PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT

  

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP

KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT

Sukatmi*, Alfiah Kurniasari **

  • *) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri

    **) Perawat Magang Puskesmas Puncu – Kediri

    Dental and oral hygiene is very big influence to prevent the occurrence of oral and dental problems.

  

Lack of dental and oral hygiene allows the accumulation of plaque and food residue. The purpose of this study to

determine the effect of dental and oral health education on the SDN pseudo-V Class IV District Puncu Kediri regency in 2011.

  The design of this study is the Pre Experiments with One Group Pre - Post Test Design. Entire population students grades 4 SDN Bogus V were 35 students with a sample of 32 students drawn by simple random sampling technique. Data collected by observation and oral dental hygiene criteria debris index and calculus index with analysis of Wilcoxon sign rank test.

  From the result showed no effect of extension of the debris index (P value: 0.000 <0.05), no effect of extension of the calculus index (P value: 0.655> 0.05) and no effect of education on oral hygiene (p value : 0.000 <0.05). This is due to the extension and assisted with props then there is an increase in knowledge and changes the behavior of dental and oral hygiene.

  

Inferred extension and props can change the behavior so improve dental and oral hygiene. It is

recommended that health workers continue to perform outreach using the aids that will greatly assist in conducting outreach to the message - the message of health can both be delivered more clearly, and the target

communities can receive the message clearly and precisely as well. With the props people can better understand

the health facts that are considered complicated, so they can appreciate how valuable it is health for life. Key words: counseling, teaching aids, dental and oral health

Latar Belakang Dalam konsep ini yang dimaksudkan dengan

  Pembangunan kesehatan adalah kesehatan gigi dan semua jaringan yang ada didalam diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada mulut, termasuk gusi. upaya peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit Kesehatan gigi dan mulut hingga kini belum dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan begitu diperhatikan oleh sebagian besar masyarakat

  • – anak, ini dibuktikan dengan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia terutama anak sekolah dasr agar tercapai derajat kesehatan secara pernyataan Menteri bidang pembiayaan dan optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan pemberdayaan departemen kesehatan, Eddie naydal yang optimal maka upaya dibidang kesehatan perlu roesdal menyatakan sekitar 90% dari anak indonesia ditingkatkan diantaranya adalah kesehatan gigi dan memiliki masalah gigi (www.tempointeraktif.com, mulut (depkes RI, 2000). Salah satu untuk 2009). Menurut laporan riset kesehatan dasar 2007, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut ,terutama ditemui kasus penyakit gigi dan mulut pada 72,1% pada anak-anak. Pendidikan kesehatan adalah suatu penduduk indonesia dengan rata – rata 4,85% gigi usaha terencana dan terarah untuk mencapai tujuan rusak. Dari rata – rata hampir 5 gigi rusak tersebut, yaitu perubahan perilaku kesehatan gigi yang hanya 1% yang berhasil dirawat atau ditambal, menunjang kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik selebihnya lebih kurang 25% masih dalam keadaan (Budiharto, 2009). Perilaku kesehatan gigi dan mulut berlubang, dan lebih 75% gigi yang berlubang merupakan hasil dari segala macam pengalaman tersebut dibiarkan atau tidak memperoleh perawatan interaksi dengan lingkungannya yang terwujud dalam sehingga membusuk atau harus dicabut karena sudah pengetahuan, sikap, tindakan, yang berkaitan dengan terlalu parah. Berdasarkan hasil peneliti sebelumnya konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahan. tahun 2010 di SDN Gadungan V Kecamatan Puncu

  Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan

50 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  

51

  dimana 11(55%)anak yang masih memiliki sikap negatif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut (Edi wiyanto : 2010). Hasil studi pendahuluan pada tanggal 12 Januari 2011 di SDN Gadungan V kecamatan Puncu Kabupaten kediri jumlah anak kelas 1 – 6 ada 159 anak, dimana 46 anak sering mengalami masalah gigi, 74 anak jarang mengalami masalah gigi, dan 30 anak tidak pernah mengalami masalah gigi. Dari jumlah anak yang sering dan jarang mengalami sakit gigi diambil 10 anak dari kelas 4 dan dilakukan studi pendahuluan berkaitan dengan kebiasaan merawat gigi dan masalah gigi yang dialami saat ini. Hasil yang didapatkan adalah 1 rutin merawat kesehatan gigi, masalah yang terjadi 2 gigi berlubang, 2 sariawan, 3 kelainan gusi, 2 kurang pengetahuan dalam merawat gigi.

  Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan

  bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (FKG UPB, 2008). Notoatmojo cit fankari(2004), menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adala factor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Masalah gigi yang sering terjadi pada anak – anak adalah karang gigi, gigi berlubang, gusi meradang/berdarah, plak, dan sakit gigi (Ardini, 2005)dikutip oleh Ediwiyanto (2010). Permasalahan gigi pada anak apabila tidak segera ditangani dapat mengganggu sistem pencernaan, mengurangi nafsu makan pada anak (Maulani, 2005). Apabila gangguan sistem pencernaan dan kurangnya nafsu makan pada anak tidak ditangani segera, maka hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut terganggu. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut, Selama ini masyarakat beranggapan bahwa dengan memiliki pengetahuan yang baik, maka sikap atau perilakunya juga baik. Oleh karena itu peneliti berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari solusi lain selain dengan metode pendidikan kesehatan yang lebih ditingkatkan juga dengan metode demonstrasi,agar anak – anak lebih memahami, mengerti dan dapat melaksanakan cara pemeliharaan dan perawatan gigi dan mulut dengan baik (Budiharto, 2009). Berger, A dkk (2000) menyatakan, permainan dapat melintasi berbagai usia permainan mempengaruhi penampilan anak-anak dimuka umum menjadi lebih nyaman, sebagai penolong dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Peningkatan kebersihan gigi dan mulut khususnya tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak dilakukan dengan suatu program. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007, ditemukan bahwa karies gigi menyerang atau diderita oleh kurang lebih 72,1% penduduk Indonesia. Selanjutnya ditemukan bahwa dalam 12 bulan terakhir sebesar 23,4% penduduk Indonesia mengeluhkan adanya masalah pada gigi dan mulutnya. Dari jumlah tersebut, hanya sebanyak 29,6% yang mencari pertolongan dan mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesadaran dan tingkat utilisasi masyarakat terhadap pelayanan tenaga medis kesehatan gigi. Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 Provinsi Jawa Timur, ditemukan permasalahan gigi dan mulut terbanyak di kabupaten Pasuruan 35,9% dan terendah di Kabupaten Kediri 9,1%. Perawatan pengobatan terbanyak diterima oleh penduduk di kabupaten pamekasan 57,1%, penambalan atau pencabutan terbanyak di kabupaten pamekasan 87,8%, pemasangan protesa atau bidge terbanyak di kabupaten kediri 13,2%. Lebih lanjut, menurut Riset Internal yang dilakukan oleh Unilever tahun 2007, hanya terdapat 5,5% masyarakat Indonesia yang memeriksakan kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi. Masih menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007, 91,1% masyarakat Indonesia yang berumur diatas 10 tahun, meskipun sudah menggosok gigi setiap hari, namun hanya sebesar 7,3% yang telah menggosok gigi secara benar, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Pepsodent bersama dengan PDGI dan AFDOKGI memiliki komitmen kuat untuk terus membantu meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia melalui program edukasi yang berkesinambungan.

  Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan

  Rumusan Masalah

  secara sederhana dimana nama setiap anggota populasi diundi untuk kemudian diambil secara acak dan ditentukan sebagai sampel hingga jumlah sampel terpenuhi.

  3 Baik 5 15,6 Total 32 100

  2 Sedang 25 78,1

  1 Buruk 2 6,3

  Kriteria Debris Sebelum Penyuluhan Frekuensi %

  1. Kriteria debris No.

  Hasil Penelitian Data Khusus a. Kebersihan Gigi Dan Mulut Sebelum Penyuluhan.

  Uji statistik wilcoxon signed rank test ini merupakan suatu uji untuk membandingkan pengamatan sebelum dan sesudah perlakuan.

  Setelah dilakukan langkah – langkah diatas kemudian dilakukan analisa data berdasarkan kajian teori. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan gigi dan mulut terhadap kebersihan gigi dan mulut, dengan menggunakan uji statistik wilcoxon signed rank test.

  Setelah Data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penelitian yaitu analisa data. Berikut ini merupakan langkah – langkah analisa data yang meliputi, Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Analisa data.

