Materi Pokok Materi penguatan dan manajerial kepala sekolah 1 Bahan Ajar MBS

pemberdayaan, dan struktur organisasi lebih datar sehingga lebih efisien.

B. Materi Pokok

Lingkup materi yang akan dibahas dalam konsep MBS mencakup; arti MBS, Tujuan MBS, dan Karakteristik MBS. 1.Pengertian MBS Secara umum, manajemen berbasis sekolah MBS dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi kewenangan dan tanggungjawab lebih besar terhadap sekolah, memberikan fleksibilitaskeluwesan-keluwesan terhadap sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah guru, siswa, kepala sekolah, karyawan dan masyarakat orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan dan tanggungjawab untuk mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder yang ada. Catatan: MBS tidak dibenarkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. De Grauwe dalam laporan kajiannya “The Quality Imperative School-based management SBM: does it improve quality? 2005 memberikan definisi MBS sebagai transfer kewenangan dalam pembuatan keputusan pengelolaan sekolah ke tingkat sekolah. Konsep MBS harus dapat menjawab kewenangan mana 7 saja yang sebelumnya menjadi kewenangan pengelola pendidikan tingkat nasional ditransfer menjadi kewenangan sekolah, dan kepada siapa saja kewenangan-kewenangan di tingkat sekolah tersebut diberikan. 2.Tujuan MBS MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan. Dengan MBS, sekolah diharapkan makin berdaya dalam mengurus dan mengatur sekolahnya dengan tetap berpegang pada koridor-koridor kebijakan pendidikan nasional. Perlu digarisbawahi bahwa pencapaian tujuan MBS harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan sebagainya 3.Karakteristik MBS Leithwood K., Menzies T. 1998 Forms and effects of school- based management: a review. Educational policy, vol. 12, no. 3, pp.325-347. 13 mengidentifikasi karakteristik MBS mencakup 4 aspek, yaitu: 1. Kontrol administratif: dibawah kewenangan kepala sekolah. 2. Kontrol professional: dibawah kewenangan korps guru 3. Kontrol masyarakat: dibawah kewenangan wali siswa melalui dewan sekolah 8 4. Kontrol keseimbangan: kontrol professional dan kontrol masyarakat diperagakan secara seimbang. Di Indonesia karakteristik MBS akan diuraikan dalam prinsip, konteks, target, dan praktek-praktek MBS. Prinsip, kontek, dan target MBS akan diuraikan dalam lanjutan BAB II ini, sedangkan praktek-praktek MBS akan diuraikan dalam bab selanjutnya, yaitu BAB III PELAKSANAAN MBS.

a. Prinsip

Penerapan MBS ini didasari oleh empat prinsip yang dikemukakan oleh Yin Cheong Cheng 1996 “School effectiveness and school-based management: a mechanism for development”; yaitu, ekuifinalitas, desentralisasi, sekolah sebagai unit swakelola, dan inisiatif, yang mana prinsip- prinsip diatas tidak pernah diakomodasi pada MKE. Prinsip equifinalitas menyatakan bahwa ada banyak cara yang berbeda untuk mencapai satu tujuan. Satu organisasi mempunyai potensi dan kendala yang berbeda dibandingkan organisasi lain. Sangat tidak masuk akal kalau organisasi- organisasi yang berbeda karakternya dipaksa untuk mencapai satu tujuan dengan cara yang sama. Prinsip desentralisasi didasarkan kepada pelibatan kegiatan tidak hanya di pusat saja, tetapi disebar ke daerah-daerah untuk terlibat dalam pembuatan keputusan. Tugas pusat untuk membuat keputusan akan semakin sulit karena keragaman kondisi di daerah masing-masing. Pelibatan daerah untuk ikut memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan, menjadi keharusan agar organisasi dapat melakukan tindakan terbaik 9 sesuai dengan kondisinya. Demikian juga dengan kewenangan di sekolah, pelibatan staf sekolah perlu dilakukan. Prinsip sekolah sebagai unit swakelola didasarkan bahwa kegiatan sekolah sehari-hari harus tetap berjalan. Semua masalah yang ada harus cepat ditangani tanpa menunggu instruksi dari otoritas eksternal. Kegiatan sekolah tidak dapat berjalan lancar kalau semua kegiatan harus menunggu instruksi dari otoritas eksternal. Prinsip inisiatif menegaskan bahwa sekolah sebagai organisasi mandiri tidak perlu menunggu keputusan otoritas eksternal dalam melakukan kegiatannya. Ada empat tingkat inisiatif dari yang paling rendah yaitu hanya menunggu, menuju ke tingkat lebih tinggi yaitu meminta petunjuk, meningkat ke lebih tinggi lagi yaitu meminta ijin, menuju ke inisiatif yang paling tinggi yaitu melakukan dulu baru melaporkan. b. Konteks Konteks penerapan MBS adalah dalam rangka membentuk sekolah yang memiliki kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas sebagaimana pesan PP 17, 2007 pasal 49; “Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”. Kemandirian Kemandirian dapat diartikan sebagai kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, kemandirian dari sisi 10 program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemandirian sekolah. Jadi kemandirian sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Kemitraan Setiap warga sekolah mempunyai fungsi dan peran yang spesifik. Hubungan antar warga sekolah didasarkan atas kemitraan atau partnership yaitu bentuk hubungan setara dalam berbagi tanggung jawab sesuai dengan fungsi dan perannya. Partisipasi Sekolah dapat mewujudkan visinya kalau semua warga terlibat sesuai dengan fungsi dan perannya. Pelibatan warga sekolah dalam penyelenggaraan sekolah harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan dalam program dan keuangan. Keterbukaan Keterbukaan memberi kesempatan kepada warga sekolah untuk mengetahui hal-hal yang sedang terjadi dan memahami kondisi 11 nyata sekolah. Pemahaman ini menjadi awal tumbuhnya kepedulian warga sekolah. Akuntabilitas MBS harus dipahami sebagai model pemberian kewenangan yang lebih besar kepada sekolah. Sebagai konsekuensinya, sekolah harus bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. Untuk itu sekolah berkewajiban mempertanggungjawabkan kepada publik tentang apa yang dikerjakan sebagai konsekuensi dari mandat yang diberikan oleh publik. Itu berarti akuntabilitas publik menyangkut hak publik untuk memperoleh pertanggungjawaban penyelenggara sekolah.

c. Target

Target manajemen berbasis sekolah dirumuskan dalam permendiknas nomer 19 tahun 2007 tentang pengelolaan pendidikan, mencakup 6 target seperti berikut: a perencanaan program; b pelaksanaan rencana kerja; c pengawasan dan evaluasi; d kepemimpinan sekolahmadrasah; e sistem informasi manajemen; dan f penilaian khusus. Masing-masing target diuraikan lebih lanjut menjadi butir-butir target, misalnya komponen perencanaan program dibagi menjadi 4 butir yaitu visi, misi, tujuan dan rencana kerja sekolah. Secara ringkas target MBS digambarkan dalam Gambar 1 peta konsep berikut. 12 Gambar 1. Peta konsep pengelolaan sekolah sesuai dengan Permen nomer 19 tahun 2007 tentang pengelolaan sekolah Untuk melakukan perumusan rencana kerja, sekolah perlu melakukan evaluasi diri sekolah, sebagaimana diatur dalam Permen 19 tahun 2007 tentang pengelolaan sekolah, peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomer 63 tahun 2009 tentang Sistim Penjaminan Mutu Pendidikan.

C. LatihanTugas: Individu: