Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN PARASETAMOL KEPADA ANAK SEBAGAI
PENATALAKSANAAN AWAL DEMAM DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II KECAMATAN MEDAN DENAI
MEDAN TAHUN 2011
Oleh : ANANDHIKA DWIJAYA
080100084
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN PARASETAMOL KEPADA ANAK SEBAGAI
PENATALAKSANAAN AWAL DEMAM DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II KECAMATAN MEDAN DENAI
MEDAN TAHUN 2011 Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh : ANANDHIKA DWIJAYA
080100084
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul


: Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan

Nama : Anandhika Dwijaya NIM : 080100084

Pembimbing

Penguji I

(dr. Yunita Sari Pane, M.Si) NIP. 19710620 200212 2 001

(dr. Imam Budi Putra, Sp.KK, MHA) NIP. 19650725 200501 1 001
Penguji II

(dr. Akhyar H. Nasution, Sp.An-KAKV) NIP. 19600701 198702 1 002
Medan, Januari 2012 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Latar Belakang: Parasetamol atau asetaminofen adalah metabolit fenasetin yang mempunyai efek antipiretik dan analgetik lemah. Pemberian parasetamol merupakan salah satu penatalaksanaan awal demam. Ibu memegang peranan dalam penatalaksanaan awal demam pada anak. Dalam hal ini, tentu pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam sangat penting. Maka dari itu dinilai perlu untuk melihat bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai. Metode: Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan desain studi cross-sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak dengan riwayat demam >3 hari di lokasi penelitian. Jumlah sampel diambil dengan metode consecutive sampling dan dihasilkan sampel sebanyak 100 orang. Pengambilan data dilakukan dengan metode angket menggunakan kuesioner. Data yang didapatkan lalu dianalisis dengan program SPSS 17. Hasil: Berdasarkan analisis dari 100 responden, didapatkan hasil penelitian yaitu karakteristik kelompok usia terbanyak pada usia 21-30 tahun (41%) dan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA (67%). Tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah sedang (77%) dan sikap responden terbanyak adalah sedang (64%) serta tindakan responden terbanyak adalah baik (82%). Kesimpulan: Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam adalah masing-masing sedang, sedang, dan baik.
Kata Kunci : pengetahuan, sikap, tindakan, parasetamol, penatalaksanaan, demam
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Background: Paracetamol or acetaminophen is a phenacetin metabolite which has antipyretic and weak analgetic effects. Administration of paracetamol is one of the initial management of fever. Mother has role in the initial management of fever in children. In this case, surely the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever is very important. So that, it is a need to know of how is the picture/illustration of the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever. Objective: The purpose of this study is to know the picture/illustration of knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever in Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai. Method: The research is done by using descriptive approach and cross-sectional design. Population of research is the mother of a child with history of fever >3 days at the research location. The samples are extracted by using consecutive sampling method and the resulting sample is 100 person. The collection of data is done by survey methods using questionnaires. The data then is being analyzed by SPSS 17 programme. Result: Based on the analysis of 100 respondents, it is concluded a results of the research was the characteristic of age group was mostly age 21-30 (41%) and characteristic of education level was mostly senior high school (67%). The most respondents level of knowledge was moderate (77%) and the most respondents attitude was moderate (64%) and the most respondent actions was good (82%). Conclusion: From these results, it can be concluded that the picture/illustration of the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever, was respectively, moderate, moderate, and good.
Keywords: knowledge, attitude, action, paracetamol, management, fever
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Adapun laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan” ini disusun sebagai tugas akhir serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama perencanaan dan pelaksanaan pembuatan laporan hasil karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. dr. Yunita Sari Pane, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, nasehat, ide, serta masukan sehingga laporan hasil karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK, MHA dan dr. Akhyar H. Nasution, Sp.AnKAKV selaku dosen penguji, yang telah memberikan berbagai saran dan kritik untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
4. dr. Kus Puji Astuti, selaku Kepala Puskesmas Bromo dan Staff Puskesmas Bromo yang telah senantiasa mendukung peneliti di lapangan dalam pengumpulan data.
5. Para responden yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini

