Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status oral higiene murid kelas V SD di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin dan daerah urban Kecamatan Medan Barat.
PERILAKU KEBERSIHAN GIGI DAN PERBEDAAN STATUS
ORAL HIGIENE MURID KELAS V SD DI DAERAH
RURAL KECAMATAN PANTAI CERMIN DAN
DAERAH URBAN KECAMATAN
MEDAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
THOMAS RIADI PURBA NIM: 050600092
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2009
Thomas Riadi Purba
Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status oral higiene murid kelas V SD di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin dan daerah urban Kecamatan Medan Barat. ix+ 45 halaman
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata oral higiene dan perilaku kebersihan gigi dan mulut, serta menganalisis perbedaan rata-rata oral higiene murid sekolah dasar di daerah rural dan urban. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada murid kelas V sekolah dasar di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dan daerah urban Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, dengan responden masing-masing 100 orang. Pengambilan sampel sekolah di daerah rural dan urban dilakukan secara purposif, sedangkan untuk pengambilan sampel murid dilakukan secara kuota
sampling. Indeks pengukuran oral higiene yang digunakan adalah indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan independent T-test.
Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural yaitu 3,76±0,89, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 2,76 ±1,01. Berdasarkan perilaku kebersihan gigi dan mulut, perilaku menyikat gigi lebih baik pada responden di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Hal ini dilihat dari responden di daerah rural
(3)
sebahagian besar menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu 41%, sedangkan responden di daerah urban sebahagian besar sudah menyikat gigi sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari saat mandi yaitu 65%, bahkan 20% sudah mempunyai kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan. Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna antara rata-rata kalkulus, debris, dan OHI-S murid kelas V SD di daerah rural dan urban (p<0,001).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan kesehatan gigi bagi murid sekolah dasar khususnya di daerah rural oleh petugas pelayanan kesehatan dan pelaksana program pendidikan kesehatan gigi di Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama dan perlu dijalin kerjasama dengan orang tua untuk menciptakan motivasi anak yang lebih baik dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
(4)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 07 Agustus 2009
Pembimbing: Tanda tangan
Sondang Pintauli, drg., Ph.D ……….
(5)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 6 Agustus 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Oktavia Dewi, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Gema Nazri Yanti, drg
(6)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL………..………...………..
HALAMAN PERSETUJUAN ………..
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……….
KATA PENGANTAR ………... iv
DAFTAR ISI ..……….. vi
DAFTAR TABEL ………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1
1.2 Perumusan Masalah... 5
1.2 Tujuan Penelitian ………. 6
1.3 Manfaat Penelitian……….... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi...……….. 7
2.2 Penyakit Periodontal.……… 8
2.3 Oral Higiene...………... 9
2.4 Perilaku Kesehatan……….... 12
2.5 Pendidikan Kesehatan Gigi... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 21
3.2 Tempat Penelitian... 21
3.3 Populasi dan Sampel ……… 22
3.4 Variabel penelitian……… 24
3.5 Definisi Operasional dan Indeks Pengukuran ………. 24
3.6 Cara Pengumpulan Data ……….. 26
3.7 Pengolahan Data ……….. 27
(7)
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Sosiodemografi Responden...……… 28
4.2 Status Oral Higiene...………....……. 29
4.3 Perilaku Kebersihan Gigi dan Mulut………... 31
4.4 Perilaku Mengemil/Jajan... 33
4.5 Informasi Kesehatan Gigi dan Mulut………... 34
4.6 Perbedaan Status Oral Higiene………. 36
BAB 5 PEMBAHASAN ……… 37
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……… 41
6.2 Saran ………. 42
DAFTAR PUSTAKA..……….. 43 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Gambaran sosiodemografi dan latar belakang pendidikan ibu murid
kelas V SD di rural dan urban………..…... 29 2. Distribusi rata-rata oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan
urban... 30
3. Kategori oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban
berdasarkan tingkat kebersihan OHI-S…...………... 30 4. Perilaku kebersihan gigi dan mulut murid kelas V SD di daerah rural
dan urban……...………..………. 32 5. Perilaku mengemil/jajan murid kelas V SD di daerah rural dan urban 33 6. Tingkat frekuensi jenis makanan yang dikonsumsi murid kelas V SD
di daerah rural dan urban………... 34
7. Informasi kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas V SD di daerah
rural dan urban... 35 8. Sumber informasi kesehatan gigi dan mulut pada murid kelas V SD
di daerah rural dan urban... 35 9. Analisis statistik rata-rata debris, kalkulus, dan OHI-S dan sekolah
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status oral higiene murid kelas V SD di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin dan daerah urban Kecamatan Medan Barat
2. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SD Negeri 060843 Kecamatan Medan Barat, Kota Medan
3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SD Negeri 104272, Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin
4. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SD Negeri 107426, Desa Ujung Rambung , Kecamatan Pantai Cermin
5. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SD Negeri 107428, Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin
6. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Yayasan Perguruan SD Tuanku Tambusai, Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin
(10)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2009
Thomas Riadi Purba
Perilaku kebersihan gigi dan perbedaan status oral higiene murid kelas V SD di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin dan daerah urban Kecamatan Medan Barat. ix+ 45 halaman
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata oral higiene dan perilaku kebersihan gigi dan mulut, serta menganalisis perbedaan rata-rata oral higiene murid sekolah dasar di daerah rural dan urban. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan pada murid kelas V sekolah dasar di daerah rural Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai dan daerah urban Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, dengan responden masing-masing 100 orang. Pengambilan sampel sekolah di daerah rural dan urban dilakukan secara purposif, sedangkan untuk pengambilan sampel murid dilakukan secara kuota
sampling. Indeks pengukuran oral higiene yang digunakan adalah indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S). Uji analisis dilakukan dengan independent T-test.
Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural yaitu 3,76±0,89, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 2,76 ±1,01. Berdasarkan perilaku kebersihan gigi dan mulut, perilaku menyikat gigi lebih baik pada responden di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Hal ini dilihat dari responden di daerah rural
(11)
sebahagian besar menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu 41%, sedangkan responden di daerah urban sebahagian besar sudah menyikat gigi sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari saat mandi yaitu 65%, bahkan 20% sudah mempunyai kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan. Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna antara rata-rata kalkulus, debris, dan OHI-S murid kelas V SD di daerah rural dan urban (p<0,001).
Hasil penelitian ini menunjukkan masih perlunya ditingkatkan pendidikan kesehatan gigi bagi murid sekolah dasar khususnya di daerah rural oleh petugas pelayanan kesehatan dan pelaksana program pendidikan kesehatan gigi di Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama dan perlu dijalin kerjasama dengan orang tua untuk menciptakan motivasi anak yang lebih baik dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
(12)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius1. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang diderita oleh masyarakat Indonesia sebesar 72%, termasuk anak-anak.2 Karies gigi dan penyakit periodontal adalah penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia.1
Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, salah satu di antaranya adalah lingkungan, baik itu lingkungan fisik (sarana layanan kesehatan dan fasilitas/sumber air bersih) maupun sosial budaya (tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan pendapatan).1 Penelitian yang dilakukan Fan, et al. pada anak usia 3, 5, 6, 12, dan 15 tahun di Deyang, Sichuan, Provinsi China menunjukkan anak usia 12 tahun yang tinggal di daerah urban (kota) memiliki rata-rata DMF-T yang lebih tinggi sebesar 0,90 dibandingkan di daerah sub urban sebesar 0,54 dan di daerah rural (desa) 0,57. Walaupun demikian, rata-rata OHI-S pada anak usia 12 dan 15 tahun tertinggi dijumpai di daerah rural yaitu 2,62 dan 2,38, diikuti daerah sub urban 1,95 dan 2,09.3
Perilaku juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena pentingnya perilaku dalam mempengaruhi status kesehatan gigi, maka frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut termasuk
(13)
mempengaruhi skor karies dan penyakit periodontal.1 Hofsteadt dan Stillerman dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaan perilaku kesehatan gigi antara anak yang tinggal di daerah rural dan urban. Persentase anak di daerah rural dan urban yang menyikat gigi dua kali sehari 10% dan 24%, sekali dalam sehari 10% dan 30%, dan yang menyikat gigi hanya sekali dalam seminggu/sesekali 40% dan 20%.
Perilaku yang berbeda antara anak-anak yang tinggal di daerah rural dan urban dijumpai oleh Kosovic, Nilsson, dan Anderson dalam hal mengonsumsi permen/makanan manis dan minuman ringan. Persentase anak usia 12 tahun yang tinggal di daerah urban dengan sosial ekonomi tinggi dan anak-anak di daerah rural dengan sosial ekonomi rendah yang tinggi mengonsumsi permen atau makanan manis adalah 40% dan 26%. Tingkat mengonsumsi permen/makanan manis lebih tinggi ditunjukkan pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dibandingkan anak-anak di daerah rural. Walaupun demikian, frekuensi menyikat gigi lebih baik pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dengan sosial ekonomi tinggi dibandingkan anak-anak di daerah rural dengan sosial ekonomi rendah. Tujuh puluh lima persen anak yang tinggal di daerah urban dengan sosial ekonomi tinggi memiliki frekuensi menyikat gigi yang baik, sedangkan pada anak yang tinggal di daerah rural dengan sosial ekonomi rendah hanya 37% yang memiliki frekuensi menyikat gigi yang baik.
4
Perilaku mempunyai peranan yang sangat besar terhadap status kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat. Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapi.
5
6
Manusia bertingkah laku tertentu karena didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan yang berguna baginya atau adanya motivasi.
(14)
dalam diri) dan faktor eksternal (dari luar diri/lingkungan). Orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi anak untuk berperilaku. Orang tua terutama ibu merupakan kunci dalam keluarga karena berperan penting dalam pendidikan dan perilaku kesehatan keluarga yang sangat mempengaruhi kesehatan dirinya dan seluruh keluarga. Pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Oleh karena besarnya pengaruh pendidikan terhadap status kesehatan manusia, maka pendidikan ibu sebagai orang yang sangat menentukan kesehatan keluarga, tentunya dapat menjadi faktor penting dalam mempengaruhi perilaku hidup sehat dalam keluarga.8
Sehubungan dengan besarnya peranan perilaku dan lingkungan dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut, serta perlunya mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak, maka perlu diberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut secara dini pada anak baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun profesional (praktik dokter gigi).
7
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi dan mengajak orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat, karena tingkat kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tingkah laku yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan ini adalah yang menunjang cara hidup sehat, baik manusia sebagai perorangan maupun sebagai
(15)
kelompok masyarakat. Oleh kerena itu, pendidikan kesehatan sangat penting dalam menunjang program kesehatan yang direncanakan.
Riyanti, dkk. menemukan adanya hubungan antara pemberian penyuluhan penyikatan gigi dengan peningkatan tingkat kebersihan gigi dan mulut murid sekolah dasar.
7
9
Berdasarkan hasil penelitian Zhu, et al. pada anak usia 12 dan 18 tahun di China, 60% anak usia 12 tahun yang tinggal di daerah urban menyatakan pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut. Hal ini lebih baik jika dibandingkan anak yang tinggal di daerah rural, hanya 36,8% yang pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi. Berdasarkan perilaku menyikat giginya, anak dan remaja yang tinggal di daerah urban ternyata memiliki perilaku membersihkan rongga mulut yang lebih teratur dibandingkan anak dan remaja yang tinggal di daerah rural.
Penelitian tentang status oral higiene dan perilaku kebersihan gigi dan mulut ini dilakukan pada siswa-siswi kelas V SD di daerah rural dan urban. Pada tingkat ini, usia anak berkisar 10–12 tahun, usia yang dianjurkan WHO untuk dilakukan penelitian kesehatan gigi dan mulut.
10
11
Pada kelompok usia ini minat belajar anak tinggi didukung oleh ingatan anak yang kuat sekali serta kemampuan dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan.9,12 Selain itu, pada tingkat ini anak mudah dididik dan senang berada di sekitar orang-orang yang memberi perhatian padanya.12,13 Secara umum, perilaku kesehatan gigi pada usia ini lebih kooperatif daripada kelompok umur yang lebih muda dan ini juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menyikat gigi.9
(16)
Umur 10-12 tahun juga merupakan periode kritis dalam pengadopsian, pemeliharaan, dan peningkatan gaya hidup anak. Pada tahap ini terjadi peningkatan proses metabolisme yang mengakibatkan kebutuhan energi meningkat. Meningkatnya kebutuhan energi menyebabkan perilaku mengonsumsi makanan/mengemil pada anak juga meningkat dan pola makan yang tidak teratur dibandingkan tingkatan usia anak lainnya. Perilaku kebiasaan menyikat gigi yang baik dan perilaku mengonsumsi makanan yang baik tentunya sangat tepat diajarkan pada usia tersebut mengingat terjadinya peningkatan frekuensi makan dan pola makan yang tidak teratur.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Barat mewakili daerah urban dan Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin mewakili daerah rural. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu kecamatan di lingkar dalam di Kota Medan dengan tingkat kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan, sedangkan Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama adalah desa di Kecamatan Pantai Cermin dengan jarak tempuh 5,1 Km untuk mencapai fasilitas kesehatan.
14
2,15,25
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelititan adalah:
1. Bagaimana gambaran oral higiene dan perilaku kebersihan gigi pada murid kelas V SD di daerah rural dan urban?
2. Apakah ada perbedaan rata-rata oral higiene pada murid kelas V SD di daerah rural dan urban?
(17)
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rata-rata oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
2. Untuk mengetahui perilaku kebersihan gigi dan mulut murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
3. Untuk mengetahui perbedaan status oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pelaksanaan pendidikan kesehatan gigi di sekolah, baik oleh tenaga kesehatan/dokter gigi, tenaga pendidik, maupun pemerintah daerah setempat yaitu Pemerintah Kecamatan Medan Barat, Kota Medan dan Pemerintah Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara dan menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan gigi bagi murid sekolah dasar khususnya guna menumbuhkan perilaku kesehatan yang lebih baik untuk anak di daerah urban maupun rural.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu karbohidrat yang terfermentasi atau diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan menimbulkan rasa sakit.
Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1 mm
16
3
plak gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.16 Lingkungan biofilm tersebut penting artinya karena sering merugikan bagi mikroorganisme dan dapat mempengaruhi sifat-sifat bakteri yang ada. Sebagai contoh, kerentanan bakteri terhadap bahan antimikroba bisa menurun karena struktur biofilmnya.
Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi pada setiap individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, dan faktor-faktor pejamu seperti diet, serta komposisi dan laju aliran saliva.
17
17
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Penelitian
(19)
menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya orang yang dietnya banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies.16 Sebagaimana diketahui, plak merupakan salah satu komponen dalam pembentukan karies, sehingga insidens karies dapat dikurangi dengan meningkatkan oral higiene, salah satunya dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, baik yang hanya menggunakan sikat gigi maupun dikombinasi dengan alat pembersih interdental, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.16
2.2 Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan. Ada dua tipe penyakit periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal ringan yang mengenai gingiva, gingiva berwarna merah, mengalami pembengkakan dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis.16 Plak tidak termineralisasi pada permukaan kalkulus merupakan iritan utama, tetapi bagian terkalsifikasi yang berada di bagian dalam bisa merupakan faktor pendorong yang penting. Kalkulus tidak secara langsung mengiritasi gingiva, tetapi merupakan tempat bagi penumpukan plak pada gigi.
Berdasarkan observasinya terhadap penyakit periodontal di Amerika Serikat, Russel menyatakan bahwa penyakit gingiva dan periodontal jarang sekali terjadi bila
(20)
tidak ada plak dan kalkulus. Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan oral higiene yang buruk. Loe, et al. melaporkan bahwa pada individu dengan gingiva sehat akan mengalami gingivitis bila tidak melakukan pemeliharaan rongga mulut selama 2-3 minggu, namun akan hilang bila dilakukan pemeliharaan kebersihan kembali dalam waktu 1 minggu.16,17 Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan pentingnya pemeliharaan oral higiene melalui kontrol plak untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan periodontal.16
2.3 Oral Higiene
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari plak. Plak memegang peranan penting dalam pembentukan debris dan kalkulus. Perlekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan plak gigi dan permukaan kalkulus sendiri selalu diliputi oleh plak gigi.18 Oleh karena itu, penting sekali dilakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi, karena tujuan dari menyikat gigi itu sendiri adalah menyingkirkan plak gigi dan mencegah terjadinya penumpukan plak, membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva, dan melapisi permukaan gigi dengan fluor.16
Debris makanan merupakan lapisan lunak yang terdapat di permukaan gigi yang terdiri dari musin, bakteri, dan sisa makanan. Debris makanan dengan cepat dilarutkan oleh enzim bakteri dan tersingkirkan dari rongga mulut dalam waktu 5 menit setelah makan, namun sebagian ada yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Pembersihan makanan dari rongga mulut dipengaruhi beberapa hal yaitu aliran saliva,
(21)
aksi mekanis dari lidah, pipi, bibir, dan bentuk serta susunan gigi. Pembersihan akan meningkat pada waktu mengunyah makanan dan pada saliva yang viskositasnya rendah. Meskipun mengandung bakteri, debris makanan berbeda dari deposit lainnya (plak dan materi alba). Debris makanan harus dibedakan dari sisa makanan fibrous yang terperangkap di daerah interproksimal pada keadaan impaksi makanan (food
impaction).
Laju pembersihan debris makanan dari rongga mulut bervariasi antara jenis makanan dan antar individu. Bahan makanan berbentuk cairan lebih mudah dibersihkan dibandingkan bahan makanan berbentuk padat. Sebagai contoh, gula yang ditelan dalam bentuk cairan akan tetap berada dalam saliva sekitar 15 menit, sedangkan gula yang dikonsumsi dalam bentuk padat akan tetap berada dalam saliva selama 30 menit setelah ditelan. Makanan yang melekat seperti permen, roti, gula-gula, karamel, dan coklat akan melekat ke gigi selama lebih dari 1 jam, sebaliknya makanan yang keras seperti wortel dan apel cepat dibersihkan. Mengunyah apel dan makanan fibrous lainnya dapat secara efektif menyingkirkan debris makanan dari rongga mulut, meskipun tidak terlalu berpengaruh terhadap pengurangan plak.
17
17
2.3.2 Kalkulus
Kalkulus disebut juga “tartar”, masyarakat banyak menyebutnya sebagai “karang gigi” yaitu suatu endapan keras hasil mineralisasi/kalsifikasi plak, melekat erat di sekeliling mahkota dan akar gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan skeling.16,18
(22)
Berdasarkan lokasi perlekatannya, kalkulus dibedakan atas kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.
1. Kalkulus supragingiva
Lokasi perlekatan kalkulus supragingiva adalah koronal dari tepi gingiva, oleh karena itu dapat dilihat di rongga mulut. Kalkulus ini biasanya berwarna putih atau kuning keputih-putihan, konsistensinya biasanya keras seperti batu apung dan mudah dilepas dari permukaan gigi. Pembentukannya kembali setelah disingkirkan cepat sekali, terutama pada sisi oral insisivus mandibula. Warnanya dipengaruhi oleh substansi yang berkontak dengannya, misalnya tembakau dan pigmen makanan.17 Kalkulus supragingiva lebih sering dan lebih banyak menumpuk pada permukaan vestibular gigi molar maksila setentang dengan duktus Stensen dan permukaan oral gigi anterior mandibula, terutama insisivus sentralis setentang dengan duktus Wharton.
