PROSEDUR PENYELESAIAN BARANG TIDAK DIKUASAI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
PROSEDUR PENYELESAIAN BARANG TIDAK DIKUASAI (BTD) PADA KANTOR
PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA BANDAR
LAMPUNG

Oleh
Donie Hanggara

Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu kegiatan perekonomian yang sangat penting
untuk kelangsungan pembangunan nasional Indonesia. Dalam kegiatan ini,Direktorat
Jenderal

Pajak

Bea

dan

Cukai

mempunyai


peranan

yang

penting

dalam

hal

pengawasan,pelayanan,pemasukan dan pengeluaran barang dari daerah pabean,disamping itu
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk mengelompokan barangbarang berdasarkan jenis,sifat,ketentuan-ketentuan yang diatur Pemerintah.Selain itu
pemerintah menetapkan 3 jenis barang Tegahan baik ekspor dan impor yang berada dalam
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Dalam Peraturan Menteri Keuangan “PMK Nomor 62/PMK.04/2011 Tentang Proses
Penyelesaian Barang tegahan yang terdiri dari ; Barang Yang Tidak Dikuasai (BTD), Barang
Dikuasai Negara (BDN), Barang Milik Negara (BMN) yang dilakukan Pejabat Bea dan
Cukai terkadang Pemilik Barang masih sulit melaksanakan Kewajiban Kepabeanan dan akan
berakibat kepada ketidakstabilan perdagangan Indonesia, sehingga perlu solusi yang tepat

untuk mengatasi ketidaktahuan pemilik barang tersebut.

Untuk menghindari terjadinya ketidaktahuan pemilk barang dalam Kewajiban Kepabeanan,
maka pemillik barang harus mengetahui dan mematuhi prosedur Penyelesaian Barang
Tegahaan yang berlaku di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya B
Bandar Lampung.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi di bawah Kementrian
Keuangan yang memiliki tugas pokok untuk mengawasi lalu lintas keluar masuknya
barang dari daerah pabaen Indonesia.Dan memiliki peranan penting bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia terutama dalam bidang Kepabeanan .Bea dan cukai
adalah satu-satunya institusi yang bertanggung jawab terhadap barang-barang tertentu
yang mempunyai sifat karakteristik yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004 dan berdasarkan Orgnisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah di tetapkan terakhir dengan
Keputusan Nomor 302/PMK.01/2004,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai
tugas:
1. Pengawasan dan pelayanan atas lalu lintas barang yang masuk dan keluar
wilayah Republik Indonesia.

2

2. Pemungutan penerimaan Negara berupa bea masuk dan cukai serta pungutan
Negara lainnya
Selain tugas pokok tersebut,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai juga mempunyai
fungsi dan peranan,yaitu:
a. Trade Facililator, yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pemberi
fasilitas dalam perdagangan terutama dalam hal perdagangan internasional.
b. Revenue Collector,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai aparat
pemerintah yang bertugas memungut penerimaan Negara berupa bea
masuk,pajak dalam rangka impor,pungutan ekspor dan cukai.
c. Industrial Assistance,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan
asisten atau pemberi pelayanan terhadap pengusaha atau importir.

d. Community Protector,yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai
pelindung Kepabeanan Republik Indonesia.

Sebagai instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting terhadap kegiatan
ekspor dan impor barang ke luar negeri.Bea Cukai juga mempunyai kendala-kendala
dan masalah-masalah di bidang barang Tegahaan dan Kepabaeanan.Bea dan Cukai
merupakan pajak tidak langsung yang berimbas pada barang komoditi ekspor
,Maupun impor yang belum di lengkapi surat-surat,dokumen,bukti tertulis lainnya
sehingga menyebabkan target anggaran pemerintah tidak terealisasi dengan baik,
maka dari itu perlu di bentuk barang-barang yang mempunyai legalitas dan surat izin

3

Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk mengambil judul:
“Prosedur Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai Pada Kantor Pengawasan Dan
Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabaean B Bandar Lampung”.
1.2 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis mengangkat masalah yakni:
1. Prosedur- prosedur dalam penyelesaian Barang Tidak Dikuasai. (BTD).
2. Kendala- kendala apa saja yang mengakibatkan pemilik Barang Tidak

Dikuasai (BTD) belum melaksanakan kewajiban Pabeannya.
3. Tata cara pelaksanaan kegiatan pelelangan Barang Tidak Dikuasai. (BTD)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan
ini adalah :
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai salah satu pelayanan yang
diberikan oleh KPPBC Bandar Lampung tentang Prosedur barang tidak
dikuasai.
2. Mengetahui sistematika atau proses barang ekspor dan impor menjadi barang
tidak dikuasai.
3. Memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir pada program
Diploma III Perpajakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.

4

1.3.2. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulis ini ialah sebagai berikut :

1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada instansi yang bersangkutan.
2. Diharapkan dari hasil penulisan ini dapat menarik minat bagi pembaca yang
ingin mengkaji tentang prosedur barang tidak dikuasai. (BTD).
3. Diharapkan berguna sebagai informasi kepada khalayak ramai terutama pada
perusahaan ekspor impor.
4. Sebagai salah satu informasi untuk Mahasiswa agar dapat mengenal dan
memahami jenis-jenis barang yang tidak dikuasai (BTD)

1.4. Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini penulis menggunakan beberapa
metode penelitian untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang
dibahas, yaitu:
1.4.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari UndangUndang Perpajakan, Surat Keputusan Menteri Keuangan, peraturan pelaksana
lainnya, buku-buku dan literatur-literatur yang menunjang dalam penyusunan laporan
praktik kerja lapangan serta yang berhubungan dengan laporan penelitian, khususnya
yang berhubungan dengan pelayanan perpajakan.
1.4.2. Studi Lapangan
a. Observasi Lapangan
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung atas keadaan, peristiwa, serta

proses yang berkaitan dengan objek penelitian.

5

b. Wawancara
Yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dan dialog-dialog secara langsung dengan
petugas atau pejabat yang berwenang dan berkaitan langsung dengan objek penulisan.
c. Pembelajaran Materi di Kelas
Dalam metode ini,yang diperoleh dari materi-materi yang diberikan di kelas selama
ini penulis mengikuti kegiatan perkuliahan.

