Variabel Metabolisme Rumen Penggunaan cairan rumen dan rayap dalam produksi bioinokulan alternatif serta pemanfaatananya dalam pengembangan peternakan sapi bali kompetitif dan sustainable.

RB Tabel 8. Penurunan konsumsi SK ransum pada pemberian ransum terfermentasi diakibatkan oleh kandungan serat kasar ransum yang memang jauh lebih rendah daripada kandungan serat kasar ransum tanpa terfermentasi bioinokulan Tabel 7 yaitu 15,93; 15,21; 14,07 Vs 21,01. Terhadap pertambahan bobot badan ternak dan efisiensi pemanfaatan ransum, pemberian ransum terfermentasi bioinokulan BR 1 T 3 , BR 2 T 2 dan BR 2 T 3 RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 menghasilkan pertambahan bobot badan harianPBBH yang lebih tinggi P0,05 masing-masing sebesar 49,96, 60,52 dan 70,98 dan dengan efisiensi pemanfaatan ransum yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan nilai FCR yang lebih rendah P0,05 masing-masing sebesar 29,48, 33,49, dan 38,79 dibandingkan dengan pemberian ransum tanpa terfermentasi bioinokulan RB yang menghasilkan PBBH sebesar 309,85 geh dan dengan FCR sebesar 12,31. Hasil penelitian ini semakin menegaskan kualitas bioinokulan yang baik dan sangat layak dimanfaatkan sebagai fermentor ransum berbasis limbah pertanian. Efisiensi pemanfaatan ransum yang lebih baik pada ransum terfermentasi ketiga bioinokulan RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 menunjukkan terjadinya optimalisasi proses degradasikecernaan ransum dalam rumen maupun pasca rumen serta proses metabolisme dalam tubuh ternak.