2. Kalkulus subgingiva
17
Kalkulus subgingiva berada apikal dari krista tepi gingiva sehingga tidak terlihat secara langsung di rongga mulut. Penentuan lokasi dan perluasan kalkulus subgingiva membutuhkan pemeriksaan yang teliti dengan sonde. Kalkukus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan dan memiliki konsistensi keras seperti batu api dan melekat sangat erat pada permukaan gigi. Saliva merupakan sumber mineral bagi kalkulus supragingiva dan cairan sulkus yang merupakan serum merupakan sumber mineral bagi kalkulus subgingiva. Apabila gingiva mengalami resesi (penyusutan) kalkulus subgingiva akan terpapar dan dengan demikian diklasifikasikan sebagai kalkulus supragingiva.17,18
(23)
2.4 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan yang mempengaruhi. Respons stimulus yang sama dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda tergantung karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang bersangkutan.19 Perilaku umumnya dapat diamati orang lain, namun ada juga perilaku yang tidak dapat diamati orang lain atau disebut sebagai internal activities seperti persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
Rogers menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses, yaitu:
20
1. Tingkat kesadaran, yakni orang tersebut mengetahui terlebih dahulu tentang suatu hal sebelum ia berbuat sesuatu untuk hal tersebut.
20
2. Tingkat perhatian, yakni setelah seseorang sadar, ia mempunyai keinginan untuk mengetahui apa, bagaimana, dan keuntungan yang diperoleh dari gagasan tersebut.
3. Tingkat evaluasi, yakni respons mulai menimbang-nimbang baik atau tidaknya hal itu bagi dirinya.
4. Tingkat percobaan, orang mulai mencoba gagasan/perilaku baru tersebut. 5. Tingkat adopsi, subjek telah berperilaku baru.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dalam bidang kesehatan yaitu faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu pada hakekatnya identik dengan faktor
(24)
bawaan (herediter) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat tibanya masa peka/kematangan.20
2.5 Pendidikan Kesehatan Gigi
Pentingnya pendidikan kesehatan gigi pada anak didasarkan adanya perilaku kebersihan mulut yang salah dan dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya karies dan penyakit periodontal yaitu:
1. Perilaku mengonsumsi makanan mengandung sukrosa di antara jam makan.
Setelah memakan makanan padat atau makanan ringan berisi gula/sukrosa, bakteri dalam mulut memetabolisme karbohidrat/gula tersebut menghasilkan asam melalui proses fermentasi, akibatnya pH mulut menjadi turun. Selama beberapa waktu, pH kembali normal melalui kapasitas buffer saliva dan melepaskan mineral pada permukaan gigi. Selama terpapar lingkungan yang asam, kandungan mineral anorganik terurai dan tetap terurai selama dua jam. Selama periode ini gigi rentan terhadap karies tetapi akan kembali normal karena fungsi saliva. Namun bila gula/karbohidrat dikonsumsi secara teratur sepanjang hari, maka gigi lebih rentan terkena karies karena pH saliva dan permukaan gigi tidak pernah kembali pada keadaan normal dan permukaan gigi tidak dapat mengalami remineralisasi atau mengembalikan kandungan mineral yang hilang.21 Lamanya waktu yang diperlukan suatu karies menjadi kavitas bervariasi yaitu sekitar 6-48 bulan.16
(25)
2. Perilaku mengonsumsi minuman ringan atau minuman yang bersifat asam. Minuman ringan (kecuali susu dan air) dapat menyebabkan kerusakan gigi oleh karena:
a) pH yang rendah dan keasaman minuman ringan dan keasaman minuman ringan menyebabkan permukaan enamel gigi mengalami erosi.
16
b) Gula yang terkandung di dalam minuman ringan akan dimetabolisme oleh mikroorganisme plak untuk menghasilkan asam penyebab demineralisasi sehingga mengakibatkan terbentuknya kavitas.
3. Perilaku menyikat gigi yang tidak tepat
American Dental Association (ADA) menyatakan sikat gigi minimal dilakukan dua kali sehari, setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur.13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhu, et al. hampir setengah dari responden usia 12 tahun di daerah urban dan daerah rural menyikat gigi dua kali sehari tetapi hanya 13,6% dan 1,4% anak yang menyikat gigi setelah makan.10 Walaupun hampir setengah menyatakan menyikat gigi dua kali sehari, tetapi hanya sedikit yang menyikat gigi setelah makan.10
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi dan mengajak orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat adalah melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan gigi merupakan proses pendidikan terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk mengubah perilaku meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan yang
(26)
mengarah kepada upaya hidup sehat yang diharapkan dapat bertambah baik sehingga diperoleh derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah memperkenalkan kepada anak usaha kesehatan gigi melalui kegiatan preventif dan promotif untuk meningkatkan dan mengusahakan timbulnya kesadaran serta keyakinan dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, menjelaskan akibat yang timbul dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan mulut, menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah, dan menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam memberikan penyuluhan langsung.
20
Komponen yang harus ada dalam melaksanakan pendidikan kesehatan gigi meliputi :
20
a) Sasaran didik yaitu murid sekolah dasar (SD) atau kelompok langsung yang dikenai program pendidikan, orang tua murid, dan guru (kelompok antara yang dapat mempengaruhi perilaku siswa).
20,22
b) Tujuan pendidikan sebagai target yang ingin dicapai.
c) Kurikulum meliput i cara, materi, alat, dan bahan yang sesuai program. d) Pelaksana pendidikan yaitu semua petugas kesehatan.
e) Lingkungan didik.
Pendidikan kesehatan gigi pada prinsipnya tidak dapat diberikan pada anak dalam satu kali kunjungan saja sehingga diperlukan tahapan yang diulang secara periodik yang nantinya akan dievaluasi atas keberhasilan pendidikan kesehatan gigi yang selama ini telah diberikan.22
(27)
Tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Pasien diminta agar membawa sikat giginya dan kemudian disuruh menggosok gigi dengan cara yang biasa dilakukan di rumah.
22
2. Disclosing agent dioleskan dan kepada pasien ditunjukkan daerah–daerah
yang masih kotor.
3. Penyuluhan kesehatan gigi dilakukan dengan bahasa yang dimengerti pasien dan disesuaikan dengan usia serta penerimaan pasien yaitu dengan menjelaskan cara menyikat gigi yang baik pada sebuah model gigi dan sikat gigi yang sesuai.
4. Setelah pasien mengerti, pasien diminta untuk melakukan hal yang telah diajarkan sebelumnya. Bila perlu dioleskan kembali disclosing agent.
5. Instruksi diberikan kepada orang tua untuk bekerja sama dengan melatih pasien (anak) untuk menggosok gigi dengan baik dan benar.
6. Kontrol dilakukan pada kunjungan berikutnya untuk mengevaluasi kemajuan anak dalam menggosok gigi, diharapkan anak dapat memperbaiki teknik menggosok giginya secara bertahap. Kemudian dilakukan penilaian kebersihan gigi dan teknik menggosok gigi seperti sebelumnya.
7. Kontrol secara periodik dilakukan setiap enam bulan untuk mengetahui kerusakan gigi secara dini.
Manfaat dilakukannya pendidikan kesehatan gigi secara dini pada anak yaitu memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan gigi dan mulut, diharapkan adanya perubahan pada perilaku anak setelah munculnya kesadaran dalam
(28)
sejak dini tentang kesehatan gigi dan mulut dapat menurunkan tingkat penyakit gigi.22
Kontrol plak merupakan hal dasar dan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan seseorang dengan sendirinya untuk pemeliharaan jaringan periodonsium, karena plak merupakan suatu agen penyebab penyakit periodontal dan karies gigi. Untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut murid, petugas kesehatan juga harus mengajarkan dan menginstruksikan murid untuk melakukan kontrol plak secara tepat dan teratur.
18
1. Penyingkiran plak secara mekanik Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara :
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyingkiran plak secara mekanik yaitu:
a. Menyikat gigi
Sikat gigi sudah diterima secara luas sebagai pembersih gigi. Menyikat gigi dapat mencegah tertimbunnya sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi dan permukaan gigi. Penimbunan sisa-sisa makanan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan terjadi peradangan pada jaringan periodonsium.
Dalam menyikat gigi penting artinya mengetahui waktu dan frekuensi menyikat gigi yang benar. Waktu dan frekuensi menyikat gigi yang benar menurut
American Dental Asssociation (ADA) adalah pasien harus menyikat gigi secara
teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam dengan rata-rata lamanya waktu menyikat gigi kira-kira 1 menit, ada juga yang mengatakan 2-2,5 menit.
18
(29)
b. Menggunakan pembersih interdental
Menyikat gigi baik secara manual maupun elektrik, merupakan pencegahan yang paling baik dilakukan. Namun sebenarnya, penyikatan gigi hanya dapat membersihkan permukaan bukal, lingual, dan oklusal (termasuk pit dan fisur) sedangkan daerah proksimal dan interdental hampir tidak tersentuh, padahal daerah tersebut cenderung mudah mengalami karies dan sering dijumpai lesi gingiva dan periodontal. Oleh karena itu, program pencegahan sekarang juga harus ditujukan pada pembersihan daerah interdental atau proksimal.16,18
1) Benang gigi/dental floss
Ada berbagai jenis alat pembersih interdental di antaranya:
Benang gigi dapat membersihkan daerah interproksimal hingga sulkus gingiva sering sampai daerah epitel penyatu, namun tidak dapat membersihkan plak gigi yang terdapat pada permukaan akar atau yang terdapat pada furkasi.
2) Floss Threaders
18
Suatu alat yang penggunaannya seperti benang gigi untuk membersihkan daerah di bawah pontik gigi tiruan cekat seperti jembatan dan gigi yang digunakan sebagai penyangganya pada waktu digunakan di daerah pertemuan antara gigi asli dengan gigi tiruan tersebut.