  Hasil pemeriksaan gigi dicatat pada lembar observasi. Peneliti mengolah data hasil pemeriksaan gigi dan mulut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur penelitian lembar observasi status kesehatan gigi dan mulut dengan kriteria debris indeks dan calculus indeks.

  Dalam penelitian ini pengumpulan data dilaksanakan dengan cara : Meminta persetujuan dari kepala sekolah SDN Gadungan V bahwa diizinkan untuk melakukan penelitian. Peneliti mulai melakukan study awal dengan mencatat jumlah siswa SDN Gadungan V dan melakukan observasi pada siswa kelas 4. Peneliti mengumpulkan siswa yang menjadi responden dalam satu kelas untuk sosialisasi tentang nomor responden yang harus dimiliki oleh masing – masing siswa. Meminta persetujuan / informed consent. Siswa yang menjadi responden duduk satu kelas. Peneliti memanggil satu persatu responden untuk dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut. Peneliti memeriksa kebersihan gigi dan mulut sesuai dengan indek debris dan indek calculus. Peneliti memasukkan hasil pemeriksaan gigi dan mulut ke lembar observasi.

  random sampling adalah teknik pemilihan sampel

  Dari latar belakang diatas, dirumuskan pertanyaan masalah penelitian ” Adakah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Kebersihan gigi dan mulut pada siswa di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011?”

  Penelitian dilaksanakan selama 2 minggu mulai tanggal 23 April 2011 penelitian di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi di SDN Gadungan V kelas 4 sejumlah 35 siswa. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah kelas 4 sejumlah 32 responden SDN Gadungan V yang ditemui saat penelitian. Pada penelitian ini sample diambil dengan cara simple

  melakukan observasi terhadap satu kelompok sampel pada waktu sebelum dan sesudah perlakuan.

  group pre – post test design dimana peneliti

  Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimental yaitu one

  Desain Penelitian

  IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011.

  c. Menganalisa kebersihan gigi dan mulut sesudah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di Kelas

  b. Mengidentifikasi kebersihan gigi dan mulut sesudah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011.

  a. Mengidentifikasi kebersihan gigi dan mulut sebelum penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011.

  2. Tujuan Khusus

  1. Tujuan umum Mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kebersihan gigi dan mulut pada siswa di Kelas IV SDN Gadungan V Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011.

  Tujuan Penelitian

52 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  1 Buruk 0,0

  3 Baik 17 53,1 Total 32 100

  2 Sedang 11 34,4

  1 Buruk 4 12,5

  Kriteria Perilaku Setelah Penyuluhan Frekuensi %

  3. Kebersihan Gigi dan Mulut Setelah Penyuluhan No.

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki kriteria calculus setelah penyuluhan dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) dan paling sedikit dengan tingkat baik yaitu 6 responden (18,8%).

  3 Baik 6 18,8 Total 32 100

  2 Sedang 19 59,4

  1 Buruk 7 21,9

  Kriteria Calculus Setelah Penyuluhan Frekuensi %

  2. Kriteria calculus No.

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki kriteria debris setelah penyuluhan dengan tingkat baik yaitu sebanyak 18 responden (56,3%) dan paling sedikit tingkat sedang yaitu 14 responden (43,8%).

  3 Baik 18 56,3 Total 32 100

  2 Sedang 14 43,8

  Kriteria Debris Setelah Penyuluhan Frekuensi %

  

53

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki kriteria calculus sebelum penyuluhan dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 20 responden (62,5%) dan paling sedikit dengan tingkat baik yaitu 5 responden (15,6%).

  32 responden paling banyak memiliki kriteria debris sebelum penyuluhan dengan tingkat sedang sebanyak 25 responden (78,1%) dan paling sedikit responden dengan tingkat buruk yaitu 2 responden (6,3%).