6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Hukum

Dalam subbab ini penulis akan menguraikan pengertian-pengertian dasar yang
berhubungan dan digunakan dalam penjelasan pokok bahasan penulis sesuai dengan

yang dituliskan dalam Laporan PKL ini,yaitu:
1. PMK Nomor 62/PMK.04/2011 Pasal 2-4 tentang Penyelesaian Barang Tidak
Dikuasai,Barang Dikuasai Negara, Dan Barang Milik Negara
2. PMK Nomor 30/PMK.05/1997 Tentang Barang Tegahaan
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Tempat Penimbunan
Berikat
4. PMK Nomor 53/PMK.04/2008 Tentang BTD,BDN,BMN.
5. Pasal 65, 66, 67 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Pabean

7

2.2 Pengertian-Pengertian
1. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas
lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea
masuk dan bea keluar.
2. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan
laut,Bandar udara,atau tempat lain ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
3. Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang kepabeanan yang wajib di
lakukan untuk memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini,

4. Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang
memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk
menimbun,mengolah,memamerkan,dan/atau menyediakan barang untuk dijual
dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.
5. Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu yang disediakan oleh pemerintah di Kantor Pabean
yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk
menyimpan BTD,BDN,BMN berdasarkan undang-undang Kepabeanan.
6. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran
harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang.
7. Pemusnahan adalah kegiatan untuk menghilangkan wujud awal dan sifat hakiki
suatu barang.

8

8. Hibah adalah pengalihan kepemilikan BTD,BDN,BMN dari pemerintah pusat
kepada pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau kepada pihak lain tanpa
memperoleh penggantian.
9. Impor adalah kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean.

10. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
2.3. Pajak
2.3.1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut
berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan
jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Jadi, Pajak merupakan hak prerogatif pemerintah, iuran wajib yang dipungut oleh
pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara
dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung
berdasarkan undang-undang.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani
pajak adalah iuran masrayakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayararnya menurut peraturan-peraturan umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan

9


yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
tugas-tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh
pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor
swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.
5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak
juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif)

2.3.2. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia menggunakan tiga sistem pemungutan yang
harus diketahui oleh Wajib Pajak diseluruh Indonesia, antara lain Sistem Self
Assestment, Sistem Official Assestment dan Sistem Withholding.

10

a. Sistem Self Assestment
Dalam sistem self assestment ini, Wajib Pajak sendirilah yang menghitung,
menetapkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang melalui media
formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Bulanan (masa) ataupun Tahunan.
Fiskus atau Petugas Pajak hanya bertugas untuk melakukan penelitian apakah
SPT tersebut telah diisi dengan lengkap (termasuk lampiran-lampiran
pendukung), meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran
penulisan.
Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan kebenaran
data yang telah disampaikan Wajib Pajak melalui SPT tersebut, fiskus dapat
melakukan pemerikasaan kepada Wajib Pajak.
b. Sistem Official Assestment
Dalam sistem official assestment ini, fiskus yang berperan aktif dalam
menghitung dan menetapkan besarnya pajak terhutang.
Sistem ini digunakan pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), besarnya pajak
terhutang ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
(SPPT).
c. Sistem Withholding Tax
Dalam sistem ini, Pajak dihitung, ditetapkan , dipotong, disetor dan dilaporkan
oleh pihak ketiga ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak
terdaftar.
Hal ini wajib dilakukan oleh Bendaharawan, Pimpinan Perusahaan/ pemberi
kerja.

11

2.3.3 Bea dan Cukai
Bea cukai merupakan pungutan negara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai berdasarkan Undang-undang yang berlaku.
a. Pengertian Bea Masuk
Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan
terhadap barang yang memasuki daerah pabean. Sebagai salah satu jenis pajak
berdasar asas domisili, Bea masuk menggunakan sistem tarif advalorum yang
besarnya diatur oleh Menteri Keuangan dan dicantumkan dalam Harmonized System.
Barang yang diimpor ke Indonesia wajib membayar bea masuk sebelum dikeluarkan
dari kawasan pabean, kecuali dalam beberapa hal tertentu yang diatur dalam undangundang.
Bea masuk di ataur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1995 tentang kepabeaanan.
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu
lintas barang yg masuk atau keluar daerah pabean dan pungutan bea masuk.
Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputu wilayah darat,
perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di daerah zona
ekonomi ekslusif dan landasan kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undang
pabean yang dikenakan terhadap barang-barang impor.
b. Pengertian Cukai
Cukai adalah pungutan oleh negara secara tidak langsung kepada konsumen yang
menikmati atau menggunakan obyek cukai. Obyek cukai pada saat ini adalah cukai
hasil tembakau (rokok, cerutu dsb), Etil Alkohol, dan Minuman mengandung etil
alkohol atau Minuman keras.

12

Secara sederhana dapat dipahami bahwa harga sebungkus rokok yang dibeli oleh
konsumen sudah mencakup besaran cukai didalamnya. Pabrik rokok telah menalangi
konsumen dalam membayar cukai kepada pemerintah pada saat membeli pita cukai
yang terdapat pada kemasan rokok tersebut. Untuk mengembalikan besaran cukai
yang sudah dibayar oleh pabrik maka pabrik rokok menambahkan besaran cukai
tersebut sebagai salah satu komponen dari harga jual rokok tersebut.
Filosofi pengenaan cukai lebih rumit dari filosofi pengenaan pajak maupun pabean.
Dengan cukai pemerintah berharap dapat menghalangi penggunaan obyek cukai
untuk digunakan secara bebas. Hal ini berarti adanya kontrol dan pengawasan
terhadap banyaknya obyek cukai yang beredar dan yang dikonsumsi. Hal yang
menarik adalah pengenaan cukai semen dan gula oleh pemerintah Belanda saat
menjajah Indonesia. Cukai dipergunakan untuk mengontrol kebutuhan masyarakat
pada gula dan semen demi kepentingan penjajah pada saat itu.
Sisi lain dari pengenaan cukai di beberapa negara maju adalah membatasi barangbarang yang berdampak negatif secara sosial (pornografi dll) dan juga kesehatan
(rokok, minuman keras dll). Tujuan lainnya adalah perlindungan lingkungan dan
sumber-sumber alam (minuman kemasan, limbah dll), serta mengurangi atau
membatasi konsumsi barang-barang mewah dan sebagainya.
Asas yang sama telah berlaku pada para perokok aktif di Indonesia.Perokok pasif
harus menanggung risiko yang lebih besar, oleh sebab itu cukai rokok dibebankan
setinggi-tingginya.
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No.
11 tahun 1995 tentang cukai.