3) Brus interdental
18
Brus interdental digunakan di daerah proksimal permukaan akar gigi untuk memperbaiki jalan masuk ke furkasi pada pasien dengan keadaan jaringan periodonsium dimana terjadi kehilangan perlekatan dan permukaan akar sudah
(30)
4) Tusuk gigi
Tusuk gigi merupakan pembersih interdental yang paling popular dibandingkan pembersih interdental lainnya. Banyak digunakan untuk membersihkan partikel besar seperti sisa makanan yang tersangkut pada interdental. Pemakaian tusuk gigi kurang efektif dibandingkan dengan benang gigi karena tusuk gigi sulit membersihkan bagian lingual gigi.Tusuk gigi harus dipergunakan dengan sudut yang tepat dan sesuai kontur normal. Tusuk gigi digerakkan ke dalam dan ke luar dengan menggosokkan permukaan interdental gigi ±8-12 gerakan sehingga gusi mendapat tekanan dan pemijatan ruangan dan sisi interdental gigi menjadi bersih.
5) Plastic picks atau tusuk gigi plastik
18
Seperti tusuk gigi, hanya terbuat dari bahan pastik, memiliki banyak macam dan lebih nyaman untuk dibawa-bawa.
6) Interdental stimulator
18
Alat ini biasa disebut sebagai pemijat gingiva karena dapat meningkatkan keratinisasi, menstimulasi aliran darah, dan merangsang/menekan keluar cairan sulkus gingiva dan juga dapat digunakan untuk membersihkan daerah interdental.
2. Berkumur
18
Sisa partikel makanan setelah makan, setelah sikat gigi dan pemakaian benang gigi dapat dibersihkan dengan kumur-kumur yang kuat yaitu dengan cara menggoncangkan cairan tersebut di antara gigi dan rongga mulut dengan kekuatan otot bibir, lidah dan pipi dimana gigi dalam keadaan tertutup selama ± 30 detik.16
(31)
3. Melakukan kontrol plak secara kimiawi
Kontrol plak secara kimiawi dapat digunakan dalam pembersihan gigi, tetapi tidak dapat menghilangkan sisa makanan sebaik kontrol plak yang dilakukan secara mekanis.
Beberapa macam bahan yang dapat digunakan untuk melakukan kontrol plak secara kimiawi.
1. Klorheksidin
Klorheksidin dapat mengurangi risiko terjadinya gingivitis. Pemakaian dilakukan dengan pencampuran dengan air dengan perbandingan 1:1 atau (0,06%) , digunakan sekali sehari. Bahan ini juga dapat digunakan untuk irigasi subgingiva. Efek samping pemakaian klorheksidin dalam jangka waktu yang lama berupa stain ektrinsik.
2. Obat kumur yang mengandung minyak esensial
18
Obat kumur ini mengandung minyak esensial, thymol, eucalyptol, mentol, metil-salisilat dan dapat mengurangi plak dan gingivitis sampai 30%.
3. Stannous fluoride
18
Stannous fluoride digunakan dalam kedokteran gigi karena dapat mencegah
terjadinya karies gigi. Stannous fluoride berbentuk jel dan memiliki efek antigingivitis pada jaringan sekitar gigi yang telah dipasang protesa dan pesawat ortodonti.18
(32)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, untuk mengetahui perilaku kebersihan gigi dan mulut dan status oral higiene, serta membandingkan rata-rata oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
3.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah di daerah desa (daerah rural) dan kota (daerah urban).
Di Indonesia, istilah desa atau biasa disebut sebagai daerah rural merupakan pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan yang dipimpin oleh Kepala desa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.23 Sedangkan yang dimaksud dengan kota adalah sebuah daerah urban, tempat tinggal penduduk yang heterogen dengan latar belakang budaya yang berbeda ragam dan aktifitas penduduknya lebih bersifat matrealistis dan mengarah pada sistem industri, sedangkan di desa penduduknya pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Jadi, pemahaman kota
(33)
senantiasa erat kaitannya dengan penduduk yang heterogen, aktifitasnya yang industrialisasi, kepadatan sangat tinggi dan hubungannya yang individualistis.24
a) Untuk daerah urban, lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dengan 21 kecamatan.14 Kecamatan Medan Barat terpilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu dari 10 kecamatan di Kota Medan yang lokasinya berada di lingkar dalam Kota Medan.25 Kecamatan Medan Barat sendiri memiliki sekolah dasar sebanyak 34 sekolah dasar yaitu di antaranya 14 sekolah dasar negeri dan 20 sekolah dasar swasta.
b) Untuk daerah rural, lokasi penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama.
14
Desa Ujung Rambung dan Desa Kuala Lama merupakan dua dari 12 desa yang terletak di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.Kabupaten Serdang Bedagai memiliki sebanyak 15 kecamatan, salah satu di antaranya adalah Kecamatan Pantai Cermin.26
3.3 Populasi dan sampel
Fasilitas pendidikan untuk sekolah dasar di Desa Ujung Rambung ada tiga buah yaitu 2 sekolah dasar negeri dan 1 sekolah dasar swasta, sedangkan di Desa Kuala Lama ada 2 buah sekolah dasar negeri.
Populasinya adalah siswa kelas V SD di wilayah Kecamatan Medan Barat, Kota Medan dan siswa kelas V SD di Kecamatan Pantai Cermin. Sampel sekolah di
(34)
Kecamatan Medan Barat, Kota Medan dipilih secara purposive sampling. Sekolah terpilih di Desa Ujung Rambung adalah SD Negeri 107426, 107427, dan SD Swasta Tuanku Tambusai dan di Desa Kuala Lama adalah SD Negeri 107428. Sekolah terpilih di Kecamatan Medan Barat, Kota Medan adalah SD Negeri 060843. Pengambilan sampel murid dilakukan secara kuota sampling dengan perhitungan besar sampel menggunakan rumus :
N
(P2-P1)
P1 x ( 100 - P1 ) + P2 x ( 100 – P2 )
2
dimana : P1 = Perilaku menyikat gigi dan mulut dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan di daerah urban 13,6% (Zhu, et al.,2003) P2 = Perilaku menyikat gigi dan mulut dua kali sehari, pagi dan malam
hari setelah makan di daerah urban 1,4% (Zhu, et al.,2003) β = 0,1
α = 0,05
N = 13,6 x (100 – 13,6) + 1,4 x (100 – 1,4)
(13,6 - 1,4)2
1175,04 + 138,04
148,8
92,65 n =
n =
n =
x f ( α,β )
x 10,5
10,5
(35)
Berdasarkan perhitungan besar sampel yang dilakukan, diperoleh besar sampel minimum 96,25, dalam penelitian ini diambil 100 sampel untuk masing-masing daerah (rural dan urban) sehingga total sampel 200 orang.
3.4 Variabel Penelitian 1. Rata-rata oral higiene
2. Perilaku kebersihan gigi dan mulut
3.5 Definisi operasional dan indeks pengukuran
1. Rata-rata oral higiene adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur dari skor indeks kalkulus dan indeks debris. Indeks oral higiene yang digunakan adalah indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S)/Green dan Vermillion) yang terdiri atas indeks debris dan indeks kalkulus.
Indeks Debris
16,17
Skor Kriteria 0
1
2 3
Tidak dijumpai debris atau stain.
Adanya debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan tidak memperhitungkan luas pemukaannya.
Adanya debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
(36)
Gigi yang diperiksa adalah gigi yang telah erupsi sempurna dan jumlah gigi yang diperiksa ada enam buah gigi tertentu dan permukaan yang diperiksa tertentu pula.
Bukal Labial Bukal
6 1 6
6 1 6
Lingual Lingual Labial
Jumlah skor permukaan Skor debris =
Jumlah gigi yang diperiksa
Indeks kalkulus
Jumlah skor permukaan Skor kalkulus =
Jumlah gigi yang diperiksa
Skor Oral Higiene
16 11 26
36 31 46
Skor Kriteria 0
1 2
3
Tidak dijumpai kalkulus
Adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena.
Kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau adanya kalkulus subgingiva berupa flek disekeliling leher gigi.
Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva yang tidak putus-putus/berupa pita yang tidak terputus-putus di sekeliling leher gigi.
16 11 26
36 31 46
(37)
Tingkat oral higiene
Tingkat kebersihan Skor debris Skor oral higiene Baik
Sedang Buruk
0,0-0,6 0,7-1,8 1,9-3,0
0,0-1,2 1,3-3,0 3,1-6,0
2. Perilaku kebersihan gigi dan mulut merupakan perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu perilaku menyikat gigi dan berkumur, serta perilaku mengonsumsi jajanan yang juga dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut.
3.6 Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan di sekolah. Kuesioner perilaku oral higiene dilakukan sebelum pemeriksaan OHI-S dengan cara menanyakan langsung kepada murid tersebut dan kemudian jawabannya diisi oleh pemeriksa pada lembar kuesioner. Pemeriksaan oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde yang berbentuk setengah lingkaran, serta menggunakan zat pewarna kue (disclosing solution) rose pink. Sebagai kriteria dalam menentukan skor debris dan kalkulus, permukaan gigi yang diperiksa dibagi secara horizontal atas tiga bagian yaitu sepertiga gingival, sepertiga tengah, dan sepertiga insisal pada bagian permukaan gigi yang diperiksa. Untuk mengukur skor debris, zat pewarna kue diletakkan setetes pada ujung lidah pasien dengan pipet tetes, kemudian murid diinstruksikan untuk menggerakkan ujung lidah ke seluruh permukaan gigi. Setelah itu, diberikan penilaian sesuai kriteria di atas pada permukaan gigi yang ditentukan. Pengukuran skor kalkulus dilakukan dengan menempatkan ujung sonde pada daerah subgingiva terlebih dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke
(38)
arah insisal dan diberi skor sesuai kriteria. Pemeriksaan dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Sebelum penelitian dilakukan kalibrasi untuk menyamakan persepsi.
