PENDAHULUAN this file 2340 4159 1 SM

A. PENDAHULUAN

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik dan mental. Menurut Iskandar 1997 yang dikutip oleh Suprayogi 2009:3 menyebutkan bahwa tidak seluruh masyarakat kita mampu memberikan penghargaan dan menghormati secara wajar keberadaan para lanjut usia. Sehingga muncul penitipan-penitipan lanjut usia di panti-panti sosial.Proses menjadi tua menggambarkan betapa proses tersebut dapat diinteferensi sehingga dapat mencapai hasil yang sangat optimal. Secara umum lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia lanjut usia dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada Hurlock, 1996 : 439, yang berakibat pada penurunan kualitas hidup baik itu dari kogfnitif maupun spiritual yang semakin lama menurun akibat dari kondisi fisik yang tidak dapat mendukung proses peningkatan kualitas hidup individu tersebut, oleh karena itu bagaimana mana masa tua itu dapat disikapi dengan ikhlas dan penuh manfaat dimana dapat dilakukan memalui proses pembelajaran yang memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pada usia lanjut. Melalui Sentuhan pendidikan dan pelatihan akan membawa manusia pada proses penyadaran diri bahwa dalam setiap diri individu memiliki potensi yang dimiliki yang harus dikembangkan melalui rangsangan-rangsangan kesempatan belajar secara mandiri dengan adanaya pengarahan yang akan berakibat pada perkembangan dan memotivasi kebutuhan akan belajar sehingga menekan manusia tidak bisa berkembang dan tidak dapat membentuk karakter yang dimilikinya. Bahkan, kini pendidikan dan pelatihan cenderung dibangun oleh manusia hanya untuk menguasai manusia lainnya sehingga pendidikan telah berubah wujud menjadi institusi yang diskriminatif dan eksploitatif. Diskriminatif terhadap agama, ras, gender maupun kelas sosial. Karena prosesnya telah berubah, pendidikan dan pelatihan terkadang telah berubah wujud dari cara menuju kritisisme menjadi cara manusia mencari legitimasi dan justifikasi. Cara manusia bersaing untuk menguasai yang lainnya, yang seharusnya pendidikan dapat memanusiakan manusia. Sebagai konsekwensi memudarnya makna pendidikan saat ini, berimbas juga pada ketidakberdayaan pendidikan Indonesia yang hanya melihat atau memusatkan kajiannya terhadap pendidikan anak usia dini, pemberdayaan perempuan, sedangkan pendidikan untuk Lanjut Usia sebagai bekal ilmu yang mereka akan bawa untuk bekal hidupnya sedikit tidak diperhatikan oleh pemerintah. Jumlah orang lanjut usia lansia di Indonesia menduduki nomor empat di dunia, mencapai sekitar 19 juta jiwa, dan pada tahun 2025 mencapai 34 juta jiwa data LED-FEUI, Projektion of Indonesia Population and Labor Force 1995-2025 dari jumlah penduduk di indonesia mendekati 244.775.796 jiwa pada tahun 2012, prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34 dari jumlah penduduk Indonesia Depsos RI, 2005: 3. “Pemerintah berusaha memberikan jaminan kepada lanjut usia,” misalnya berupa subsidi Rp 300 ribubulan yang diberikan kepada lanjut usia, tetapi subsidi yang diberikan tidak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari, sehingga muncul lanjut usia yang masih bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Lanjut usia diatas 55 tahun yang masih bekerja di Desa Cihideung menurut data Desa Cihideung ada 50 orang dari 61 orang secara keseluruhan yang berada dalam Satu RW , Pendidikan lanjut usia juga secara keseleruhan hanya mengeyam bangku sekolah dasar, sebelum mengkuti proses pembelaran di rumah belajar kegiatan sehari-hari lanjut usia adalah menjadi buruh Kebun atau hanya sekedar mencari ranting untuk kebutuhan sehari-hari, dan kegiatan keagaman yang dilakukan oleh masing-masing RT, tetapi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Belajar membuat mereka mempunyai keterampilan dengan adanya keterampilan membuat gelang tasbih, keterampilan memasak, dan meningkatkan kemampuan Baca, Tulis, dan Hitung CALISTUNG pada lanjut usia, dan itu menjadikan Lanjut Usia Potensial yang merupakan lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang danatau jasa, Program Pemberdayaan lansia yang dilakukan dirumah belajar dilakukan pada tahun 2010 dengan peserta belajar awal mencapai 30 