13

c. Daerah Pabean
Pabean yang dalam bahasa Inggrisnya Customs atau Duane dalam bahasa Belanda
memiliki definisi yang dapat kita temukan dan hafal baik dalam kamus bahasa
Indonesia ataupun undang-undang kepabeanan. Untuk dapat memahami kata pabean
maka diperlukan pemahaman terhadap kegiatan ekspor dan impor. Pabean adalah
kegiatan yang menyangkut pemungutan bea masuk dan pajak dalam rangka impor.
Akan tetapi tidak ada bea keluar untuk ekspor .
Filosofi pemungutan bea masuk adalah untuk melindungi industri dalam negeri dari
limpahan produk luar negeri yang diimpor, dalam bahasa perdagangan sering disebut
tariff barier yaitu besaran dalam persen yang ditentukan oleh negara untuk dipungut
oleh DJBC pada setiap produk atau barang impor. Sedang untuk ekspor pada
umumnya pemerintah tidak memungut bea demi mendukung industri dalam negeri
dan khusus untuk ekspor pemerintah akan memberikan insentif berupa pengembalian
restitusi pajak terhadap barang yang diekspor.
Produk mentah seperti beberapa jenis kayu, rotan dsb pemerintah memungut pajak
ekspor dan pungutan ekspor dengan maksud agak para eksportir sedianya dapat
mengekspor produk jadi dan bukanlah bahan mentah atau setengah jadi. Filosofi
pemungutan pajak ekspor pada komoditi ini adalah untuk melindungi sumber daya
alam Indonesia dan menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri dalam negeri.

2.3.4 Prosedur
Banyak pengertian prosedur yang dikemukakan oleh para ahli kosa kata,ada
pengertian administrasi secara luas dan ada pengertian secara sempit,dan bahkan ada
yang mengartikan sebagai proses social.
Dalam pengertian yang luas “Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang
teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur

14

yang berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu
organisasi”.
Sedangkan pengertian prosedur secara sempit “Prosedur adalah suatu rangkaian
tugas-tugas yang saling berhubungan yang merupakan urutan-urutan menurut waktu
dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan
berulang-ulang”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah
ditentukan.

2.4 Barang Tegahan
2.4.1 Pengertian Barang Tegahan
Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 10
Pasal 65, 66, 67 Tahun 1995 tentang Pabean dan PMK Nomor 62/PMK.04/2011
Pasal 2 – 4 tentang Barang Tegahan (BTD,BDN,BMN),dinyatakan bahwa Barang
Tegahan adalah barang ekspor atau impor yang masuk ke dalam kawasan pabean
tanpa

izin

melalui

surat

maupun

dokumen-dokumen

yang

belum

di

penuhi/diselesaikan kewajiban kepabeanan.Pejabat Bea dan Cukai Berwenang:
1. Menghentingkan sarana pengangkut.
2. Memeriksa sarana pengangkut dan/atau barang diatasnya, dan
3. Menegah sarana pengangkutdan/atau barang diatasnya.
4. Memasuki sarana pengangkut dan/atau bagiannya.
5. Meminta surat atau dokumen yang berkaitan dengan sarana pengangkut
dan/atau barang diatasnya,dan
6. Memerintahkan pengangkut untuk membuka sarana pengangkut/bagianbagiannya dan /atau kemasan barang diatasnya.

15

Dalam menghentingkan sarana pengangkut pejabat Bea dan Cukai dapat
menggunakan:
1. Kapal Patroli
2. Sarana pengangkut lainnya , dan
3. Senjata api dalam hal bila diperlukan
Penghentian sarana pengangkut oleh Pejabat Bea dan Cukai dilakukan dengan cara
memberikan isyarat kepada pengangkut, dalam hal ini upaya penghentian sarana
pengangkut bila tidak dipatuhi.Bea Cukai berwenang melakukan penghentian secara
paksa hal di tempat penghentian tidak mungkin dilakukan pemeriksaan.Karna
menggagu

ketertiban

umum,membahayakan

keselamatan

pengangkut

sarana

pengangkut atau Pejabat Bea dan Cukai.

2.4.2 Jenis Barang Tegahan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 yang mengatur tentang
Barang tegahan,disebutkan bahwa barang tegahaan dikenakan terhadap barangbarang ysng belum dipenuhi/diselesaikan tanpa memenuhi kewajiban Kepabeanan.
Ada 3 jenis barang tegahan yang ada dalam dalam kegiatan ekspor dan impor
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.Barang tegahaan terdiri dari 3 jenis,yaitu:
1. Barang Dikuasai Negara. (BDN)
a. Barang Dikuasai Negara adalah barang yang dilarang atau dibatasi untuk
diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara
tidak benar dalam Pemberitahuan Pabean.
b. Barang dan/atau sarana pengangkut yang telah ditegah oleh Pejabat Bea dan
Cukai.
c. Barang sarana pengangkut yang ditinggalkan di Kawasan Pabean oleh pemilik
yang tidak dikenal.

16

2. Barang Milik Negara. (BMN)
a. Barang milik Negara adalah barang atau sarana pengangkut yang ditegah oleh
Pejabat Bea dan Cukai yang berasal dari tindak pidana yang pelakunya tidak
dikenal.
b. Barang atau sarana pengangkut yang berdasarkan putusan hakim yang telah,
dinyatakan dirampas untuk negara.
3. Barang Tidak Dikuasai (BTD)
a. Barang tidak dikuasai adalah barang yang tidak dikeluarkan dari tempat
penimbunan sementara yang berada di dalam area pelabuhan dalam jangka
waktu 30 hari sejak penimbunan.
b. Barang yang tidak dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara yang
berada di luar area pelabuhan dalam jangka 60 hari sejak penimbunan.
c. Barang yang tidak dikeluarkan dari penimbunan berikat yang telah dicabut
izinnya dalam jangka waktu 30 hari sejak pencabutan izin.
d. Barang yang dikirim melalui pos:
1. Yang ditolak oleh si alamat atau orang yang dituju dan tidak dapat dikirim
kembali kepada pengirim di luar daerah pabean.
2. Dengan tujuan luar daerah pabean yang diterima kembali karena ditolak atau
tidak dapat disampaikan kepada alamat yang dituju dan tidak diselesaikan oleh
pengirim dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimannya pemberitahuan dari
kantor pos.
2.5. Prosedur Barang Tidak Dikuasai
Kegiatan ekspor dan impor erat kaitannya dengan barang-barang yang akan
bertransformasi bila terjadi kekeliruan dan kesalahan bila pemilik barang tidak
melaksanakan kewajiban Pabeannya, barang tidak dikuasai contohnya karna sifat

