Strategi Bertahan Hidup Pemulung Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Ii Kecamatan Medan Denai Kota Medan

(1)

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEMULUNG DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

Pedoman wawancara ditujukan kepada Informan pangkal, informan utama, dan informan tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan di lapangan. Pedoman wawancara juga untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti dalam mendapatkan data yang sistematis maka akan digunakan pedoman wawancara sesuai fokus penelitian.

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

a. Informan Pangkal Yang menjadi informan pangkal adalah Kepala Lingkungan Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai, untuk memperoleh informasi tentang sejarah desa dan data-data sekunder tentang Kelurahan Tegal Sari seperti komposisi penduduk, sarana dan prasarana, sistem mata pencaharian penduduk, dan lain-lain.

Pedoman wawancara : Bagaimana keadaan penduduk di Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini, baik itu jumlah penduduk maupun mata pencaharian?

Bagaimana keadaan pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini ?

b. Informan Utama Yang menjadi informan kunci adalah 5 kepala keluarga pemulung, untuk memperoleh informasi tentang kehidupan keluarga pemulung, apa strategi yang mereka lakukan agar dapat tetap mempertahankan kelangsungan hidup keluarga dan untuk memperoleh informasi tentang kondisi sosial ekonomi kepala keluarga pemulung sebelum dan sesudah melakukan strategi tersebut.

Pedoman wawancara : Nama :

Jenis kelamin : Usia :

Suku : Agama : Alamat : Status :

Pendidikan terakhir : Hari/Tanggal wawancara:


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Surabaya: Kencana.

Emka, A. 1982. “Pemulung dan Kehidupanya di Bandung”. Researdi Paper 3. Bandung: ISP Garis Besar Haluan Negara-tap MPR RI 1993. Jakarta: Gunung Ilmu.

Farudin, adi. 2013. Pengantar Kesejahteraan Sosial, Bandung: Refila Adiatama Moleong, Leky. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja. Ros dakarya

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitain Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu sosial dan Kesehatan. Medan. PT. Grasindo Monoratama

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Wurginem, 2001, Interaksi Sosial dan Strategi Survival Para Pekerja Sektor Informal (Kehidupan Pemulung di Kotamadya Bengkulu). Jurnal Peneltian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Suber Lain.

Citra, Cici Dwi Jaya. 2013. Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Lingkungan TPA Pakusari. Skripsi (S1), (Online), Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember. (diakses pada 23 Maret 2016 pukul 14.25 WIB).

BPS 2004, data Angka Pemulung BPS 2004

Http://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_primer (diakses pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 10.30 WIB)

Undang-Undang no. 13 tahun 2012

Undang-Undang no.11 tahun 2009. Bagian II Pasal 25

Undang-Undang no.10 tahun 1992. Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sejahtera


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Bertahan Hidup Pemulung Di Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Denai Kota Medan

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di pemukiman pemulung Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Denai Kota Medan yang dimana di lokasi tersebut merupakan daerah ekonomi menengah ke bawah dan mayoritas masyarakat bekerja menjadi pemulung sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

3.3

Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini meliputi informan utama dan informan kunci.

3.3.1 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan utama dalam penelitian ini adalah 6 orang pemulung di Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Denai Kota Medan


(4)

3.3.2 Informan Kunci

Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian (Suyatno & Sutinah, 2005: 171-172). Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Kelurahan maupun pihak Kelurahan Tegal Sari II Kecamatan Medan Denai Kota Medan

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mendapatkan infornasi yang dibutuhkan sebagai berikut :

1.

Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di lapangan. Data primer diperoleh dengan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.

2.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui :

a. Studi kepustakaan, yaitu proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaah buku, jurnal dan karya tulis lainnya.

b. Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Siagian, 2011:206)


(5)

3.5

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deksriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaahm menyususn dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004).

Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dakam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.


(6)

BAB IV

DEKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaaan Geografis Kelurahan Tegal sari Mandala II

Kelurahan Tegal Sari Mandala II secara geofrafis terletak di bagian selatan kota Medan ,yaitu terletak dikecamatan Medan denai, yang sebelumnya adalah wilayah Kelurahan Tegal Sari Mandala Kecamatan Medan Denai, pada tanggal 29 Desember 1987 mengingat jumlah penduduk yang semakin bertambah dan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, pemerintah kotamadya Medan melaksanakan program pemekaran wilayah Kecamatan/Kelurahan dan Kelurahan Tegal Sari Mandala dimekarkan menjadi tiga(3) Kelurahan, yakni kelurahan Tegal Sari Mandala I , Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan Kelurahan Tegal Sari MandalaIII.

Dari hasil pemekaran tersebut Kelurahan Tegal Sari Mandala II mendapat luas wilayah kurang lebih 89 Hayang terdiridari 15 lingkungan ,dengan batas batas wilayah seluruhnya baik sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tegalsari Mandala III

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kenangan Kab. Deli Serdang. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tegalsari Mandala I


(7)

Adapun jarak geografis Kelurahan Tegalsari Mandala II sebagai berikut : Table 4.1 Jarak Geografis Kelurahan Tegal Sari Mandala II

No Lokasi dari Kelurahan Jarak

1 KeBrastagi 65 Km

2 KeLautBelawan 41 Km

3 Ke Sungai Deli 5 Km

4 KeKawasanHutanLindungSibolangit 21 Km

5 KePasarBakti 3 Km

6 KePelabuhanBelawan 28 Km

7 KeBandaraPolonia 6 Km

8 Ke Terminal Amplas 6 Km

9 KeStasiunKeretaApi 5 Km

10 KePusat Kota Medan 4 Km

11 Ke Hill Park 15 Km

12. Ke Kantor Polsekta Medan Area 4 Km 13. Ke Kantor Danramil 007 800 Meter 14. KePerbatasanKabupaten Deli Serdang 700 Meter 15. KePerbatasan Prov. NAD 65 Km


(8)

Jarak Geografis Kelurahan Tegalsari Mandala II Berdasarkan Pusat Pemerintahan

Table 4.2

No Lokasi dari Kelurahan Jarak

1 KePemerintahKecamatan Medan Denai 500 Meter

2 KePemerintah Kota Medan 5 Km

3 KePemerintahProvinsi Sumatera Utara 8 Km Sumber data Kelurahan Tegal Sari Mandala II

4.2 Gambaran Penduduk KelurahanTegalsari Mandala II

Problema kependudukan merupakan problema umum bagi setiap daerah, meskipun penduduk menjadi modal dasar dalam pembangunan, namun penduduk yang dibekali keahlian dan keterampilan belum tentu menjamin keberhasilan suatu pembangunan. gambaran mengenai penduduk itu bisa saja jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, pendidikan,agama,usia dan pekerjaan. Jumlah penuduk Kelurahan Tegalsari Mandala II berdasarkan sumber peneliti dapatkan dari kantor KelurahanTegalsari Mandala II Medan berjumlah 29.472 jiwa yang terdiridari 14.235 jiwa laki-laki dan 15.237 jiwa perempuan . Seluruh masyarakat Tegalsari Mandala II adalah masyarakat pribumi dan berkewarganegaraan Indonesia.

Table 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 14.235

Perempuan 15.237

Jumlah Penduduk 29.472


(9)

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel diberikut ini menunjukkan jumlah penduduk Kelurahan Tegal sari Mandala II Medan berdasarkan umur.

Tabel4.4

MenurutUsiaTahun 2014 danTahun 2015

No Usia Tahun 2014 Tahun 2015

1 0-1 Tahun 326 326

2 5 Tahun - < 5 Tahun 1.835 1.835 3 5 Tahun - < 7 Tahun 2.718 2.718 4 7 Tahun - < 15 Tahun 7.730 7.730 5 15 Tahun - > 56 Tahun 13.251 13.251

6 56 Tahun 3.517 3.517

Jumlah 29.377 29.472

Sumber:DatakependudukanKelurahanTegalsari Mandala II Medan

Dari Tabel 4.2.1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II berusia antara 15 sampai 56 tahun sebanyak 13.251 jiwa diikuti dengan penduduk usia 7 samapi 15 tahun dengan jumlah 7.730 jiwa, sedangakan frekuensi paling sedikit berada di usia 0-1 tahundenganjumlah 326 jiwa, Kemudian yang menjadi informan dalam penelitian adalah penduduk yang berusiaan atara 30-58 tahun.

4.2.2Pendudukberdasarkan Agama

Ditinjau dari sudut agama yang dianut penduduk Kelurahan Tegal sari Mandala II Medan, terdapat perbedaan jumlah penganutnya yang dikelompokkan atas penganut agama Islam, Kristen protestan ,Kahtolik dan Budha.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini


(10)

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Menurut Agama di KelurahanTegalsari Mandala II

No Agama Jumlah Penduduk Tahun

2014

Jumlah Penduduk Tahun 2015

1 Islam 20.662 20.662

2 Kristen 8.265 8.360

3 Katholik 458 458

4 Budha 32 32

5 Hindu _ _ _ _ _ _

Jumlah 29.377 29.472

Sumber:DatakependudukanKelurahanTegalsari Mandala II Medan

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan sumber dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala II memiliki beraneka ragam sumber mata pencaharia. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut

Table 4.6 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II Tahun 2014/2015

Mata Pencaharian Pokok Jumlah Buruh/ Swasta 9.458 orang

PNS 556 orang

Pengrajin 90 orang

Pedagang 6.592 orang


(11)

Tukang Batu 1.110 orang Tukang Kayu 1.276 orang

Montir 1.593 orang

Dokter 60 orang

Pengemudi Becak/ Betor 1.410 orang

Supir 950 orang

TNI/ Polri 152 orang

Pengusaha 602 orang

Lain-lain/ belum/ tidak bekerja 1.873 orang

Jumlah 29.742

Sumber Data Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Salah satu sektor pekerjaan penduduk yang berada di Kelurahan Tegal Sari Mandala II paling banyak memiliki pekerjaan sebagai buruh/swasta. Dalam hal ini pemulung termasuk pekerjaan golongan buruh/swasta karena mereka bekerjan di sektor informal.

