KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI HASIL KEGIATAN

13

BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Universitas Jember sebagai salah satu perguruan tinggi harus melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi diantaranya adalah pengabdian kepada masyarakat. Universitas Jember melalui Fakultas Kedokteran Gigi dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dialami oleh petani kakao. Fakultas Kedokteran Gigi memiliki daya dukung berupa laboratorium dan klinik yang memadai dan didukung oleh sumber daya manusia yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani kakao di Kecamatan Bangsalsari. Tim pelaksana pada kegiatan ini merupakan SDM yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran Gigi memiliki keahlian pada pendekatan kemasyarakatan dan pemeliharaan kesehatan gigi masyarakat. Tim pelaksana mengampu mata kuliah Anatomi, Konservasi dan Periodonsia dengan materi tentang pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang, diagnosis, etiologi dan patofisiologi karies gigi, pencegahan dan pengobatan karies gigi, kesehatan jaringan pendukung gigi dan metode menyikat gigi. Keahlian tersebut diperlukan agar target luaran yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. 14

BAB 5. HASIL KEGIATAN

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat, yang akan mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut mereka. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut perlu disosialisasikan secara luas agar masyarakat dapat mengubah perilaku dan memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Upaya peningkatan kesehatan gigi seharusnya ditinjau dari aspek lingkungan, kesadaran masyarakat, penanganan kesehatan termasuk pencegahan dan perawatannya. Kegiatan IbM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut para petani serta memberikan pengalaman pengobatan sederhana oleh dokter gigi kepada para petani. Diawali dengan melakukan koordinasi dengan ketua kelompok tani kakao dan manajer perkebunan PTPN XII Desa Banjarsari, karena sebagian besar petani di Kecamatan Bangsalsari bekerja di perkebunan. Kegiatan koordinasi ini dilakukan pada tanggal 1 April 2015 oleh para pengabdi dari Universitas Jember dan Kepala Puskesmas Bangsalsari selaku mitra, untuk mempererat tali silaturahmi. Dari hasil koordinasi pertama, didapatkan rencana kegiatan penyuluhan IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari dilakukan di 4 Afdeling, yaitu Afdeling Klatakan, Banjarsari, Karangnangka dan Gerengrejo. Terdapat 1 afdeling lagi pada perkebunan PTPN XII yaitu Antokan yang letaknya di luar kecamatan Bangsalsari, sehingga tidak termasuk sasaran pada kegiatan ini. Pada pertemuan itu Manajer Perkebunan PTPN XII Desa Banjarsari menyarankan kepada kami untuk melakukan kunjungan ke Kantor Wilayah II PTPN XII yang menangani perijinan administrasi sebelum melaksanakan kegiatan pengabdian. Atas saran pimpinan perkebunan PTPN XII Desa Banjarsari, kami melakukan kunjungan ke Kantor Wilayah II PTPN XII yang berlokasi di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember pada tanggal 4 April 2015 dengan membawa proposal dan surat tugas dari Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jember. Pada kunjungan ini kami bertemu dengan staf Kantor Wilayah II dan menginstruksikan kepada kami untuk menunggu jawaban dari PimpinanManajer Wilayah yang pada saat itu sedang berada di luar kota. Sementara menunggu ijin dari Kantor Wilayah II, pada tanggal 11 April 2015 kami melakukan koordinasi dengan Kepala Balai Pengobatan mengenai pelaksanaan kegiatan pengobatan yang akan dipusatkan di Balai Pengobatan Kebun Banjarsari. Pada kesempatan yang sama kami juga bertemu dengan ketua kelompok tani sebagai koordinator sasaran 15 penyuluhan. Pertemuan ini menghasilkan jadwal kegiatan penyuluhan dan pengobatan yang akan dilaksanakan tiap