LANDASAN TEORI Efektivitas Pajak Hotel Dan Kontribusinya Terhadap Pajak Daerah Di Kabupaten Semarang Tahun 2000-2004.

BAB II LANDASAN TEORI

A. PERPAJAKAN 1. Pengertian Pajak Dalam suatu negara pastilah terdapat pemerintahan yang berperan mengatur seluruh kepentingan masyarakat, dalam menjalankan roda pemerintahan diperlukan biaya yang jumlahnya sangat besar untuk memperlancar jalannya pemerintahan tersebut. Biaya itu berasal dari pendapatan-pendapatan pemerintah, yang salah satunya bersumber dari pajak. Ada beberapa pengertian tentang pajak menurut para ahli dimana memberikan definsi yang berbeda-beda. Menurut Kesit pengertian Pajak adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena Undang-Undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Prakosa, Kesit Bambang.2005:1. Senada dengan itu Siti dalam bukunya berjudul “Perpajakan:Teori Dan Kasus”, mengatakan pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atau dengan kekuatan undang- undang serta aturan pelaksanaannya, dimana diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publict investment. Resmi, Siti.2004:2. Sedangkan pengertian pajak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara atau pemerintah sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dsb. Kamus besar Bahasa Indonesia, 1989:658 Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah : a. Iuran masyarakat kepada negara, dimana swasta atau pihak lain tidak boleh memungut. b. Berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dimana mempunyai kekuatan hukum. c. Tanpa balas jasa prestasi dari negara yang dapat langsung ditunjuk. d. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah. e. Apabila terdapat surplus dipakai untuk membiayai public investment. 2. Fungsi Pajak Terdapat 2 dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair sumber keuangan negara dan fungsi regulerrend mengatur, Resmi, Siti.2004:2. a. Fungsi Budgetair, yaitu sebagai sumber penerimaan kas negara. b. Fungsi Mengatur, yaitu meminimalisir kemungkinan ekses negatif yang akan timbul. 3. Pengelompokan Pajak Terdapat berbagai macam jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi 3tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutannya Resmi, Siti.2004:6. a. Pengelompokan pajak menurut golongannya Menurut golongannya, pajak dikelompokan menjadi 2dua yaitu Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung Resmi, Siti.2004:6. 1. Pajak Langsung Adalah pajak yang beban pembayarannya harus ditanggung oleh wajib pajak, tidak dapat dilimpahkan kepihak lain. Contoh : Pajak Penghasilan. 2. Pajak tidak langsung Adalah pajak yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan kepada orang lain. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai. Dimana beban Pajak Pertambahan Nilai dapt dilimpahakan dari produsen ke konsumen. b. Pengelompokan pajak menurut sifatnya Menurut sifatnya, pajak dikelompokan menjadi 2dua yaitu Pajak Subjektif dan Pajak Objektif Resmi, Siti.2004:7. 1. Pajak Subjektif Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan keadaan pribadi pembayarnya subyeknya, seperti status perkawinan, banyaknya, dan tanggungan lainnya. Keadaan pribadi Wajib Pajak selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan tidak kena pajak. Contoh : Pajak Penghasilan PPh. 2. Pajak Objektif Adalah pajak yang dalam pemungutannya memperhatikan obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menyebabkan kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak Wajib Pajak maupun tempat tinggal. Contoh : Pajak Bumi dan Bangunan PBB. c. Pengelompokan pajak menurut pemungutannya Menurut pemungutannya, pajak dikelompokan menjadi 2dua yaitu pajak Pusat dan pajak Daerah Resmi, Siti.2004:8. Yaitu : 1. Pajak Pusat Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Pajak Daerah Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai anggaran rumah tangga pemerintah daerah masing-masing. Contoh Pajak Daerah Tingkat I Propinsi : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea balik Nama Tanah. Contoh Pajak Daerah Tingkat II KotamadyaKabupaten : Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame. 4. Asas - Asas Pemungutan Pajak Dalam proses pemungutan pajak baik yang dikelola pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak Resmi, Siti.2004:9. Yaitu antara lain : a. Asas Domisili Tempat tinggal Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik yang berasal dari dalam negri maupun berasal dari luar negri. b. Asas Kebangsaan Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Contohnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia c. Asas sumber penghasilan Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan wilayah tempat tinggal Wajib Pajak. 