orang, karena berbagai faktor kesehatan, jarak rumah belajar dan kematian membuat peserta belajar semakin menurun dan sekarang hanya tersisa 15 orang, proses pembelajaran yang dilakukan hasil dari identifikasi kebutuhan yang menyebutkan bahwa lanjut usia perlu memiliki keterampilan sehingga adanya kegiatan lain yang dapat dilakukan di lingkungan masyarakat, pendidikan yang masih rendah yaitu hampir semua tamatan sekolah dasar, proses sosialisasi lanjut usia hanya dilakukan dilingkungan keluarga. Pelaksanaan program pelatihan sebagai satuan Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Non Formal yang profesional merupakan persoalan yang perlu mendapat perhatian. Salah satu prinsip penting dalam pengelolaan program Pendidikan Luar Sekolah yang profesional adalah bahawa program harus berbasis pada kebutuhan warga belajar dan relevan dengan perkembangan masyarakat Sudjana, 2000: 28. Dengan demikian untuk mengembangkan program-program pelatihan kreatif mandiri diarahkan pada peningkatan kualitas kehidupan lanjut usia dalam menghadapi perkembangan jaman dan tantangan hidup. Pemberdayaan lansia melalui program pelatihan kreatif mandiri adalah sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar dimana dalam pelaksanaannya adanya suatu tindakan yang membuat lansia mengingiinkan terus belajar dan menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan oleh mereka. Program PKM ini tidak dibutuhkan banyak pemikiran karena dilihat dari lanjut usia yang sudah tidak mau lagi mengerjakan hal-hal yang berat dan memerlukan pemikiran oleh karena itu dalam proses pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan menggunaan strategi dan model pelatihan seperti menggunakan model pendampingan, sarana penujang yang disesuaikan dengan kondisi lansia, dengan pemberian keterampilan pada masa lanjut usia akan memberikan kebermaknaan hidup untuk menjadi manusia yang bermanfaat dalam menghadapi sisa-sisa waktu kehidupan didunia Menurut Peraturan Pemerintah mengenai Pemberdayaan Lansia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, lanjut usia adalah mereka yang masih bekerja membantu ekonomi keluarga,dan kondisinya pada saat rata-rata berada pada ekonomi menengah kebawah. Permasalahan-permasalahan diatas muncul selain disebabkan adanya tingkat kemiskinan yang tinggi juga sebagai akibat kontruksi budaya masyarakat khususnya di kehidupan keluarga. Nilai-nilai kasih sayang hilang, sehingga banyak lansia yang dititipkan di panti sosial atau pun ditelantarkan begitu saja, pengetahuan dan keterampilan lansia yang rendah dan faktor ekonomi yang mengharuskan mereka mencari nafkah meskipun hanya dengan penghasilan yang rendah, Lanjut usiasebagai manusia yang mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan dan keterampilan. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Peraturan Pemerintah mengenai Pemberdayaan Lansia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia menyebutkan bahwa Upaya Peningkatan Kesejahateraan Sosial Lanjut Usia adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan lanjut usia agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk mendukung peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia yang merupakan salah satu pendukung keberlangsungan pendidikan sepanjang hayat harus ada tindakan atau diimplementasikan dalam wujud program bukan hanya sekedar wacana sehingga permasalahan-permasalahan mengenai pemberdayaan lanjut usia tidak menjadi tanggungan pemerintah yang semakin tahun terus bertambah, tetapi akan mewujudkan kesadaran pada berbagai pihak untuk mendukung program pemberdayaan lansia dan meningkatkan motivasi belajar sebagai peningkatan kualitas kehidupan, Kondisi fisik pada lanjut usia rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah tua berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di lanjut usia ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian, padahal banyak hal yang dapat dilakukan dari pada menunggu kematian. Sisa waktu mereka menjadi akan manfaat bagi orang lain dan dirinya ketika memperoleh keterampilan dan mempunyai semangat untuk terus belajar karena pendidikan dalam Pendidikan Non Formal itu dapat diperoleh sepanjang hayat.

B. TUJUAN DAN MANFAAT