3.7 Pengolahan Data
Semua isian kuesioner diedit, dalam hal ini diperiksa apakah semua pertanyaan telah terjawab. Selanjutnya semua data yang diperoleh diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 10.0 (untuk Windows).
3.8 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Penghitungan rata-rata oral higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
2. Penghitungan persentase perilaku kebersihan gigi dan mulut murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
3. Analisis perbedaan oral higiene antara murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
(39)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran sosiodemografi responden di daerah rural dan urban Berdasarkan hasil yang diperoleh, kelompok usia terbanyak responden, baik di daerah rural maupun di daerah urban adalah 11-12 tahun dengan persentase keseluruhannya 63%, dimana di daerah rural sebanyak 71 orang (71%) dan di daerah urban sebanyak 55 orang (55%). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki merupakan jumlah terbanyak yang menjadi responden di daerah rural yaitu 53%, sedangkan di daerah urban yang menjadi responden terbanyak adalah perempuan yaitu 63%. Berdasarkan latar belakang pendidikan ibu, terdapat perbedaan tingkat pendidikan ibu dari murid di daerah rural dengan di daerah urban. Ibu dari murid kelas V SD di daerah rural pada umumnya tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 63%, sedangkan di daerah urban umumnya tamat Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) yaitu sebanyak 52%. Sebanyak 8% dari ibu dari murid di daerah rural tidak pernah sekolah/ tidak tamat SD, berbeda dengan di daerah urban, tidak ada ibu dari murid SD di daerah urban yang tidak pernah sekolah/ tidak tamat SD. Sebanyak 5% dari ibu murid kelas V SD di daerah urban memiliki pendidikan hingga tamat D3 dan 6% hingga Sarjana (S1), sedangkan di daerah rural tidak ada ibu dengan latar pendidikan tamat D3 maupun Sarjana (S1) (Tabel 1).
(40)
Tabel 1. GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN IBU MURID KELAS V SD DI RURAL DAN URBAN
Kriteria
Sekolah Dasar Total
Responden (%) Rural (%) Urban (%) Umur 9-10 Tahun 11-12 Tahun >12 Tahun 22 71 7 42 55 3 64 (32) 126 (63) 10 (5)
Jumlah 100 100 200
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 53 47 37 63
90 (45) 110 (55)
Jumlah 100 100 200
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah/ tidak tamat SD SD SMP SMA/sederajat D3 S1/sarjana 8 63 25 4 - - - 14 23 52 5 6
8 (4) 77 (33,5) 48 (24) 56 (28) 5 (2,5) 6 (3)
Jumlah 100 100 200
4.2. Status Oral Higiene Murid Kelas V SD di Daerah Rural dan Urban Rata-rata debris murid kelas V SD di daerah rural 2,36±0,47, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 1,80±0,61. Rata-rata kalkulus pada murid kelas V SD di daerah rural sebesar 1,40±0,63, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 0,96±0,52. Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural yaitu 3,76±0,89, juga lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 2,76 ±1,01(Tabel 2).
(41)
Tabel 2. DISTRIBUSI RATA-RATA ORAL HIGIENE MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
Oral Higiene
Rural (N=100) Urban (N=100)
X SD
_
X SD
Skor Debris 2,36 0,47 1,80 0,61
Skor Kalkulus 1,40 0,63 0,96 0,52
Skor OHI-S 3,76 0,89 2,76 1,01
Berdasarkan tingkat kebersihan OHI-S, responden di daerah rural terbanyak memiliki skor OHI-S yang termasuk dalam kategori buruk yaitu sebesar 77%, sedangkan di daerah urban terbanyak memiliki skor OHI-S yang termasuk kategori sedang yaitu sebanyak 55% dan 37% termasuk kategori buruk. Sebanyak 8% murid kelas V SD di daerah urban memiliki tingkat OHI-S yang baik, berbeda dengan di daerah rural, tidak ada responden yang memiliki skor OHI-S yang termasuk kategori baik (Tabel 3).
Tabel 3. KATEGORI ORAL HIGIENE MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN BERDASARKAN TINGKAT KEBERSIHAN OHI-S
Oral Higiene Kategori
Sekolah
Total (%) Rural (N=100) Urban (N=100)
(%) (%)
OHI-S
Baik Sedang Buruk
- 23 77
8 55 37
8 (4) 78 (39) 114 (57)
Jumlah 100 100 200
(42)
4.3 Perilaku Kebersihan Gigi dan Mulut Murid Kelas V SD di Daerah Rural dan Urban
Hanya 9% responden yang menyatakan menyikat gigi sebelum tidur malam sebelumnya, mayoritas responden di daerah rural tidak menyikat gigi malam sebelumnya yaitu 91%. Sedangkan di daerah urban, sebanyak 33% menyatakan menyikat gigi malam sebelumnya dan 67% tidak menyikat gigi tadi malam.
Sebanyak 60% responden di daerah rural menyatakan menyikat gigi pagi hari. Hal ini menunjukkan sebanyak 40% responden di daerah rural tidak menyikat gigi pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Sedangkan responden di daerah urban, sebanyak 90% menyatakan menyikat gigi pagi hari. Ini menunjukkan, hanya 10% responden di daerah urban yang tidak menyikat gigi pagi hari.
Dilihat dari frekuensi menyikat gigi, hanya 2% responden di daerah rural yang menyikat dua kali sehari, pagi dan malam setelah makan. Responden di daerah rural terbanyak menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu 41%. Sebanyak 40% menyatakan dua kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi dan 17% jarang/kadang-kadang menyikat gigi. Pada responden di daerah urban, terbanyak menyikat gigi sebanyak dua kali sehari yaitu saat pagi dan sore hari saat mandi yaitu 65%. Sebanyak 20% responden di daerah urban menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan. Hanya 4% responden di daerah urban yang jarang/kadang-kadang saja menyikat gigi.
Untuk penggunaan pasta gigi, baik di daerah urban maupun daerah rural, penggunaan pasta gigi sudah menjadi kebiasaan. Dapat dilihat, hampir seluruh responden di daerah rural dan urban seluruhnya sudah menggunakan pasta gigi untuk
(43)
menyikat gigi. Hanya 1% responden di daerah rural yang menyatakan kadang-kadang dan 1% tidak menggunakan pasta gigi.
Untuk kebiasaan berkumur, 66% dan 65% murid kelas V SD di daerah rural dan urban tidak memiliki kebiasaan berkumur setelah makan. Hanya 17% murid kelas V SD di daerah rural dan 13% murid kelas V SD di daerah urban menyatakan selalu berkumur setelah makan (Tabel 4).
TABEL 4. PERILAKU KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
Perilaku Kebersihan
Gigi dan Mulut Jawaban
Rural (n=100)
Jumlah (%)
Urban (n=100)
Jumlah (%) Menyikat gigi tadi
malam
Ya 9 33
Tidak 91 67
Menyikat gigi tadi pagi Ya 60 90
Tidak 40 10
Frekuensi menyikat gigi Dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan
2 20
Dua kali, pagi dan sore hari saat mandi/sebelum makan
40 65
Sekali sehari, pagi atau sore hari saja saat mandi
41 11
Jarang/kadang-kadang/sekali-sekali
17 4
Penggunaan pasta gigi Ya, selalu 98 100
Kadang-kadang 1 -
Tidak pernah 1 -
Berkumur setelah makan
Ya, selalu 17 13
Kadang-kadang 17 22
(44)
4.4 Perilaku Mengemil/Jajan Murid Kelas V SD di Daerah Rural dan Urban
Dalam hal jajan/mengemil, hampir seluruh responden di daerah rural (91%) dan urban (94%) suka jajan/mengemil/makan di antara jam makan. Berdasarkan jenis makanan/minuman yang dikonsumsi sewaktu jajan/mengemil, jenis jajanan yang paling banyak dikonsumsi murid kelas V SD di daerah rural adalah kue/roti/gorengan yaitu 40% dan 36% mengonsumsi permen/coklat-coklatan/gula-gula. Sebaliknya di daerah urban, paling banyak mengonsumsi jenis jajanan permen/cokelat-cokelatan/gula-gula yaitu sebanyak 56%. Berdasarkan tingkat mengonsumsi jajanan/frekuensi mengemil, sebanyak 73% murid kelas V SD di daerah urban menyatakan setiap hari mengonsumsi jajanan/mengemil, lebih banyak dibandingkan daerah rural yaitu sebanyak 53% (Tabel 5).
TABEL 5. PERILAKU MENGEMIL/JAJAN MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
Kriteria Jawaban
Rural (n=100)
(%)
Urban (n=100)
(%)
Hobi jajan Ya 91 94
Tidak 9 6
Jenis Jajanan Permen/coklelat-cokelatan/gula-gula 36 56
Kue/roti/gorengan 40 22
Keripik/kerupuk, kacang-kacangan 19 17
Minuman ringan 3 2
Minuman dingin dan minuman manis 2 3
Frekuensi jajan Setiap hari 53 73
Kadang-kadang 43 20
(45)
Berdasarkan tingkat konsumsi, jenis jajanan yang frekuensinya tinggi/setiap hari dikonsumsi baik oleh murid kelas V SD di daerah rural dan urban terbanyak adalah permen/cokelat-cokelatan/gula-gula, di daerah urban sebanyak 39%, lebih tinggi dibandingkan di daerah rural yaitu 22% (Tabel 6).