6. Keluarga peneliti, yakni kedua orangtua, Ayahanda drg. Atma Wijaya dan Ibunda drg. Rosuma Nasution serta abang dan adik saya, Roully Azhars dan Anggia Geubrina yang selalu memberi dukungan inspirasi, semangat, doa, serta materil sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
Universitas Sumatera Utara

7. Rekan-rekan seperjuangan dan sahabat di FK USU yang setia menolong dan senantiasa bertukar pendapat: Dashari Ermandi, Ade Kurniadi, Noviari Liara, Danti Nelfa Riza, dan semua teman-teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan yang diberikan dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan ilmu pengetahuan kepada Fakultas Kedokteran USU dan pihak yang terkait.
Medan, Desember 2011 Penulis,
Anandhika Dwijaya
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................. iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................ vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar belakang ............................................................................ 1 1.2. Rumusan masalah ....................................................................... 2 1.3. Tujuan penelitian ........................................................................ 3 1.3.1. Tujuan umum .................................................................. 3 1.3.2. Tujuan khusus ................................................................. 3 1.4. Manfaat penelitian ...................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4 2.1. Demam ....................................................................................... 4 2.1.1. Definisi demam ............................................................... 4 2.1.2. Etiologi demam ............................................................... 4 2.1.3. Risiko demam ................................................................. 5 2.1.4. Tipe demam .................................................................... 6 2.1.5. Patofisiologi demam........................................................ 6 2.1.6. Penatalaksanaan demam .................................................. 7 2.1.6.1. Terapi non-farmakologi ..................................... 8 2.1.6.2. Terapi farmakologi ............................................ 8 2.2. Parasetamol ................................................................................ 9 2.2.1. Definisi ........................................................................... 9 2.2.2. Farmakokinetik ............................................................... 10 2.2.3. Farmakodinamik ............................................................. 10 2.2.4. Indikasi ........................................................................... 11 2.2.5. Kontraindikasi................................................................. 11 2.2.6. Efek samping .................................................................. 11 2.2.7. Dosis dan sediaan ............................................................ 12 2.3. Perilaku ...................................................................................... 12 2.3.1. Pengetahuan .................................................................... 13 2.3.2. Sikap ............................................................................... 14 2.3.3. Tindakan ......................................................................... 15
Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............. 16 3.1. Kerangka konsep ........................................................................ 16 3.2. Defenisi operasional ................................................................... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 21 4.1. Jenis penelitian ........................................................................... 21 4.2. Waktu dan tempat penelitian....................................................... 21 4.2.1. Waktu penelitian ............................................................. 21 4.2.2. Tempat penelitian............................................................ 21 4.3. Populasi dan sampel ................................................................... 21 4.3.1. Populasi .......................................................................... 21 4.3.2. Sampel ............................................................................ 22 4.3.3. Besar sampel ................................................................... 22 4.4. Teknik pengumpulan data........................................................... 23 4.4.1. Uji validitas dan reabilitas ............................................... 24 4.5. Pengolahan dan analisis data....................................................... 25 4.5.1. Pengolahan data .............................................................. 25 4.5.2. Analisis data.................................................................... 25
BAB 5 HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 26 5.1. Hasil penelitian........................................................................... 26 5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian............................................... 26 5.1.2. Karakteristik responden................................................... 26 5.1.2.1. Usia ................................................................... 26 5.1.2.2. Tingkat pendidikan ............................................ 27 5.1.3. Hasil analisis data............................................................ 28 5.1.3.1. Gambaran pengetahuan...................................... 28 5.1.3.2. Gambaran sikap ................................................. 29 5.1.3.3. Gambaran tindakan............................................ 30 5.1.4. Tabulasi silang ................................................................ 31 5.1.4.1. Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan usia.................................................................... 31 5.1.4.2. Distribusi gambaran sikap berdasarkan usia ....... 32 5.1.4.3. Distribusi gambaran tindakan berdasarkan usia.................................................................... 33 5.1.4.4. Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan ............................................. 33 5.1.4.5. Distribusi gambaran sikap berdasarkan tingkat pendidikan ......................................................... 34 5.1.4.6. Distribusi gambaran tindakan berdasarkan tingkat pendidikan ............................................. 35 5.1.4.7. Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan gambaran sikap .................................................. 35 5.1.4.8. Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan gambaran tindakan............................................. 36 5.1.4.9. Distribusi gambaran sikap berdasarkan gambaran tindakan............................................. 36
Universitas Sumatera Utara