5. Syarat – Syarat Pemungutan Pajak Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat Tarmudji, Tarsis.2001:12, yaitu : a. Pemungutan pajak harus adil syarat keadilan. b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang syarat yuridis. c. Tidak menganggu perekonomian syarat ekonomis. d. Pemungutan pajak harus efisien syarat finansial. e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya, sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun sisi ilmiah Prakosa, Kesit Bambang.2005:5. a. Teori Asuransi Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh masyarakat tertanggung kepada negara penanggung. Kelemahan teori ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari negara kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung. b. Teori Kepentingan Pajak dibebankan atas dasar kepentingan manfaat bagi masing-masing orang. Teori ini dikenal sebagai Benefit Approach Theory. c. Teori Daya Pikul Kesamaan beban pajak untuk setiap orang sesuai daya pikul masing- masing orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability to Pay Approach Theory. d. Teori Bakti Pajak kewajiban asli merupakan bukti tanda bakti sesesorang kepada negaranya. e. Teori Asas Daya Beli Dasar pemungutan pajak, pada kepentingan masyarakat bukan pada individu atau negara. Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan pajak. 6. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut kewenangan pungut dan menetapkan besarnya penetapan pajak Resmi, Siti.2004:10. a. Official Assesment system Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya ditangan aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada aparatur perpajakan peranan dominan ada pada aparatur perpajakan. b. Self assesment system Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan yang sedang belaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada Wajib Pajak sendiri peranan dominan ada pada Wajib Pajak. c. With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. 7. Tarif Pajak Untuk menghitung besarnya pajak terutang diperlukan dua unsur yaitu : tarif pajak dan dasar pengenaan pajak Resmi, Siti.2004:2. Yaitu : a. Tarif Tetap Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapapun besarnya dasar pengenaan pajak. Contoh : Tabel 2.1. Tarif Tetap Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp 1.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Rp 1.00.000,00 Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran dengan menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapapun jumlahnya dikenakan pajak Rp 6000,00 b. Tarif Proporsional sebanding Tarif Proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka akan semakin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan yang proporsional atau sebanding. Contoh : Tabel 2.2. Tarif Proporsional Sebanding Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp 1.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 3.000.000,00 10 10 10 Rp 1.00.000,00 Rp 2.00.000,00 Rp 3.00.000,00 c. Tarif Progresif Meningkat Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Contoh : Tabel 2.3. Tarif Progresif Meningkat Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp 10.000.000,00 Rp 40.000.000,00 Rp 60.000.000,00 Rp 80.000.000,00 15 25 35 45 Rp 1.500.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 21.000.000,00 Rp 36.000.000,00 Tarif proporsional dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Tarif Progresif-Proporsional, merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut adalah tetap. 2. Tarif Progresif-Progresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut juga semakin meningkat. 3. Tarif Progresif-Degresif, merupakan tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase tersebut semakin menurun. d. Tarif Degresif Menurun Tarif degresif atau menurun adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin meningkatanya dasar pengenaan pajak. Contoh : Tabel 2.4. Tarif Degresif Menurun Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Pajak Terutang Rp 20.000.000,00 Rp 30.