17

barangnya yang ditimbun dan di simpan di TPP memiliki jangka waktu yang di
tetapkan oleh Pemerintah,maka sebab itu btd adalah proses awal sebelum terjadinya
bdn,bmn, Btd memiliki tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Proses Administrasi BTD.
2. Penyimpanan BTD.
3. Tatacara alur Penyelesaian BTD.
4. Mekanisme Pelelangan, Penghibahan, Pemusnahan BTD.

2.5.1 Pemasukan dan Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai
Pemasukan dan pengeluaran barang tidak dikuasai ke atau dari pabrik atau tempat
penyimpanan, wajib diberitahukan kepada Kepala Kantor Pabean yang mengawasi
pabrik atau tempat penimbunan pabean dengan dokumen BTD BCF 1.5
pemberitahuan wajib digunakan untuk melindungi. ;
a. Barang- barang yang disimpan di Tempat Penimbunan Pabean (TPP).
b. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang belum dilunasi Pabeannya ke pabrik
atau penyimpanan yang berasal dari kawasan Pabean, TPP,TPS,TPB dengan
fasilitas tidak dipungut cukai.
c. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang sudah dilunasi cukainya ke pabrik
atau tempat penyimpanan dengan tujuan untuk dimusnakan atau diolah
kembali.
d. Pemasukan Barang Tidak Dikuasai yang sudah dilunasi cukainya ke tempat
lain di luar pabrik dengan tujuan untuk dimusnakan untuk mendapatkan
pengembalian cukai.
e. Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai yang belum dilunasi Pabeannya dari
pabrik atau tempat penyimpanan Tempat Penimbunan Pabean dengan tujuan
untuk dimasukan ke pabrik atau tempat penyimpanan lainnya, dengan fasilitas
tidak di pungut cukai.

18

f. Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai yang belum dilunasi Pabeannya dari
pabrik atu tempat penyimpanan dengan fasilitas pembebasan cukai untuk ;
1. Keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Tujuan social.
3. Dikomsumsi oleh penumpang dan awak sarana pengangkut yang
berangkat langsung keluar daerah Pabean.
4. Keperluan perwakilan negara asing beserta Pejabat nya yang bertugas
di Indonesia berdasarkan azas timbal balik.
g. Pengeluaran Barang Tidak Dikuasai berupa Etil Alkohol atu minuman
mengandung Etil Alkohol yang sudah dilunasi cukainya baik dengan cara
pembayaran maupun cara pelekatan pita cukai dari pabrik atau Tempat
Penyimpanan Pabean.

19

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Tipe Madya Pabean Bandar Lampung
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar
Lampung berkedudukan di Bandar Lampung dan beralamat di Jl. Yos Sudarso,
Pelabuhan Panjang Bandar Lampung

3.1.1. Bea dan Cukai Sekilas
Customs (Instansi Kepabeanan) merupakan instansi yang keberadaannya memiliki
peran yang mengemban tugas berdasarkan Undang-undang kepabeanan, antara
lain:
1. Perlindungan masyarakat atas masuknya barang-barang berbahaya.
2. Perlindungan kepada industri tertentu dari persaingan barang-barang inpor
sejenis (proteksi)
3. Memberantas penyelundupan.

20

4. Diberikan atau dititipkan tugas oleh instansi-instansi lain yang
berkepentingan dengan lalu lintas barang yang mempunyai batas-batas
negara.
5. Sekaligus berkwajiban untuk menghasilkan penerimaan negaradari
kegiatan kepabeanan yang dapat menambah devisa negara.
6. Menerapkan wawasan dan sanksi dalam arti agar peraturan yang ada dapat
ditaati ddengan baik dan secara sadar hukum.

3.1.2. Kedudukan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

Kantor Pelayanan Bea dan cukai yang selanjutnya disebut kantor pengawasan dan
pelayanan merupakan instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada dan
bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah dan dikepalai atau dipimpin
oleh seorang kepala kantor.
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar
Lampung memiliki empat pos pengawasan, yaitu:
a. Indo Lampung Destilary
b. Pelabuhan laut Bakauheni
c. Kalianda
d. Pelabuhan Udara Raden Intan
Untuk mempermudah arus barang dan administrasi kepabeanan Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar Lampung
memiliki fasilitas kawasan berikat, yaitu:

21

a. PT. NEKA BOGA PERISA
b. PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA
c. PT. SINAR JAYA INTI MULYA
d. PT. GREAT GIANT PINEAPPLE
e. PT. AMAN JAYA PERDANA
f. PT. TUNAS BARU LAMPUNG
g. PT. PUTRA BALI ADYAMULIA I dan II
h. PT. HANJUNG INDONESIA
i. PT. GOLDEN SARI
j. PT. KIRIN MIWON FOODS
k. PT. BUMI MENARA INTERNUSA

3.1.3. Tugas Kantor Pengawasan dan pelayanan Bea dan Cukai
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai dalam daerah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.4. Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Intelejen, patroli, dan pencegahan pelanggaran peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai serta pelayanan kepabeanan
atas sarana pengangkut dan pemberitahuan pengangkutan barang.