5.2. Pembahasan................................................................................ 37 5.2.1. Karakteristik responden................................................... 37 5.2.2. Pengetahuan responden ................................................... 38 5.2.3. Sikap responden .............................................................. 39 5.2.4. Tindakan responden ........................................................ 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 43 6.1. Kesimpulan ................................................................................ 43 6.2. Saran .......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45 LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Nomor 2.1. 2.2. 3.1.
4.1. 5.1.
5.2.
5.3. 5.4.
5.5. 5.6.
5.7. 5.8.
5.9. 5.10. 5.11. 5.12.
5.13. 5.14.
5.15.
5.16.
5.17.


Judul Tipe-tipe demam Dosis parasetamol menurut kelompok umur Tabel nilai kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam Hasil uji validitas dan reabilitas Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan responden Distribusi frekuensi jawaban atas pertanyaan aspek pengetahuan responden Distribusi frekuensi gambaran sikap responden Distribusi frekuensi jawaban atas pertanyaan aspek sikap responden Distribusi frekuensi gambaran tindakan responden Distribusi frekuensi jawaban atas pertanyaan aspek tindakan responden Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan usia Distribusi gambaran sikap berdasarkan usia Distribusi gambaran tindakan berdasarkan usia Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi gambaran sikap berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi gambaran tindakan berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan gambaran sikap Distribusi gambaran pengetahuan berdasarkan gambaran tindakan Distribusi gambaran sikap berdasarkan gambaran tindakan

Halaman 6 9 20
24 27
27
28 29
29 30
31 31
32 32 33 34
34 35
36
36
37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Nomor


Judul

Gambar 2.1. Rumus bangun asetaminofen

Halaman 10

Universitas Sumatera Utara

IL-1 IL-6 TNF-α IFN

DAFTAR SINGKATAN
: Interleukin 1 : Interleukin 6 : Tumour Necrosis Factor α : Interferon

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11.

Daftar riwayat hidup Kuesioner penelitian Kunci jawaban kuesioner Lembar persetujuan (Informed Consent) penelitian Ethical Clearance penelitian Surat izin penelitian Surat keterangan telah melakukan penelitian Data induk uji validitas dan reabilitas Hasil uji validitas dan reabilitas Data induk penelitian Hasil analisis data penelitian


