Variabel Profil Kimia Darah dan Komposisi Kimia Tubuh Sapi Bali

ransum ransum terfermentasi berkualitas tinggi dengan kandungan serat yang lebih rendah dan kandungan protein kasar yang lebih tinggi Tabel 7. Pemberian ransum dengan kualitas yang lebih baik sudah tentu akan menghasilkan tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudi 2012 yang menunjukkan penambahan isolat bakteri dan jamur pendegradasi lignoselulosa yang diisolasi dari saluran pencernaan kerbau, kuda dan feses gajah mampu meningkatkan kecernaan serat kasar, neutral detergent fiberNDF, dan acid detergent fiberADF jerami padi. Penambahan isolat tunggal bakteri Enterococcus casseliflavus menghasilkan peningkatan kecernaan serat kasar, NDF dan ADF paling optimal yaitu sebesar 20,08, 14,04 dan 7,78. Hasil penelitian Lamid et al. 2010 menunjukkan penambahan 5 enzim lignoselulolitik dan 5 bakteri lignoselulolitik menghasilkan ransum lebih berkualitas serta mampu meningkatkan produktivitas ternak domba. Serat kasar merupakan faktor pembatas utama pemanfaatan ransum oleh ternak termasuk ternak ruminansia seperti sapi bali Howard et al., 2003; Perez et al., 2002, Mudita et al., 2009- 2012. Ransum dengan kandungan serat kasar tinggi akan lebih sulit dimanfaatkan oleh ternak daripada ransum dengan kadar serat kasar yang lebih rendah. Hal ini secara nyata tampak pada penelitian ini, dimana ransum tanpa terfermentasi yang mempunyai kandungan serat kasar lebih tinggi mempunyai tingkat kecernaan lebih rendah daripada ransum terfermentasi Tabel 10.

5.4 Variabel Profil Kimia Darah dan Komposisi Kimia Tubuh Sapi Bali

Komposisi kimia tubuh dan profil kimia darah sapi bali penelitian yang diberi ransum limbah pertanian tanpadengan proses biofermentasi bioinokulan disajikan pada Tabel 11. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ransum terfermentasi bioinokulan RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 mampu meningkatkan kadar glukosa darah sapi bali masing-masing sebesar 15,72, 17,61 dan 18,24 dibandingkan dengan pemberian RB yang mempunyai kadar glukosa darah 53 mgdl. Sedangkan terhadap konsentrasi urea darah,dan komposisi kimia tubuh kadar air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh serta mineral tubuh pemberian keempat perlakuan RB , RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 pada sapi bali menghasilkan nilai yang berbeda tidak nyata P0,05 Tabel 11. Konsentrasi glukosa dan urea darah merupakan cerminan dari suplai nutrien untuk induk semang. Peningkatan kadar glukosa darah dari 53,00 mgdl pada pemberian ransum RB0 menjadi 61,33 mgdl, 62,33 mgdl dan 62,67 mgdl pada pemberian RBR 1 T 3 , RBR 2 T 2 dan RBR 2 T 3 merupakan respon dari terjadinya peningkatan konsumsi bahan keringBK dan nutrien ransum, jumlah bahan kering dan nutrien tercerna, serta efektivitas ransum yang semakin baik ditunjukkan dengan nilai FCR yang semakin kecil Tabel 8 sehingga akan meningkatkan suplai nutrien bagi ternak dalam bentuk peningkatan transfortasi glukosa ke seluruh tubuh melalui darah. Peningkatan konsumsi dan jumlah bahan organik tercerna Tabel 8 dan 10 merupakan pendorong utama peningkatan konsentrasi glukosa darah. Hal ini mengingat semua komponen bahan organik ransum baik karbohidrat, lemak maupun protein akan dimetabolisme dalam tubuh menjadi glukosa dan merupakan sumber nutrien energi utama bagi ternak termasuk ruminansia sapi bali. Tabel 11. Pengaruh Perlakuan Terhadap Frofil Kimia Darah dan Komposisi Kimia Tubuh Sapi Bali No Peubah Perlakuan 1 SEM 3 RB RBR 1 T 3 RBR 2 T 2 RBR 2 T 3 Profil Kimia Darah 1 Glukosa Darah mgdl 53,00a 2 61,33b 62,33b 62,67b 1,33 2 Urea Darah mgdl 40,40a 44,97a 44,97a 46.53a 4,36 Komposisi Kimia Tubuh 1 Air Tubuh 54,32a 2 54,35a 54,05a 54,48a 0,37 2 Lemak Tubuh 23,05a 22,74a 23,21a 21,20a 1,32 3 Protein Tubuh 16,80a 16,82a 16,82a 16,91a 0,06 4 Mineral Tubuh 4,20a 4,20a 4,20a 4,23a 0,02 Keterangan: 1 Ransum Perlakuan a. RB0 = Ransum basal tanpa terfermentasi b. RBR 1 T 3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 1 T 3 c. RBR 2 T 2 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 2 T 2 d. RBR 2 T 3 = Ransum terfermentasi Bioinokulan BR 2 T 3 2 Hurup sama pada baris yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata P0,05 3 SEM= Standard Error of the Treatment Mean Sedangkan dihasilkannya kadar urea yang sama pada semua perlakuan walupun secara kuantitatif terjadi peningkatan konsentrasi pada pemberian ransum terfermentasi kemungkinan disebabkan adanya kemampuan sapi bali yang cukup tinggi untuk beradaptasi. Konsentrasi urea darah merupakan cerminan dari siklus urea dalam tubuh ruminansia. Pada penelitian ini kemungkinan urea darah sebagian telah diserap dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi kontrol penjagaan pH rumen dari kondisi asam akibat pemberian ransum terfermentasi yang ditunjukkan dengan adanya pH rumen yang sama dalam kisaran normal walaupun diberikan ransum dengan derajat keasaman berbeda Ransum tanpadengan fermentasi. Pemanfaatan urea sebagai buffering capasity dalam komponen air liur akan menurunkan konsentrasi urea yang tersedia dalam darah sehingga konsentrasi urea darah menjadi sama Tabel 11. Terhadap komposisi kimia tubuh kadar air, lemak, protein dan mineral tubuh, pemberian keempat jenis ransum menghasilkan nilai yang sama dalam komposisi normal, yaitu kadar air tubuh 54,05 – 54,48; lemak tubuh 21,20 – 23,21; protein tubuh 16,80 – 16,91, dan mineral tubuh 4,20 – 4,23 Tabel 11. Dihasilkannya komposisi kimia tubuh yang sama dan normal menunjukkan pada dasarnya produktivitas dan kesehatan tubuh ternak cukup baik. Hal ini semakin menunjukkan bahwa sapi bali mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup baik, disamping didukung oleh adanya pemberian ransum yang sesuai dengan standar kebutuhan nutrisi ternak Tabel 7 Kearl, 1982.

5.5 Variabel Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Bali