minggu secara bergantian pada 4 Afdeling tersebut. Ketua kelompok tani sebagai koordinator di lapangan, akan mengumpulkan petani kakao pada hari yang telah di jadwalkan. Pada tanggal 13 April 2015 kami mendapat informasi dari staf kantor wilayah II mengenai perijinan kegiatan IbM Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari. Tim pengabdi datang ke Kantor Wilayah II pada tanggal 14 April 2015 untuk melakukan koordinasi lanjutan. Disana kami bertemu dengan Pimpinan Kantor Wilayah II PTPN XII dan menjelaskan mengenai konsep dari kegiatan pengabdian ini. Pertemuan ini menghasilkan ijin dari pihak perkebunan untuk menggunakan beberapa fasilitas milik Kebun Banjarsari seperti Aula, sound system, dan perlengkapan lainnya. Dari serangkaian kegiatan diatas, tim pengabdi mendapat dukungan penuh dari pihak Perkebunan, Kepala Puskesmas Bangsalsari dan ketua kelompok tani kakao sehingga dapat membantu tim pengabdi dalam melaksanakan kegiatan utama yaitu penyuluhan dan pengobatan kepada Petani Kakao Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. Kami melakukan kunjungan sebanyak 4 kali pada tiap-tiap afdeling. Kunjungan pertama dan kedua dilakukan kegiatan penyuluhan dengan materi yang berbeda. Pada kunjungan ketiga, kami melakukan kegiatan pengobatan sederhana, sedangkan kunjungan keempat merupakan evaluasi dari hasil kunjungan sebelumnya dan dilakukan pemeriksaan indeks kebersihan rongga mulut. Rencana kegiatan yang telah disusun akan dilaksanakan dengan mengikuti jadwal berikut tabel 1: Kegiatan Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Penyuluhan I Penyuluhan II Pengobatan Evaluasi Keterangan: Minggu 1-4: kegiatan dilakukan pada Afdeling Banjarsari Minggu 5-8: kegiatan dilaksanakan pada Afdeling Karangnangka Minggu 9-12: kegiatan dilaksanakan pada Afdeling Gerengrejo Minggu 13-16: kegiatan dilaksanakan pada Afdeling Klatakan Kegiatan penyuluhan pertama dimulai pada afdeling Banjarsari pada tanggal 18 April 2015, dengan difasilitasi oleh pihak PTPN XII bertempat di aula perkebunan Banjarsari. Penyuluhan dan penjelasan kepada para petani kakao mengenai karies dan penyakit jaringan pendukung gigi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dan 16 diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan mereka. Metode yang digunakan adalah ceramah, dibantu dengan media peragaan gambarposter dan model gigi, serta dilakukan tanya jawab dengan peserta penyuluhan. Untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya dalam upaya peningkatan kesehatan gigi perlu diketahui proses terjadinya gigi berlubang karies gigi, termasuk penyebab dan faktor- faktor yang berhubungan dengan terjadinya karies gigi. Penyakit gigi berlubang dan gusi berdarah dapat menyerang semua orang baik pria maupun wanita, anak-anak maupun orang dewasa. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena belum terbiasanya menggosok gigi secara benar dan teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Faktor makanan atau minuman yang sering dikonsumsi dengan kadar glukosa tinggi tanpa disertai menggosok gigi atau berkumur setelahnya juga berperan dalam terjadinya insiden gigi berlubang. Gambar 1. Tim pengabdi sedang memberikan materi penyuluhan pada petani kakao di afdeling Banjarsari Materi penyuluhan terbagi menjadi 2, yaitu penyuluhan I meliputi menjelaskan mengenai peranan dokter gigi dan tukang gigi pengetahuan tentang penyebab terjadinya gigi berlubang, pencegahan dan perawatan di bidang kedokteran gigi, dan materi penyuluhan II mengenai karang gigi dan gusi berdarah, cara menyikat gigi yang benar, serta perlunya kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Penyuluhan kedua pada afdeling Banjarsari 17 dilaksanakan pada tanggal 25 April 2015. Penjelasan mengenai peranan dokter gigi dan tukang gigi perlu diberikan kepada masyarakat yang masih awam mengenai tenaga kesehatan. Oleh