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Latar Belakang: Parasetamol atau asetaminofen adalah metabolit fenasetin yang mempunyai efek antipiretik dan analgetik lemah. Pemberian parasetamol merupakan salah satu penatalaksanaan awal demam. Ibu memegang peranan dalam penatalaksanaan awal demam pada anak. Dalam hal ini, tentu pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu mengenai pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam sangat penting. Maka dari itu dinilai perlu untuk melihat bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai. Metode: Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan desain studi cross-sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak dengan riwayat demam >3 hari di lokasi penelitian. Jumlah sampel diambil dengan metode consecutive sampling dan dihasilkan sampel sebanyak 100 orang. Pengambilan data dilakukan dengan metode angket menggunakan kuesioner. Data yang didapatkan lalu dianalisis dengan program SPSS 17. Hasil: Berdasarkan analisis dari 100 responden, didapatkan hasil penelitian yaitu karakteristik kelompok usia terbanyak pada usia 21-30 tahun (41%) dan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA (67%). Tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah sedang (77%) dan sikap responden terbanyak adalah sedang (64%) serta tindakan responden terbanyak adalah baik (82%). Kesimpulan: Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam adalah masing-masing sedang, sedang, dan baik.
Kata Kunci : pengetahuan, sikap, tindakan, parasetamol, penatalaksanaan, demam
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Background: Paracetamol or acetaminophen is a phenacetin metabolite which has antipyretic and weak analgetic effects. Administration of paracetamol is one of the initial management of fever. Mother has role in the initial management of fever in children. In this case, surely the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever is very important. So that, it is a need to know of how is the picture/illustration of the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever. Objective: The purpose of this study is to know the picture/illustration of knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever in Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai. Method: The research is done by using descriptive approach and cross-sectional design. Population of research is the mother of a child with history of fever >3 days at the research location. The samples are extracted by using consecutive sampling method and the resulting sample is 100 person. The collection of data is done by survey methods using questionnaires. The data then is being analyzed by SPSS 17 programme. Result: Based on the analysis of 100 respondents, it is concluded a results of the research was the characteristic of age group was mostly age 21-30 (41%) and characteristic of education level was mostly senior high school (67%). The most respondents level of knowledge was moderate (77%) and the most respondents attitude was moderate (64%) and the most respondent actions was good (82%). Conclusion: From these results, it can be concluded that the picture/illustration of the knowledge, attitudes, and actions of mother in administration of paracetamol to children as the initial management of fever, was respectively, moderate, moderate, and good.
Keywords: knowledge, attitude, action, paracetamol, management, fever
Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,2°C (Dinarello & Gelfand, 2005). Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve, 2010).
Resiko kejadian demam pada anak terhadap penyakit serius tergantung pada usia anak. Pada neonatus yang terkena demam mempunyai resiko yang lebih besar terkena penyakit serius dibandingkan dengan anak dengan umur yang lebih tua. Hal ini dikarenakan dua alasan yaitu infeksi pada neonatus yang berbeda dari infeksi pada anak pada umumnya dan kemampuan sistem imun neonatus yang belum mampu mengatasi infeksi (Graneto, 2010).
Di Asia, sekitar 10-15% anak-anak mengalami demam yang berhubungan dengan gejala-gejala atau tanda dari suatu penyakit (Graneto, 2010). Di Sumatera Utara, penyakit yang paling banyak diderita adalah infeksi saluran pernapasan atas yang salah satu gejalanya adalah demam. Selain infeksi saluran pernapasan atas, masih banyak penyakit lain yang diderita masyarakat seperti malaria, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan lain-lain yang juga salah satu gejalanya adalah demam (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009).
Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obat-obatan. Salah satu diantara obat yg dapat mengatasi demam adalah parasetamol. Parasetamol atau asetaminofen adalah metabolit fenasetin yang mempunyai efek antipiretik dan analgetik lemah (Wilmana & Gan, 2007). Parasetamol merupakan salah satu analgetik yang tergolong sebagai obat bebas. Terdapat banyak jenis nama dagang dari obat yang mengandung parasetamol yang beredar dan telah dikenal oleh masyarakat sehingga penggunaannya sangat luas (Jawi et al., 2008). Terdapat lebih dari 300 nama dagang dari obat-obatan yang mengandung parasetamol (ISFI, 2008).
Universitas Sumatera Utara


