Resensi buku Dunia Sophie

Resensi Buku Dunia Sophie


Judul Buku: Dunia Sophie



Jenis Buku: Novel



Genre: Fiksi



Penulis: Jostein Gaarder



Penerbit: PT Mizan Pustaka




Cetakan Pertama: Oktober 1996



Bahasa: Indonesia



Tebal Buku: 798 Halaman



Dimensi Buku (Px L): 13 x 20,5 cm



Website Resmi Penerbit: http://www.mizan.com




No ISBN: 978-979-433-574-1

Sebuah buku novel filsafat yang sangat membantu kita mengenal dunia filsafat yang
banyak orang terka sangat rumit dan menyeramkan untuk dibicarakan ataupun didiskusikan.
Tapi buku ini memberikan persektif yang berbeda dan membuat pembacanya terkena candu
penasaran yang dalam. Jonstein Gaarder berhasil menyulap paradigma tentang filsafat yang
angker menjadi sebuah bacaan yang menarik dan dibumbui oleh kretifitas imajinatif yang
membuat kita bertanya-tanya serta selalu berhasrat untuk menyelesaikan cerita tersebut.
Pada awal cerita kita disuguhkan oleh kisah dari seorang anak berusia 14 tahun
bernama Sophie Amunsend yang sedang asyik berbincang dengan temannya Joana tentang
robot, temannya berpendapat bahwa manusia tak ubahnya sama seperti robot karena otak
manusia seperti sebuaah komputer yang hebat tetapi Sophie tidak terlalu sepakat dengan hal
itu, karena manusia tentu saja tidak sekedar seperangkat piranti keras. Sophie yang
mendapatkan surat misterius saat pulang dari sekolah dan mengalami kebingungan karena
didalam surat tersebut hanya tertulis nama alamat surat serta sebuah pesan yang tertulis
Siapakah kamu?. Setelah itu datanglah banyak surat misterius tentang dunia filsafat dan gadis
berusia hampir 15 tahun ini menjadi murid filsafat dan sangat mengerti banyak hal mengenai
dunia.

Safari sejarah itulah kesan paling kuat yang akan didapatkan oleh pembacanya, novel
ini membuka dunia sejarah filsafat dari jaman sebelum masehi hingga awal abad ke-21,
tokoh-tokoh filsafat seperti Democritus yang menemukan bahwa semua yang ada dialam ini
merupakan kumpulan-kumpulan dari atom hingga sampai Sigmund Freud dengan
psikoanalisanya untuk menyelidiki kejiwaan manusia melalui kisah kecil dan mimpi. Jadi

ditambahkan lagi bukan wisata sejarah pula yang akan didapatkan melainkan pelajaran
mengenai humanisme, antropologi, sampai sains.
Sekali lagi, buku ini sangat bermanfaat bagi kita yang ingin sebuah cerita novel denga
gaya yang khas serta kemisteriusan sebuah cerita yang mendalam hingga saat kita telah
menelaah buku ini sampai akhir akan menggeleng-gelengkan kepala dan mengatakan “sebuah
buku yang benar-benar jenius” ketika kita akan membuka buku ini kita akan membaca sebuah
kutipan dari Goete “Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun,
hidup tanpa memanfaatkan akalnya”. Semoga setelah membaca buku ini kita mampu menjadi
manusia yang mampu memanusiakan manusia serta menjadi lebih bijak dalam menjalani
kehiduapan yang bergelombang ombak misteri Illahi. (Arc)