5.2 Variabel Metabolisme Rumen

Terhadap metabolisme rumen baik derajat keasaman pH cairan rumen, populasi protozoa, konsentrasi N-NH 3 maupun VFA parsial hasil penelitian menunjukkan pemberian ransum terfermentasi bioinokulan BR 1 T 3 , BR 2 T 2 dan BR 2 T 3 mengakibatkan terjadinya penurunan P0,05 populasi protozoa rumen dan konsentrasi VFA parsial asam asetat, asam propionat, asam iso butirat, n butirat, iso valerat dan n valerat kecuali pemberian RBR 2 T 3 , sedangkan konsentrasi N-NH 3 cairan rumen meningkat P0,05 dan dengan kondisi derajat keasaman pH rumen yang sama Tabel 9. Dihasilkannnya pH cairan rumen yang sama dalam kisaran pH normal oleh keempat perlakuan menunjukkan adanya daya adaptasi yang tinggi khususnya kemampuan buffering capasity yang dimiliki oleh sapi Bali. Nilai pH normal pada semua ternak termasuk ternak yang diberi pakan terfermentasi didukung oleh adanya kadar urea darah yang lebih tinggi pada ternak yang diberi ransum terfermentasi Tabel 11. Kadar urea darah yang tinggi akan meningkatkan kemampuan buffering dari saliva yang akan masuk kembali ke rumen pada proses siklus urea sehingga akan menormalkan kembali pH rumen dari pengaruh penurunan pH akibat konsumsi pakan terfermentasi yang mempunyai pH yang lebih rendah. Disamping itu produksi N-NH 3 yang lebih tinggi pada pemberian ransum terfermentasi Tabel 9 juga mendorong peningkatan kembali pH rumen sehingga pH kembali normal. Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Produk Metabolisme Rumen No Peubah 1 Perlakuan 3 SEM 5 RBo RBR 1 T 3 RBR 2 T 2 RBR 2 T 3 1 pH Cairan Rumen 6,77a 4 6,80a 6,92a 6,88a 0,069 2 Protozoa Rumen x10 4 CPU 2,64b 0,78a 0,61a 0,44a 0,234 3 N-NH 3 Cairan Rumen m.Mol 12,14a 15,09b 15,27b 16,00b 0,547 4 VFA Cairan Rumen 2 a. Asam Asetat mM 23,45b 15,64a 16,32a 23,11b 0,251 b. Asam Propionat mM 6,76c 3,56a 3,74a 4,65b 0,059 c. Asam Iso Butirat mM 0,33c 0,23a 0,22a 0,26b 0,003 d. Asam n Butirat mM 6,85c 3,02a 2,99a 3,70b 0,054 e. Asam Iso Valerat mM 0,36b 0,21a 0,21a 0,37b 0,004 f. Asam n Valerat mM 0,46c 0,29a 0,35b 0,47c 0,005 Keterangan: 1 Hasil analisis Lab. Nutrisi Ternak-Lab. bersama Fapet UNUD 2 Hasil Analisis Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor 3 Ransum Perlakuan a. RB0 = Ransum basal tanpa terfermentasi b. RBR 1 T 3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 1 T 3 c. RBR 2 T 2 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 2 T 2 d. RBR 2 T 3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 2 T 3 4 Hurup sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata P0,05 5 SEM= Standard Error of the Treatment Mean Terhadap populasi protozoa rumen, pemberian ransum terfermentasi ketiga bioinokulan BR 1 T 3 , BR 2 T 2 dan BR 2 T 3 RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 mengakibatkan populasi protozoa rumen turun secara nyata P0,05 sebesar 70,43 - 83,19 dibandingkan pemberian ransum tanpa terfermentasi bioinokulan RB Tabel 9. Hal ini mengindikasikan terjadinya defaunasi rumen sebagai akibat pemberian ransum terfermentasi ketiga bioinokulan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan defaunasi rumen akan meningkatkan produktivitas ternak sebagai akibat terjadinya peningkatan populasi bakteri khususnya bakteri pendegradasi serat cellulolytic bacteria sehingga kecernaan serat pakan akan meningkat dan suplai nutrien bagi induk semang akan meningkat pula seperti yang ditunjukkan hasil penelitian pada Tabel 10. Defaunasi juga akan meningkatkan terjadinya suplai mikrobial proteinsintesis protein mikroba yang merupakan sumber protein utama bagi induk semang Mudita et al., 2009;2010. Pathak 2008 mengungkapkan protein yang berasal dari mikroba rumen merupakan dua pertiga dari sumber asam amino yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia. Chumpawadee et al. 2006 mengungkapkan protein mikroba menyumbangkan 70-80 asam amino untuk ternak ruminansia. Bahkan Russell et al. 2009 mengungkapkan sumbangan asam amino dari mikroba rumen ini bisa mencapai 90. Terhadap konsentrasi N-NH 3 , pemberian ransum terfermentasi bioinokulan RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 secara nyata P0,05 mampu meningkatkan produksi N-NH 3 rumen sebesar 24,33 - 31,79 dibandingkan dengan produksi N-NH 3 yang dihasilkan oleh ternak yang diberi ransum tanpa terfermentasiRB 12,14 mM Tabel 9. Konsentrasi N-NH 3 rumen sangat dipengaruhi oleh degradasi protein pakan dalam rumen. Hristov et al. 2004 menyatakan, bahwa konsentrasi N-NH 3 rumen cenderung lebih besar pada ternak yang diberi pakan dengan tingkat kecernaan protein dalam rumen yang lebih tinggi dibanding dengan pemberian pakan standar. Hal ini secara nyata ditunjukkan dalam penelitian ini, dimana pemberian pakan terfermentasi yang mempunyai tingkat serta jumlah protein tercerna yang lebih tinggi akan menghasilkan konsentrasi N-NH 3 rumen yang lebih tinggi pula. Terhadap konsentrasi VFA parsial, pemberian ransum terfermentasi mengakibatkan penurunan konsentrasi VFA parsial rumen setelah 3 jam konsumsi ransum, kecuali terhadap produksi asam iso valerat dan n valerat, dimana pemberian RBR 2 T 3 menghasilkan konsentrasi iso valerat dan n valerat yang sama dengan pemberian RB Tabel 9. Penurunan konsentrasi VFA parsial kemungkinan disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu konsumsi serat kasar ransum yang lebih rendah Tabel 8 dan terjadinya penyerapan VFA yang lebih cepat akibat ransum lebih fermentable dan tersedianya asam-asam organik VFA pada ransum terfermentasi sejak sebelum dikonsumsi ternak akibat proses fermentasi ransum.

5.3 Variabel Kecernaan Bahan Kering dan Nutrien Ransum