Tabel 6. TINGKAT FREKUENSI JENIS JAJANAN YANG DIKONSUMSI
MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
JENIS JAJANAN FREKUENSI JAJAN
Rural (n=100)
(%)
Urban (n=100)
(%)
Permen/cokelat-cokelatan/ gula-gula
Setiap hari 22 39
Kadang-kadang 14 13
Jarang sekali - 4
Kue/ roti/gorengan Setiap hari 19 18
Kadang-kadang 18 4
Jarang sekali 3 -
Keripik/kerupuk/ kacang-kacangan
Setiap hari 10 13
Kadang-kadang 8 2
Jarang sekali 1 2
Minuman ringan Setiap hari 1 1
Kadang-kadang 2 1
Jarang sekali - -
Minuman dingin dan manis
Setiap hari 1 2
Kadang-kadang 1 -
Jarang sekali - 1
4.5 Informasi Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Kelas V SD di Daerah Rural dan Urban
Sebanyak 61% dan 67% murid kelas V SD di daerah rural dan urban menyatakan pernah mendapat pengajaran menyikat gigi oleh dokter gigi/guru, sedangkan persentase yang mendapat pengajaran menyikat gigi oleh ibu sebanyak 59%, lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah urban yaitu 90%. Untuk informasi menyikat selain dari orang tua/guru/dokter gigi, persentase murid kelas V SD di
(46)
daerah rural dan urban yang pernah mendapat informasi kesehatan gigi selain dari orang tua/guru/dokter gigi yaitu sebesar 70% dan 82%. Sebanyak 30% responden di daerah rural tidak mendapat informasi kesehatan gigi selain dari dokter gigi/guru, lebih besar dibandingkan dengan di daerah urban sebanyak 18% (Tabel 7).
TABEL 7. INFORMASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
Informasi Kesehatan Gigi dan Mulut Jawaban
Rural (n=100)
(%)
Urban (n=100)
(%) Pengajaran menyikat gigi oleh
dokter gigi/guru
Pernah 61 67
Tidak pernah 39 33
Pengajaran menyikat gigi oleh ibu Pernah 59 90
Tidak pernah 41 10
Mendapat informasi kesehatan gigi selain dari dokter gigi atau ibu
Ya 70 82
Tidak 30 18
Berdasarkan sumbernya, informasi kesehatan gigi paling banyak diterima responden dari televisi, yaitu 81,42% di daerah rural dan 96,34% di daerah urban, sedangkan yang lain dari media cetak, teman, saudara kandung, dan ayah.
TABEL 8. SUMBER INFORMASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL DAN URBAN
Sumber informasi kesehatan gigi selain dari dokter gigi atau orang tua
Rural (N=70)
(%)
Urban (N=82)
(%)
Televisi 81,42 96,34
Media cetak, seperti : koran, majalah, buku. 24,28 12,2
Teman 7,14 3,6
Lain-lain Saudara kandung 8,57 -
(47)
4.6 Perbedaan Status Oral Higiene murid kelas V SD di daerah rural dan urban
Rata-rata debris responden anak di daerah rural 2,36, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 1,80. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (0,000) dari rata-rata debris antara kedua daerah tersebut. Rata-rata kalkulus responden di daerah rural 1,40, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 0,96. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (0,000) dari rata-rata kalkulus antara kedua daerah tersebut. Rata-rata OHI-S responden di daerah rural 3,76, lebih tinggi daripada di daerah urban 2,76. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan, juga dijumpai adanya perbedaan yang sangat bermakna (0,000) (Tabel 9).
Tabel 9. ANALISIS STATISTIK RATA-RATA DEBRIS, KALKULUS, DAN OHI-S DAN SEKOLAH DASAR (DAERAH RURAL-URBAN)
Status OHI-S
Sekolah Dasar P
Rural Urban
X SD X SD
Skor debris Skor kalkulus Skor OHI-S
2,36 1,40 3,76
0,47 0,63 0,89
1,80 0,96 2,76
0,61 0,52 1,01
0,000 0,000 0,000
(48)
BAB 5 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, rata-rata debris, kalkulus, dan OHI-S murid kelas V SD di daerah rural lebih tinggi dibandingkan murid kelas V SD di daerah urban. Rata-rata debris murid kelas V SD di daerah rural 2,36±0,47, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 1,80±0,61. Rata-rata kalkulus pada murid kelas V SD di daerah rural yaitu sebesar 1,40±0,63, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban yaitu 0,96±0,52. Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural yaitu 3,76±0,89, lebih tinggi dibandingkan di daerah urban 2,76 ±1,01. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, ada perbedaan yang sangat bermakna (p<0,001) antara rata-rata kalkulus, rata-rata debris, dan rata-rata OHI-S murid kelas V SD antara kedua daerah tersebut (Tabel 8). Hasil yang serupa juga dijumpai oleh Fan, et al. rata-rata OHI-S pada anak usia 12 dan 15 tahun tertinggi dijumpai pada daerah rural yaitu sebesar 2,62 dan 2,38, lebih tinggi dibandingkan di daerah sub urban yaitu sebesar 1,95 dan 2,09.3
Berdasarkan penelitian ini, perbedaan status oral higiene tersebut disebabkan perilaku menyikat yang lebih baik pada murid kelas V SD di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Responden di daerah rural sebahagian menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu 41%, sedangkan responden di daerah urban sebahagian besar menyikat gigi dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari saat mandi yaitu 65%. Sebanyak 20% responden di daerah urban sudah mempunyai kebiasaan menyikat gigi
(49)
dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan, lebih baik dibandingkan di daerah rural hanya 2%.
Jika dilihat dari keadaan sosial ekonomi yang diketahui, perilaku menyikat gigi dan mulut yang lebih rendah di daerah urban tersebut dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan ibu dari murid di daerah rural yang umumnya adalah tamat SD, lebih rendah dibandingkan di daerah urban yang umumnya adalah tamat SMA. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Orang tua terutama ibu merupakan kunci dalam keluarga, karena berperan penting dalam pendidikan dan perilaku kesehatan keluarga yang sangat mempengaruhi kesehatan dirinya dan seluruh keluarga. Lebih rendahnya pendidikan ibu di daerah rural tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap rendahnya perilaku menyikat gigi dan buruknya status oral higiene di daerah rural mengingat besarnya pengaruh pendidikan terhadap perilaku kesehatan.
Selain mempengaruhi perilaku, latar belakang pendidikan yang lebih rendah tersebut juga mempengaruhi pengajaran menyikat gigi oleh ibu yang diterima murid, persentase murid kelas V SD di daerah rural yang mendapat pengajaran menyikat gigi oleh ibu yaitu sebanyak 59%, lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah urban yaitu sebesar 90%. Lebih rendahnya murid di daerah rural tersebut yang mendapat pengajaran menyikat gigi tersebut tentunya juga mempengaruhi rendahnya perilaku menyikat gigi pada murid di daerah rural dan juga merupakan salah satu factor penyebab perbedaan status oral higiene antara kedua daerah tersebut.
(50)
18% (Tabel 7). Hal ini juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan status oral higiene antara murid di daerah rural dan urban tersebut. Zhu, et al. dalam penelitiannya pada anak usia 12 dan 18 tahun di China juga menemukan hal yang sama, 60% anak usia 12 tahun yang tinggal di daerah urban menyatakan pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut, dibandingkan anak yang tinggal di daerah rural hanya 36,8% responden yang pernah mendapatkan informasi kesehatan gigi. Perilaku menyikat gigi anak dan remaja yang tinggal di daerah urban ternyata memiliki perilaku membersihkan rongga mulut yang lebih teratur dibandingkan anak dan remaja yang tinggal di daerah rural.10
Dalam hal jajan/mengemil, tingkat mengonsumsi permen/cokelat-cokelatan/ gula-gula lebih tinggi di daerah urban dibandingkan di daerah rural, tetapi status oral higiene lebih baik pada responden di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Hal tersebut didukung perilaku menyikat gigi yang lebih baik pada respon di daerah urban dibandingkan di daerah rural. Sehingga, meskipun tingkat mengonsumsi permen/cokelat-cokelatan/gula-gula lebih tinggi di daerah urban, tetapi karena perilaku menyikat gigi lebih baik pada responden di daerah urban, tentunya kebersihan gigi tetap terjaga. Hal ini serupa dengan yang ditemukan oleh Kosovic, Nilsson, dan Anderson, meskipun tingkat mengonsumsi permen/makanan manis lebih tinggi ditunjukkan pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dibandingkan di daerah rural, frekuensi menyikat gigi yang lebih baik dijumpai pada anak-anak yang tinggal di daerah urban dibandingkan di daerah rural.
Berdasarkan informasi kesehatan gigi dan mulut yang diperoleh oleh responden, sebanyak 61% dan 67% dari murid kelas V SD di daerah rural dan urban
(51)
menyatakan pernah mendapat pengajaran menyikat gigi oleh dokter gigi/guru. Tingginya persentase murid di daerah rural dan urban yang mendapat pengajaran menyikat gigi oleh guru/dokter gigi disebabkan karena Desa Ujung Rambung yang merupakan salah satu desa yang digunakan sebagai salah satu tempat penelititan di daerah rural merupakan desa binaan Pepsodent-FKG USU. Akan tetapi, meskipun persentase di murid di daerah rural yang mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut dari guru/dokter gigi tinggi, perilaku menyikat giginya masih belum baik. Hal ini mungkin disebabkan disebabkan pengabdian ke masyarakat Desa Ujung Rambung oleh Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara-Pepsodent masih belum lama berjalan dan program yang sedang berjalan pada murid sekolah mungkin baru merupakan penelitian mahasiswa dan pengambilan data awal yang dalam pelaksanaannya sedikit memberikan informasi kesehatan gigi yang bukan merupakan program pendidikan kesehatan gigi yang sebenarnya dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara-Pepsodent. Meskipun sudah diterima, jika informasi kesehatan gigi dan mulut tersebut masih merupakan hal yang baru bagi anak, berdasarkan proses terbentuknya perilaku, maka untuk mengubah kebiasaan/perilaku seseorang dibutuhkan proses dan waktu hingga perilaku tersebut bisa diadopsi oleh anak tersebut. Proses terbentuknya perilaku yang baru pada anak juga sangat dipengaruhi oleh orang sekitar/lingkugan. Untuk itu diperlukan perhatian, dukungan, motivasi, dan peran orang di sekitar anak dalam hal ini adalah ibu khususnya sehingga anak lebih termotivasi dan yakin terhadap informasi yang diberikan.
(52)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Rata-rata oral higiene pada murid kelas V SD di daerah rural 3,76 lebih tinggi dari rata-rata oral higiene murid kelas V SD di daerah urban 2,76. Rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah urban termasuk kategori sedang, sedangkan rata-rata OHI-S murid kelas V SD di daerah rural termasuk kategori buruk. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dijumpai perbedaan yang sangat bermakna (p<0,001) antara rata-rata debris, kalkulus, OHI-S murid kelas V SD di daerah rural dan urban.
Perbedaan rata-rata oral higiene pada murid kelas V SD di daerah rural dan urban ini disebabkan karena perilaku menyikat gigi dan mulut murid kelas V SD di daerah urban juga lebih baik dibandingkan murid kelas V SD di daerah rural. Murid kelas V SD di daerah rural sebahagian besar menyikat gigi sekali dalam sehari yaitu, sedangkan murid di daerah urban sebahagian besar menyikat gigi sebanyak dua kali sehari yaitu saat pagi dan sore hari saat mandi. Sebanyak 20% responden di daerah urban sudah mempunyai kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan.
Berdasarkan keadaan sosial ekonomi, pendidikan ibu murid kelas V SD di daerah rural tergolong rendah dibandingkan di daerah urban. Sejalan dengan hal tersebut, frekuensi murid yang mendapat mendapat pengajaran menyikat gigi oleh ibu, perilaku menyikat gigi, dan persentase murid yang pernah memperoleh informasi kesehatan gigi juga lebih rendah pada murid di daerah rural dibandingkan di daerah
(53)
urban. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, selain perilaku menyikat gigi yang kurang baik, tentunya pendidikan ibu merupakan salah satu faktor sosial ekonomi yang dapat menjadi penyebab terjadinya perbedaan status OHI-S di antara kedua daerah ini, karena juga mempengaruhi perilaku kesehatan anak.
6.2 SARAN
Melihat masih rendahnya perilaku menyikat gigi dan buruknya status oral hygiene murid kelas V SD di daerah rural dibandingkan di daerah urban, maka pendidikan kesehatan gigi dan mulut masih sangat diperlukan khususnya di daerah rural oleh dokter gigi maupun pelaksana program pelayanan kesehatan di daerah tersebut yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara-Pepsodent sebagai pelaksana Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Desa Ujung Rambung dan pelaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Desa Kuala Lama, serta perlunya kerjasama dan dukungan Pemerintah Kecamatan Pantai Cermin-Kabupaten Serdang Bedagai dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan gigi dan mulut di Desa Ujung Rambung. Melihat rendahnya pendidikan di daerah rural, sebaiknya dalam menjalankan pendidikan kesehatan gigi maka perlu ditingkatkan kerjasama dengan orang tua dalam mendukung pendidikan kesehatan yang akan diberikan, mengingat peran orang tua yang begitu besar dalam pembentukan perilaku kesehatan anak.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anitasari S, Rahayu NE. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat
kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Maj Ked Gigi 2005:
38(2); 88-90. 2.
3. Fan X, Hu D, Liu H. Oral health status of children and adolescents in China. International Dent J 2004: 53(5); 289-98 (abstract).
Anonymous. 72% masyarakat pernah sakit gigi. <http://Kompas.com> (24 Juli 2009)
4. Hofstedt H, Stillerman E. Oral health status knowledge and dietary habits
among urban and rural 6-7 years old children in the Windhoek area, Namibia. <http://www.ki.se/odont/cariologi_endodonti exarb/helena.pdf> (27
September 2008)
5. Kosovic S, Nilsson A, Andersson A. Survey of dental caries prevalence,
dietary and oral hygiene habits among urban and rural 5 and 12 years old children in the Gambia.
6. Angriana D, Musyrifah. Faktor pendorong motivasi orang tua merawatkan
gigi anak di klinik kedokteran gigi Unair. Maj Ked Gigi 2005: 38(1); 12-5.
7. Anonymous. Program usaha kesehatan gigi sekolah.
(55)
8. Pintauli S, Melur T. Hubungan pendidikan dan skor DMF-T pada ibu-ibu
rumah tangga berusia 20-45 tahun di Kecamatan Medan Tuntungan. Dentika
dent J 2004: 9(2); 78-83.
9. Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA. Hubungan pendidikan penyikatan gigi
dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar islam terpadu (SDIT) Imam Bukhari. <http://www.resources.unpad.ac.id/
unpad_content/uploads/publikasi dosen/hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tinkat kebersihan gigi.pdf> (11 November 2008)
10. Zhu L, Petersen PE, Wang HY, Bian JY, Zhang BX, Oral health knowladge,
attitudes and behavior of children and adolescents in China. International
Dent J 2003: 53(5); 289-98.
11.World Health Organization. Oral health surveys basic methods. 4th
12.Zulkifli L. Psikologi perkembangan. Edisi ke-8. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001: 58-59.
Ed: Geneva, 1997: 7-8.
13.Anonymous. Your child in fifth grade. <http://www.yardsticks 4-14.com/2008/03/your child in fifth grade.html> (3 Maret 2008)
14.Cinar AB. Preadolescents and their mothers as oral health-promoting aktors:
non-biologic determinants of oral health among Turkish and Finnish preadolescents. Dissertation. Helsinki: University of Helsinki; 2008: 33-5.
15.Anonymous. Kota Medan. <http://dinkes.pemkomedan.go.id/peta.php> (23 Mei 2009)
16.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
(56)
17.Dalimunthe S. Periodonsia. Edisi ke-2. Bagian Periondonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan, 2005: 55-127.
18.Perry DA, Beemsterboer PC. 3rd
19.Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005: 43-59
Ed. Periodontology dental hygienist. Saunders Elsevier, 2007:81-255
20.Herijulianti E, Tati SI, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002: 4-45.
21.Anonymous. Dental caries. 16 Agustus 2007. <http//en.wikipedia. org/wiki/Dental_Caries#colum-one> (23 September 2008)
22.Soeparman S, Nugraha PY. Arisanti NK. Peningkatan kesehatan gigi dan
mulut pada anak melalui dental health education. Interdental J Ked Gigi
2007: 5(1); 12-16.
23.Anonymous. Desa dan kota.<http//:en.wikipedia.org> (8 September 2008) 24.Anonymous. Pengertian, arti dan defenisi desa dan kota <http//:www.
organisasi.org> (8 September 2008).
25.Efendi S. Menilik pembangunan Kota Medan.
(19 Agustus 2008)
26.Anonymous. Jumlah kecamatan dan kelurahan hingga tahun 2007 sesuai
dengan perda yang berlaku. <http://Serdangbedagai.go.id/Indonesia> (24 Mei
(57)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BAGIAN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
PERILAKU KEBERSIHAN GIGI DAN PERBEDAAN STATUS ORAL HIGIENE MURID KELAS V SD DI DAERAH RURAL KECAMATAN
PANTAI CERMIN DAN DAERAH URBAN KECAMATAN MEDAN BARAT
Nama siswa : ... No.Kartu : Usia : ... Tahun Tanggal Pemeriksaan :
Nama Pemeriksa : ... Lokasi Pemeriksaan : ...
1. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 1 2. Perempuan
A. Pemeriksaan Oral Higiene Indeks Debris
Jumlah skor permukaan Skor Debris = =
Jumlah gigi yang diperiksa
= 2 2 Skor Kriteria
0 1
2 3
Tidak dijumpai debris atau stain.
Adanya debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut tanpa memperhitungkan luas permukaannya.
Adanya debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi
Adanya debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
16 11 26
(58)
Indeks Kalkulus
Jumlah skor permukaan
Skor Kalkulus = =
Jumlah gigi yang diperiksa
= 3 3
Skor OHI-S = Skor debris + Skor kalkulus = + = 4 B. Perilaku Kebersihan Gigi dan Mulut
Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi pilihan jawaban yang dimaksud pada kolom yang tersedia di samping pertanyaan tersebut.
5. Apakah tadi pagi adik menyikat gigi?
a. Ya 5 b. Tidak
c. Lupa
6. Apakah tadi malam sebelum tidur adik menyikat gigi?
a. Ya 6 b. Tidak
c. Lupa
7. Seberapa sering adik menyikat gigi dan kapan saja?
a. Dua kali sehari, pagi dan malam hari setelah makan 7
b. Dua kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi
c. Sekali sehari, saat pagi atau sore hari saja saat mandi d. Jarang/Kadang-kadang/sekali-sekali
Skor Kriteria 0
1 2
3
Tidak dijumpai kalkulus
Adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena.
Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi yang terkena, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau adanya kalkulus subgingiva berupa flek disekeliling leher gigi.
Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena. Adanya kalkulus subgingiva yang dengan tidak putus-putus/berupa pita yang tidak terputus-putus di sekeliling leher gigi.
16 11 26
(59)
8. Apakah adik menggunakan pasta gigi/odol gigi saat menyikat gigi?
a. Ya, selalu 8
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
9. Apakah adik suka jajan, mengemil/makan di antara jam-jam makan?
a. Ya 9 b. Tidak
10.Jika jajan, jenis jajanan apa yang adik paling suka beli/makan?
a. Permen/coklat-coklatan/gula-gula 10 b. Kue/roti/goreng-gorengan
c. Keripik/kerupuk, kacang-kacangan/sejenisnya
d. Minuman ringan dalam botol/kotak/kaleng. Seperti Nutri jeruk, Frutang, Sprite/Cocacola.
