BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Standarisasi Helm
Industri
2.1.1. Standarisasi Secara umum helm yang digunakan oleh pekerja sebagai alat pelindung diri pada Negara-
negara maju sudah mempunyai standard tertentu sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintahnya. Beberapa standard helm yang dikenal luas dan banyak menjadi
referensi, ialah: ANSI Z89.1-1997 [6], JIS T8131-1977 [7], dan SNI 19-1811-1990 [8]
2.1.2. Komponen helm
Komponen helm industri terdiri atas beberapa bagian. Secara umum bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Keterangan gambar
3 2
1
7 6
5 4
: 1. Tempurung
2. Jaring 3. Pelindung
sinar matahari
4.
Peredam benturan
5. Tali cincin
6. Bantalan kepala
7. Tali dagu
Gambar 2.1 Komponen helm industri
2.2. Komposit
2.1 Mekanisme kegagalan komposit Komposit merupakan komponen rekayasa skala makro engineering macroscale, yang
tersusun dari kombinasi dua atau lebih material yang menghasilkan kemampuan properties yang lebih baik daripada bila komponen itu berdiri sendiri. Kelakuan komposit adalah sangat kompleks
M. Rafiq Yanhar : Simulasi Tegangan Pada Helm Industri Dari Bahan Komposit Gfrp Yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, 2008
USU Repository © 2008
karena sangat tergantung pada bagaimana masing-masing komponen material dikombinasikan. Kemampuan mekanis secara keseluruhan dapat saja menjadi sangat berbeda walaupun komponen
penyusunnya sama, tetapi proses pembuatannya berbeda. Dikarenakan penggunaan komposit yang luas dalam bidang kehidupan, maka kerusakan kecil yang terjadi padanya seperti kerusakan serat fiber
breaking, keretakan matriks matrix cracking, berpisahnya lapisan antara interface debonding, delaminasi delamination, dan lain-lain; yang mana mekanisme ini tidak boleh diabaikan didalam
memperhitungkan kemampuannya [9]. Pemeriksaan fraktografi merupakan suatu cara yang efektif dan berguna dalam memeriksa kerusakan diatas ASTM E-30, 2002.
Tidak sama seperti metal dimana kegagalan mungkin didominasi oleh pertumbuhan dari retakan makro macrocracks, komposit diperkuat serat FRP gagal didalam sebuah cara mode
komulatif yang dapat melibatkan sebuah kombinasi dari mode yang berbeda seperti kerusakan serat fiber breaking, keretakan matriks matrix cracking dan berpisahnya serat dan matriks matriksfiber
debonding, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Model cara kegagalan pada komposit diperkuat serat yang tidak searah
.
M. Rafiq Yanhar : Simulasi Tegangan Pada Helm Industri Dari Bahan Komposit Gfrp Yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, 2008
USU Repository © 2008
Gambar 2.3 Mikro kerusakan laminasi pada matriks, dan terjadi
delaminasi pada lapisan matriks
Gambar 2.4 Mikro kerusakan laminasi, terjadi kerusakan serat dan matriks serta delaminasi antara lapisan serat dan matriks
Gambar 2.5 Stress whitening zone kepatahan T300F 185 graphiteepoxy propagasi retak dari kiri ke kanan
Masing – masing cara mode dapat saja terjadi pada waktu yang berlainan dan juga dapat terjadi secara bersamaan pada lokasi kegagalan. Pada Gambar 2.3 hingga 2.5 diperlihatkan gambar mikro
micrograph dari permukaan interface dari material laminasi yang mengalami kegagalan, serta digambarkan mekanisme retak maupun arah progasi dari keretakan tersebut.
2.2.2. Bahan serat
M. Rafiq Yanhar : Simulasi Tegangan Pada Helm Industri Dari Bahan Komposit Gfrp Yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, 2008
USU Repository © 2008
Bahan serat yang umum dipakai sebagai penguat pada komposit sangat bervariasi, dimana penggunaannya tergantung pada jenis operasional dari komposit
tersebut. Serat–serat yang umum di pakai antara lain adalah [10] :
a. serat Karbon
b. serat Kevlar
c. serat S-glass
d. serat E-glass, dll.