22

b. Penyelidikan dibidang kepabeanan dan cukai.
c. Pengolahan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan
senjata api.
d. Pelaksanaan pemungutan bea masuk, cukai dan pungutan negara lainnya
yang dipungut oleh DJBC serta pelaksanaan perbendaharaan penerimaan,
penangguhan, penagihan, pengembalian bea masuk dan cukai.
e. Penerimaan pelayanan teknis dan kemudahan dibidang bea dan cukai.
f. Penelitian dokumen pemberitahuan ekspor dan impor barang, nilai
pabean, dan fasilitas impor, pemeriksaan.
g. Penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, nilai pabean dan sanksi
administrasi berupa denda.
h. Pelayanan atas masuk pemuatan, pembongkaran dan penimbunanbarang
dan pengawasan pengeluaran barang ke dan dari kawasan pabean.
i. Penelitian dokumen cukai, pemeriksaan pengusaha kena cukai dan uraian
perusahaan pita cukai.
j. Pembukuan dokumen kepabeanan dan cukai serta dokumen lainnya.
k. Pengendalian dan pelaksanaan urusan perijinan kepabeanan dan cukai.
l. Pemeriksaan pabean dan pengawasan pelaksanaan penimbunan dan
pengeluaran barang di tempat penimbunan berikat, pengolahan tempat
penimbunanpabean

dan

pelaksanaan

penyelesaian

barang

yang

dinyatakan tidak dikuasai.
m. Pelaksanaan pengolahan dan penyajian laporan kepabeanan dan cukai
serta penerimaan dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai.
n. Pelaksanaan administrasi kantor pelayanan.

23

3.1.5. Struktur Organisasi
Kantor Pelayanan Bea dan Cukai terdiri dari beberapa tipe berdasarkan
peredarannya arus barang atau kegiatan kepabeanan dan cukai di setiap daerah
wewenangnya yang dikepalai oleh seorang kepala kantor, yaitu:
Kantor Pengawasan Bea dan Cukai Tepe Madya B Bandar Lampung terdiri dari:
1.

Subbagian Umum;

2.

Seksi Penindakan dan Penyidikan;

3.

Seksi Administrasi Manifest;

4.

Seksi Perbendaharaan;

5.

Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai;

6.

Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi;

7.

Seksi Kepatuhan Internal;

8.

Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen;

9.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur organisasi dan tugas wewenang kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai Tipe Madya Bandar Lampung dan tugas serta wewenangnya adalah
sebagai berikut:
a) Kepala Kantor
Mengkordinasi pelayanan kepabeanan dan cukai, pemungutan bea masuk,
cukai dan pajak lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai serta pengawasan lalu lintas barang dalam rangka pelayanan,

24

berdasarkan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku

untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas kantor pelayanan.
b) Kepala Sub Bagian Umum
Mengkoordinasi urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan, dan
rumah tangga serta penyusunan rencana kerja dan laporan, perumusan
laporan pelaksanaan, tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan aparat
fungsional dan pengawasan masyarakat, serta penyusunan rencana strategi,
dan laporan akuntabilitas berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c) Seksi Penindak dan Penyidikkan.
Melakukan intelejen, patroli, dan operasi, penindak pelanggaran peraturan
perundang-undangan kepabeanan dan cukai atas sarana pengangkut dan
pemberitahuan pengangkutan barang, pengawasan pembongkaran barang,
penghitungan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan denda
administrasi terhadap kekurangan bongkar, dan kelebihan bongkar,
penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan, barang bukti dan
uang ganjaran, pengumpulan data, dan pelanggaran undang-undang
kepabeanan dan cukai, serta pengolahan dan pengadministrasian sarana
operasi dan senjata api kantor pelayanan.
d) Seksi Administrasi Manifest
Melakukan penerimaan, penatausahaan, pendistribusian, penelitian dan
penyelesaian rencana kedatangan dan keberangkatan sarana pengangkut
dan manifes, serta pelayanan pemberitahuan pengangkutan barang.

25

Tujuan terlaksananya pelayanan administrasi terhadap dokumen sarana
pengangkut

dan

pemberitahuan

pengangkutan

barang,

sehingga

pemberitahuan impor barang dan administrasi kepabeanan lainnya dapat
diselesaikan secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini Seksi Administrasi Manifest mempunyai tupoksi sebagai
berikut :
1.

Penyelesaian

penyerahan

dan

penatausahaan

pemberitahuan

RKSP/JKSP.
2.

Penyelesaian penyerahan dan penatausahaan pemberitahuan inward
manifest.

3.

Penyelesaian

penyerahan

dan

penatausahaan

pemberitahuan

outward manifest.
4.

Penyelesaian tatakerja pengeluaran barang impor dari kawasan
pabean untuk diangkut lanjut tujuan dalam daerah pabean.

5.

Penyelesaian tatakerja pengeluaran barang impor dari kawasan
pabean untuk diangkut lanjut tujuan luar daerah pabean.

6.

Penyelesaian permohonan perijinan returnable package.

7.

Penyelesaian pelayanan penyelesaian returnable package.

e. Seksi Perbendaharaan
Melakukan penerimaan pengadministrasian dan penyetoran bea masuk dan
cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan
pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, pelayanan fasilitas pembebasan, penangguhan bea masuk,

26

pengadministrasian jaminan serta pemprosesan penyelesaian penangguhan
jaminan bea masuk, dan jaminan pengusaha pengurusan jasa kepabeanan
(PPJK), penagihan dan pengambilan bea masuk, cukai, denda administrasi,
bunga sewa tempat penimbunan pabean serta penagihan pajak negara
lainnya yang dipungut.

f. Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai
Mempunyai fungsi dan tugas melakukan pelayanan teknis dan fasilitas
kepabeanan penelitian dan pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran
pemberitahuan impor barang (PIB) atau pemberitahuan ekspor barang
(PEB),pemberitahuan nilai pabean, klasifikasi barang, tarif bea masuk,
cukai dab pajak dalam rangka ekspor dan impor, penerapan klasifikasi
barang, tarif bea masuk dan nilai pabean, pemeriksaan barang dan badan,
pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang
ekspor, penimbunan dan pengeluaran barang impor dikawasan pabean
serta pamantauan pemuatan barang ke sarana pengangkut.
Seksi Cukai mempunyai tugas melakukan penelitian dokumen cukai, dan
pemeriksaan pengusaha barang kena cukai, pembukuan dokumen cukai,
pengadministrasian perijinan cukai, harga dasar dan kadar barang kena
cukai yang selesai di buat, pelayanan kemudahan serta perusahaan pita
cukai.