  2. Kriteria Calculus No.

  Kriteria Calculus Sebelum Penyuluhan Frekuensi %

  1 Buruk 7 21,9

  2 Sedang 20 62,5

  3 Baik 5 15,6 Total 32 100

  3. Kebersihan Gigi dan Mulut Sebelum Penyuluhan No.

  1. Kriteria Debris No.

  Kriteria Perilaku Sebelum Penyuluhan Frekuensi %

  1 Buruk 14 43,8

  2 Sedang 13 40,6

  3 Baik 5 15,6 Total 32 100

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki perilaku buruk dalam kebersihan gigi dan mulut yaitu sebanyak 14 responden (43,8%) dan paling sedikit dengan tingkat baik yaitu 5 responden (15,6%).

  b. Kebersihan Gigi dan Mulut Setelah Penyuluhan

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki kriteria baik dalam kebersihan gigi dan mulut yaitu sebanyak

  17 responden (53,1%) dan paling sedikit dengan dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa tingkat buruk yaitu 4 responden (12,5%). Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,655 > 0,05).

  c. Pengaruh Penyuluhan terhadap Debris Indeks

  e. Pengaruh Penyuluhan terhadap Kebersihan Gigi

  Debris Indeks Penyuluh

  dan Mulut

  ∑ No.

  % Bai Sed Bur an % % %

k ang uk Kebersihan Gigi dan Mulut

Penyu

  ∑ No.

  %

  1 Sebelum 5 15,6 25 78,1 2 6,3 32 100 Bai Sed Buru luhan % % % k ang k

  2 Sesudah 18 56,3 14 43,8 32 100 Sebel 1 5 15,6 13 40,6 14 43,8 32 100 Total

  32

32 um

Sesud P value : 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak

  2 17 53,1 11 34,4 4 12,5 32 100 ah Total

  32

  32 Berdasarkan tabel diketahui sebelum P value : 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak

  penyuluhan kriteria debris indeks paling banyak adalah kategori sedang yaitu ada 25 responden Berdasarkan tabel diketahui sebelum

  (78,1%), sebaliknya sesudah penyuluhan penyuluhan kriteria kebersihan gigi dan mulut didapatkan debris indeks paling banyak adalah paling banyak adalah kategori buruk yaitu ada 14 kriteria baik yaitu 18 responden (56,3%). Terlihat responden (43,8%), sebaliknya sesudah ada pengaruh debris indeks antara sebelum dan penyuluhan didapatkan kebersihan gigi dan mulut sesudah penyuluhan. paling banyak adalah kriteria baik yaitu 17

  Hasil analisis Wicoxon Sign Rank Test responden (53,1%). Terlihat ada pengaruh didapatkan ada pengaruh debris indeks antara kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN sesudah penyuluhan. Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu

  Hasil analisis Wicoxon Sign Rank Test Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,000 < didapatkan ada pengaruh kebersihan gigi dan 0,05). mulut antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan

  d. Pengaruh Penyuluhan terhadap Calculus Indeks Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value :

  Calculus Indeks Penyul

  0,000 < 0,05).

  No.

  ∑ % Bai Sed Bur uhan % % % k ang uk

  Pembahasan Sebelu

  1 5 15,6 20 62,5 7 21,9 32 100

  a. Kebersihan Gigi dan Mulut Sebelum Penyuluhan

  m

  Berdasarkan tabel dapat diketahui dari 32

  Sesuda

  2 6 18,8 19 59,4 7 21,9 32 100 h

  responden paling banyak memiliki perilaku buruk

  Total

  32

  32

  dalam kebersihan gigi dan mulut yaitu sebanyak 14 responden (43,8%) dan paling sedikit dengan

  P value : 0,655 > 0,05 maka Ho diterima tingkat baik yaitu 5 responden (15,6%).

  Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang Berdasarkan tabel diketahui sebelum penyuluhan berlandaskan prinsip mengajar, memberi kriteria calculus indeks paling banyak adalah kategori informasi atau nasehat yang ditujukan kepada sedang yaitu ada 20 responden (62,5%), dan sesudah individu, kelompok atau masyarakat tentang penyuluhan didapatkan calculus indeks paling banyak hidup sehat (Suryadi, 2009). Menurut Azwar adalah kriteria sedang yaitu 19 responden (59,4%).

  (2003) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan Terlihat tidak ada pengaruh calculus indeks antara pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara sebelum dan sesudah penyuluhan. menyebar pesan, menanamkan keyakinan

  Hasil analisis Wicoxon Sign Rank Test didapatkan sehingga masyarakat tidak sadar dan mengerti tidak ada pengaruh calculus indeks antara sebelum

  Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan

54 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  

55

  tetapi juga mau bisa melakukan perilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan. Tujuan penyuluhan adalah untuk mengubah perilaku anak dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut menjadi baik. Perilaku buruk tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005). Termasuk dalam hal ini tujuan penyuluhan juga untuk merubah perilaku anak dalam memelihara keberihan gigi dan mulut dari perilaku yang buruk menjadi baik.