karena masih minimnya kunjungan ke puskesmas, dan dari hasil wawancara sebelumnya dengan para petani, mereka memilih berobat ke tukang gigi. Penjelasan mengenai tindakan-tindakan pencegahan juga diberikan karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Para petani masih sangat awam mengenai perawatan gigi, sehingga mereka beranggapan jika sakit gigi maka harus dicabut. Pada kesempatan ini kami menjelaskan bahwa pencabutan merupakan alternatif terakhir jika kondisi gigi sudah tidak dapat dipertahankan di dalam rongga mulut. Gambar 2. Penyuluhan mengenai cara menggosok gigi yang benar Sasaran kegiatan IbM ini merupakan masyarakat petani kakao yang memiliki latar belakang kehidupan yang homogen. Mereka rata-rata memiliki latar belakang pendidikan SD, kondisi sosial ekonomi yang hampir sama, sehingga tidak ditemukan kendala pada kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada 4 afdeling. Tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, menunjukkan tingkat pengetahuan yang hampir sama. Kegiatan penyuluhan pada Afdeling Karangnangka dilaksanakan pada tanggal 23 dan 30 Mei, Afdeling Gerengrejo pada tanggal 8 dan 15 Agustus, dan Afdeling Klatakan pada tanggal 5 dan 12 September 2015. Pada kegiatan penyuluhan, para peserta mendapat sikat gigi dan pasta gigi, serta poster 18 yang dapat ditempel di rumah masing-masing. Pertimbangan pemberian poster, supaya keluarga para petani di rumah dapat juga menerapkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Poster juga lebih menarik dengan adanya gambar-gambar dan kalimat edukasi di dalamnya. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh para pengabdi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Semua materi yang telah disiapkan dapat terlaksana dengan baik dan cukup menarik perhatian sasaran, mereka tampak memperhatikan serta mendengarkan ceramah dan demontrasi yang disampaikan dengan tertib. Mereka dengan antusias mengajukan pertanyaan di sela-sela kegiatan penyuluhan. Hal ini sangat mengembirakan kami para pengabdi karena menunjukkan bahwa mereka memberikan tanggapan yang positif terhadap kegiatan ini. Dengan demikian para petani kakao yang hadir pada acara tersebut dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mereka tentang arti penting kesehatan gigi dan mulut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Diharapan, para petani yang hadir pada kegiatan ini dapat meneruskan informasi yang telah di dapat kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Gambar 3. Salah satu petani kakao saat mengajukan pertanyaan di sela-sela kegiatan penyuluhan 19 Gambar 4. Suasana kegiatan penyuluhan, para peserta tampak antusias menyimak materi. Kegiatan berikutnya setelah dilakukan penyuluhan adalah pengobatan sederhana. Tim pengabdi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan dibantu mahasiswa tingkat akhir melakukan kegiatan perawatan dan pengobatan gigi sederhana yang meliputi pemeriksaan OHI-S, medikasi, penambalan gigi berlubang dan pembersihan karang gigi. Kendala waktu yang terbatas oleh karena para petani yang harus kembali bekerja, kegiatan pengobatan ini dihadiri oleh 50 orang petani, yang datang secara bergantian dan sudah diatur oleh koordinator petani. Tujuan dari kegiatan pengobatan ini adalah memberikan pengalaman perawatan gigi dan mulut kepada para petani. Diharapkan, mereka dapat merasakan kondisi rongga mulut yang bersih setelah dilakukan tindakan skalingpembersihan karang gigi, mereka dapat terus menjaga kebersihan rongga mulutnya dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan penyuluhan sebelumnya. Kegiatan pengobatan dilaksanakan di balai pengobatan Kebun Banjarsari PTPN XII sesuai jadwal kegiatan yaitu pada tanggal 2 Mei untuk para petani Afdeling Banjarsari, para petani afdeling Karangnangka pada tanggal 6 Juni, para petani afdeling Gerengrejo pada tanggal 22 Agustus, dan para petani afdeling Klatakan pada tanggal 19 September 2015. Pada kesempatan ini, para petani dapat berkonsultasi langsung dengan dokter gigi mengenai masalah kesehatan rongga mulut yang dialaminya. Kegiatan pengobatan dilaksanakan pada pukul 09.00 hingga 13.00, dan berjalan dengan baik sesuai harapan dan target yang telah ditetapkan, yaitu 50 petani pada tiap-tiap afdeling. 