27

g. Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi
KPPBC B. Lampung melalui seksi penyuluhan dan layanan informasi
melaksanakan penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan
terutama yang berkaitan dengan kepabeanan dan cukai, lebih khusus lagi
berkaitan dengan kegiatan pelayanan pada KPPBC B. Lampung yang
bertujuan agar semua pengguna jasa memahami semua ketentuan
perundangan yang berlaku sehingga dapat terwujud optimalisasi serta
efisiesi kegiatan baik pelayanan maupun pengawasan.
Layanan informasi pelaksanaannya dimulai dengan memperluas media
atau saluran-saluran yang dapat digunakan oleh pengguna jasa maupun
masyarakat luas dengan tujuan utama tentunya memperbanyak pilihan dan
mempermudah pengguna jasa maupun masyarakat dalam penyampaian
informasi kepada KPPBC B. Lampung.
h. Seksi Kepatuhan Internal
Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di
lingkungan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
a. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan dan
cukai
b. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang administrasi.
c. Pengawasan pelaksanaan tugas intelijen, penindakan dan penyidikan
di bidang kepabeanan dan cukai.
d. Evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan
dan cukai.
e. Penyusunan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.

28

f. Pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat

i. Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen
Seksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen mempunyai tugas
melakukan

pengoperasian

komputer

dan

sarana

penunjangnya,

pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis
komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan
dan cukai, penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian
dokumen kepabeanan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan dan
cukai.
j. Kelompok Jabatan Fungsional

3.2. Prosedur Barang Tidak Dikuasai
Kegiatan ekspor dan impor erat kaitannya dengan barang-barang yang akan
bertransformasi bila terjadi kekeliruan dan kesalahan bila pemilik barang tidak
melaksanakan kewajiban Pabeannya, barang tidak dikuasai contohnya karna sifat
barangnya yang ditimbun dan di simpan di TPP memiliki jangka waktu yang di
tetapkan oleh Pemerintah, maka sebab itu BTD adalah proses awal sebelum
terjadinya BTD memiliki Tahap-tahapan sebagai berikut :
1. Proses Administrasi BTD.
2. Penyimpanan BTD.
3. Tatacara Alur Penyelesaian BTD.
4. Mekanisme Pelelangan, Penghibahan, dan Pemusnahan BTD.

29

3.2.1 Administrasi Barang Tidak Dikuasai
Barang tidak dikuasai mempunyai karakteristik barang yang tidak lama,mudah
sekali rusak karna tertahan di Tempat Penimbunan Pabean sehingga perlu sekali
terjalinnya mekanisme yang baik antara bea cukai dan Pemilik barang tersebut.
Penetapan BTD dilakukan oleh Kepala Kantor Pabean atau pejabat Bea dan Cukai
yang ditunjuk dengan mencantumkan dalam daftar mengenai Btd tahap
selanjutnya barang yang ditetapkan Btd dibukukan di buku catatan pabean
mengenai Btd. Btd yang telah dibukukan lalu dimasukkan ke dalam daftar Bcf 1.5
lembar surat penetapan Btd dan membuat Surat Penetapan Pabean, seterusnya
disimpan di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) atau tempat lain yang berfungsi
sebagai TPP dan dipungut sewa gudang, selanjutnya Pejabat Bea dan Cukai
memberitahukan

secara

tertulis

kepada

pemilik

barang

untuk

segera

menyelesaikan kewajiban pabean yang terkait dengan Btd dalam jangka waktu 60
hari sejak disimpan di TPP atau tempat lain yang berfungsi sebagai TPP tapi
bukan milik Kantor Pabean Bea dan Cukai sehingga mengeluarkan sewa
bangunan. Apabila pemilik barang tidak menyelesaikan kewajiban pabean maka
barang tersebut akan di lelang, dimusnakan (bila barang itu busuk) dan dikuasai
sepenuhnnya oleh Negara. Oleh sebab itu pemilik barang harus menyelesaikan
administrasi Pabean sebelum batas waktu yang telah di tentukan. Bila barang
tersebut tidak diambil selambat-lambatnya 2 hari sebelum dilakukan pelelangan
pertama, oleh pemilik atau kuasanya dapat :
1. Diimpor untuk dipakai setelah bea masuk dan biaya lainnya yang
terhutang dilunasi.
2. Diekspor kembali setelah biaya terhutang dilunasi.
3. Dibatalkan ekspornya setelah biaya terhutang dilunasi.
4. Diekspor setelah biaya yang terhutang dilunasi.
Adapun struktur proses Pengadministrasian Barang Tidak Dikuasai, sebagai
berikut :

30

Kendala-Kendala yang dihadapi pemilik barang dalam memproses dan
mengadministrasikan kewajiban Pabean adalah terletak pada ketidaktahuan
pemilik barang tentang hukum-hukum dan aturan-aturan terbaru yang dibuat oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sehingga barang yang diangkut pemilik
barang telah jatuh tempo siap untuk dilelang, masih adanya Pungutan liar diluar
dan di dalam pelabuhan, dan sarana prasarana di dalam Kawasan Pabean yang
masih belum terpenuhi sehingga mengganggu kelancaran administrasi kewajiban
Pabean. Dengan demikian solusi yang tepat adalah dengan cara mengadakan
sosialisasi Kepabeanan dalam bidang Barang Tidak Dikuasai dan Undang-Undang
terbaru kepada Pemilik barang, agar pemilik barang dapat memahami dan
melaksanakan kewajiban Pabean serta menindak

Pegawai- pegawai yang

melaksanakan praktek Pungutan-pungutan liar di pelabuhan sehingga dapat
menghambat pemilik barang yang akan melakukan administrasi kewajiban
Pabeannya,dan perbaikan sarana prasarana di Kawasan Pabean.
3.2.2 Penyimpanan BTD
Kepala Kantor Pabean atau Pejabat Bea dan Cukai yang ditunjuk Pemerintah
mempunyai

tanggung

jawab

atas

pengelolaan,

pengadministrasian,

dan

penyimpanan Btd. Penyimpanan Btd dilaksanakan di dalam kawasan Pabean,
sehingga Kepala Kantor Pabean berperan aktif dalam penyimpanan Btd yang
dikelola oleh Negara.Penyimpanan dan Penimbunan Barang Tidak Dikuasai
memiliki 3 tempat sebagai tempat untuk menyimpan dan menimbun Btd, yaitu:
1. Tempat Penimbunan Sementara (TPS)
2. Tempat Penimbunan Berikat (TPB)
3. Tempat Penimbunan Pabean (TPP)
a. Tempat Penimbunan Sementara (TPS) adalah bangunan atau lapangan
dan tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk
menyimpan barang sementara menunggu pemuatan atau pengeluarannya.