  Didapatkannya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut tidak memenuhi syarat dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya terkait dengan faktor umur responden. Sesuai dengan hasil penelitian diketahui umur responden yang terbanyak dari 32 reponden sebagian besar berumur 11 tahun yaitu sebanyak 15 responden (46,9%) dan sebagian kecil 4 responden (12,5%) berumur 12 tahun. Sesuai teori dijelaskan semakin bertambah umur seseorang, maka pengalaman orang tersebut juga makin bertambah. Mengingat umur anak masih 11 tahun maka dari aspek pengalaman juga masih kurang sehingga dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut juga buruk sebelum penyuluhan. Untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut perlu penyuluhan akan manfaat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Selain diperlukan Alat bantu pendidikan adalah alat – alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan / pengajaran. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh.

  Peningkatan pengetahuan diharapkan akan meningkatkan sikap positif yang pada akhirnya juga akan merubah perilaku anak dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut.

  b. Kebersihan Gigi dan Mulut Setelah Penyuluhan.

  Berdasarkan tabel dapat diketahui dari 32 responden paling banyak memiliki kriteria baik dalam kebersihan gigi dan mulut yaitu sebanyak 17 responden (53,1%) dan paling sedikit dengan tingkat buruk yaitu 4 responden (12,5%).

  Ditinjau dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003). Perilaku menurut Skinner (1938) yang dikutip (Suliha, dkk, 2002) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Ensiklopedi Amerika yang dikutip Notoatmodjo (2003) perilaku sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku dipengaruhi banyak faktor. Menurut Lawrence Green meliputi faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor pendorong (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku seperti pengetahuan, sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan individu berperilaku, karena tersedianya sumberdaya, keterjangkauan, rujukan, dan keterampilan. Faktor penguat merupakan faktor yang menguatkan perilaku, seperti sikap dan keterampilan petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, dan majikan (Suliha, 2002).

  Didapatkannya reponden yang terbanyak memiliki perilaku yang baik disebabkan dengan adanya penyuluhan maka responden telah mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya. Dalam hal ini responden telah mendapatkan informasi tentang perilaku memelihara kebersihan gigi dan mulut. Bersumber dari informasi dan alat peraga ini maka pengetahuan responden menjadi bertambah. Dengan alat peraga orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit, sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan

  Bertambahnya pengetahuan pada akhirnya meningkatkan sikap menjadi positif dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut. Dampak dari sikap ini maka berpengaruh terhadap perilakunya sehingga berubah dari perilaku baik. Perubahan perilaku anak dalam memelihara kebersihan mulut dan gigi yang menjadi lebih baik dengan penyuluhan dapat berubah sewaktu- waktu. Untuk itu perlu monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan agar perilaku yang sudah memenuhi syarat tidak kembali kepada perilaku yang buruk.

  c. Pengaruh Sebelum dan Sesudah Penyuluhan

  1. Pengaruh Penyuluhan terhadap Debris Indeks Berdasarkan tabel ada pengaruh debris indeks antara sebelum dan sesudah penyuluhan di

  SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,000 < 0,05).

  Penyuluhan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan, atau ”menjual” kesehatan. Penyuluhan ditujukan untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau karena masalah budaya lain (Machfoedz, 2005). Termasuk ditujukan agar tercipta perilaku sehat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti adanya sisa makanan dalam mulut, karies gigi dan lainnya. Untuk menyatakan kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI – S (Oral higiene indek simplified). OHI – S adalah skor atau nilai pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkannya yang dinyatakan dalam bentuk Debris Index (DI). Debris Index adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu. Kesehatan gigi dan mulut ini dipengaruhi banyak faktor seperti gizi makanan, macam makanan, kebersihan gigi, kepekatan air ludah dan gigi yang tidak teratur/rapi.