4.3 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Table 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Tingkat Pendidikat Jumlah

Belum Sekolah 1.859 orang

Usia 7-45 Tahun tidak pernah sekolah 550 orang Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 1.474 orang

Tamat SD 5.754 orang

Tamat SLTP 6.866 orang


(12)

Pesantren 232 orang

Madrasah 330 orang

Tamat D1 951 orang

Tamat D2 885 orang

Tamat D3 735 orang

Tamat S1 1055 orang

Tamat S2 99 orang

Tamat S3 2 orang

Sumber Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Berdasarkan latar belakang pendidikan penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II kebanyakan tamatan SLTA sebanyak 8.680 orang, meskipun begitu penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala II juga banyak yang memiliki latar belarang pendidik rendah terbukti dari table 4.4 usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah sebanyak 550 orang dan tidak tamat SD dan hanya tamat SD sebanyak 1.474 dan hanya tamat SLTP sebanyak 6.866 orang.

4.2.5 Komposisi Penduduk Menurut Etnis

Penduduk di wilayah Kelurahan Tegal Sari Mandala II terdiri dari berbagai etnis Nusantara antara lain, Jawa sebanyak 7.105 orang, Batak sebanyak 6.441 orang, Nias sebanyak 960 orang, Minang sebanyak 9.205 orang, Melayu sebanyak 3.841 orang dan Aceh sebanyak 1.902 orang, selengkapnya dapat dilihat pada table 4.5 berikut ini.


(13)

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Menurut Etnis Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Suku Jumlah

Jawa 7.105 Orang

Batak 6.441 Orang

Nias 960 Orang

Minang 9.205 Orang

Melayu 3.841 Orang

Aceh 1.902 Orang

Sumber Data Kelurahan Tegal Sari Mandala II

4.2.6 Komposisi Penduduk Penyandang Cacat Mental dan Fisik

Adapun penduduk Kelurahan Tegal Sari Mandala 2 yang berkebutuhan khusus sebanyak 18 orang yang terdiri dari: tuna wicara sebanyak 5 orang, idiot sebanyak 9 orang dan gila sebanyak 4 orang, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Penyandang Cacat Mental dan Fisik Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Cacat Mental dan Fisik Jumlah

Tuna Wicara 5 Orang

Idiot 9 Orang

Gila 4 Orang

Sumber Data Kelurahan Tegal Sari Mandala II

4.3 Gambaran Sarana dan Prasarana Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan.


(14)

Sarana dan prasarana merupakan alat yang amat penting bagi pencapaian tujuan dalam mesejahterakan masyarakat.

Bagaimana baiknya suatu rencana tanpa didukung oleh adanya sarana dan prasarana , maka tujuan dari perencanaan itu akan sulit tercapai. Dengan demikian dalam merencanakan sesuatu, perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pencapaian tersebut. Untuk menunjang aktivitas masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala II terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakat seperti sarana pendidikan, agama, perumahan, politik, dan dll.

4.3.1 Sarana di Bidang Pendidikan

Dunia pendidikan sangat penting bagi semua umat manusia, sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dibutuhkan sarana pendidikan berupa yayasan atau lembaga-lembaga pendidikan, adapun sarana-sarana di bidang pendidikan yang ada di Kelurahan Tegal Sari Mandala II adalah sesuai dengan table berikut:

Table 4.10 Sarana Pendidikan Kelurahan Tegal Sari Mandala II

No Sarana Jumlah

1 PAUD 8

2 TK 4

3 SD 6

4 SLTP 1

5 SLTA 1

6 Jumlah 20

Sumber data Kelurahan Tegal Sari Mandala II

Dari table di atas jelas bahsanya di Kelurahan Tegal Sari Mandala II memiliki 5 jenis sarana pendidikan yaitu, PAUD,TK,SD,SLTP,SLTA, sehingga anak-anak Tegal Sari


(15)

Mandala II tidak perlu keluar daerah mereka untuk mencari sarana pendidikan sampai jenjang SLTA.

4.3.2 Sarana di Bidang Agama

Di Kelurahan Tegal Sari Mandala II memiliki 3 jenis tempat ibadah yaitu Mesjid sebanyak 4 buah dan Musholla/Langgar sebanyak 11 buah untuk penduduk yang beragama Islam, Sedangkan untuk penduduk yang beragama Kristen Kelurahan Tegal Sari Mandala II memiliki 20 gereja. Pendudukan yang beragama Budha harus pergi keluar daerah Kelurahan Tegal Sari Mandala II untuk beribadah dikarena di kelurahan tersebut tidak memiliki Viara. 4.3.3 Sarana di Bidang Kesehatan

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif dan promotif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkat kesehatan masyarakat kea rah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit. Adapun bentuk-bentuk pelayanan kesehatan di Kelurahan Tegal Sari Mandala II terdiri dari Puskesmas sebanyak 1 unit, BalaiPengobatan sebanyak 1 unit, KlinikBersalin sebanyak 11 unit, PraktekDokter sebanyak 8 unit dan Depot Obat / Apotik sebanyak 5 unit.

4.3.4 Sarana di Bidang Perumahan

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia karena rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan istirahat bagi seluruh anggota keluarga, tetapi juga berfungsi sebagai sarana sosial bagi anak-anak mereka. Mayoritas rumah di Kelurahan Tegal Sari Mandala II adalah rumah permanen dan semi permanen, di Kelurahan Tegal Sari Mandala II terdapat juga sebagian rumah kumuh yang tidak mencapai standrat kesejahteraan.


(16)

4.3.5 Sarana di Bidang Sosial

Adapun sarana sosial yang dimiliki Kelurahan Tegal Sari Mandala II untuk menunjang kualitas hidup yang lebih baik , antara lain seperti penerima JAMKESMAS / KIS sebanyak 4.410 orang, penerima JKMS (jaminan kesehatan Medan dan sehat) sebanyak 1.144 orang, penerimaRaskin ( beras miskin) sebanyak 999 KK.

4.4 Potensi Sumber Daya Alam dan Manusia

Adapun potensi yang dimiliki kelurahan Tegal Sari Mandala II adalah sebagai berikut: 4.4.1 Potensi Sumber Daya Alam

-Orbitasi : Bantaran Sungai - Sumber Daya Air : Sumur Gali dan PDAM - Kualitas Air Minum : Baik

- Udara : Sehat

- Taman : 1. Taman Kelurahan Tegal Sari Mandala II/Lk. X 2. Taman PKK Kel. Tegal Sari Mandala II/Lk. X

3. Taman Lingkungan XIII

4.4.2 Potensi Sumber Daya Manusia - Menurut Umur

0-12 Tahun : 3.859 Orang 1-29 Tahun : 15.023 orang 30-59 Tahun : 10.590 orang 4.5 LembagaPemerintahan

Adapun lembaga pemerintahan di Kelurahan Tegal sari yang berkomposisi sebagai berikut, Jumlah aparat sebanyak 13 orang yang terdiri dari tamatan Sarajana/S1 sebanyak 3 orang, tamatan D-3 sebanyak 1 orang dan tamatan SLTA sebanyak 9 orang


(17)

4.6 Lembaga Kemasyarakatan

Adapun lembaga kemasyarakatan yang dimiliki Kelurahan Tegal Sari Mandala II seperti, PKK,Oraganisasi Pemuda, Organisasi Pemuda Islam, Organisasi Karang Taruna, LPM dan BKM.

4.7 Lembaga Keamanan

Untuk menciptakan suasana yang aman dan terkendali diperlukannya lembaga keamanan, sebab dari itu kelurahan Tegal Sari Mandala II juga memiliki lembaga keamanan yang berfungsi untuk menjaga suasana yang kondusif dan menciptakan rasa aman didalam masyarakat, adapun lembaga keamanan yang dimiliki Kelurahan Tegal Sari Mandala II terdiri dari, Babinkamtibnas, Babinsa, Polisi Masyarakat dan Poskamling.


(18)

BAB V

HASIL DAN ANALISIS DATA

5.1 HASIL TEMUAN

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dengan pemulung yang menjadi informan utama, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi bertahan hidup pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi dari kantor Kelurahan Tegal Sari Mandala II.

2. Peneliti melakukan observasi di Kelurahan Tegal Sari Mandala II tentang gambaran Fisik dan Sosial lokasi pemukiman pemulung

3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal yaitu Kepala Lingkungan 8 Kelurahan Tegal Sari Mandala II, informan utama 5 kepala keluarga pemulung dan informan tambahan pengepul barang bekas (toke botot) untuk mengetahui strategi bertahan hidup pemulung demi mempertahankan kelangsungan hidup keluarga mereka.

5.2. Hasil Temuan Lapangan Informan Pangkal

Nama : Hotman Arison Nainggolan Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 54 Tahun Suku : Batak Toba Agama : Kristen

Alamat : Jln. Tangguk Bongkar 5 Lingkungan 8 Kel. Tegal Sari Mandala II Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Jabatan : Kepala Lingkungan 8 Kel. Tegal Sari Mandala II Pendidikan Terakhir : SMK

Informan pangkal dalam penelitian ini adalah bapak Hotman Arison, bersuku batak toba beragama Kristen. Bapak Hotman berusi 53 tahun, pendidikan terakhir SMK berkerja sebagai wiraswasta dan menjabat sebagai kepling ( kepala lingkungan) 8 Kelurahan Tegal


(19)

Sari Mandala II. Bapak Hotman mempunyai 3 orang anak, Anak pertama Sudah menikah (laki-laki), anak kedua dan ketiga sudah bekerja (Laki-laki dan perempuan).