31

b. Tempat Penimbunan Berikat (TPB) adalah bangunan, tempat atau
kawasan yang memenuhi persyaratan tertentu yang digunakan untuk
meyimpan dan menimbun,mengolah, memamerkan, dan menyediakan
barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.
Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk :
1.Gudang Berikat.
2.Kawasan Berikat.
3.Tempat Penyelenggaraan Berikat.
4.Toko Bebas Bea.
5.Tempat Lelang Berikat.
6.Kawasan Daur Ulang Berikat
c. Tempat Penimbunan Pabean (TPP) adalah bangunan dan lapangan atau
tempat lain yang disamakan dengan itu yang disediakan oeh pemerintah di Kantor
Pabean yang berada dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
untuk menyimpan BTD,BDN,BMN berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan,
dengan memperhatikan kondisi dan sifat barang tersebut.
3.2.3 Alur Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai.
Sehubungan barang yang telah disimpan dan ditimbun di Tempat Penimbunan
Pabean pasti memiliki proses tata cara penyelesaiannya. Contohnya Barang Tidak
Dikuasai yang memiliki alur penyelesaian barang sebagai berikut :
a. Barang busuk segera dimusnakan,Pemusnahan Barang Tidak Dikuasai
dilakukan paling lama 30 hari sejak dibukukan dalam buku Catatan
Pabean Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai.
b. Merupakan

Barang Kena Cukai

(BKC)

berupa minuman

yang

mengandung etil alcohol, konsentrat yang mengandung etil alcohol, dan
hasil tembakau,segera dimusnakan.
c. Barang Larangan dan Barang Pembatasan adalah barang yang dilarang
atau dibatasi pemasukan atau pengeluarannya ke dalam atau dari daerah
Pabean. Penyelesaian Barang Larangan diselesaikan dengan cara

32

melampirkan Form Pabean ≤ 60 hari sejak ditimbun di Tempat
Penimbunan Pabean (TPP),bila diselesaikan akan diserahkan kepada
pemiliknya, kalau tidak akan diberikan SKEP BMN.
d. Barang karna sifatnya :
1. Tidak tahan lama,antara lain barang yang cepat busuk,misalnya buah segar
,sayur.
2. Merusak misalnya, antara lain asam sulfat, dan belerang.
3. Berbahaya, atau
4. Pengurusannya

memerlukan

biaya

tinggi,segera

dilelang

dengan

memberitahukan secara tertulis kepada pemiliknya, selain barang larangan
dan barang batasan.
e. Merupakan barang yang dilarang untuk diimpor atau diekspor, dinyatakan
milik negara, kecuali terhadap barang tersebut penyelesaiannya ditetapkan
lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Merupakan barang yang dibatasi untuk diekspor atau diimpor diberikan
kesempatan untuk diselesaikan oleh pemiliknya dalam jangka waktu 60
hari terhitung sejak disimpan di Tempat Penimbunan Pabean.
Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai tidak diselesaikan Kewajiban Pabeannya
akan diberikan SKEP Lelang dalam jangka waktu yang ditetapkan yaitu 2 hari
sebelum dilelang akan dilaksanakan dan barang karna sifatnya akan tetap dilelang
oleh Kepala Kantor Pabean tanpa memperhatikan batasan nilai pabean,untuk
memudahkan

pelaksanaan lelang barang yang telah dibukukan dalam buku

Catatan Pabean Barang yang Dinyatakan Tidak Dikuasai dibuatkan rencana
pelelangan barang yang berisi barang siap dilelang dengan memperhatikan urutan
tahun, bulan, dan tanggal penyimpanan di Tempat Penimbunan Pabean, kecuali
barang karna sifatnya. Pelelangan dilakukan melalui lelang umum dengan
memperhatikan rencana pelelangan barang dan segala akibat yang timbul atas
pelelangan menjadi tanggung jawab pemilik barang bila barang itu rusak, label
atau pita cukai hilang, dan syarat/dokumen lelang hilang.

33

3.2.4. Mekanisme Pelelangan, Penghibahan, dan Pemusnahan Barang Tidak
Dikuasai.
Pelelangan, Penghibaan, dan Pemusnahan erat kaitannya dengan Barang Yang
Tidak Dikuasai yang belum diselesaikan Kewajiban Pabeannya, dan kemudian
barang-barang yang tersebut menjadi Barang Negara.
Pelelangan harga terendah untuk Barang Tidak Dikuasai yang akan dilelang
sekurang-kurangnya meliputi :
a. Bea masuk, cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor. (PDRI)
b. Sewa gudang di TPS untuk paling lama 2 bulan.
c. Sewa gudang di TPP.
d. Biaya pencacahan dan penimbunan di TPP.
Untuk menghitung bea masuk, cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor, Kepala
Kantor Pabean menetapkan nilai Pabean dari barang yang akan dilelang
berdasarkan data yang tersedia pada Kepala Kantor Pabean yang bersangkutan.
Penetapan harga terendah untuk barang yang akan dilelang dilakukan oleh Kepala
Kantor Pabean dan apabila penawaran pada pelelangan pertama tidak mencapai
harga terendah dalam jangka waktu paling lama 6 bulan dilakukan pelelangan
ulang, Kemudian pada waktu pelelangan ulang harga terendah lelang tidak
tercapai, Kepala Kantor Pabean dapat mengusulkan kepada Menteri Keuangan
melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan persetujuan
pemusnahan barang yang diserahkan status penggunaannya kepada Menteri
Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.Barang yang tidak dipungut sewa
gudang di TPS dan TPP serta biaya lain timbul akibat pengelolaan barang yang
tidak teratur dan tidak lengkapi dengan surat – surat Kewajiban Kepabeanan.
Hasil pelelangan Barang Tidak Dikuasai setelah dikurangi dengan Bea masuk,
cukai, Pajak Dalam Rangka Impor, sewa gudang, serta biaya – biaya yang
dikeluarakan sisanya disediakan untuk pemiliknya, sisa uang diberitahukan secara
tertulis kepada pemiliknya atau diumumkan melalui papan pengumuman oleh

34

Pejabat Bea dan Cukai dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal pelelangan. Dan
sisa uang hasil lelang menjadi milik negara apabila dalam jangka waktu 90 hari
setelah tanggal surat pemberitahuan atau pengumuman tidak diambil oleh
pemiliknya.
Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghibahan Barang Tidak Dikuasai (BTD) yang
telah ditetapkan untuk dimusnakan dan hibah yang dilakukan oleh Pejabat Bea
dan Cukai dan dituangkan dalam berita acara Pemusnahaan dan Hibah.
Jumlah penerimaan negara yang berasal dari lelang, hibah Barang Tidak Dikuasai
berupa Bea masuk, cukai, Pajak Dalam Rangka Impor disetor seluruhnya ke kas
Negara dan gunanya sebagai Anggaran Negara untuk membiayai pengeluaran –
pengeluran negara terkait proses pemerintahan dan pembangunan nasional.