(sebutkan:………..)
(Untuk jawaban pertanyaan no. 11 perhatikan hubungannya dengan jawaban pertanyaan no.9)
11.Seberapa sering adik membeli/memakan jajanan tersebut? a. Setiap hari
b. Kadang-kadang c. Jarang sekali
12.Apakah adik berkumur-kumur sehabis makan? a. Ya, selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
13.Apakah adik pernah diajarkan cara menyikat gigi di sekolah oleh guru misalnya oleh guru olahraga di sekolah atau tenaga kesehatan/dokter gigi? a. Pernah
b. Tidak pernah
14.Apakah adik pernah diajarkan cara menyikat gigi di rumah oleh ibu? a. Pernah
b. Tidak pernah
15.Selain/bila tidak diberikan dari sekolah, dari mana informasi tentang kesehatan gigi dan mulut adik peroleh (misalnya: informasi kapan menyikat gigi/makanan yang dapat membuat gigi berlubang/mengurangi makanan mengandung gula/manis?
(Jawaban boleh lebih dari 1) 1. Dari televisi
2. Dari media cetak ( koran, majalah, buku) 3. Dari teman
4. Lainnya, sebutkan:... 5. Tidak ada/tidak pernah
11
13
15
14 12
(1)
20
20,0
20,0
20,0
65
65,0
65,0
85,0
11
11,0
11,0
96,0
4
4,0
4,0
100,0
100
100,0
100,0
2
2,0
2,0
2,0
40
40,0
40,0
42,0
41
41,0
41,0
83,0
17
17,0
17,0
100,0
100
100,0
100,0
2X sehari, pagi dan
malam hari setelah
makan
2X sehari, pagi dan sore
hari saat mandi
1X sehari, pagi atau
sore hari saat mandi
Jarang/ kadang-kadang/
sekali-sekali
Total
Valid
2X sehari, pagi dan
malam hari setelah
makan
2X sehari, pagi dan sore
hari saat mandi
1X sehari, pagi atau
sore hari saat mandi
Jarang/ kadang-kadang/
sekali-sekali
Total
Valid
TEMPAT
URBAN
RURAL
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
FREKUENSI MENYIKAT GIGI
PENGGUNAAN PASTA GIGI
100 100,0 100,0 100,0
98 98,0 98,0 98,0
1 1,0 1,0 99,0
1 1,0 1,0 100,0
100 100,0 100,0
Ya Valid
Ya
Kadang-kadang Tidak pernah Total Valid
TEMPAT URBAN RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
HOBI JAJAN
94 94,0 94,0 94,0
6 6,0 6,0 100,0
100 100,0 100,0
91 91,0 91,0 91,0
9 9,0 9,0 100,0
100 100,0 100,0
Ya Tidak Total Valid
Ya Tidak Total Valid
TEMPAT URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
JENIS JAJANAN
56 56,0 56,0 56,0
22 22,0 22,0 78,0
17 17,0 17,0 95,0
2 2,0 2,0 97,0
3 3,0 3,0 100,0
100 100,0 100,0
36 36,0 36,0 36,0
40 40,0 40,0 76,0
19 19,0 19,0 95,0
3 3,0 3,0 98,0
2 2,0 2,0 100,0
100 100,0 100,0
Permen/
coklelat-cokelatan/ gula-gula
Kue/ roti/ gorengan Keripik/ kerupuk, kacang-kacangan Minuman ringan Minuman dingin dan minuman manis Total
Valid
Permen/
coklelat-cokelatan/ gula-gula
Kue/ roti/ gorengan Keripik/ kerupuk, kacang-kacangan Minuman ringan Minuman dingin dan minuman manis Total
Valid TEMPAT
URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
FREKUENSI JAJAN
73
73,0
73,0
73,0
20
20,0
20,0
93,0
7
7,0
7,0
100,0
100
100,0
100,0
53
53,0
53,0
53,0
43
43,0
43,0
96,0
4
4,0
4,0
100,0
100
100,0
100,0
Setiap hari
Kadang-kadang
Jarang sekali
Total
Valid
Setiap hari
Kadang-kadang
Jarang sekali
Total
Valid
TEMPAT
URBAN
RURAL
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
KEBIASAAN BERKUMUR
13 13,0 13,0 13,0
22 22,0 22,0 35,0
65 65,0 65,0 100,0
100 100,0 100,0
17 17,0 17,0 17,0
17 17,0 17,0 34,0
66 66,0 66,0 100,0
100 100,0 100,0
Ya, selalu Kadang-kadang Tidak pernah Total Valid
Ya, selalu Kadang-kadang Tidak pernah Total Valid
TEMPAT URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(3)
67 67,0 67,0 67,0
33 33,0 33,0 100,0
100 100,0 100,0
61 61,0 61,0 61,0
39 39,0 39,0 100,0
100 100,0 100,0
Pernah Tidak pernah Total Valid
Pernah Tidak pernah Total Valid
TEMPAT URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PENGAJARAN MENYIKAT GIGI OLEH IBU
90 90,0 90,0 90,0
10 10,0 10,0 100,0
100 100,0 100,0
59
59,0 59,0 59,041
41,0 41,0 41,0100 100,0 100,0
Pernah Tidak pernah Total Valid
Pernah Tidak pernah Total Valid
TEMPAT URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
MENDAPAT INFORMASI KESEHATAN GIGI SELAIN DARI GURU/ DOKTER GIGI DAN SEKOLAH
82 82,0 82,0 82,0
18 18,0 18,0 100,0
100 100,0 100,0
72 72,0 72,0 72,0
28 28,0 28,0 28,0
100 100,0 100,0
Ya, pernah Tidak pernah Total Valid
Ya, pernah Tidak pernah Total Valid
TEMPAT URBAN
RURAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent PENGAJARAN MENYIKAT GIGI OLEH GURU ATAU DOKTER GIGI
(4)
HASIL UJI T-TEST
1. SKOR DERIS * SEKOLAH
Independent Samples Test
6,267 ,013 -7,325 198 ,000 -,56590 ,07725 -,71824 -,41356
-7,325 186,860 ,000 -,56590 ,07725 -,71830 -,41350 Equal variances
as sumed Equal variances not ass umed Skor Debris
F Sig. Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
SUMBER INFORMASI KESEHATAN GIGI SELAIN DARI GURU/ DOKTER GIGI DAN ORANG TUA
70 70,0 70,0 70,0
3 3,0 3,0 73,0
6 6,0 6,0 79,0
2 2,0 2,0 81,0
1 1,0 1,0 82,0
0 0,0 0,0 82,0
82
82
8242 42,0 42,0 42,0
3 3,0 3,0 47,0
2 2,0 2,0 49,0
4 4,0 4,0 53,0
12 12,0 12,0 65,0
1 1,0 1,0 66,0
2 2,0 2,0 68,0
2 2,0 2,0 70,0
2 2,0 2,0 70,0
70 70,0 70,0 TV
Media cetak seperti koran, majalah, buku TV dan Media cetak TV dan teman TV, media cetak dan teman
Ayah Total Valid
TV
Media cetak seperti koran, majalah, buku Teman
Saudara kandung TV dan Media cetak TV dan teman
TV dan saudara kandung Media cetak dan teman
Ayah Total Valid TEMPAT
URBA
R
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Group Statistics
100 1,8013 ,60930 ,06093
100 2,3672 ,47491 ,04749
TEMPAT URBAN
RURAL Skor Debris
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
(5)
2. SKOR KALKULUS * SEKOLAH
3. SKOR OHIS * SEKOLAH
Independent Samples Test
2,633 ,106 -5,366 198 ,000 ,08202 -,60185 -,27835 -5,366 190,921 ,000 -,44010 ,08202 -,60189 -,27831
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Skor
Kalkulus
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df
Sig.
(2-tailed) Mean Difference
Std. Error
DifferenceLower Upper
95% Confidence Interval of the
Difference t-test for Equality of Means
-, 44010
Independent Samples Test
2,355 ,126 -7,427 198 ,000 -1,00630 ,13549 -1,27349 -,73911 -7,427 195,058 ,000 -1,00630 ,13549 -1,27351 -,73909 Equal variances
assumed Equal variances
not assumed Skor
OHI-S
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df
Sig. (2-tailed)
Mean
Difference Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the
Difference t-test for Equality of Means
Group Statistics
100
,9587
,52117
,05212
100
1,3988
,63338
,06334
TEMPAT
URBAN
RURAL
Skor Kalkulus
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Group Statistics
100 2,7597 1,01518 ,10152
100 3,7660 ,89730 ,08973
TEMPAT URBAN RURAL Skor OHI-S
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
(6)
Frequencies
St atist ics JENIS DAN FREKUENSI JAJANAN39 0 39 13 0 26 4 0 12 18 0 72 4 0 20 13 0 91 2 0 16 2 0 18 1 0 10 1 0 11 2 0 26 1 0 15 22 0 22 14 0 28 19 0 76 18 0 90 3 0 18 10 0 70 8 0 63 1 0 9 1 0 10 2 0 22 1 0 13 1 0 14 Va lid
Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m
Va lid Mi ssin g N
Su m Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Ja rang sekali
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Ja rang sekali
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Se tiap hari
Ja rang sekali
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Ja rang sekali
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Ja rang sekali
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang
Se tiap hari
Ka dan g-ka dang Pe rme n/
co klela t-cokelatan/ gu la-gu la
Ku e/ ro ti/ go reng an
Ke ripik/ ker upuk, ka cang -kacang an
Mi num an ri ngan
Mi num an d ingin dan mi num an m ani s
Pe rme n/
co klela t-cokelatan/ gu la-gu la
Ku e/ ro ti/ go reng an
Ke ripik/ ker upuk, ka cang -kacang an
Mi num an ri ngan
Mi num an d ingin dan mi num an m ani s UR BAN