Berdasarkan informasi yang penelitit terima dari kepala lingkungan 8 Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala II mendapatkan bantuan pemerintah berupa Raskin, dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), Kartu Indonesia Sehat dan PKH ( Program Keluarga Harapan), sebagian dari pemulung menerima bantuan tersebut, namun ada juga yang tidak mendapatkannya dikarenakan pemulung tersebut tidak terdaftar di kelurahan tersebut atau belum mengurus administrasi surut pindah ke Kelurahan Tegal Sari MandalaII. Menurut bapak Hotman kehidupan para pemulung di Kelurahan Tegal Sari sangat susah apalagi yang masih mengontrak rumah, karena biaya hidup sekarang sangat tinggi, banyak pemulung yang kerja dari pagi sampek malam demi mendapatkan penghasilan lebih , ditambah lingkungan tempat pemulung bekerja dan tinggal sangat kotor karena bergelut dengan sampah.

Menurut bapak Hotman banyak pemulung yang terkana penyakit tipes karena faktor lingkungan yang jorok akibat sampah yang di kumpulkan dari memulung disimpan diteras atau dalam rumah. (Hasil Wawancara 20 Januari 2017)

Informan utama 1

Nama : Sondang Sianturi Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58

Suku : Batak

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan. Tangguk bongkar 5 No. 23 Pendidikan terakhir : SD

Informan pertama dalam penelitian ini adalah ibu Sondang, berusia 58 tahun bersuku batak toba, beragama Kristen dan merupakan seorang kepala keluarga karena suaminya telah meninggal dunia, ibu Sondang tinggal berdua bersama anak bungsunya. Berdomisili di Tegalsari Mandala II, pendidikan terakhir ibu Sondang adalah SD, bekerja sebagai pemulung ibu Sondang memiliki 3 orang anak, anak pertama sudah tamat SMK (Perempuan,25 tahun) sudah bekerja sebagai buruh di batam , Anak Kedua Sudah tamat SMA (Perempuan, 19 tahun) belum atau sedang mencari pekerjaan di batam, dan anak ketiga hanya tamat SD (Pria 17 Tahun), berhenti sekolah SMP kelas dua dengan alasan kemauan anak itu sendiri.

Ibu Sondang Tinggal Berdua bersama anak ketiganya (pria) yang masih ia tanggung. Ibu Sondang bekerja dari pukul 05.00 Wib – 13.00 Wib , Penghasilan yang diperoleh ibu sehari-harinya tidak menetap tetapi biasanya ibu Sondang mampu memperoleh Rp.300,000 /


(20)

Minggu . Sedangkan Pengeluaran Ibu Sondang Rp.1,300,000/Bulan. Rumah yang ditempati ibu Sondang merupakan rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp.5.000,000/tahun ,alasan Ibu Sondang memilih bekerja sebagai pemulung karena tidak mendapatkan pekerjaan ditempat lain hal ini dikarena Ibu Sondang memiliki latar belkang pendidikan yang sangat rendah hanya mampu bersekolah sampai tamat SD. Dari memulung inilah sumber mata pencaharian utama yang beliau dapatkan dengan bekerja sebagai pemulung .

Dalam perekonomian keluarga ibu Sondang biasanya dibantu oleh anak-anaknya, dimana anak pertama sudah bekerja dan terkadang membantu memberikan bantuan berupa uang tetapi hal itu tidak rutin dilakukan dalam setiap bulan dikarenakan anak pertama ibu Sondang masih membiayai kebutuhan adiknya (anak kedua) di Batam, sedangkan anak ketiga ikut membantu Ibu Sondang dalam mencari barang-bekas/memulung . ibu Sondang juga memliki pekerjaan sampingan yaitu berternak babi dua ekor yang merupakan pemberian anaknya.

Berikut merupakan hasil wawancara yang peneliti cantumkan dalam tulisan :

“Ya sehari hari namboru (ibu) memulung ,karena suamiku udah gak ada lagi yah banting tulang lah aku cari uang cumin mulung lah yang bisa kukerjakan karena dari sdpun udah mulungnya aku , anak-anakku ada tiga , dua meranto ke batam tapi anakku yang nomor dua belum dapat kerja, ya anakku yang paling kecil ini gak mau sekolah dulu makanya Cuma tamat SD dia , tapi dialah yang bantu awak cari barang bekas sama parnap (nasi busuk) untuk makanan babi. Kalau jam kerja gak menentunya kadang jam 5 pagi sampek jam 1 , siap makan siang jam 1 lanjut lagi sampek jam 2 ngoyakin plastic , baru anakku yang paling kecil ini bantu mulung dari jam 5 sore sampek jam 9 malam. Biasanya namboru menjual barang bekasnya sekali seminggu, awak kumpulilah dalam seminggu itu baru namboru jual ya mualah dapat 300 ribu namboru per minggu , ya kalau pengeluaran maulah sampek 1.300,000 per bulan , dan kalau disini namboru mengontrak rumah 4 juta pertahun dan untunglah anak yang paling besar udah kerja mau dia ngirim uang buat bantu -bantu walaupun gak tiap bulan, kalo soal tabungan namboru gak punya, babi 2 ekor ini lah tabunganku sekalian sampingan , karena dapat uang dari jual botot langsung habisnya itu untuk keperluan sehari-hari”.

Analisis data

Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap ibu Sondang , disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu Sondang memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat ibu Sondang selain memulung salah satu strategi yang diambil ibu Sondang dalam mempertahankan hidup keluarga dengan menggunakan strategi aktif yaitu melibatkan anggota keluarga dalam menambah penghasilan dalam memenuhi kebutuhan.


(21)

Informan Utama 2

Nama : Ganda Marbun

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 36

Suku : Batak

Agama : Kristen

Alamat : Jln. Tangguk Bongkar 5 Kel. Tegal Sari Mandala II

Status : Menikah

Pendidikan terakhir : SD, Berhenti sekolah SMP kelas 2

Ganda merepukan seorang kepala keluarga yang baru saja menikah. Pria kelahiran 26 januari 1981 ini telah menjalani profesinya sebagai pemulung sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ganda yang berperawakan tinggi dan berkulit hitam ini memiliki 1 orang anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 4. Ganda memilih pekerjaan sebagai pemulung akibat dari tidak adanya lowongan pekerjaan lain, minimnya pendidikan yg ia miliki, selain itu memulung tidak membutuhkan modal dan ketrampilan khusus.

Beberapa kali Ganda melamar pekerjaan tetapi tidak diterima membuat Ganda yang awalnya berniat mencari pekerjaan yang lebih baik berputus asa dan memilih menjadi pemulung sebagai profesinya. Ganda mengenyam pendidikan hanya sampai pada kelas 2 SMP dan tidak sampai selesai. Selain pendidikan yang rendah Ganda juga tidak memiliki ketrampilan lain. Rasa tanggung jawab ganda sebagai kepala rumah tangga membuat ia berpikir keras mencari penghasilan.

Ganda tidak memiliki jadwal tetap dalam memulung namun rutin setiap harinya kurang lebih 7-8 jam atau sampai ganda merasa cukup dengan hasil barang bekas yang ia dapat, dimulai sekitar sore hari sampai malam hari paling lama ganda pulang pukul 01.00 dini hari, ganda biasanya memulung di daerah, serdang, lapangan merdaka, petisah, kampong keleng, brigjend katamso dan sampai Krakatau. Setiap harinya ganda dibantu oleh istrinya dalam mencari barang bekas setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangganya. Penghasil ganda dalam seminggu rata-rata sebesar Rp.550.000,00 dan ia rasa belum mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sampai saat ini ia belum memiliki rumah sehingga harus menyewa sebuah rumah semi permanen berukuran 4 x 10 meter seharga Rp.5.000.000,00/tahun, itu pun ia dapatkan dari meminjam yang harus ia cicil setiap bulannya sebesar Rp400.000,00. Pengeluran keluarga Ganda setiap bulannya bisa mencapai Rp.1.800.000,00. Dalam mengumpulkan barang bekas Ganda menggunakan becak bermotor miliknya sendiri. Pengeluaran rumah tangga Ganda seperti makan sehari-hari, angsuran sewa rumah, biaya bahan bakar becak, angsuran pinjaman, juga rokok terkadang tidak bisa ditutupi oleh hasil memulung sehingga terkadang Ganda mencuri barang yang ada di


(22)

halaman rumah penduduk seperti ember, batang besi, jemuran aluminium, dan barang lainnya yg dianggap dapat dijual kembali. Selain itu Ganda juga mengumpuli nasi busuk untuk pakan ternak yg ia jual ke tetangganya seharga Rp.12.000,00/ember cat ukuran besar.

Keterbatasan ekonomi dan penghasilan yang tidak menetap membuat ganda dan istrinya terkadang makan 2 x dalam sehari itu pun dengan lauk telur dan mie instan. Dalam menjalani profesinya sebagai pemulung Ganda sering menghadapi rintangan dalam menjalani profesinya, contohnya apabila hujan tiba sering kali becak motor milik Ganda rusak, dan ganda juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan becak motor miliknya. Untuk urusan kesehatan dan pendidikan anak, Ganda sangat terbantu dengan adanya Kartu Indonesia Sehat, dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan pemerintah

Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan. “ awak sehari-hari mulung, waktunya gak tentu tapi biasanya berangkat sore sampek malam sampek isi becak ku ini penuh lah baru agak tenanglah awak sikit, biasanya aku keliling dari serdang, aksara, petisah, kampong keleng, lapangan merdeka, katamso, Krakatau, biasanya barang bototnya awak kumpulin dulu sampek seminggu barulah dijual ke toke botot (pengepul barang bekas), ya ginilah hasilnya gak seberapa tapi cukuplah untuk makan kira-kira Rp.550.000.00 paling banyak seminggu pengeluaranku yg paling besar untuk sewa rumah lah cicilannya 400 ribu sebulan, belum lagi biaya tak terduga kek becak rusak kalo penguluaran sampek juga Rp.1.800.000,00 sebulan, anak ku ada 1 kelas 4 sd untunglah ada bantuan pemerintah jadi uang sekolahnya gratis tinggal ngasih uang jajan ajalah 3rb sehari, binik awak lah yang bantuk mulung sehari-hari siap dia masak, nyuci,nyapu rumah lah, awak juga ngumpulin nasi busuk (parnap) buat di jual ke tetangga yg ternak babi satu ember harganya 12 ribu, kadang kalo lagi sekarat kali keuangan yah ngutanglah kalo gak terpaksalah nyuri dek…, niat memang gak ada tapi karena desakan ini yah terpaksalah awak ambil aja barangnya yg tergeletak di teras rumahnya itu, kek ember,besi-besi, jemuran alumenium itu. Kalo soal tabungan gak tentu kadang ada kadang gak ada yg bisa awak tabung. Untung juga ada bantuan Kartu Indonesia Sehat gratis awak berobat ke puskesmas”.