20 Gambar 5. Peserta kegiatan pengobatan saat melakukan konsultasi dengan Tim Pengabdi dari FKG Universitas Jember Tahap awal sebelum dilakukan pengobatan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan indeks kebersihan rongga mulut Oral Higiene IndeksOHI-S. Dari hasil pengamatan kami, rata-rata petani kakao di Kecamatan Bangsalsari memiliki masalah terkait dengan kebersihan rongga mulutnya. Hal ini ditandai dengan kondisi rongga mulut dengan banyak karang gigi pada permukaan gigi terutama di bagian lingual gigi rahang bawah dan permukaan bukal gigi rahang atas. Setelah dilakukan pemeriksaan, para petani mendapat perawatan sesuai yang mereka butuhkan. Pembersihan karang gigi dilakukan pada semua sasaran yang datang pada hari itu. Beberapa petani dengan keluhan gigi berlubang, dilakukan penambalan. Penambalan dilakukan pada gigi yang sesuai indikasi, yaitu karies superfisial atau media yang belum 21 mengenai tonjol gigi. Bahan Glass ionomer dipilih karena memiliki efek kariostatik dapat mencegah terjadinya karies dan aplikasinya mudah. Beberapa petani yang membutuhkan pencabutan gigi dan perawatan syaraf gigi kami rujuk ke puskesmas BangsalsariRS Perkebunan selaku mitra oleh karena keterbatasan waktu dan alat yang ada. Disediakan juga meja konsultasi dan medikasi untuk pasien dengan kondisi sakit gigi akut, sebagai pertolongan pertama diberi analgesik dan antibiotik untuk meredakan nyeri dan mengurangi aktivitas bakteri, selanjutnya disarankan untuk mengunjungi puskesmas atau Rumah Sakit. Gambar 6. Kegiatan pengobatan meliputi penambalan gigi Kegiatan pengobatan ini dipusatkan di Balai Pengobatan milik PTPN XII kebun Banjarsari. Balai pengobatan ini memiliki staf 1 orang perawat dan 2 orang juru rawat. Tidak ada tenaga dokter gigiperawat gigi sehingga para petani yang mengalami keluhan pada gigi harus mengunjungi Puskesmas Bangsalsari atau RS Perkebunan. Karena masih rendahnya kesadaran para petani untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, mereka biasanya memilih untuk mengobati keluhan secara tradisional ataupun datang ke tukang gigi untuk melakukan pencabutan. Mereka enggan untuk datang ke RS milik perkebunan yang berada di Jember oleh karena letaknya yang jauh, yaitu sekitar 20 km dari tempat tinggal mereka di kecamatan Bangsalsari. 22 Gambar 7. Salah satu petani saat dilakukan pembersihan karang gigi Seminggu setelah kegiatan pengobatan, kami melaksanakan kunjungan pada tiap-tiap afdeling. Kunjungan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mengetahui keberhasilan jangka pendek setelah dilakukan penyuluhan dan pengobatan. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhir pada tiap-tiap afdeling, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei pada afdeling Banjarsari, tanggal 13 Juni pada afdeling Karangnangka, tanggal 29 Agustus pada afdeling Gerengrejo, dan tanggal 26 September pada afdeing Klatakan. Pada kunjungan ini, dilakukan pemeriksaan kembali Indeks kebersihan mulut OHI-S para petani. Apabila mereka menerapkan materi yang telah didapat pada saat penyuluhan yaitu cara melakukan gosok gigi yang benar, maka mereka dapat mempertahankan kebersihan rongga mulutnya. 