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Rp 70.000.000,00 Rp 90.000.000,00 10 9 8 7 6 Rp 2.000.000,00 Rp 2.700.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 4.900.000,00 Rp 5.400000,00 B. EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PAJAK HOTEL 1. Obyek Dan Dasar Pengenaan Pajak Hotel Di Kabupaten Semarang Obyek Pajak Hotel berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 19 Tahun 2002 adalah setiap jenis usaha pelayanan penginapan dan perhotelan. Sedangkan yang dikecualikan adalah pelayanan tinggal diasrama dan pondok pesantren. Jadi pada dasarnya Pajak Hotel adalah pajak tidak langsung yang dipungut atas pelayanan hotel kepada pembeli, dimana pembeli baik pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel. Dimana pajak ini bersifat objektif yaitu menekankan pada pelayanan yang disediakan hotel, termasuk : a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan. c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan bukan untuk umum. d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. e. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas penyantapan. Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dibayar oleh pembeli kepada pengusaha hotel atau penginapan. Cara pengenaan pajak hotel adalah sebagai berikut: a. setiap pengusaha hotel diwajibkan melakukan pengenaan pajak kepada setiap orang atau badan yang menjadi konsumen hotel b. pengenaan pajak dilaksanakan dengan cara menambah pungutan pajak sebesar tarif pajak yaitu sebesar 10 terhadap setiap pembayaran yang dilakukan oleh konsumen kepada pengusaha hotel. c. Apabila pengusaha hotel tidak bisa melaksanakan pengenaan pajak kepada konsumen, maka pajak ditanggung pengusaha hotel. 2. Hak Dan Kewajiban Pengusaha Hotel Yang Sudah Ditetapkan sebagai Wajib Pajak Pengusaha hotel atau penginapan merupakan pengusaha yang wajib yang mendaftarkan diri untuk dikukuhkan menjadi Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Dan ada hak maupun kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pengusaha Hotel Perda Kabupaten Semarang No 19 Tahun 2002. a. Hak Sebagai Pengusaha Hotel Pengusaha Hotel mempunyai hak diantaranya untuk pembetulan, pembatalan dan penghapusan pajak. Untuk penghapusan pajak dapat terjadi karena hal- hal sebagai berikut : 1. Apabila Wajib Pajak menghentikan usahanya. 2. Apabila Wajib Pajak dalam keadaan pailit atau bangkrut yang dibuktikan dengan penutupan usahanya. Dalam hal pembetulan, pembatalan, dan penghapusan pajak, Wajib Pajak dapat dilakukan dengan cara pengajuan Surat Permohonan kepada kepala DPKD dan apabila dalam jangka waktu paling lama 15 lima belas hari sejak diterimanya Surat Permohonan Kepala DPKD sudah harus memberikan keputusan, jika belum ada keputusan berarti permohonan tersebut dianggap diterima. b. Kewajiban Sebagai Pengusaha Hotel Pengusaha Hotel atau Penginapan yang sudah ditetapkan sebagai Wajib Pajak mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Melaporkan data pendapatan dan pajak tiap bulan kepada DPKD paling lambat 5 lima bulan berikutnya dari bulan yang dilaporkan dengan cara menyerahkan isian formulir Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD. 2. Memporporasikan semua nota pembayaran yang dipergunakan, dan hanya mempergunakan nota pembayaran yang sudah diporporasikan dalam transaksi pembayaran. 3. Menerima dan memberikan keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada petugas DPKD serta menunjukan semua bukti pembukuan. 4. Membayar lunas pajak paling lambat 15 lima belas hari dari sejak diterima Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD. 1. Prosedur Penyetoran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang Pada proses penyetoran Pajak Hotel dilakukan melalui Bendahara Khusus Penerima BKP DPKD, Bank pembangunan Daerah atau Kantor Pos, tergantung tempat dimana yang terdekat dan mudah dicapai oleh Wajib pajak yang bersangkutan, ataupun dengan cara petugas DPKD datang ke tempat Wajib Pajak yang harus didasarkan pada kesepakatan antara DPKD dengan Wajib Pajak, dimana nantinya petugas DPKD yang menerima penyetoran harus sudah menyetorkan ke pemegang kas DPKD dalam