Analisis data.

Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap Ganda, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar Ganda memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat Ganda selain memulung dan minimnya pendidikan yang dimilikinya. Dalam mempertahankan hidup, Ganda menggunakan strategi aktif, pasif dan jaringan. Strategi aktif yaitu dengan mencari pekerjaan sampingan seperti menjual pakan ternak dan melibatkan angota keluarga dalam mencari


(23)

penghasilan. Strategi pasif yang dilakukan Ganda mengurangi frekuensi dan kualitas pangan dan sandang. Strategi pasif meminjam uang dari tetangga.

Informan Utama 3

Nama : Azan Akbar

Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 41

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : jln. Tangku Bongkar 5 no 154

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Azan Akbar salah satu pemulung yang berdomisil di Kelurahan Tegalsari Mandalan II biasa di panggil Akbar. Akbar memiliki postur tubuh yang tinggi dan kurus, berkulit sawo matang. Akbar memiliki 2 orang anak, anak pertamanya duduk dikelas 6 SD dan anak kedua duduk dikelas 5 SD. Pria kelahiran Tanjung Morawa ini memilih menjadi pemulung dikarenakan di pecat dari pabrik kapur tulis tempat ia bekerja sebelumnya. Awalnya Akbar ingin mencari pekerjaan lain setelah ia dipecat, namun karena semua tetangganya adalah pemulung, Akbar pun memilih menjadi pemulung sembari menunggu pekerjaan lain.

Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya Akbar di bantu oleh istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci dengan upah Rp.500.000,00/ bulan di 2 rumah. Akbar telah menjalani profesi memulung selama 8 tahun di tahun ke-3 ia membeli becak motor yang ia gunakan untuk memulung sampai saat ini, sebelumnya akbar menyewa becak motor seharga Rp.15.000,00/hari atau diganti dengan satu ember cat besar nasi busuk (parnap). Sehari-hari Akbar berangkat memulung di mulai pada pukul 09.00 WIB samapi sekitar pukul 18.00 WIB. Kebiasan Akbar setiap tengah hari atau sekitar pukul 12.00 WIB ia beristirahat sambil minum kopi di warung kopi langganannya. Selepas pulang memulung biasanya Akbar menyortir barang-barang bekas yg ia dapat seharian, menggolongkan barang-barang menurut jenisnya seperti, kardus, kertas, seng, besi, tembaga, plastik, alummenium,dll. Untuk barang bekas jenis kantong plastik, diharuskan dicuci dahulu sebelum dijual ke pengepul.

Biasanya akbar menjual barang bekasnya ke pengepul sekali dalam seminggu, penghasilan Akbar dalam seminggu paling banyak Rp.500.000,00. Dari penghasilan Akbar dan istrinya mereka memperoleh paling banyak sekitar Rp.2.500.000,00 setiap bulannya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kedua anak Akbar bersekolah di SD Negri 060913 yang berlokasi di kelurahan Tegal Sari Mandala II. Akbar sangat terbantu oleh Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Pemerintah dalam memenuhi


(24)

pendidikan anak-anaknya. Rumah yang ditempati Akbar merupakan rumah peninggalan mertuanya. Pengeluaran Akbar untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya seperti makan, listrik, air, uang saku anak, bahan bakar minyak, rokok, dll mencapai Rp.2.000.000,00 sebulan, Akbar dapat menabung paling sedikit Rp.50.000,00 tiap minggunya. Meskipun Akbar memiliki tabungan, terkadang disaat penghasilan akbar menurun atau adanya biaya yang tak terduga dalam jumlah yang besar seperti anak jatuh sakit membuat Akbar meminjam uang dari koperasi. Selain itu tak jarang akbar dan istrinya hanya makan 2 kali dalam sehari untuk menghemat pengeluaran.

Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan. “Aku baru mulung sekitar 8 tahun lalu lah, awak mulung karena kena PHK di pabrik kapur kemarin, karena tetanggaku banyak yang botot awak pikir dari pada nganggur mending aku ngebotot, sehari-hari ngutip gak tentu jadwalnya tapi biasanya mulai jam 9 pagi lah sampek jam 8 malam, kalo penghasilan gak menetap bisalah dapat sekitar 450-500 ribu seminggunya itulah dicukup-cukupkan untuk keperluan sehari-hari makan ,uang listrik, air, jajan anak, dll, untung lah rumah yang awak tempati warisan dari mertua walaupun udah banyak atapnya bocor rumahnya setengah batu yang penting gak bayar uang sewa. Awalnya aku ngebotot pakek becak orang sehari 15 ribu kalo gak dibayar pakek satu ember parnap ,aku juga ngumpulin nasi busuk 12 ribu satu ember kujual biasanya, dari hasil botot di tabung sikit-sikit dapatlah awak beli becak motor ini sselama 3 tahun juga ngumpulinnya. Untung juga lah binik awak kerja jadi ada tambahan pemhasilan ,kerja jadi tukang cuci dia di 2 rumah bisa didapatnya itu 500 ribu sebulan. Tanggunganku ada 4 oranglah ikut awak sama istri tambah anak 2 pengeluaran kami sebulan bisa juga sampek 1,9-2 juta bisalah nabung 50 ribu paling sikit seminggu buat keperluan mendadak kalo anak sakit, becak rusak streslah kepala banyak kali biayanya, kalo anak yg kedua sering sakit-sakitan kalo gak ada uang yah minjam lah. Kadang kalo lagi sikit dapat botot yah di tahan-tahan lah makan 2 kali sehari kalo gak makan indomie biar hemat. Bantuan dari pemerintah ada yang kuterima kek Kartu Indonesia Sehat itu lumanyan juga itu gratis berobat di puskesmas”.

Analis Data :

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada Azan Akbar, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar Akbar memilih menjadi pemulung dikarenakan di-PHK dan tidak mendapatkan pekerjaan lain selain memulung yang bisa didapat Akbar. Salah satu strategi yang diambil Akbar dalam mempertahankan hidup adalah dengan menggunakan strategi aktif yaitu mencari penghasilan tambahan dengan cara mencari nasi bekas yang akan dijual untuk pakan ternak. Strategi pasif mengurangi pengeluaran dengan cara berhemat dalam hal komsumsi, selain itu Akbar


(25)

juga menggunakan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan sosial dengan meminjam uang ke koprasi dan tetangga ketika ada kebutuhan mendadak yang harus dipenuhi.

Informan Utama 4

Nama : Donce Manalu

Umur : 41

Agama : Kristen

Suku : Batak Toba

Status : Menikah Pendidikan Terakhir : SMP

Donce Manalu adalah seorang ibu dari 5 orang putra dan 2 orang putri yakni Josua (Laki-laki 18 tahun) kelas III SMA, Abirona (17 Laki-laki tahun) putus sekolah, David (Laki-laki 15 tahun) kelas II SMP, Dameria (Perempuan 12 tahun) kelas VI SD, David (Laki-laki10 tahun) kelas IV SD, Robinson (Laki-laki 5 tahun) TK dan Larisma (Perempuan 4 tahun) belum bersekolah. Dari ketujuh anak Ibu Donce hanya Abirona yang berhenti sekolah saat kelas III SD dikarenakan keiinginan anak itu sendiri. Ibu dari 7 orang anak ini berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala II dan menjadi pemulung sejak putus sekolah sampai dia menikah. Rumah semi permanen yang di tempati ibu Donce merupakan warisan dari orang tuanya, rumah tua ini memiliki 2 kamar tidur, 1 sumur dan dapur. Wanita sentengah baya ini terpaksa berhenti sekolah dikelas 1 SMA dikarenakan himpitan ekonomi, ia pun memutuskan menjadi pemulung seperti orang tuanya untuk membantu ekonomi keluarga. Setelah menikah, ibu Donce tetap menjadi pemulung untuk membantu suaminya dalam mencari nafkah meskipun suaminya mempunyai pekerjaan sebagai montir. Suami ibu Donce di-PHK 3 tahun yang lalu dari bengkel tempat ia bekerja dan sekarang hanya bekerja serabutan, dan apabila tidak ada tawaran pekerjaan suami ibu Donce ikut membantu memulung.

Upah yang diterima ibu Donce dari memulung menjadi satu-satunya sumber penghasilan tetap keluarga mereka. Ibu Donce memulai memulung setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya sekitar pukul 14.00 WIB dan berhenti memulung saat muatan becak motornya penuh, seringkali karena memulung ibu Donce terkena penyakit kulit dan terluka oleh benda tajam saat mengais di tumpukan sampah. Setiap harinya ibu donce dibantu oleh anak perempunya yang duduk di kelas 6 SD selepas pulang sekolah. Anak ibu Donce yang kedua juga turut membantu mencari penghasilan untuk keluarga dengan bekerja sebagai buruh di toko material dengan upah Rp.300.000,00 per minggunya. Untuk menambah pendapatan ibu Donce juga memelihara babi milik orang lain dibelakang rumahnya dengan sistem bagi hasil. Dari hasil memulung ibu Donce dapat menghasilkan


(26)

sekitar Rp.500.000,00 per minggunya, dengan penghasilan ini ia harus memenuhi semua kebutuhan keluarganya, seperti kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pendidikan anaknya yang cukup besar karena banyaknya jumlah anggota keluarga, pengeluaran keluarga ibu Donce bisa mencapai Rp.2.100.000,00 setiap bulannya. Sering kali ibu Donce dan Anak-anaknya makan 2 kali dalam sehari untuk menghemat. Penghasilan yang rendah dan pengeluaran yang tinggi membuat ibu Donce tidak memiliki tabungan, bahkan ia sering mengutang ketetangga dan keluarganya. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti Bantuan Operasional Sekolah dan Kartu Indonesia Sehat sangat membatu untuk meringankan biaya pendidikan dan kesehatan keluarga Donce.