  Didapatkannya ada pengaruh debris indeks sebelum dan sesudah penyuluhan disebabkan dengan adanya penyuluhan maka responden telah mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya. Perubahan pengetahuan akan merubah sikap yang negatif menjadi sikap positif terhadap upaya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kondisi ini pada akhirnya akan menjadikan anak lebih rutin dalam memlihara kebersihan gigi dan mulut. Dampaknya adalah adanya peningkatan kebersihan gigi dan mulut pada anak yang dapat dilihat dari debris indeks. Terdapat pengaruh yang bermakna karena debris pada dasarnya merupakan endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi. Oleh karena itu sebenarnya dengan mudah dapat dibersihkan dengan cara menggosok gigi dengan benar.

  2. Pengaruh Penyuluhan terhadap Calculus Indeks

  Berdasarkan tabel diketahui tidak ada pengaruh calculus indeks antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,655 > 0,05).

  Penyuluhan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan, atau ”menjual” kesehatan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa penyuluhan ditujukan untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005). Termasuk dalam hal ini ditujukan agar tercipta perilaku sehat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut seperti ada atau tidak adanya endapan keras (karang gigi) yang terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu yang disebut dengan calculus. Untuk menyatakan kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI – S (Oral higiene indek simplified). OHI – S adalah skor atau nilai pemeriksaan gigi dan mulut dengan menjumlahkannya yang dinyatakan dalam bentuk Calculus Index (CI). Calculus Index adalah skor dari endapan keras (karang gigi) terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.. Kesehatan gigi dan mulut ini dipengaruhi banyak faktor seperti gizi makanan, macam makanan, kebersihan gigi, kepekatan air ludah dan gigi yang tidak teratur/rapi.

  Didapatkannya tidak ada pengaruh calculus indeks antara sebelum dan sesudah penyuluhan dapat disebabkan kurang lamanya perawatan kebersihan gigi dan mulut yang telah

56 Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  urnal Vol. 4 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2013

  2. Sebagian besar memiliki kriteria baik dalam kebersihan gigi dan mulut sebanyak 17 responden (53,1%) dan sebagian kecil 4 responden (12,5%) dengan tingkat buruk.

  2. Bagi pihak sekolah Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dan memotivasi pihak sekolah dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi peserta didik dalam hal melakukan proses pembelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut dan juga memperhatikan perilaku peserta didik dalam kebersihan gigi dan mulut.

  1. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut serta sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan.

  Saran

  V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (p value : 0,000 < 0,05)

  c. Ada pengaruh kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan

  b. Tidak ada pengaruh calculus indeks antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,655 > 0,05).

  a. Ada pengaruh debris indeks antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,000 < 0,05).

  3. Pengaruh :

  1. Sebagian besar memiliki kriteria buruk dalam kebersihan gigi dan mulut sebanyak 14 responden (43,8%) dan sebagian kecil 5 responden (15,6%) dengan tingkat baik.

  57

  Kesimpulan

  Kondisi ini pada akhirnya akan menjadikan anak lebih rutin dalam memlihara kebersihan gigi dan mulut. Dampaknya adalah adanya peningkatan kebersihan gigi dan mulut pada anak.

  Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Perubahan pengetahuan akan merubah sikap yang negatif menjadi sikap positif terhadap upaya menjaga kebersihan gigi dan mulut.

  Didapatkannya ada pengaruh kebersihan gigi dan mulut disebabkan dengan adanya penyuluhan maka responden telah mendapatkan informasi sebagai sumber pengetahuannya. Dan selain dengan penyuluhan anak juga dikenalkan dengan alat peraga. Alat peraga akan sangat membantu di dalam melakukan penyuluhan agar pesan – pesan kesehatan dapan disampaikan lebih jelas, dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula. Dengan alat peraga orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit, sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.

  Penyuluhan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan, atau ”menjual” kesehatan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa penyuluhan ditujukan untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005).

  Berdasarkan tabel diketahui ada pengaruh kebersihan gigi dan mulut antara sebelum dan sesudah penyuluhan di SDN Gadungan V Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri Tahun 2011 (P value : 0,000 < 0,05).

  3. Pengaruh Penyuluhan terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut

  dilaksanakan. Sebelum penyuluhan responden tidak membersihkan gigi dan mulut secara baik dan benar. Dalam jangka lama debris yang sifatnya lunak akan mengeras menjadi calculus. Jika sudah mengeras maka membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkannya bahkan membutuhkan pertolongan dokter gigi untuk membersihkannya. Oleh karena itu dengan perubahan perilaku sesaat tidak mungkin terjadi perubahan calculus indeks.

  3. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini dapat dipakaisebagai pedoman dalam meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan,terutama dalam pemberian penyuluhan kesehatan baik, pada anak – anak maupun masyarakat luas tentang kesehatan gigi Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi dan mulut, baik dilingkungan masyarakat umum Penelitian Kesehatan,Ed. Revisi. Jakarta : Rineka maupun institusi pendidikan. Cipta.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai Budiharto, Dr. Drg. Prof, (2009). Pengantar Ilmu referensi bagi penelitian berikutnya dalam Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan membahas permasalahan yang berkaitan dengan Gigi. Jakarta. EGC kesehatan gigi dan mulut pada anak.

  Hermawan, Rudi. (2010). Menyehatkan Daerah Mulut. Cetakan Pertama. BUKU BIRU.

  DAFTAR PUSTAKA Jogjakarta

  Ibnu fajar,dkk (2009). Statistika Untuk Praktisi Widyanti Sriyono, Niken. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan,Edisi Pertama, graha ilmu, Kedokteran Gigi Pencegahan. Medika. FK UGM.

  Yogyakarta. Yogyakarta Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar Konsep Dasar

  Perilaku. Cetakan pertama. PT Rineka Cipta. Keperawatan Anak, Jakarta : EGC Jakarta Menurut Depkes RI (1992) dikutip Edi Wiyanto 2010.

  A.Wawan dan Dewi M, (2010). Teori & Pengukuran Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Anak Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Tentang Menggosok Gigi. Pamenang. Pare Cetakan I. Nuha Medika.Yogyakarta http://www.solopos.com/2010/lifestyle/kesehatan/dela

  Ahmad, Aziz dr. (2004). Panduan Singkat Kesehatan pan-penyebab-sakit-gigi-dan-mulut-47104 Gigi dan Mulut . Cetakan Pertama. Prestasi Pustaka, Jakarta. http://abidinblog.blogspot.com/2008/12/kesehatan- gigi-dan-mulut.html

  Jubile enterprise, drg. Chaerita Maulani, (2005). Kiat Merawat Gigi Anak Panduan Orangtua dalam http://cumamutiara.blogspot.com/2009/06/karang- Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi Bagi Anak gigi-calculus.html

  • – Anaknya.PT Elex Media Komputindo. Jakarta http://majalahkesehatan.com/pembersihan-plak-dan-

  Tamsuri, Anas. (2004). Riset Keperawatan. Cetakan karang-gigi ke tiga. Pamenang press. Pare http://pmkes.blogspot.com/2010/04/penyuluhan.html

  Maulani, chaerita. (2005). Kiat Merawat Gigi Anak, Jakarta : Elex Media Komputindo

  Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan

Dokumen yang terkait

Keyword : Printed handout, achievement LATAR BELAKANG - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN : HANDOUT TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (STUDI KASUS PADA MATA KULIAH KOMUNIKASI KEPERAWATAN DI AKADEMI KEPERAWATAN PAMENANG TAHUN 2010)

0 0 5

12 PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008)

0 0 6

Keywords: Health Promotion, Posyandu Elderly, Livelines Latar Belakang - PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA (Studi Eksperimental di Dusun Paron II, Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem)

0 0 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERALATAN RUMAH TANGGA BERBAHAN MELAMIN TERHADAP PEMANFAATANNYA (Studi Analitik Di RW 03 RT 01 Dusun Gadungan Desa Nobo Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri)

0 0 6

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA (Study Quasy Experiment Di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jombang di Kediri Tahun 2010)

0 0 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE PADA KESEHATAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN HANDPHONE PADA REMAJA

0 0 6

61 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG UNIVERSAL PRECAUTION TERHADAP KEPATUHAN PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI

0 0 7

47 HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN RESIKO CEDERA KHUSUSNYA JATUH PADA LANSIA TERHADAP KEJADIAN JATUH

0 0 7

Latar Belakang - KEEFEKTIFAN CAMPURAN MAHKOTA DEWA, JINTEN HITAM DAN KUNYIT PUTIH PADA HIPERTENSI (DI DUSUN PANDANSARI KEC. PURWOASRI KAB. KEDIRI TAHUN 2010)

0 0 9

1 PENGARUH PEMANFAATAN TEH BUNGA ROSELA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

0 4 8