Jenis susunan arah serat yang digunakan ada dua jenis yaitu: a.
Woven Roving WR Woven roving Gambar 2.6 mempunyai bentuk seperti anyaman tikar, serat gelas yang
teranyam dibuat saling bertindih secara selang-seling kearah vertikal dan horisontal 0 dan
90 . Kumpulan anyaman adalah seperti tali; anyaman ini memberikan penguatan kearah
vertikal dan horisontal. Pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian frame dan girder. WR ini sedikit kaku, sehingga agak sulit dibentuk terutama bila digunakan untuk
bagian berlekuk tajam.
Gambar 2.6 Susunan serat woven roving. Serat melintang
Serat memanjang
b. Chop Strand Mat CSM
Chop strand mat Gambar 2.7 mempunyai bentuk seperti anyaman tidak teratur, serat gelas yang teranyam dibuat bertindih secara tidak teratur kesegala arah undirectional. Serat gelas
yang teranyam mempunyai panjang serat yang relatif lebih pendek dari panjang serat WR.
M. Rafiq Yanhar : Simulasi Tegangan Pada Helm Industri Dari Bahan Komposit Gfrp Yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, 2008
USU Repository © 2008
Kumpulan anyaman adalah seperti tumpukan jerami; anyaman ini memberikan penguatan ke segala arah. Pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian Hull. CSM ini lebih
fleksibel, sehingga mudah dibentuk dan mudah digunakan untuk bagian berlekuk tajam.
Gambar 2.7 Susunan serat chop strand mat Serat
Gelas
2.2.2 Komposit sebagai material helm industri Banyak jenis material yang dapat dipilih untuk membentuk helm industri, contohnya untuk
helm standard terbuat dari jenis polimer : Polyethylene PE, Polyprophylene PP atau Acrylic Butadien Styrene ABS, sedangkan helm non standard misalnya Ethylene Propelene Copolymer.
Dalam penelitian ini helm dibuat dari bahan komposit GFRP, dengan material penyusun helm dan sifat mekaniknya seperti berikut :
a. Bahan matriks adalah Unsaturated Polyester Resin 157 BQTN EX dengan sifat mekanis
seperti diperlihatkan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Sifat mekanik unsaturated polyester resin 157 BQTN EX
Sifat mekanis Satuan
Harga
M. Rafiq Yanhar : Simulasi Tegangan Pada Helm Industri Dari Bahan Komposit Gfrp Yang Dikenai Beban Impak Kecepatan Tinggi, 2008
USU Repository © 2008
Berat jenis Modulus elastisitas E
Kekuatan tarik statis Elongation
Mgm
-3
GPa MPa
1.215 0,03
55 1.6
b. Bahan serat adalah serat E-glass, dengan sifat mekanik seperti diperlihatkan pada tabel
2.2.
Tabel 2.2 Sifat mekanik serat jenis E-glass Sifat mekanis
Satuan Harga
Diameter Densitas
Modulus elastisitas E Kekuatan tarik
Elongation μm
kg.m
-3
GPa MPa
12 2530 s.d 2600
7,3 350
4.8 Penggunaan komposit saat ini semakin luas misalnya di sektor olahraga kita temui berbagai
perlengkapan olahraga seperti papan surfing, raket tenis dan bulutangkis, perahu layar, atau untuk pesawat tempur maupun pesawat luar angkasa yang semuanya membutuhkan bahan yang ringan tapi
kuat. Dalam penelitian ini diharapkan helm yang terbuat dari bahan komposit GFRP juga dapat memiliki sifat yang ringan namun tetap kuat sehingga memberikan kenyamanan bagi pemakainya.
2.3 Pengukuran Tegangan Pada Helm