Kayu Sengon Albizia falcataria Kayu Afrika Maesopsis eminii

PENDAHULUAN Kayu merupakan material yang tersusun atas selulosa alami yang berasal dari tumbuhan, memiliki keunikan struktur dan sifat kimianya sehingga membuatnya menarik untuk berbagai macam penggunaan. Tingkat kesesuaian bagi penggunaan kualitas kayu ditentukan oleh respon kayu terhadap perlakuan fisik dan kimia. Berdasarkan tinjauan kimia, jaringan kayu meliputi sel dan interselular merupakan material yang tersusun dari berbagai polimer organik yang dinamakan selulosa, hemiselulosa dan lignin. Kayu, selain memiliki kelebihan, juga memiliki kekurangan seperti variasi sifat, kecenderungan berubah bentuk akibat perubahan kadar air dan kerusakan karena serangan jamur, serangga, dll Devi, 2003. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada berbagai penelitian dilakukan untuk meningkatkan kualitas kayu diantaranya melalui modifikasi kimia pada kayu. Menurut Yildiz et. al 2004, dari tahun ke tahun kayu telah diperlakukan dengan berbagai bahan-kimia untuk merubah karakteristik fisiknya. Dari tahun 1930 - 1960 sejumlah perlakuan baru terhadap kayu diperkenalkan: acetylation dari kelompok hidrokxyl, ethylene oksida penambahan kepada kelompok hidroksit itu, polyethylene glycol sebagai bulking dinding sel, perlakuan phenol formaldehyde dengan Impreg dan Compreg, dan wood-polymer composite WPCS. WPCS diproduksi di Amerika Serikat, Negara Jerman, Inggris, Poland, Italia, Jepang, Taiwan, Selandia Baru dan negara-negara lain Meyer, 1982 dalam Yildiz et. al, 2005 . Beberapa tinjauan ulang artikel pada [atas] WPCS telah diterbitkan Meyer, 1981; Rowell dan Konkol, 1987; Schneider, 1994; Kumar, 1994; Lu et al., 2000 dalam Yildiz et. al, 2005. Pertimbangan pemberian perlakuan modifikasi kimia dengan cara impregnasi menggunakan polimer tergantung pada tujuan penggunaan akhirnya Rowell, 1983 dalam Devi, 2003. Perlakuan dengan monomer jenis vinyl melalui pematanganpengerasan radiasi atau katalis secara signifikan memperbaiki daya tahan terhadap air, kekerasan kayu, dll Meyer, 1981 dalam Devi, 2003. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kayu Sengon Albizia falcataria

Berat jenis 0,33 0,24-0,49, kelas kuat IV-V. Banyak digunakan untuk bahan perumahan, pembuatan peti, vinir, pulp, papan semen, wol kayu, papan serat, papan Apri Heri Iswanto : Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu, 2008 USU e-Repository © 2009 partikel, korek api. Pori sebagai soliter sebagian bergabung 2-4 radial, berbentuk bundar atau kadang-kadang lonjong, kadang-kadang berisi endapan berwarna cokelat. Nama botanis kayu Sengon adalah Paraserianthes falcataria L Nielsen syn, Albizia falcataria L Fosberg dan Albizzia falcata L backer, famili Mimosaceae. Daerah penyebarannya meliputi seluruh jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, Irian jaya. Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dengan panjang batang bebas cabang 10 – 30 meter, diameter batang dapat mencapai 80 cm, kulit luar berwarna putih atau kelabu, tidak beralur, tidak mengelupas, tidak berbanir. Warna kayu teras hampir putih atau coklat muda. Warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan warna kayu teras. Tekstur kayu agak kasar dan merata, arah serat lurus,bergelombang lebar dan berpadu. Kesan raba permukaan kayu agak licin atau licin. Permukaan kayu mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, yang lambat laun hilang jika kayunya kering. Berat jenis rata-rata kayu sengon adalah 0,33, dengan kisaran 0,24-0,49 dan kelas kuatnya termasuk kelas kuat IV-V. Penyusutan sampai kering tanur 2,5 pada arah radial dan 5,2 pada arah tangensial. Nilai keteguhan lentur statik kayu sengon disajikan dalam tabel 1 berikut : Tabel 1. Keteguhan lentur Statik Kayu Sengon Paraserianthes falcataria Kondisi Tegangan pada Batas Proporsi kgcm 3 Tegangan pada Batas Patah kgcm 3 Modulus Elastisitas 1000 kgcm 3 Usaha sampai batas proporsi kgdm 3 Usaha sampai Batas Patah kgcm 3 Basah 262 465 33,0 0,44 5,30 Kering 316 526 44.5 0.6 4,98 Keteguhan tekan sejajar arah serat pada kondisi basah sebesar 215 kgcm 2 , sedangkan pada kondisi kering sebesar 283 kgcm 2 Martawijaya et. al., 1981.

B. Kayu Afrika Maesopsis eminii

Kayu Afrika dengan nama botani Maesopsis eminii Engl, termasuk dalam famili Rhamnaceae, dikenal dengan nama kayu Manii. Kayu Afrika merupakan spesies asli dari Afrika tengah, yang kemudian disebarkan antara lain ke Fiji, Indonesia dan Malaysia. Menurut Wahyudi et al. 1990 secara umum kayu Afrika memiliki ciri-ciri: Apri Heri Iswanto : Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu, 2008 USU e-Repository © 2009 a. Bagian gubal berwarna putih, sedangkan teras kuning gelap sampai kecoklatan. Tekstur kayu sedang-kasar; berserat lurus-berpadu teras pahit dan berbau masam. b. Sel pembuluh berbentuk bulat sampai oval, sebagian soliter tapi ada yang bergabung radial 2-4 sel dan sedikit mengandung tilosis c. Sel-sel jari-jarinya 2 macam, sebagian ada yang lebar ipe sel parenkima adalah parenkima paratrakeal aliform ncluent m; dengan Berat jenis BJ kering udara berkisar 0,34-0,46 denan -rata kandungan zat ekstraktif larut dalam air dingin awa Timur, kebun-kebun percobaan Lembaga Penelitian Hasil Hutan, menjadi tanam Vazo atau peroxide dan panas, atau radiasi. Monomer lain yang biasanya ditambahkan untuk mengendalikan tingkat polimerisasi, meningkatkan polimerisasi dan ikatan silang styrene untuk memperbaiki sifat fisis dari WPCs Ibach dan W.D Ellis, 2005 dan sebagian ada yang sempit namun kurang menyolok. d. T sampai aliform bersambung co e. Tidak dijumpai saluran damar f. Sel penyusun kayu didominasi oleh sel serabut 56,70 dengan ukuran panjang 1,1-1,7 mm; tebal dinding 3,1 -3,5 diameter serabut 26-35 m g. rata-rata 0,43 h. Rata-rata susut volume total kondisi basah ke kondisi kering tanur 4,01 dan rata-rata 1,57 i. Rata 1,60 , kadar ekstraktif larut air panas 2,75 dan rata-rata kadar abu 0,94 . Rata-rata kadar selulosa 47, 19 dan rata-rata kandungan ligninnya 20,45 j. Termasuk kelas kuat III-IV Kayu Afrika merupakan jenis cepat tumbuh, dengan pertambahan tinggi 2-3 meter setiap tahun pada usia muda. Penyebaran kayu Afrika di Indonesia antara lain Jawa Barat, J an pengisi pada kelas hutan rimba yang dikelola Perum Perhutani dan sebagai tanaman pengayaan pada hutan rakyat.

C. Styrene