Berikut hasil wawancara yang penulis cantumkan berikut ini:

“ aku mulung sejak dari gadis dulu karena putus sekolah , suamiku tidak bekerja karena kena PHK 3 tahun lalu, tiap hari mulung setelah siap pekerjaan rumah lah pulang kalo becak udah penuh, biasanya aku dibantu suami dan anak ku yang nomor 4, dalam seminggu biasanya dapat 500 ribu paling banyak itu pun gak cukup buat kehidupan kami sehari-hari apalagi anakku ada 7, anak nomor 2 juga bantu-bantu lah dia juga kerja di panglong seminggu gajinya 300 ribu per minggu, tiap hari untuk makan aja 2 1/2kg beras belum lagi uang susu,listrik, uang sekolah, macam lah.., sebulan bisa sampek 2,1 juta , kalo hasil botot kurang biasanya aku ngutang dulu ke kede atau tetangga kalo gak ada yah terpaksalah makan 2 kali sehari, bantuan yang kuterima BOS sama KIS aja lumanyan lah ngurangin biaya sekolah sama berobat, tabungan aku gak ada, sampinganku melihara babi orang sistem bagi hasil lumanyan nambah penghasilan ”.

Analisis Data

Dari data wawancara dan observasi yang peniliti lakukan selama penelitian terhadap ibu Donce, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu Donce memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan yang didapat ibu Donce selain memulung dan minimnya tinkat pendidikan yang dimiliki oleh ibu Donce, salah satu strategi yang dilakukan ibu Donce dalam mempertahankan hidup adalah strategi aktif yaitu mencari pekerjaan sampingan dengan memelihara babi milik orang lain dengan sistem bagi hasil dan mengikutsertakan anggota keluarga dalam mencari tambahan penghasilan, strategi pasif yang dilakukan ibu Donce adalah dengan cara mengurangi frekuensi makan dan strategi jaringan yaitu dengan cara memanfaatkan hubungan sosialnya untuk meminjam uang ke warung atau tetangga.


(27)

Informan Utama 5

Nama : Bonar Purba

Usia : 30 Tahun

Suku : Batak Toba Agama : Kristen

Status : Menikah

Alamat : Jln tanggu bongkar 5 Kel. Tegal Sari Mandala II Pendidikan Terakhir : SD

Bonar Purba seorang pemulung yang mengawali karirnya sebagai pemulung sejak umur 15 tahun,Bonar Purba hanya tamat Sekolah Dasar ia memiliki seorang anak yang berusia 2 tahun, ia memilih profesi sebagai pemulung dikarenakan pendidikannya yang rendah dan tidak adanya ketrampilan khusus yang ia miliki ditambah lagi Bonar lahir dari keluarga pemulung juga sehingga Bonar akrab dengan kehidupan pemulung. Bonar Purba merupakan anak satu-satunya dalam keluarganya, ia menumpang di rumah orang tuanya yang juga berprofesi sebagai pemulung bonar hanya membantu membanyar uang listrik rumah, dalam soal tanggungan Bonar hanya menanggung kebutuhan dirinya sendiri ,istri dan anaknya. sehari-hari Bonar memulung menggunakan becak motor miliknya sendiri, curah jam kerja Bonar tidak menentu tetapi biasanya Bonar memulai berkerja pada pukul 10.00 WIB, terkadang Bonar bisa pulang sampai larut malam dikarena menambah jam kerja untuk mencari barang bekas. Biasanya Bonar memulung di sekitar jalan Aksara, Pancing, Sukarame, Halat, Juanda,dll, sepulang memulung biasanya Bonar dibantu oleh istrinya dalam menyortir barang bekas yang didapatnya dan dijual sekali seminggu, pendapatan Bonar tidak menentu maksimal Rp.400.000,00 dalam seminggu dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dalam seminggu kedepannya. Dalam sebulan pengeluran sehari-hari Bonar, istri dan anaknya seperti makan, uang susu anak, minyak becak, listrik bisa mencapai Rp.1.400.000,00. Dalam mempertahankan hidup terkadang bonar dapat menabung apabila Bonar mendapatkan banyak barang bekas, uang itu disimpan untuk jaga-jaga apabila ada hal-hal takterduga seperti anak sakit, jika uang tabungannya tidak cukup untuk uang berobat anak biasanya Bonar meminjam ke tetangga atau keluarganya.

Berikut hasil wawancara yang penulit cantumkan berikut ini:

“biasanya aku mulung dari pagi sampek becak penuhlah, siap ngutip botot gak langsung kujual biasanya kujual seminggu sekali biar uangnya agak nampak sikit, sebelum dijual harus disortir dulu dirumah biasanya istriku ngebantu nyortir, kek plastic, botol Aqua, Aqua gelas harus di bersihkan dan dicuci biar harganya naik. Aku numpang dirumah bapakku kalo ngontrak gak sanggup aku apalagi baru punya anak bayi cuman bantu-bantu uang listriklah. Seminggu penghasilanku paling banyak 400 ribu itulah dicukup-cukupkan untuk


(28)

biaya sehari-hari kalo ada lebih biasanya kutabung buat jaga-jaga siapa tau anak jatuh sakit, kalo gak ada uang yah terpaksalah ngutang dulu sama keluarga atau tetangga yang punya”

Analisi Data.

Bonar Purba memilih bekerja sebagai pemulung dikarenakan oleh latar belakang pendidikannya yang rendah dan latar belakang keluarganya yang sejak dulu menjadi pemulung. Dalam mempertahankan hidup Bonar biasanya menggunakan strategi jaringan yaitu memanfaatkan hubungan sosial dengan cara mengutang kepada tetangga dan keluarganya.

5.3 Analisi Hasil Temuan

Kemampuan untuk bertahan hidup didalam satu kondisi atau keadaan, itulah yang dilakukan oleh semua orang pada umumnya. Bertahan hidup juga bisa diartikan sebagai teknik, cara atau langkah dalam menghadapi berbagai persoalan terhadap mempertahankan kelangsungan hidup. Dikalangan penggiat kegiatan alam bebas, bertahan hidup dimaknai sebagai kemampuan dan teknik bertahan terhadap kondisi yang membahayakan kelangsungan hidup yang terjadi di alam terbuka dengan mempergunakan perlengkapan seadanya, hal ini dapat dilihat dari pemulung yang menggunakan perlatan memulung yang sangat sederhana dan jauh dari kata aman.

Strategi bertahan hidup adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang untuk dapat mempertahankan hidupnya melalui pekerjaan apapun yang dapat dilakukannya. Strategi bertahan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat dasar agar dapat melangsungkan hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dengan makhluk sosial lainnya harus bertingkahlaku sesuai tuntutan lingkungan tempat dimana manusia itu tinggal, dan tuntutan itu tidak hanya berasal dari dirinya sendiri. Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap manusia, karena permasalahan ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak.

Pendapatan yang diterima pemulung tidak menentu setiap harinya, pendapatan yang masih rendah dengan curahan jam kerja yang sudah digunakan pemulung belum sebanding dengan yang diperolehnya. Maka dari itu pemulung dalam pemenuhan kebutuhan pokok masih mengalami kesulitan sehingga pemulung mempunyai strategi dalam bertahan hidup yaitu dengan cara melibatkan anggota keluarga untuk bekerja, berhemat dalam hal konsumsi, menabung dan meminta bantuan kepada orang terdekat, dengan demikian dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Rata-rata informan masih merasakan bahwa upah yang diterima dari pekerjaan memulung yang mereka lakukan kurang dan tidak dapat memenuhi karena tidak cukup dengan pemenuhan kebutuhan


(29)

sehari-hari apalagi dengan biaya kebutuhan pokok yang semakin naik harganya dan juga biaya pendidikan anak seperti ongkos, buku dan uang jajan anak yang harus dipenuhi setiap harinya.

Sebagian besar dari mereka mengikutsertakan anak-anak dan istri/suami mereka untuk menambah penghasilan keluarga dan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan dari pendapatan yang diterima dari pekerjaan mereka dipengaruhi juga oleh tanggungan dalam setiap keluarga. Dalam mengatur pola makan keluarga, pemulung bisa makan sebanyak 3 kali dalam sehari dan terkadang 2 kali. Keluarga pemulung merasa kebutuhan gizinya telah terpenuhi dengan menu makanan mereka sehari-hari hal ini dibuktikan dengan frekuensi keluarga mereka yang sangat jarang menderita sakit. Berdasarkan status kepemilikan rumah hampir semua informan belum memiliki tempat tinggal sendiri, rumah tersebut mereka tempati dengan menyewa rumah orang lain adapun informan yang memiliki tempat tinggal sendiri itupun didapat dari warisan orangtuanya. Berdasarkan kondisi fisik rumah tempat tinggal informan terbuat dari setengah papan, dan setengah batu sementara atap dari rumah tersebut semuanya terbuat dari bahan seng. Biaya sewa kontrak yang harus dikeluarkan sesuai dengan keadaan rumah yang ditempati.