waktu 1 x 24 jam atau jangka waktu lain yang sudah ditetapkan oleh Kepala DPKD. Prosedur penyetoran Pajak Hotel adalah sebagai berikut: 1. Wajib Pajak menyetorkan pajak terhutang ke pemegang Kas DPKD dengan menunjukan SKPD. 2. Wajib Pajak membayar lunas pajak terhutang sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam SKPD. 3. Wajib Pajak mendapatkan tanda bukti penyetoran pajak berupa Surat Setor Pajak Daerah SSPD. Dalam jangka waktu paling lama 15 lima belas hari sejak diterimanya SKPD, Wajib Pajak sudah harus menyetorkan pajak terutang ke pemegang Kas DPKD, jika Wajib Pajak tidak menyetorkan kewajibannya dalam batas waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikenakan bunga pajak sebesar 2 dua persen. Prosedur penyetoran Pajak Hotel melalui Bendaharawan Khusus Penerima BKP DPKD sebagai berikut: 1. Bendaharawan pembantu Khusus Penerima BKP loket penyetoran menerima uang disertai dengan SKPD, selanjutnya SKPD divalidasi cap aslinya dikembalikan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan. 2. Berdasarkan SKPD yang telah divalidasi dengan Kas Register atau cap dicatat dan dijumlahkan dalam buku pembantu penerima sejenis “via BKP untuk selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum”. 3. Bendaharawan Khusus Pembantu Penerima pada setiap selesai jam penyetoran loket ditutup membuat “Laporan Harian BPKP” dan serah terima uang dengan dilengkapi struk rekapitulasi Kas Register kepada BKP. 4. Petugas BPKP menyetorkan uang ke Bank Pembangunan Daerah secara harian disertai bukti setoran bank. 5. BKP secara periodikal menyiapkan laporan realisasi penerima dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh DPKD. 6. Mendistribusikan a. Media setoran yang telah divalidasi ke Seksi Pembukuan. b. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis ke Seksi Pembukuan dan Seksi Penagihan. c. Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Bupati, Kepala DPKD, Seksi Perencanaan, dan Pengendalian Operasional Buku . d. Buku Kas Umum ke Bupati. Sehingga secara umum prosedur pembayaran pajak hotel dapat dibuat bagan sebagai berikut 2.1 Bagan Prosedur Pembayaran Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang Pengusaha Hotel Baru Seksi Pendaftaran Seksi Penetapan Bendaharawan Khusus Penerima Pemegang Kas DPKD Petugas Pajak Selesai Wajib Pajak 2. Prosedur Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang Penagihan adalah pelaksanaan penegakan hukum terhadap Wajib Pajak yang tidak mematuhi peraturan, dalam hal ini melunasi pajak yang terhutang sampai batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah. Tujuan dari pelaksanaan penagihan ialah sebagai usaha penegakan hukum agar Wajib Pajak memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peratuan yang berlaku dan surat teguran terakhir, Wajib Pajak dikenakan denda pajak sebesar 2 perbulan. Kegiatan penagihan terdiri dari : 1. Penagihan pasif Yaitu dimulai dari proses peringatan, Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat Teguran III. 2. Penagihan aktif Yaitu meliputi proses paksa, penyitaan, sampai dengan lelang bagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1959 tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa. Proses prosedur penagihan Pajak Hotel adalah : 1. Setelah jangka waktu 15 lima belas hari sejak diterima SKPD, ternyata Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka kepala DPKD dapat melaksanakan penagihan dengan memberikan Surat Teguran I kepada Wajib Pajak. 2. Dalam jangka 7 tujuh hari setelah pemberian Surat Teguran I Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka Kepala DPKD dapat memberikan Surat Teguran II kepada Wajib Pajak. 3. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah pemberian Surat Teguran II Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka Kepala DPKD dapat memberikan Surat Teguran terakhir kepada Wajib Pajak. 4. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah pemberian Surat Teguran terakhir Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka Kepala DPKD dapat memerintahkan kepada Petugas DPKD untuk melaksanakan penagihan seketika sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus Wajib Pajak belum melaksanakan pembayaran hutang pajak secara lunas maka kepala DPKD dapat menerbitkan surat paksa sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Dalam hal melaksanakan pembayaran hutang pajak yang dilaksanakan penagihan dengan Surat Teguran I, Surat Teguran II, Surat Teguran III, Wajib pajak dikenakan bunga pajak sebesar 2 dua persen perbulan. Sehingga secara umum bagan prosedur penagihan pajak hotel dapat dibuat bagan sebagai berikut