Perilaku adalah semua tindakan dan aktivitas suatu individu. Perilaku mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan dari individu itu sendiri (Notoatmodjo, 2003). Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2003).
Dalam penanganan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan formal yaitu perawat dan dari tenaga informal seperti ibu di dalam sebuah keluarga. Perempuan, sebagai tenaga kesehatan non-formal menentukan perawatan kesehatan/obat-obatan bagi keluarganya, seperti anak, suami, ibu/ayah atau keluarga dekat lainnya. Ibu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan rumah tangga. Ibu mempunyai peranan sebagai orang yang menjaga sekaligus merawat/mencari pengobatan untuk anggota keluarganya (Soetrisno, 2000).
Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu kecamatan di kota medan dengan luas wilayah 9.827 Km2 dan jumlah penduduk 144.678 jiwa. Kecamatan Medan Denai memiliki enam kelurahan. Salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Denai adalah kelurahan Tegal Sari Mandala II dengan luas wilayah 87 Ha dan jumlah penduduk 30.373 jiwa (Pemko Medan, 2010).
Berdasarkan hal yang diuraikan diatas maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam berdarah dengue.
1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
yang menjadi masalah adalah: “Bagaimanakah gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam
pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam di kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan?”
Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam.
1.3.2. Tujuan khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. 2. Mengetahui gambaran sikap ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. 3. Mengetahui gambaran tindakan ibu dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam.
1.4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pemberian parasetamol dalam penatalaksanaan demam. 2. Bagi ibu Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk indikasi pemberian parasetamol pada saat demam. 3. Bagi pemerintah setempat Data atau informasi dari penelitian ini dapat menjadi masukan mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam pemberian parasetamol sebagai penatalaksanaan demam sehingga dapat menentukan petunjuk praktis dalam tindakan pertama penanganan segala jenis demam. 4. Bagi Puskesmas di kelurahan Informasi dari penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memberikan penyuluhan mengenai penggunaan parasetamol pada saat demam.
Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Demam 2.1.1. Definisi demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C (Kaneshiro & Zieve, 2010).
Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005).

2.1.2. Etiologi demam Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010). Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1 (Davis, 2011). Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain (Davis, 2011). Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007).
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,
Universitas Sumatera Utara

keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).
2.1.3. Risiko demam Risiko antara anak dengan terjadinya demam akut terhadap suatu penyakit
serius bervariasi tergantung usia anak. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibandingkan dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada umumnya adalah demam yang disebabkan oleh infeksi virus. Akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat juga terjadi pada anak dan menimbulkan gejala demam seperti bakteremia, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, dan osteomyelitis (Jenson & Baltimore, 2007).
Pada anak dengan usia di diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun, terdapat peningkatan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk sistem komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi. Pada anak dibawah usia tiga tahun pada umumnya terkena infeksi virus yang berakhir sendiri tetapi bisa juga terjadi bakteremia yang tersembunyi (bakteremia tanpa tanda fokus). Demam yang terjadi pada anak dibawah tiga tahun pada umumnya merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi seperti influenza, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. Bakteremia yang tersembunyi biasanya bersifat sementara dan dapat sembuh sendiri akan tetapi juga dapat menjadi pneumonia, meningitis, arthritis, dan pericarditis (Jenson & Baltimore, 2007).
Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Tipe demam Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:

Tabel 2.1. Tipe-tipe demam

Jenis demam

Penjelasan

Demam septik


Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat

yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke

tingkat di atas normal pada pagi hari.

Demam hektik

Pada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat

yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke

tingkat yang normal pada pagi hari

Demam remiten

Pada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari

tetapi tidak pernah mencapai suhu normal


Demam intermiten Pada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang

normal selama beberapa jam dalam satu hari.

Demam Kontinyu Pada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari

yang tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Demam Siklik

Pada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa

hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk

beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu

seperti semula.

(Sumber: Nelwan, Demam: Tipe dan Pendekatan, 2009)

2.1.5. Patofisiologi demam Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah put ih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky, 2006).
2.1.6. Penatalaksanaan demam Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis terhadap
perubahan titik patokan di hipotalamus. Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi. Akan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung oleh dokter apabila penderita dengan umur 38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam (Kaneshiro & Zieve, 2010)
2.1.6.1. Terapi non-farmakologi Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari penatalaksanaan
demam: 1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan beristirahat yang cukup. 2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita. 3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti (Kaneshiro & Zieve, 2010).
2.1.6.2. Terapi farmakologi Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah
parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama (Graneto, 2010). Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest, 2010). Dosis parasetamol juga dapat disederhanakan menjadi:
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Dosis parasetamol menurut kelompok umur

Umur (tahun)

Dosis Parasetamol tiap pemberian (mg)

< 1 60

1-3 60-125

4-6 125-250

6-12 250-500

(Sumber: Soegijanto et al., Naskah Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter

Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam

Tatalaksana Kasus DBD, 1998)

Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan (Graneto, 2010).