Berbagai cara atau strategi bertahan hidup dilakukan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seperti pemulung yang ada di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, mereka akan melakukan apa saja demi mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, baik dengan cara memanfaatkan jaringan yaitu meminjam uang atau meminta bantuan kepada orang yang dirasa dekat dengan pemulung seperti tetangga, keluarga dan koperasi. Selain itu, pemulung juga melibatkan anggota keluarga seperti istri dan anak untuk ikut bekerja dan mencari pekerjaan sampingan demi menambah penghasilan keluarga.

Jika ditinjau dari keadaan yang dialami, kemiskinan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kelaparan atau setidaknya kekurangan makanan, pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat pendidikan yang rendah. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang di anggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Seperti juga yang terjadi pada keluarga pemulung Kelurahan Tegal Sari Mandala II ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dikarenakan minimnya penghasilan, selain itu tidak memiliki pekerjaan lain selain memulung karena sempitnya lahan pekerjaan yang disebabkan karena rendahnya pendidikan. Disamping


(30)

itu, pemulung yang tidak memiliki tempat tinggal yang memadai hal ini dilihat dari kondisi tempat tinggal mereka yang kumuh karena dipenuhi sampah-sampah.

Memang sulit memperoleh informasi yang jelas mengenai indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan untuk melihat bahwa seorang individu ataupun kelompok masyarakat itu miskin atau tidak miskin. Namun demikian Emil Salim, dalam Kemiskinan dan Solusi (2012:23) menunjukkan adanya karakteristik kemiskinan:

1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Hal ini sama seperti yang terjadi pada pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II yang tidak memiliki keterampilan lain untuk mencari pekerjaan di sektor formal sehingga mereka terpaksa harus bekerja di sektor informal seperti sebagai pemulung karena tidak membutuhkan keahlian, serta mereka juga tidak memiliki modal untuk membangun usaha sendiri.

2. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tamat SD atau tamat SMP. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita hanya semata-mata untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu belajar atau meningkatkan keterampilan. Hal ini sama seperti yang dialami pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II, mereka pada umumnya hanya tamatan SD maupun SMP sehingga pengetahuan mereka tentang bagaimana hidup dan bersaing dikota pun minim, mereka hanya bisa bekerja sebagai pekerja kasar seperti pemulung sehingga waktu mereka kebanyakan mereka habiskan untuk bekerja mencari penghasilan dan terkadang anak mereka juga ikut dalam proses tersebut.

Kondisi lingkungan pemulung yang kumuh dapat memperparah kehidupan mereka, karena bisa saja sewaktu-waktu mereka terserang penyakit, serta pengetahuan dan keterampilan mereka yang minim membuat mereka tidak bisa mendapat pekerjaan di sektor formal sehingga mereka harus tetap bertahan dalam pekerjaannya yaitu sebagai pemulung. Dengan pekerjaan yang mereka geluti saat ini pun belum bisa untuk memenuhi kehidupan mereka karena pendapatan yang mereka dapatkan lebih sedikit dari pengeluaran mereka serta jam kerja yang mereka habiskan lebih lama dan lebih melelahkan.


(31)

5.4 ANALISIS STRATEGI BERTAHAN HIDUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II menggunakan tiga strategi bertahan hidup sekaligus untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Strategi tersebut adalah strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhartono yang menyatakan bahwa strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi.

Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu srategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Berikut penjelasan dari masing-masing strategi bertahan hidup di Kelurahan Tegal Sari Mandala II.

5.4.1 Strategi Aktif

Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan kepala keluarga (keluarga pemulung) untuk menambah pendapatan keluarga dengan menambah jam kerja dari biasanya karena tuntutan hidup yang semakin besar, selain itu juga dengan melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja agar dapat membantu kehidupan sehari-hari mereka, seperti melibatkan istri dan anak-anak asalkan tidak mengganggu aktivitas wajibnya (seperti sekolah), para pemulung juga mencari pekerjaan sampingan untuk membatu perekonomian keluarganya. Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini antara lain: memperpanjang jam kerja, melakukan kerja sampingan dan memanfaatkan atau mengarahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan.

Dari hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa informan melibatkan anggota keluarga seperti istri dan anak untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun tidak menganggu kegiatan wajib istri dan anak seperti sekolah dan pekerjaan rumah tangga, jadi mereka membantu memulung setelah kegiatan wajib mereka selesai.

Hal ini terungkap dari pernyataan salah satu informan, Ibu Sondang Sianturi (58 tahun) yang mengatakan : “Kalau jam kerja gak menentunya kadang jam 5 pagi sampek jam 1 , siap makan siang jam 1 lanjut lagi sampek jam 2 ngoyakin plastic , baru anakku yang paling kecil ini bantu mulung dari jam 5 sore sampek jam 9 malam”

Strategi aktif dengan cara melibatkan anggota keluarga dalam membantu perekonomian memang sangat penting, mau tidak mau setiap anggota keluarga dalam keluarga mereka harus bisa membantu memberikan penghasilan tambahan agar kebutuhan mereka bisa lebih tercukupi. Selain itu, perlibatan anak dalam peran ekonomi juga akan memupuk kemampuan anak dalam membaca peluang ekonomi, mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mengakses uang. Namun, disisi lain, strategi ini


(32)

juga berdampak kepada hak anak dalam mendapat akses pendidikan yang baik. Bisa jadi karena keterlibatan mereka dalam ekonomi keluarga bisa berdampak pada terganggunya aktivitas pendidikan mereka sehingga bisa menurunkan prestasi dan minat mereka dalam bersekolah.

Hal ini juga dialami oleh informan lainnya, mereka mendayagunakan anggota keluarga mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Hal ini sama seperti yang dikatakan salah satu informan, Bapak Azan Akbar yang mengatakan: “Untung juga lah binik awak kerja jadi ada tambahan pemhasilan ,kerja jadi tukang cuci dia di 2 rumah bisa didapatnya itu 500 ribu sebulan”

Informan bernama Donce Manalu juga mengatakan hal yang serupa:

“anak nomor 2 juga bantu-bantu lah dia juga kerja di panglong seminggu gajinya 300 ribu per minggu”

Selain itu, strategi yang dilakukan oleh pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II ini dalam bertahan hidup adalah dengan melakukan kerja sampingan, seperti yang dilakukan oleh salah satu informan yaitu ibu Sondang Sianturi, dimana beliau berternak untuk mendapatkan tambahan penghasilan . Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh informan itu sendiri, Sondang Sianturi ( 58 tahun) yang mengatakan: “kalo soal tabungan namboru gak punya, babi 2 ekor ini lah tabunganku sekalian sampingan , karena dapat uang dari jual botot langsung habisnya itu untuk keperluan sehari-hari”.

Hal senada yang dilakukan oleh informan yang melakukan startegi bertahan hidup adalah dengan cara melakukan kerja sampingan, yaitu Bapak Ganda Marbun (38 tahun) yang mengatakan:

“ awak juga ngumpulin nasi busuk (parnap) buat di jual ke tetangga yg ternak babi satu ember harganya 12 ribu”

Dan informan bernama Donce Manalu juga mengatakan hal yang sama,

“tabungan aku gak ada, sampinganku melihara babi orang sistem bagi hasil lumanyan nambah penghasilan”.

Fakta di atas relevan dengan pendapat dalam jurnal Wahyudi (2007) yaitu Teori Coping Strategies yang menyatakan bahwa strategi aktif merupakan strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, melakukan kerja sampingan, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya demi menambah penghasilan.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nessa (2014) bahwa keterlibatan anggota rumah tangga dalam bekerja merupakan suatu usaha yang dilakukan keluarga pemulung dengan mengoptimalkan segala potensi untuk meningkatkan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berbagai bentuk


(33)

strategi yang di bangun oleh keluarga pemulung selain melakukan aktivitas sendiri dengan melakukan pekerjaan tambahan, juga melakukan pembagian kerja keluarga dengan keterlibatan anggota keluarga untuk menambah pendapatan dan supaya dapat membantu kehidupan sehari-hari mereka.

5.4.2 Staretgi Pasif

Penekanan ataupun pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga seperti pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, pendidikan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dalam hal ini, pemulung mempertahankan hidup dengan cara berhemat yaitu menghemat konsumsi, hal ini disebabkan karena pemulung sudah terbiasa makan seadanya sehingga mereka berhemat dalam memenuhi konsumsi (sembako) disamping itu mereka juga berhemat dengan cara menabung sebahagian kecil dari pendapatan mereka.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II sering menekan pengeluaran dengan cara menghemat konsumsi. Seperti penuturan Ibu Donce (41 tahun) yang mengatakan:

“Dari hasil memungut barang bekas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karna banyak kali pengeluaran di tambah anakku ada 7 orang, jadi harus dikurangin biaya pengeluarannya, yang biasanya kami makan 3x sekarang makannya 2x sehari”

Hal serupa yang dilakukan oleh bapak Azan Akbar dengan cara menghemat konsumsi, berikut penuturan bapak Azan Akbar: “Kadang kalo lagi sikit dapat botot yah di tahan-tahan lah makan 2 kali sehari kalo gak makan indomie biar hemat”.

Selain menghemat dalam hal konsumsi, hal lain yang dilakukan oleh informan lain seperti menabung dari penghasilan yang didapat, seperti ungkapan oleh salah satu informan Azan Akbar (41 tahun), yang mengatakan: “Tanggunganku ada 4 oranglah ikut awak sama istri tambah anak 2 pengeluaran kami sebulan bisa juga sampek 1,9-2 juta bisalah nabung 50 ribu paling sikit seminggu buat keperluan mendadak kalo anak sakit, becak rusak”

Dapat dilihat bahwa pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II banyak melakukan penghematan dalam hal konsumsi, yang mana biasanya mereka makan 3 kali dalam sehari sekarang berkurang menjadi 2 kali dalam sehari. Selain itu mereka juga menyisihkan sebagian dari pendapatan yang didapat untuk ditabung. Sehingga kehidupan mereka bisa sedikit terbantu dimana hasil penghematan yang mereka lakukan bisa digunakan untuk keperluan hidup lainnya, dan tabungan yang ditabung bisa digunakan jika sewaktu-waktu mengalami kondisi yang mendesak yang harus dipenuhi.