.

PROSEDUR PENYELESAIAN BARANG TIDAK DIKUASAI PADA
KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE
MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG

(Tugas akhir)

Oleh
DONIE HANGGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

DAFTAR PUSTAKA

Didin Baharudin. S.R. 2004. Barang Tegahaan. PT Mitra Eka Perdana. Edisi
Revisi. Jakarta.
http://www.beacukai.go.id
Kamaruddin. 1992. Pengertian Prosedur. Diacu dari http://necel.wordpress.com
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Mega. Astuti. 2008. Penyelesaian Barang Tidak Dikuasai (BTD). Diacu dari
http://megaastuti.com
Muparrih. 2008. Pengertian Cukai. Diacu http://catatankecik.blogspot.com
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.04/2008 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.04/2011 Tentang
Barang Tegahaan (BTD,BDN,BMN)
Revans. Rachmad. 2011. Pengertian Bea dan Cukai. Diacu dari
http://rachmadrevanz.com
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Penyelesaian Barang
Tidak Dikuasai (BTD)
Wirawan B. Ilias, Waloyo. 2003. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Edisi
Revisi. Jakarta.

Lampiran : ND/WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 28 Februari 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATAKAN SEBAGAI BARANG TIDAK DIKUASAI
No

No BCF 1.5

Nomor /
Tanggal BC 1.1

Pos

Nama Sarana
Pengangkut / Voy

Jumlah
Barang

Consignee/Notify
Party/Alamat

Jenis Barang

Container

1

005/Manifes/I/2011
28 Februari 2011

000824/
16/12/2010

0045

MV. APL Lilac /
330

15 PK

PT. PLN (Persero)

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

TPHU4124670 *40”
TOLU4786456 *40”
APZU3984120 *20”
APHU6226455 *40”

(gudang
importir)

-

(gudang
importir)

JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

2

006/Manifes/I/2011
28 Februari 2011

000825/
17/12/2010

0001

MV. Spring
Hummer / S11016

88 PK

PT. PLN (Persero)
JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

Pembuat Daftar BCF 1.5
Kasubsi Adm. Manifes

Subriady
NIP 19621215 198303 1 002

Ket

Lampiran : ND/WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 01 Maret 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATAKAN SEBAGAI BARANG TIDAK DIKUASAI
No

No BCF 1.5

Nomor /
Tanggal BC 1.1

Pos

Nama Sarana
Pengangkut / Voy

Jumlah
Barang

Consignee/Notify
Party/Alamat

Jenis Barang

Container

Ket

1

007/Manifes/I/2011
01 Maret 2011

000844/
23/12/2010

0001,
0002,
&
0003

MV. Well Faith /
W1008

174 PK

PT. PLN (Persero)

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

-

(gudang
importir)

JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

Pembuat Daftar BCF 1.5
Kasubsi Adm. Manifes

Subriady
NIP 19621215 198303 1 002

Lampiran : ND/WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 01 Maret 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATAKAN SEBAGAI BARANG TIDAK DIKUASAI
No

No BCF 1.5

Nomor /
Tanggal BC 1.1

Pos

Nama Sarana
Pengangkut / Voy

Jumlah
Barang

Consignee/Notify
Party/Alamat

Jenis Barang

Container

Ket

1

008/Manifes/I/2011
02 Maret 2011

000845/
23/12/2010

0018
&
0019

MV. APL Lilac /
331

91 BE
&
16 PK

PT. PLN (Persero)

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

APHU6783466
APHU7173909
APLU9021502
GESU5681489
GESU6182057
GLDU7047741
TCKU9786360
TTNU9081151
APHU6745189

9x40”
(gudang
importir)

JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

Pembuat Daftar BCF 1.5
Kasubsi Adm. Manifes

Subriady
NIP 19621215 198303 1 002

Lampiran : ND/WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 18 April 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATAKAN SEBAGAI BARANG TIDAK DIKUASAI
No

No BCF 1.5

Nomor /
Tanggal BC 1.1

Pos

Nama Sarana
Pengangkut / Voy

Jumlah
Barang

Consignee/Notify
Party/Alamat

Jenis Barang

Container

Ket

1

014/Manifes/IV/2011
18 April 2011

000159/
17/03/2011

0044

MV. APL Lilac /
343

16 CS

PT. PLN (Persero)

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

PCIU8462089

1x40”
(UTPK)

JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

Pembuat Daftar BCF 1.5
Kasubsi Adm. Manifes

Subriady
NIP 19621215 198303 1 002

Lampiran : ND- 38 /WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 18 Mei 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATAKAN SEBAGAI BARANG TIDAK DIKUASAI
No

No BCF 1.5

Nomor /
Tanggal BC 1.1

Pos

Nama Sarana
Pengangkut / Voy

Jumlah
Barang

Consignee/Notify
Party/Alamat

Jenis Barang

Container

Ket

1

017/Manifes/V/2011
18 Mei 2011

000220/
15/04/2011

0009

MV. Henry Schulte
V.019

7 CS

PT. PLN (Persero)

EQUIPMENT FOR
THE COAL FIRED
STEAM POWER
PLANT PROJECT
PLTU
LAMPUNG/TANJUNG
SELAKI

TRLU5786939
TTNU9065253

2 x 40”
(UTPK)

JL TRUNOJOYO BLOK M
1/135 KEBAYORAN
BARU JAKARTA 12160
INDONESIA

Pembuat Daftar BCF 1.5
Kasubsi Adm. Manifes

Subriady
NIP 19621215 198303 1 002

Lampiran : ND- 39 /WBC.05/KPP.MP.0403/2011
Tanggal : 20 Mei 2011

DAFTAR BARANG IMPOR
YANG DINYATA