Gambar 1.2
Spehere of
consensus Sphere
of legitimate
controversy Sphere
of deviance
3. Bahasa, Konteks, dan Teks
3.1 Bahasa Kata atau bahasa, di dalam wacana linguistik, diberi pengertian sebagai
simbol bunyi bermakna dan berartikulasi dihasilkan oleh alat ucap, yang bersifat arbitrer berubah – ubah dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran Alex Sobur, 2004:42.
Sedangkan di dalam kamus bahasa Indonesia, bahasa adalah system lambang bunyi yang arbiter, yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri, percakapan perkataan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun.
Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis, sehingga bisa digunakan sebagai alat komunikasi. Kata itu sendiri, merupakan bagian integral
22
dari symbol yang dipakai oleh kelompok masyarakatnya. Itu sebabnya kata bersifat simbolis. Simbol itu menurut Robert Sibarani Wibowo, 2001:3-4,
mengutip pendapat Van Zoes, adalah sesuatu yang dapat menyimbolkan dan mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara arbitrer, konvensional,
dan representative-interpretatif. Dalam hal ini tidak ada hubungan alamiah antara yang menyimbolkan dan disimbolkan. Implikasinya berarti, baik yang batiniah
perasaan, pikiran, atau ide, maupun lahiriah benda dan tindakan dapat disimbolkan atau diwakili simbol alex Sobur, 2004:42-43.
Analisis bahasa kritis mengatakan bahwa aspek kebahasaan didekati dengan teori yang abstrak dengan melihat gramatika. Inti dari gagasan tersebut
adalah melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan
bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa, baik pilihan kata maupun susunan gramatika dipahami sebagai pilihan, mana yang dipilih oleh seseorang
untuk diungkapkan membawa makna ideology tertentu. Bahasa adalah suatu system kategorisasi, dimana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan
menyebabkan makna tertentu. Bahasa bukan hannya mencerminkan realitas, tetapi juga dapat menciptakan realitas Eriyanto, 2006:15,120.
3.2 Konteks
Konteks adalah kata – kata dan kalimat – kalimat sebelum dan sesudah kalimat tertentu yang sedang dipelajari seseorang M.A.K.Halliday-Ruqaiya
Hasan, 1992:7. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar
23
teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya.
Pada dasarnya, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1 Konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam
suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu.
2 Konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama – sama
diketahui oleh pembicara atau pendengar. 3
Konteks linguistic yang terdiri atas kalimat – klaimat atau tuturan – tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa
komunikasi. 4
Konteks sosial yaitu relasi social dan latar seting yang melengkapi hubungan antara pembicara dengan pendengar.
Dalam hubungannya dengan teks berita, ini sangat penting untuk dipahami, sebab berita umumnya memiliki konteks yang spesifik. Konteks sering
kali terlupakan, atau tidak sengaja hannya dituliskan secara samar oleh seorang wartawan dalam berita yang ditulisnya. Bahwa konteks itu penting dalam
penulisan sebuah berita di media massa, hal ini semata – mata agar reporter terhindar dari sifat bias dan prasangka dalam menyajikan beritanya Alex Sobur,
2004:56-58. Karna situasi social dan aturan yang melingkupinya berbeda, menyebabkan partisipankomunikasi harus menyesuaikan diri dengan konteks
24
yang ada. Oleh karna itu wacana harus dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan social yang mendasarinya Eriyanto, 2006:10.
3.3 Teks
Dalam kamus bahasa Indonesia 1997, teks adalah naskah yang berupa, kata – kata asli dari pengarang, bahasa tertulis untuk dasar memberikan pelajaran,
berpidato dan sebagainya. Teks adalah bahasa yang berfungsi. Berfungsi yang dimaksudkan tak lain
adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi, berlainan dengan kata – kata atau kalimat – kalimat lepas yang mungkin
dituliskan di papan tulis. Maka semua contoh bahasa hidup yang ambil bagian tertentu dalam konteks situasi dapat disebut sebagai teks. Bahasanya mungkin
tutur atau tulis, atau tentunya juga bentuk – bentuk sarana yang digunakan untuk menyatakan apa yang sedang dipikirkan M.A.K.Halliday-Ruqaiya Hasan,
1992:13. Barthes megatakan teks adalah sebuah objek kenikmatan. Sebuah
kenikmatan dalam pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyusuri halaman demi halaman yang dibaca. Kenikmatan yang dimaksud selain pada
ranah bahasa teks, juga terkait dengan tubuh. Riceour mengajukan suatu definisi yang mengatakan bahwa teks adalah wacana yang difiksasikan ke dalam bentuk
tulisan. Dengan demikian teks adalah fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan. Teks juga bisa diartikan sebagai seperangkat
tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim kepada seorang penerima
25
melalui medium – medium tertentu dengan kode – kode tertentu. Dalam teori bahasa, apa yang dinamakan teks tak lebih dari himpunan huruf yang membentuk
kata dan kalimat yang dirangkai dengan system tanda yang disepakati oleh masyarakat, sehingga ketika sebuah teks dibaca bisa mengungkapkan makna yang
dikandungnya Alex Sobur, 2004:52-54.
4. Berita