(34)

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bedriati Ibrahim bahwa pemulung mempertahankan hidup mereka dengan cara berhemat dalam hidup yaitu dengan cara menghemat konsumsi hal ini disebabkan karena pemulung sudah terbiasa makan seadanya disamping itu mereka juga berhemat dengan cara menabung sebahagian kecil dari pendapatan mereka, karena pemulung beranggapan bahwa dengan menabung sedikit demi sedikit lama kelamaan uang terkumpul dan dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain yang mendesak.

5.4.3 Strategi Jaringan

Strategi pemanfaatan relasi atau jaringan, merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai dalam mengatasi masalah keuangan keluarga. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas ketika terjadi permasalahan ekonomi seperti menurunnya pendapatan. Mereka memanfaatkan relasi untuk memecahkan solusi keuangan keluarga, misalnya meminjam uang kepada tetangga,keluarga dan koperasi atau mengutang di warung terdekat. Kondisi ini menunjukkan, bahwa diantara mereka memiliki solidaritas yang kuat dan saling percaya.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan informan, mereka menjawab memanfaatkan jaringan sosial untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti meminta bantuan kepada tetangga, hal ini disebabkan karena informan memiliki hubungan dekat dan sudah mendapatkan kepercayaan dari tetangganya .

Hal ini terungkap dari pernyataan salah satu informan, yaitu Bapak Bonar (30 tahun) yang mengatakan: “kalo ada lebih biasanya kutabung buat jaga-jaga siapa tau anak jatuh sakit, kalo gak ada uang yah terpaksalah ngutang dulu sama keluarga atau tetangga yang punya”

Hal serupa yang dilakukan oleh informan yaitu Azan Akbar (41 tahun), yang mengatakan: “kalo anak yg kedua sering sakit-sakitan kalo gak ada uang yah minjam lah”. Kehidupan bertetangga yang dilandasi dengan prinsip tolong menolong dan kekeluargaan merupakan strategi jaringan yang dilakukan oleh keluarga pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai ketika keluarga mereka terjebak oleh krisis ekonomi. Sampai saaat ini, upaya bertahan hidup tersebut masih dilakukan oleh pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II.

Hal ini relevan dengan Teori Coping Strategies yang mengatakan bahwa strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan


(35)

kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, hutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya).

Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cici Citra Dwi Jaya yang menyatakan bahwa pemanfaatan jaringan sosial yang dilakukan oleh pemulung merupakan suatu bentuk hubungan kekerabatan antara pemulung, tetangga, pengepul, sehingga terdapat hubungan timbal balik seperti halnya tolong-menolong, pinjam meminjam uang dan saling ketergantungan antar satu dengan yang lain dalam kehidupannya .


(36)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuaraikan pada Bab V, peneliti membuat kesimpulan bahwa strategi yang digunakan informan untuk bertahan hidup di lingkungan pemulung Kelurahan Tegal Sari Mandala II yaitu, strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan.

Kemudian, alasan yang mendasar informan untuk memilih pekerjaan sebagai pemulung adalah karena rendahnya tingkat pendidikan yang membuat informan tidak bisa bekerja di sektor formal, sempitnya lahan pekerjaan dan tidak memiliki modal serta tidak adanya ketrampilan khusus yang dimiliki, sehingga informan tidak ada pilihan lain kecuali memilih bekerja di sektor informal yang salah satunya bekerja sebagai pemulung untuk mepertahankan kelangsungan hidup.

1. Pemulung adalah orang yang memungut, mengambil, mengumpulkan dan mencari sampah baik perorangan maupun kelompok, yang mana pekerjaan memulung ini memiliki resiko bahaya yang cukup besar karena tempat kerja yang sangat kotor dan tidak adanya perlindungan kerja yang maksimal.

2. Jenis sampah yang di pungut oleh pemulung adalah barang sisa yang dianggap tidak berguna lagi namun bisa di daur ulang, seperti plastik, botol minum, kaleng makanan, seng, karton, besi, dan sejenisnya.

3. Pemulung mengambil sampah dari tong sampah warga atau tempat pembuangan sampah yang kemudian para pemulung memungutnya sesuai dengan jenis-jenis sampah yang bisa di jual dan dapat di daur ulang.

4. Strategi aktif adalah menambah atau memperpanjang jam kerja. Biasanya pemulung hanya bekerja dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00, maka di perpanjang sampai malam hari. Selain itu juga dengan melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja dalam hal membantu penghasilan keluarga dan mencari pekerjaan sampingan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan hidup keluarga.

5. Strategi pasif yaitu penekanan ataupun pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga seperti pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, pendidikan dan kebutuhan sehari-hari lainnya, selain itu juga menyisihkan pendapatan untuk ditabung.

6. Strategi jaringan yaitu meminta bantuan kepada tetangga atau kerabat untuk meminjam uang demi mempertahankan kelangsungan hidup keluarga yang dilandasi modal kepercayaan (trust) dan pertemanan. Pemulung berusaha menciptakan hubungan yang


(37)

harmonis antar sesama tetangga di sekitar tempat tinggal mereka kalau seandainya mereka membutuhkan bantuan maka para tetangga bersedia membantu.

7. Jika dilihat dampak atau kondisi ekonomi keluarga pemulung setelah melakukan strategi tersebut, terlihat bahwa pemulung dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan bisa mencukupi kebutuhan yang terdesak. Namun, hal ini juga membuat masalah baru yang mana pemulung harus membagi hasil dari memulung, satu untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagiannya lagi harus disisihkan untuk membayar hutang kepada tetangga. Selain itu, ini akan juga berdampak buruk pada anak yang ikut bekerja, dimana mereka bisa saja jatuh sakit jika terus-terusan membantu orang tuanya memulung dan bisa jadi mereka menjadi senang memulung dan lupa akan kewajiban mereka dalam menuntut ilmu.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Masyarakat di Kelurahan Tegal Sari Mandala II terutama yang berprofesi sebagai pemulung harus tetap mempertahankan hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada hubungan gotong-royong dan tolong-menolong, saling percaya dan hubungan timbal balik yang bersifat kekeluargaan agar jika terjadi tekanan ekonomi dapat memanfaatkan jaringan sebagai alternatif untuk meringankan masalah keuangan.

2. Agar masyarakat dapat ikut serta melestarikan lingkungan, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, tidak menumpukkan/ mengumpulkan sampah di depan rumah, tetap menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan agar kualitas lingkungan pemukiman pemulung tetap sehat dan terhindar dari penyakit.

3. Pemulung harus lebih kreatif lagi dalam mencari berbagai alternatif lain untuk menambah penghasilan. Tingkat kesadaran terhadap menabung perlu ditingkatkan lagi agar bisa menghadapi kebutuhan yang mendesak.

4. Bagi pemerintah agar melakukan upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan melakukan pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran. Khususnya masalah kemiskinan yang terjadi pada pemulung, agar segera diberikan solusi pengentasan masalah kemiskinan yang baik dan mengakhiri lingkaran kemiskinan yang terjadi di keluarga pemulung. Selain itu, pemerintah seharusnya menjadikan pemulung sebagai pekerja atau karyawan tetap yang digaji langsung oleh pemerintah, karena melihat peran pemulung sangat penting dalam hal membersihan lingkungan apalagi di kota besar.


(38)

BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pemulung di Indonesia

2.1.1 Pengertian Pemulung

Pemulung adalah orang-orang yang melakukan kerja memungut mencari barang rongsokan di tempat-tempat seperti bak sampah, rumah-rumah penduduk, jalan-jalan, sungai, daerah pertokoan, daerah industry, dan tempat pembuangan sampah akhir (ade Emka, 1981:3)

Pemulung sendiri adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan memungut barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai untuk dijual kepada pengusaha yang akan mengolahnya menjadi suatu barang komoditas atau diolah sendiri, kemudian dijual kembali

Dalam menjalani pekerjaannya, ada terdapat 2 jenis pemulung, yaitu pemulung menetap dan pemulung tidak menetap.

a. Pemulung menetap

Adalah pemulung yang bermukim digubuk-gubuk kardus, tripleks,seng, terpal dan lain sebagainya di sekitar TPA (tempat pembuangan akhir)

Pemulung tidak menetap

adalah pemulung yang memungut sampah keliling dari gang ke gang , jalanan, TPS( tempat pembuangan sementara) dan lain sebagainya

2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia

Di Indonesia yang menjadi dasar dalam penetapan upah minimum adalah standar kebutuhan hidup layak (KHL). KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan social, untuk kebutuhan satu bulan.


(39)

Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4. Komponen kebutuhan hidup layak (KHL) merupakan komponen-komponen pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang pekerja lajang selama satu bulan. Komponen yang termasuk dalam standar KHL .

Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu : 1. Makanan dan Minuman

2. Sandang 3. Perumahan 4. Pendidikan 5. Kesehatan 6. Transportasi

7. Rekreasi dan Tabungan

Selangkapnya mengenai komponen standar kebutuhan hidup layak (KHL) berdasarkan keputusan Menter Tenaga Kerja No.13 Tahun 2012 dapat dilihat pada lampiran table 2.1

Mekanisme proses penetapan upah minimum berdasarkan standar KHL

a. Ketua dewan pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademis

b. Standar KHL ditetapkan dalam kepmen No. 13 tahun 2012, berdasarkan standar tersebut, tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gebernur Provinsi masing-masing.

c. Survey dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan januari s/d September, sedangkan untuk bulan Oktober s/d Desember dilakukan prediksi dengan membuat


(40)

metode least square atau metode kuadrat terkecil. Hasil survey tiap bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL.

d. Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari satu tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahan yang bersangkutan.

e. Berdasarkan nilai harga survey tersebut. Dewan pengupahan juga mempertimbangkan faktor lain : produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya

f. Gubernur nantinya akan menetapkan besar nilai upah minimum. Penetapan upah minimum ini dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakukanya yaitu setiap tanggal 1 januari

2.1.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Kesejahteraan Sosial

Negara Indonesia adalah negara yang system ketatanegaraannya menitik beratkan pada kesejahteraan warga negaranya yang disebut Walfare State atau negara kesejahteraan yang secara langsung mengurusi kesejahteraan rakyatnya mulai dari bidang pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan social, dan sebagainya yang mengupayakan untuk memperkecil jurang pemisah antara mereka yang kaya dan yang miskin melalui berbagai usaha pelayanan kesejahteraan warga negaranya.

Sebagai negara kesejahteraan ,pemerintah harus mampu membuat program pembangunan yang mampu menyerap angkatan kerja sehingga tidak terjadi permasalahan kemiskinan dan pengangguran di negara tersebut. Akan tetapi, ketika program pemerintah kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja , maka sektor informal dengan segala kekurangnya mampu berperan sebagai penampung kerja dan menjadi


(41)

alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. Sehingga gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para pengangguran terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal.

Untuk mewujudkan kesejahteraan social sebagai tujuan utama negara Republik Indonesia dilaksanakan berbagai upaya, program, dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan social meliputi:

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial 2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial

5. Mendorong dan menfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasipelayanan kesejahteraan sosial.

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial

10. Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial


(42)

11. Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional

12. Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional 13. Melestarikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial

14. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

2.2 Kemiskinan

2.2.1Pengertian Kemiskinan

Tidak mudah untuk mendefenisikan kemiskinan, karena kemiskinan itu mengandung unsur ruang dan waktu. Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai kebiasaan suatu masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonomisnya sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin (Soerjono, 2006: 320)

Konsep kemiskinan pada jaman perang akan berbeda dengan konsep kemiskinan pada jaman merdeka dan modern sekarang ini. Seseorang dikatakan miskin atau tidak miskin pada jaman penjajahan dahulu akan berbeda dengan saat ini. Demikian juga dari sisi tempat, konsep kemiskinan di negara maju tentulah berbeda dengan konsep kemiskinan di negara berkembang. Mungkin keluarga yang tidak memiliki televise atau kulkas, seseorang yang tidak dapat membayar asuransi kesehatan, seseorang yang tidak memiliki telepon genggam, akses internet dan lain sebagainya di negara-negara Eropa dapat dikatakan miskin, namun tidak demikian di negara-negara berkembang seperti di negara-negara Afrika.

Kemiskinan di sebagian negara justru ditandai dengan kelaparan, kekurangan gizi, ketiadaan tempat tinggal, tidak dapat bersekolah, tidak mempunyai akses air bersih dan


(43)

listrik. Definisi kemiskinan biasanya sangat bergantung dari sudut mana konsep tersebut dipandang.

Menurut Badan Pusat Statistik, Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bank dunia mendefinisikan bahwa kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan.

Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: a. Kemiskinan absolute

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkat tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DAPERTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Simon L T W Sinaga

NIM : 110902010

ABSTRAK

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEMULUNG DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

Pemulung merupakan orang yang memungut sampah atau mengambil berbagai barang bekas, di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), jalan raya, rumah-rumah makan, supermarket, pasar tradisional, pertokoan, terminal, tempat

wisata atau rekreasi, rumah ibadah, sekolah maupun kampus dan perkarangan rumah orang lain. Pola kehidupan mereka di wilayah perkotaan cenderung kumuh dan mengelompok di

kantong-kantong kemiskinan.

Salah satu contohnya, para pemungut barang-barang bekas atau pemulung yang berdomisili di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai yang merupakan sekelompok orang yang hanya bekerja mengumpulkan sampah di lokasi pembuangan akhir sampah dan ada sebagian dari mereka hidup di sekitaran pemukiman kumuh tersebut.

Tipe penelitian ini tergolong deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menggambarkan strategi bertahan hidup keluarga pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 5 kepala keluarga dengan menggunakan metode teknik purposive yang merupakan salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam metode penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria yang berkaitan dengan masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan, wawancara mendalam dan observasi langsung ke lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi keluarga pemulung dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga adalah menggunakan strategi aktif, strategi produktif dan strategi relasi. Strategi aktif yaitu menambah jam kerja dari jam kerja biasanya. Strategi produktif yaitu melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja sedangkan strategi relasi adalah memanfaatkan jaringan sosial yaitu meminta bantuan kepada tetangga seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi.

Kata Kunci: Pemulung dan Strategi Bertahan Hidup


(2)

ABSTRACT

Strategies to Survive Scavenger

Village Of Tegal Sari Mandala II

district of

Medan Denai

Scavengers are people picking up trash or pick up a variety of second-hand goods, in Dumpster (TPS), landfills (TPA), highways, diners, supermarkets, traditional markets, shopping malls, terminals, tourist attractions or recreation, home worship, schools and colleges and perkarangan other people's homes. The pattern of their lives in urban areas tend to be clustered in slums and pockets of poverty.

In one example, the collector of used goods or scavengers who live in the village of Tegal Sari Mandala II district of Medan Denai which is a group of people who only work collecting garbage in the garbage disposal site and there are some of them living in the slums Area.

This type of research is classified as descriptive with qualitative approach aims to describe a survival strategy scavengers families in the village of Tegal Sari Mandala II. The number of informants in this study is the fifth head of the family by using purposive

technique which is one of the strategies determine the most common informant in qualitative research methods, which define groups of participants who become informants in accordance with the criteria related to the research problem. Data collection method is the study of literature, in-depth interviews and direct observation in the field.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas RahmatNya penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Bertahan Hidup Pemulung di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Skripsi ini diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Ilmu Kesejahteraan sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas sumatera Utara. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini sehingga penulis harus tetap belajar untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

Hal ini semua terjadi karena berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan penulis kemudahan, kebijaksanaan dan karena do’a serta dukungan semua pihak dosen, orang tua, keluarga dan teman-teman yang membantu penulis untuk memperoleh pengetahuan dalam penyusunan skripsi. Skripsi ini dipersembahkan kepada orang tua yang penulis banggakan dan sayangi, Ibunda Holnia Rumapea dan Ayahanda Petrus Wong Sinaga yang telah berjuang untuk penulis sejak kecil agar penulis bisa menjadi seorang anak yang sukses dan membanggakan orang tua dan keluarga.

Terima kasih untuk setiap didikan, do’a, dan perjuangan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnyakepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangatkepada penulis selama perkuliahan dan sampai penulis memperoleh gelar sarjana. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muriyanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Agus Suryadi,S.Sos,M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih banyak atas waktu, bimbingan, arahan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Pak, atas ilmu dan bimbingannya, semoga bermanfaat untuk kehidupan saya selanjutnya.

4. Seluruh Staff edukatif dan administratif Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosenpengajar mata kuliah yang telah memberikan penulis ilmu pengetahuan selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

6. Kepada Bapak Hotman, selaku Kepala Lingkungan 8 Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai atas waktunya dalam memberikan informasi mengenai data kependudukan.

7. Kepada masyarakat Kel. Tegal Sari Mandala II Kec. Medan Denai kususnya kepala


(4)

keluarga pemulung yang menjadi informan utama dan kepada seluruh Informan dalam penelitian di Kelurahan Tegal Sari Mandala II terima kasih untuk kesediaan waktu, pemikiran dan tenaga yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Kepada Orang tua penulis, terutama Ibunda yang telah membesarkan, mendoakan, mendidik dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga, yang selalu berjuang dalam memenuhi semua keinginan hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah seperti saat ini. 9. Buat saudara/i penulis Omorina Wong Sinaga, Debora Wong Sinaga, Philipus Muda Wong Sinaga Terima kasih atas dukungan dan do’anya selama ini. Bersyukur telah memiliki kalian, yang merupakan motivasi bagi saya untuk menjadi lebih baik.

10. Kepada Baginda Yang Mulia Abet Raja Herodes (ARH) yang senantiasa memberi motifasi dan ilmu-ilmu kelicikan yang sangat berguna bagi kehidupan.

11. Teman-teman seperjuangan Ilmu Kesejahteraan Sosial USU stambuk 2011,

Yang teramat banyak untuk disebutkan ,menjadi bagian dari perjalanan hidup ku, dan banyak hal yang tak akan pernah terlupakan dari setiap moment yang kita lewati bersama.

.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca.

Medan, Maret 2017

Penulis Simon L T W Sinaga


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.4 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemulung di Indonesia.. ... 6

2.1.1 Pengertian Pemulung ... 6

2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia ... 6

2.1.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Kebijakan Sosial ... 8

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan ... 10

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan ... 12

2.2.3 Ciri-ciri Kemiskinan ... 13

2.2.4 Aspek-aspek Kemiskinan ... 15

2.3 Kesejahteraan Sosial ... 19

2.4 Strategi Bertahan Hidup ... 26

2.5 Kerangka Pemikiran ... 28

2.6 Definisi Konsep.. ... 33

2.7 Defenisi Operasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Informan ... 36

3.3.1 Informan Utama ... 36

3.3.2 Informan Kunci ... 37

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.5 Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi………39

4.2 Gambaran Penduduk………...40

4.3 Gambaran Sarana dan Prasarana……….46

BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Hasil Temuan………..…51

5.2 Hasil Temuan Lapangan……….52


(6)

5.3 Analisis Hasil Temuan………61

5.4 Analisis Strategi Bertahan Hidup………...64

5.4.1 Strategi Aktif……...64

5.4.2 Strategi Pasif………...66

5.4.3 Strategi Jaringan………67

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan……….69