2.2. Parasetamol 2.2.1. Definisi
Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit aktif dari fenasetin dengan efek antipiretik dan analgesik lemah (Wilmana & Gan, 2007).
Nama lain parasetamol antara lain : a. Acetaminofen b. APAP c. Paracetamolo d. Paracetanol (University of Alberta, 2009)
Nama IUPAC: N-(4-hydroxyphenyl)acetamide

Universitas Sumatera Utara

Rumus bangun asetaminofen adalah:
Gambar 2.1. Rumus bangun asetaminofen (Sumber: Frust & Ulrich, Basic and Clinical Pharmacology 10th ed, 2007)
2.2.2. Farmakokinetik Parasetamol diberikan secara oral dan diabsorpsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi di dalam plasma dicapai dalam 30-60 menit. Masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh dan berikatan dengan protein plasma secara lemah (Wilmana & Gan, 2007). Ikatan dengan protein plasma sebesar 25% (University of Alberta, 2009). Parasetamol akan dimetabolisme di dalam hati oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida. Asetaminofen akan dioksidasi oleh CYP2E1 membentuk metabolit yaitu N-acetyl-p-benzoquinone yang akan berkonjugasi dengan glutation yang kemudian dieksresikan melalui ginjal (University of Alberta, 2009). N-acetyl-p-benzoquinone merupakan metabolit minor tetapi sangat aktif. Akan tetapi N-acetyl-p-benzoquinone merupakan metabolit yang dapat merusak hati dan ginjal jika terkumpul dalam jumlah besar (Frust & Ulrich, 2007). Parasetamol dieksresikan melalui ginjal, sebagian sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Wilmana & Gan, 2007).
2.2.3. Farmakodinamik Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah dengan cara
menghambat COX-1 dan COX-2 di jaringan perifer (Frust & Ulrich, 2007). Efek anti-inflamasi sangat lemah, sehingga parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Wilmana & Gan, 2007). Penelitian terbaru menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara

parasetamol menghambat secara selektif jenis lain dari enzim COX yang berbeda dari COX-1 dan COX-2 yaitu enzim COX-3 (University of Alberta, 2009). Sifat antipiretik dari parasetamol dikarenakan efek langsung ke pusat pengaturan panas di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer, berkeringat, dan pembuangan panas (University of Alberta, 2009)
2.2.4. Indikasi Indikasi Parasetamol digunakan sebagai:
1. Antipiretik/menurunkan panas, misal setelah imunisasi atau influenza 2. Analgesik/mengurangi rasa sakit, misal sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri
(ISFI, 2008).
2.2.5. Kontraindikasi Parasetamol kontraindikasi untuk diberikan kepada:
1. Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat 2. Penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol (ISFI, 2008).
2.2.6. Efek samping Pemberian parasetamol yang berlebihan akan menyebabkan hepatotoksik
dan nefropati analgesik (Wilmana & Gan, 2007). Dosis tinggi dari parasetamol akan menyebabkan saturasi dari glutation sehingga terjadi penimbunan N-acetylp-benzoquinone. N-acetyl-p-benzoquinone akan berinteraksi dengan sitoskleton sel hati yang kemudian akan membuat sel menjadi melepuh dan akhirnya sel hati tersebut akan mati (Moore et al., 1985). Kematian sel dalam jumlah besar ini akan menyebabkan nekrosis hati. Pemberian parasetamol maksimal dalam satu hari adalah 4 g (University of Alberta, 2009). Pemberian parasetamol sebanyak 15 g dapat menyebabkan hepatotoksik yang parah dengan nekrosis sentrilobular, dan terkadang bersamaan dengan nekrosis tubular ginjal akut (Frust & Ulrich, 2007). Gejala awal keracunan parasetamol adalah anoreksia, mual, dan muntah. Untuk mengatasi keracunan parasetamol dapat diberikan N-asetilsistein (prekursor glutation) (Wilmana & Gan, 2007).
Universitas Sumatera Utara