2.2 Bagan Penagihan Pajak Hotel Pada DPKD Kabupaten Semarang

3. Efektivitas Pajak Hotel Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya The Liang Gie,1997:108 dalam Halim Abdul, 2001: 158 Sedangkan menurut Jone dan Pendlebury , adalah suatu ukuran keberhasilan atau kegagalan dari organisasi dalam mencapai suatu tujuan Halim Abdul,2001:156. Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak Teguran I Teguran II S E L E S A I Teguran III Penagihan Seketika Surat Paksa L U N A S Wajib Pajak belum membayar pajak melebihi jatuh tempo dicapai Richard M Steers dalam Magdalena Yamin, 1985 : 5 dalam Halim Abdul, 2001:158. Untuk mencapai efektivitas pengelolaan hotel maka diperlukan manajemen hotel yaitu salah satunya adalah pemasaran, agar tingkat hunian kamar meningkat. Pemasaran terdiri dari tiga unsur penting yaitu produk, harga, dan promosi A. Yoeti, Oka.1999:5. a. Produk Produk hotel disini meliputi pelayanan sewaktu pertama datang, membawakan barang, memberi infomasi, menyediakan kamar tidur, menyediakan makan dan minuman, dan sebagainya. Namun demikian produk yang dinikmati tergantung permintaan dan keinginan tamu sendiri atau tergantung orangnya. Tamu hotel memerlukan produk berdasarkan manfaatnya. Contoh manfaat menginap suatu hotel termasuk juga kebutuhan untuk mendapat pelayanan, keamanan, kenyamanan, ketenangan, dan hibuaran. b. Harga Masalah harga atau tarif kamar suatu hotel ditetapkan berdasarkan biaya yang diperlukan untuk menyiapkan pelayanan untuk pemakaian kamar yang bersangkutan, dengan memperhatikan harga pasar yang terjadi dalam persaingan dalam periode tertentu. Harga persaingan ditentukan oleh dua macam produk hotel yaitu Limted Service Hotel seperti Hotel Melati, dan Full Service Hotel seperti Hotel Bintang, dimana tiap klasifikasi memiliki tarif kamar hotel yang berbeda. Dalam pemasaran hotel kita mengenal apa yang disebut dengan istilah Yield Management, yaitu proses penjualan kamar yang sama dengan harga yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan permintaan yang diperkirakan akan meningkat Peak Season atau permintaan akan menurun Off season. c. Promosi Menarik tamu menginap di hotel dan menggunakan fasilitas hotel, adalah tujuan utama kegiatan promosi yang dilakukan suatu hotel. Kegiatan promosi itu dibagi dalam empat kegiatan yaitu : 1. Advertising Adalah suatu kegiatan promosi yang dibayar melalui media cetak atau medi elektronik, poster, spanduk, dan banyak media lainnya. 2. Public Relation Adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh pejabat hotel sendiri dengan menggunakan teknik-teknik pendekatan kepada masyarakat secara luas dengan bermacam-macam kegiatan yang berkaitan dengan operasional hotel. Tugas utamanya dalah memelihara citra perusahaan dimata tamu dan masyarakat secara luas. Bila ada hal-hal yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hotel, maka Public Relation bertanggungjawab untuk meluruskannya dengan meralat di surat kabar atau melakukan Press Release dengan wartawan atau wawancara kalau diperlukan. 3. Sales Promotion Adalah kegiatan promosi yang dilakukan dengan tujuan untuk mendukung bagian penjualan dalam melakukan tugas-tugas penjualan yang menjadi kewajibannya. Kegiatan yang biasa dilakukan untuk kegiatan promosi ini antara lain menggunakan alat bantu antara lain : video tapes, slide presentasi, Company Newsletter seperti brosur, leaflet, dan lain-lain. 4. Personal selling Adalah salah satu kegiatan promosi yang dilakukan dengan jalan melakukan bujukan kepada calon tamu dengan harapan dapat memutuskan kepastian akan membeli produk hotel yang ditawarkan. Contoh dari Personal Selling antara lain adalah : Sales Presentations, Rate Quatations, Business Luncheon dan sebagainya. Apabila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak hotel, maka efektivitas yang dimaksudkan dapat mengetahui seberapa besar realisasi penerimaan pajak hotel, berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai pada suatu periode tertentu Halim Abdul, 2001:158. Sehingga besarnya efektifitas pengelolaan pajak hotel dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 100 Hotel Pajak Potensi Hotel Pajak Penerimaan Realisasi × Untuk menghitung potensi Pajak Hotel, digunakan formula sebagai berikut : Potensi Pajak Hotel = AxBxCxD Keterangan : A : Jumlah kamar B : Rata-Rata tarif kamar C : Jumlah haridengan asumsi 1 tahun adalah 360 hari D : Tingkat hunian kamar Sedangkan untuk mengetahui tingkat hunian kamar dilakukan dengan menghitung jumlah kamar yang dihuni dipakai tamu room night occupied dibagi dengan banyaknya kamar yang tersedia dapat dipakai room night available dikalikan 100. Dengan perhitungan diatas dapat diketahui besarnya efektivitas pengelolaan Pajak Hotel, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektifitas yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Angka efektifitas ini menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas menunjukan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin besar kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin mendekati untuk dapat dicapai Prakosa Kesit Bambang, 2005:144. C. KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PAJAK DAERAH Menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, berdasarkan klasifikasi hotel di Kabupaten Semarang terdapat beberapa jenis- jenis hotel yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hotel berbintang adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan telah memenuhi prasyarat sebagai hotel berbintang yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata antara lain keadaan fisik, seperti lokasi hotel dan kondisi bangunan, pelayanan yang diberikan, kualifikasi tenaga kerja dan kesejahteraan karyawan, serta sarana rekreasi atau olahraga yang disediakan seperti lapangan tennis, kolam renang, dan diskotek. Ciri khusus hotel berbintang adalah mempunyai restoran yang berada dibawah manajemen hotel tersebut. Hotel berbintang dirinci menjadi bintang 1 dan bintang 2. 2. Hotel Melati adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran dan belum dapat memenuhi persyaratan sebagai hotel bintang seperti yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata tetapi telah memenuhi kriteria sebagai hotel melati yang dikeluakan oleh Dinas Pariwisata Daerah. Hotel melati dirinci menjadi Melati 1, Melati 2, Melati 3. 3. Pondok Wisata adalah usaha jasa pelayanan penginapan bagi umum yang dilakukan perorangan dengan menggunakan sebagian dari tempat tinggalnya dengan pembayaran harian. Masing-masing klasifikasi akomodasi memberikan kontribusi penerimaan pada pajak daerah yang besarnya tidak sama, karena dipengaruhi besarnya pendapatan Pajak Hotel tiap bulan pada masing-masing klasifikasi akomodasi. Oleh karena itu akan dicari besarnya kontribusi Pajak Hotel terhadap pendapatan Pajak Daerah. D. KERANGKA BERPIKIR Salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah. Salah satu upaya dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pajak Daerah adalah mengefektifkan sektor pendapatan Pajak Hotel. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat hunian hotel, jumlah kamar, rata-rata tarif hotel, rata-rata jumlah pengunjung, dan jumlah hari. Semua fator-faktor tersebut termasuk dalam potensi Pajak Hotel. Apabila potensi Pajak Hotel tersebut dapat direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan realisasi pendapatan Pajak Hotel yang diterima maka Pajak Hotel tersebut telah efektif. Dengan efektifnya pengelolaan Pajak Hotel maka dihasilkan pendapatan Pajak Hotel yang maksimal, dimana diharapkan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap Pajak Daerah. Sehingga Pendapatan Asli Daerah yang tinggi dapat membiayai pembangunan daerah secara maksimal. Oleh karena itu efektivitas pengelolaan Pajak Hotel dan kontribusi pendapatan Pajak Hotel sangat diperlukan untuk meningkatkan Pajak Daerah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir Kontribusi pajak hotel - Realisasi pendapatan Pajak Hotel - Realisasi pendapatan Pajak Daerah Klasifikasi hotel: - Bintang 1 - Bintang 2 - Melati 1 - Melati 2 - Melati 3 - Pondok Wisata Pajak Daerah Efektifitas pendapatan Pajak Hotel - Realisasi penerimaan Pajak Hotel - Potensi Pajak Hotel

BAB III METODE PENELITIAN