etanol; untuk perlakuan vitamin C
dan etanol, 12,5 mL biakan sel ditambah 4 mL
vitamin C steril 6 mg/mL dan 3,5 mL etanol
absolut; untuk perlakuan teh hijau dan etanol,
12,5 mL biakan sel ditambah 4 mL teh hijau
steril 10 mg/mL dan 3,5 mL etanol absolut.
Kemudian semua campuran dalam tabung
tersebut diinkubasi dengan penggojokan 100
rpm selama 1 jam. Setelah itu, diambil
sebanyak 100 L lalu ditanam ke dalam media
YEA dengan metode cawan sebar (pour
plate). Setelah itu, diinkubasi pada suhu 30 °C
selama 2 hari dan dihitung jumlah koloni yang
tumbuh. Jumlah koloni yang tumbuh
dinyatakan dalam satuan CFU/mL.

Peroksidasi lipid
(nM MDA/106 CFU)

8

Efek konsentrasi vitamin C
terhadap peroksidasi lipid pada
pelet sel khamir Candida sp.
(tanda * menunjukkan berbeda
nyata pada taraf uji 5%).

Sifat prooksidan yang rendah terlihat pada
penggunaan konsentrasi vitamin C 1,2 mg/mL
setelah sel khamir diinkubasi selama 1 jam
sebesar 2,61 ± 0,01 nM MDA/106 CFU,
sedikit lebih tinggi dari kontrol sebesar 2,30 ±
0,09 nM MDA/106 CFU. Pada konsentrasi ini,
diharapkan mekanisme antioksidan lebih
dominan bekerja daripada sifat prooksidan
terhadap sel khamir Candida sp..
Khusus teh hijau, tidak dilakukan
pengukuran untuk penentuan konsentrasi.
Konsentrasi teh hijau yang digunakan untuk
perlakuan merujuk pada petunjuk pemakaian
yang tertera dalam kemasan teh hijau.

Pengaruh Vitamin C, Teh Hijau dan/atau
Etanol terhadap Peroksidasi Lipid Pelet Sel
Tabel 4 menampilkan data produk
peroksidasi lipid pelet sel khamir Candida sp.
(malondialdehida).

9

Tabel 4 Efek vitamin C terhadap peroksidasi
lipid pada pelet sel khamir Candida
sp.
Peroksidasi
Lipid
Perlakuan
(nM MDA/106
CFU)
2,12 ± 0,07a
Kontrol
2,50 ± 0,12b
Vitamin C 1,2 mg/mL
2,71 ± 0,05c
Etanol 17,5%
1,83 ± 0,12d
Vitamin C dan etanol
Inkubasi selama 1 jam. Huruf dibelakang angka yang
tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Setelah 1 jam inkubasi, terjadi peningkatan
jumlah peroksidasi lipid
pelet sel pada
kelompok penambahan etanol 17,5% dan
kelompok vitamin C 1,2 mg/mL sebesar 2,71
± 0,05 nM MDA/106 CFU dan 2,50 ± 0,12
nM MDA/106 CFU. Sebaliknya kelompok
penambahan etanol dan vitamin C pada
biakan sel khamir Candida sp. menghasilkan
jumlah peroksidasi lipid pada pelet sebesar
1,83 ± 0,12 nM MDA/106 CFU lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol.
Penyebabnya,
mungkin
penambahan
konsentrasi vitamin C 1,2 mg/mL mampu
menangkal serangan spesies oksigen reaktif
dan menghentikan reaksi rantai radikal bebas
sekaligus melindungi membran sel dari
serangan radikal bebas, baik dari dalam sel
yang merupakan hasil metabolisme atau dari
luar sel. Indikasi lainnya adalah senyawa
MDA yang terbentuk, telah dikeluarkan
sebagian oleh khamir keluar sel dan larut
dalam media cair gliserol. Kemudian terbuang
pada saat pencucian sel sehingga hasil
pengukuran MDA, absorban yang terbaca di
spektrofotometer bukan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran
konsentrasi
senyawa
MDA
terhadap
supernatan selnya.
Tabel 5 menyajikan pengaruh teh hijau
yang diinkubasi selama satu jam terhadap
peroksidasi lipid pada pelet sel. Pada
kelompok penambahan teh hijau dan etanol
terjadi peningkatan peroksidasi lipid yang
ditandai