2.2.7. Dosis dan sediaan Dosis parasetamol untuk dewasa 300 mg-1 g per kali dengan maksimum 4g
hari. Anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali, maksimum 1,2 g/hari. Anak 1-6 tahun: 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1 tahun: 60 mg/kali (Wilmana & Gan, 2007).
Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg/5ml. Selain itu parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan (Wilmana & Gan, 2007).
2.3. Perilaku Perilaku dari pandangan biologis adalah kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Adapun klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut:
1. Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
2. Perilaku sakit yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
3. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan (Becker dikutip dalam Notoatmodjo, 2003) Perilaku kedalam 3 domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan (Bloom
dikutip dalam Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam orang tersebut terjadi proses berurutan berikut:
1. Awareness (Kesadaran), yakni menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
2. Interest, yakni mulai tertarik kepada stimulus, 3. Evaluation, yakni mulai menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus
bagi dirinya, 4. Trial, yakni mulai mencoba perilaku baru, 5. Adoption, yakni sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus (Rogers dikutip dalam Notoatmodjo, 2003). Namun dalam penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Pengetahuan dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know), yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehension), yakni kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Application), yakni kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisis (Analysis), yakni kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara

5. Sintesis (Synthesis), yakni kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation), yakni kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
2.3.2. Sikap Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) (Allport dikutip dalam
Notoatmodjo, 2003) Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving), yakni mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan 2. Merespon (responding), yakni memberikan jawaban apabula ditanya dan mengerjakan serta menyelesaikan tugas yang diberikan 3. Menghargai (valuing), yakni mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah 4. Bertanggung jawab (responsible), yakni mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2003) Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk meweujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan: 1. Persepsi (perception), yakni mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin (guided response), yakni dapat melakukan sesuai urutan
yang benar dan sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme (mechanism), yakni melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4. Adopsi (adoption), yakni suatu tindakan yang sudah berkembang dengan
baik (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka konsep Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.2. Definisi operasional Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari
perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Umur
Umur adalah usia responden (ibu) yang dihitung pada saat dilakukan wawancara berdasarkan ulang tahun terakhir ditambah apabila kurang dari 6 bulan dibulatkan ke ulang tahun terakhir sedangkan lebih dari 6 bulan dibulatkan ke ulang tahun berikutnya. Cara pengukuran adalah dengan metode angket dan alat ukur adalah kuesioner. Umur dikategorikan dengan skala rasio: a. ≤20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun d. ≥41tahun 2. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden (ibu) saat dilakukan wawancara. Cara pengukuran adalah dengan metode angket dan alat ukur adalah kuesioner.
Universitas Sumatera Utara

Tingkat pendidikan dikategorikan dengan skala norminal: a. Tidak sekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Tamat Perguruan tinggi/akademi 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu informasi yang diperoleh atau diketahui responden (ibu) dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. a. Cara ukur : metode angket. b. Alat ukur : kuesioner, dengan pertanyaan tertutup sebanyak delapan
pertanyaan dengan sistem penilaian dapat dilihat pada tabel 3.1. c. Hasil ukur : berdasarkan total nilai dari delapan pertanyaan maka jumlah total nilai adalah 17, selanjutnya data dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, yaitu buruk, cukup baik, dan baik (Pratomo & Sudarti, 1986) dengan perincian nilai sebagai berikut: 1. Kategori baik : apabila jawaban responden benar >75%
dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.atau nilai total 12-17 2. Kategori sedang : apabila jawaban responden benar antara 40%-75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan atau 6-11 3. Kategori kurang : apabila responden dapat menjawab dengan benar ≤40% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan atau total nilai≤6 d. Skala ukur : skala kategorikal yaitu skala ordinal
Universitas Sumatera Utara

4. Sikap Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden (ibu) dalam pemberian parasetamol kepada anak sebagai penatalaksanaan awal demam. a. Cara ukur : metode angket. b. Alat ukur : kuesioner, dengan pertanyaan tertutup sebanyak lima pertanyaan dengan sistem penilaian dapat dilihat pada tabel 3.1 c. Hasil ukur : berdasarkan total nilai dari lima pertanyaan maka jumlah tot