23 Gambar 8. Pemeriksaan OHI-S pada peserta pengobatan Gambar 9. Tim Pengabdi saat melakukan pemeriksaan OHI-S 24 Gambar 10. Tim Pengabdi saat melakukan kegiatan pemeriksaan OHI-S Oral Hygiene Index atau indeks kebersihan mulut dilakukan dengan mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi oleh food debris, plak atau kalkulus. Untuk pemeriksaan OHI-S digunakan adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior. Rahang atas yang diperiksa adalah permukaan bukal gigi M1 kanan atas, permukaan labial gigi I1 kanan atas dan permukaan bukal gigi M1 kiri atas. Pemeriksaan dilakukan di permukaan bukal karena saluran muara kelenjar saliva yaitu pada glandula parotis terletak di darah bukal. Rahang bawah yang diperiksa adalah permukaan lingual gigi M1 kiri bawah, permukaan labial gigi I1 kiri bawah dan permukaan lingual gigi M1 kanan bawah. Pemeriksaan pada permukaan lingual karena saluran muara untuk kelenjar saliva yaitu pada glandula sublingualis terletak di darah lingual. Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti di sebelahnya. Skor OHI-S didapatkan dengan menjumlahkan skor Debris Indeks DI-S dan Calculus Indeks CI-S. Pemeriksaan DI-S dan CI-S dilakukan dengan memeriksa 6 gigi yang telah dijelaskan di atas. Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan sonde pada 13 insisal atau oklusal gigi dan kemudian digerakkan ke arah 13 gingival. Kriteria penilaian untuk DI-S dan CI-S yaitu : 0 = tidak ada food debriskalkulus 1 = food debris lunakkalkulus yang menutupi tidak lebih dari 13 permukaan gigi. 25 2 = food debris lunakkalkulus yang menutupi lebih dari 13 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 23 permukaan gigi. 3 = food debris lunakkalkulus yang menutupi lebih dari 23 permukaan gigi Tingkat kebersihan mulut secara klinis OHI-S dapat dikategorikan sebagai berikut : 0,0 – 1,2 = baik 1,3 – 3,0 = sedang 3,1 – 6,0 = buruk Dari kegiatan evaluasi ini, dapat dilihat indeks kebersihan rongga mulut petani yang semakin membaik. Terlihat dari skor OHI-S yang menurun Gambar 11, yang menandakan ada perbaikan tingkat kebersihan rongga mulut sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dan pengobatan. Rata-rata skor OHI-S awal para petani menunjukkan skor antara 3-4 yang tergolong buruk. Setelah diberi penyuluhan dan dilakukan kegiatan pembersihan karang gigi, rata-rata skor OHI-S para petani menjadi 2-2,8 yang tergolong skor sedang. Penurunan skor OHI-S menunjukkan kebersihan rongga mulut para petani yang semakin meningkat. Gambar 11. Diagram batang rata-rata skor OHI-S para petani Berdasarkan pengamatan pada saat melakukan pemeriksaan OHI-S dan pengobatan, sebagian besar masalah rongga mulut para petani yaitu menyangkut kebersihan rongga mulut dan stain akibat kebiasaan merokok yang mereka lakukan. Rata-rata mereka merokok 1 pak sehari. Hal ini tampak pada keadaan rongga mulutnya yaitu gingiva berwarna kehitaman, terdapat stain hampir di seluruh permukaan lingualpalatal dari gigi, dan beberapa petani mengalami resesi gingiva yang menyebabkan gigi goyang. Pada saat yang bersamaan kami 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Banjarsari Karangnangka Gerengrejo Klatakan Skor OHI-S Awal Sesudah penyuluhan dan pengobatan 26 juga memberikan edukasi mengenai bahaya merokok baik untuk kesehatan umum maupun kesehatan rongga mulut. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan ketrampilan dan kesadaran, mengubah perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya serta memberikan pengalaman perawatan gigi yang baik kepada para petani kakao Kecamatan Bangsalsari. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh para pengabdi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember terhadap kegiatan ini, tampak bahwa pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada sasaran masih cukup rendah, dan sebagian besar dari mereka mengungkapkan bahwa kegiatan pengabdian yang kami lakukan merupakan pengalaman perawatan gigi pertama bagi mereka. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan serupa sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para petani. 27

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN