a. Bagian gubal berwarna putih, sedangkan teras kuning
gelap sampai kecoklatan. Tekstur kayu sedang-kasar; berserat lurus-berpadu teras pahit dan berbau masam.
b. Sel pembuluh berbentuk bulat sampai oval, sebagian
soliter tapi ada yang bergabung radial 2-4 sel dan sedikit mengandung tilosis c.
Sel-sel jari-jarinya 2 macam, sebagian ada yang lebar
ipe sel parenkima adalah parenkima paratrakeal aliform ncluent
m; dengan
Berat jenis BJ kering udara berkisar 0,34-0,46 denan
-rata kandungan zat ekstraktif larut dalam air dingin
awa Timur, kebun-kebun percobaan Lembaga Penelitian Hasil Hutan, menjadi tanam
Vazo atau peroxide dan panas, atau radiasi. Monomer lain yang biasanya ditambahkan untuk mengendalikan tingkat polimerisasi, meningkatkan
polimerisasi dan ikatan silang styrene untuk memperbaiki sifat fisis dari WPCs Ibach dan W.D Ellis, 2005
dan sebagian ada yang sempit namun kurang menyolok. d.
T sampai aliform bersambung co
e. Tidak dijumpai saluran damar
f. Sel penyusun kayu didominasi oleh sel serabut 56,70
dengan ukuran panjang 1,1-1,7 mm; tebal dinding 3,1 -3,5 diameter serabut 26-35 m
g. rata-rata 0,43
h. Rata-rata susut volume total kondisi basah ke kondisi
kering tanur 4,01 dan rata-rata 1,57 i.
Rata 1,60 , kadar ekstraktif larut air panas 2,75 dan rata-rata kadar abu 0,94 .
Rata-rata kadar selulosa 47, 19 dan rata-rata kandungan ligninnya 20,45 j.
Termasuk kelas kuat III-IV Kayu Afrika merupakan jenis cepat tumbuh, dengan pertambahan tinggi 2-3
meter setiap tahun pada usia muda. Penyebaran kayu Afrika di Indonesia antara lain Jawa Barat, J
an pengisi pada kelas hutan rimba yang dikelola Perum Perhutani dan sebagai tanaman pengayaan pada hutan rakyat.
C. Styrene
Styrene seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 merupakan suatu jenis monomer yang umum dipakai untuk WPCs. Styrene dapat dipolimerisasi dalam kayu dengan
menggunakan katalis
Apri Heri Iswanto : Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu, 2008 USU e-Repository © 2009
.
Gambar 1. Struktur Styrene.
Kekerasan, keteguhan pukul, keteguhan tekan dan geser, bending dan keteguhan belah dari kayu yang diberi perlakuan styrene lebih baik dibandingkan dengan kayu
tanpa perlakuan styrene dan hampir sama atau bahkan lebih baik dari sampel yang diimpregnasi dengan MMA. Kayu yang diberi perlakuan warnanya menjadi lebih
kuning dari kayu asal Autio and Miettinen 1970 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005. Modifikasi dari beberapa tipe kayu daun jarum dan kayu daun lebar dengan
polystyrene dapat memperbaiki daya tahan pemakaian. Komposit kayu polystyrene yang terbuat dari kayu daun lebar jenis birch, gray dan black alder, serta spruce lebih
tahan terhadap pengikisan dibandingkan dengan kayu alami Dolacis 1983 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005. Flexural strength, kekerasan, and kerapatan kayu alder
meningkat dengan adanya impregnasi styrene dan pemanasan sampai diperoleh kayu jenuh polystyrene Lawniczak 1979 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005. Modifikasi
kayu poplar dengan polystyrene telah meningkatkan kekerasan kekuatan statik bending dan keuletan. Peningkatan keuletan tergantung pada kandungan polimer sampai pada
batas tertentu Lawniczak 1973 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005.
D. Modifikasi Kimia Kayu Dengan Menggunakan Styrene
Perlakuan dengan monomer jenis vinyl melalui pematanganpengerasan radiasi atau katalis secara signifikan memperbaiki daya tahan terhadap air, , kekerasan kayu,
dll Meyer, 1981 dalam Devi, dkk 2003. Jenis impregnasi pada kayu dengan menggunakan campuran polimer terdiri dari makromonomer dan styrene telah
memperbaiki perlindungan terhadap air, kekuatan tekan dan bending Baki, dkk; 1993 dalam Devi, dkk 2003.
Berdasarkan hasil penelitian Devi, dkk 2003, nilai daya serap air kayu tanpa perlakuan sebesar 142,86, dengan perlakuan styrene sebesar 98,64 dan dengan
perlakuan styrene-GMA 72,5 setelah 6 hari direndam dalam air destilasi pada suhu ruangan. Hal ini mengindikasikan bahwa styrene hanya bersifat bulky mengisi
Apri Heri Iswanto : Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu, 2008 USU e-Repository © 2009
rongga pada dinding sel dan tidak bereaksi dengan kayu, sedangkan adanya GMA dapat meningkatkan interaksi antara styrene dan kayu melalui rantai epoxy dan dan
sambungan ikatan rangkap. Oleh sebab itu terjadi perbaikan sifat pengembangan tebal, ketahanan kimia, dan penurunan daya serap air.
Sampel kayu tanpa dan dengan perlakuan disimpan didalam agar selama 30 hari sebagai akses pertumbuhan mikroorganisme. Pada sampel kayu tanpa perlakuan
banyak menghasilkan Bacillus spp, bakteri dan terlihat banyak terjadi pertumbuhan jamur; namun tidak demikian terhadap kayu yang diberi perlakuan polimer.
Biodegradasi lebih sedikit terjadi pada kayu yang diberi perlakuan hal ini disebabkan oleh penurunan kapasitas penyerapan air pada kayu tersebut. Sebagaimana
pengamatan biodegradasi yang dilaporkan oleh Solpan dan Guven 1998 dalam Devi, dkk 2003 untuk komposit polimer kayu.
Menurut Yildiz et. al 2004, polimer komposit kayu WPCS disiapkan dengan mengisi kayu dengan monomer vinil yang diikuti oleh polymerisasi radikal bebas
dalam lumen dan dinding sel. Dengan menambahkan bagian penting polymer vinyl pada ruang kosong di dalam kayu, kekuatan kompresi, kekerasan, dan daya tahan
terhadap gores dapat ditingkatkan. Sifat higroskopis WPCS dapat dikurangi. Menurut Devi 2003, impregnasi untuk mendapatkan loading polymer tertinggi
diperoleh dengan variasi vakum, konsentrasi monomer dan inisiator. Hasil terbaik untuk loading polymer tertinggi doperoleh pada kondisi vakum dengan tekanan 5 inch
Hg dengan perbandingan konsentrasi monomer 5:1 styrene : GMA dan 0,5 AIBN
Apri Heri Iswanto : Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu, 2008 USU e-Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Polymer Loading