Kompetensi Peserta Belajar Sepanjang Hayat

sepanjang hayat lebih bersifat intrinsik, karena berkaitan dengan faktor-faktor tuntutan permintaan dan sangat tergantung pada motivasi dan kemampuan orang yang belajar.

4. Kompetensi Peserta Belajar Sepanjang Hayat

Dalam Sinopsis Disertasi Pramudia 2012:16 belajar sepanjang hayat memiliki dua sasaran utama yaitu : 1 sasaran individual, dan 2 sasaran komunal, sasaran individual belajar spanjang hayat berusaha menumbuhkan manusia atau pembelajar Learning Person, atau perencana Planning Person, atau orang memiliki motivasi tinggi Motivating Person. Sedangkan sasaran komunal dari belajar sepanjang hayat adalah masyarakat pembelajar Learning Society atau masyarakat perencana Planning Society atau masyarakat Inovatif Innovative Society. Menurut Mazuki et al. 2006:6, mengartikan kompetensi competency sebagai keahlian expertise dan kewenangan authorty seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan dalam jabatan tersentu. Iskandar 2003 mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaaan berfikit dan bertindak. Selanjutnya McLagan 2001:31 mengidenyifikasi enam pendekatan berbeda terhadap definisi kompetensi. Dia mencatat bahwa kompetensi dipandang sebagai tugas pekerjaan, sebagai hasil usaha kerja, sebagai keluaran out put, sebagai pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai mutu yang menjelaskan kinerja superior, dan terakhir sebagai seperangkat atribut. Kompetensi yang dikembangkan bagi peserta belajar dalam adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Muzaki et al 2006:7-8, membahas kompetensi kepribadian sebagai kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, yang berwibawa menjadi teladan bagi semua orang dan berakhlak mulia. Sedangkan kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan peserta belajar sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan semua orang dan atau masyarakat sekitar. 5. Konsep Pelatihan Mathis 2002, Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang. Simanjuntak 2005 mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM human investment untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Tujuan Pelatihan Menurut Moekijat 1991:55 tujuan umum dari pada pelatihan adalah: a. untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif. b. untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional. c. untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman- teman pegawai dan dengan manajemen pimpinan.

6. Belajar mandiri