Pengujian Alat Termoelektrik Generator Pengukuran Temperatur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Alat Termoelektrik Generator

Pengujian alat dilakukan sampai data yang didapatkan cenderung stabil dan tidak mengalami kenaikan atau penurunan temperature yang signifikan. Yang dijadikan parameter utama dalam pengambilan data adalah temperatur, karena temperatur pada sistem pemanas akan mencapai titik puncak tertentu yang bergantung dari tingginya intensitas radiasi matahari. Apabila titik temperature puncak pada sistem pemanas telah tercapai, temperature sisi panas yang diterima oleh masing – masing modul peltier juga akan mengalami stagnansi, dengan tidak meningkatnya temperature pada sisi panas, maka pembuangan kalor pada sisi dingin juga tidak lagi mengalami peningkatan atau dengan kata lain menjadi stabil, sehingga dicapai temperature keseluruhan yang stabil.

4.2 Pengukuran Temperatur

Dalam pengukuran temperature digunakan sensor suhu yakni termokopel tipe K. Pengukuran temperature dilakukan sebanyak tujuh kali dengan hari yang berbeda- beda. Pemelihan hari dalam penelitian berdasarkan referensi dari BMKG tentang pra kirakan cuaca, dimana pada hari penelitian menunjukkan cuaca cerah berada pada kisaran temperature 30 C sampai dengan 37 C Sumber:BMKG.go.id. Data sensor suhu ini diambil pada saat sensor tersebut dihubungkan pada sisi panas dan sisi dingin peltier. Pengukuran dilakukan pada pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB dimana merupakan titik puncak ideal intensitas radiasi matahari yang sampai ke bumi lebih banyak atau lebih tinggi dengan keadaan cerah tidak berawan. Pengambilan data dilakukan pada rentang waktu setiap 10 menit sekali.Pengambilan data dilakukan sebanyak tujuh kalisupaya data yang diperoleh lebih akurat dan dapat ditarik kesimpulan secara keseluruhan data. Berikut ini merupakan hasil pengujian sensor suhu seperti yang ditampilkan pada tabel – tabel dibawah ini; UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Pengukuran Temperatur pada hari Kamis, 18 Juni 2015. NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 24,6 29,1 2 11.10 WIB 24,6 29,7 3 11.20 WIB 24,6 30,4 4 11.30 WIB 24,8 30,6 5 11.40 WIB 25,1 31,3 6 11.50 WIB 25,3 33,5 7 12.00 WIB 25,7 34,7 8 12.10 WIB 26,0 36 9 12.20 WIB 26.0 36,4 10 12.30 WIB 26,5 38,2 11 12.40 WIB 26,3 38,9 12 12.50 WIB 26,2 42,7 13 13.00 WIB 26,5 45,9 14 13.10 WIB 26,9 51,0 15 13.20 WIB 26,9 52,8 16 13.30 WIB 27,4 55,6 17 13.40 WIB 27,7 62,5 18 13.50 WIB 26,7 59,7 19 14.00 WIB 26,9 59,8 Tabel 4.1 Data Pengukuran Temperatur ke 1 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 18 Juni 2015 yaitu sebesar 782,15 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 782,15 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 20 30 40 50 60 70 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas Q = 85,17 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 85,17 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,132 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 79,2 C. Gambar 4.1 Grafik pengukuran temperatur ke 1 Berdasarkan grafik pengukuran temperatur diatas terlihat suhunya mengalami kenaikan, dapat dikatakan bahwa grafik tersebut merupakan grafik linier terhadap waktu. Suhu yang diperoleh pada system pemanas dapat dikatakan masih rendah. Pada menit ke 0 sampai dengan menit ke 90, suhunya berada dikisaran 29,1 C sampai dengan 38.2 C. sehingga perbedaan suhu dengan system pendingin masih rendah. Hal ini disebabkan karena sinar matahari terhalang oleh awan, sehingga jatuhnya sinar matahari ke bumi tidak dapat dimanfaatkan lensa Fresnel dengan baik. Suhu maksimal yang diperoleh pada system pemanas adalah 62,5 C. Sementara itu system pendingin tetap dijaga konstan dibawah suhu 28 C. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Pengukuran Temperatur pada hari Jumat, 19 Juni 2015 NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 24,2 30,4 2 11.10 WIB 24,3 32,9 3 11.20 WIB 24,7 37,7 4 11.30 WIB 24, 0 39,1 5 11.40 WIB 25,5 44,0 6 11.50 WIB 25,2 53,0 7 12.00 WIB 26,3 60,3 8 12.10 WIB 26,3 61,0 9 12.20 WIB 26,9 67,1 10 12.30 WIB 27,1 74,7 11 12.40 WIB 27,2 79,7 12 12.50 WIB 26,7 85,2 13 13.00 WIB 26,5 89,7 14 13.10 WIB 26,8 93,1 15 13.20 WIB 27,1 97,1 16 13.30 WIB 28,1 96,3 17 13.40 WIB 27,8 94,8 18 13.50 WIB 29,3 96,2 19 14.00 WIB 30,1 97,3 Tabel 4.2 Data Pengukuran Temperatur ke 2 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 19 Juni 2015 yaitu sebesar 1003,49 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 1003,49 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas Q = 109,28 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 109,28 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,169 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 101,4 C Gambar 4.2 Grafik data pengukuran temperature ke 2 Sesuai dengan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut mengalami kenaikan suhu pada system pemanas. Namun pada waktu menit ke 130 suhu pada system pemanas konstan berada pada kisaran suhu 94 C sampai dengan suhu 97 C. Sementara itu suhu pada system pendingin mengalami kenaikan suhu sehingga dapat mencapai suhu 30,1 C. Dengan demikian perbedaan temperature akan semakin kecil. Berdasarkan data hasil pengukuran temperature ke 2 diatas, suhu maksimal yang dapat dicapai oleh sisi panas peltier adalah berada pada suhu 97,3 C. Untuk mendapatkan suhu sebesar itu pada system pemanas membutuhkan waktu kurang lebih 180 menit. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi tingginya panas yang didapatkan oleh alat termoelektrik generator. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Pengukuran Temperatur pada hari Sabtu, 20 Juni 2015. NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 24,7 30,2 2 11.10 WIB 24,8 30,5 3 11.20 WIB 24,3 30,9 4 11.30 WIB 24,7 31,5 5 11.40 WIB 24,9 32,9 6 11.50 WIB 25,0 35,0 7 12.00 WIB 25,5 37,6 8 12.10 WIB 24,8 36,5 9 12.20 WIB 25,3 39,9 10 12.30 WIB 25,8 42,5 11 12.40 WIB 26,3 47,8 12 12.50 WIB 26,9 52,4 13 13.00 WIB 27,4 58,8 14 13.10 WIB 27,2 62,3 15 13.20 WIB 27,8 66,7 16 13.30 WIB 27,8 69,9 17 13.40 WIB 28,4 74,1 18 13.50 WIB 27,9 76,7 19 14.00 WIB 28,7 77,9 Tabel 4.3 Data Pengukuran Temperatur ke 3 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 20 Juni 2015 yaitu sebesar 859,4 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 859,4 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s Q = 93,58 J UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 20 30 40 50 60 70 80 90 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 93,58 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,145 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 87 C Gambar 4.3 Grafik pengukuran temperature ke 3 Pada Gambar 4.3 yang merupakan data pengukuran temperature ke 3 diantara kedua sisi peltier. Dari data grafik diatas dapat dikatakan untuk mencapai suhu diatas 40 C membutuhkan waktu yang lama, hal ini disebabkan karena factor angin yang mempengaruhi penyebaran panas pada plat aluminium. Sehingga banyak panas yang terbuang ke lingkungan. Pada waktu menit ke – 100 suhu pada system pemanas mulai mengalami kenaikan. Namun sampai pada waktu menit ke- 180, suhu tetap dibawah 80 C. Sehingga perbedaan temperature ∆T diantara kedua sisi peltier berada pada kisaran dibawah 50 C. Dari data yang diperoleh, maka suhu maksimal pada system pemanas yang terdeteksi oleh sensor suhu adalah sekitar 77,9 C. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Pengukuran Temperatur pada hari Selasa, 23 Juni 2015. NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 24,6 29,1 2 11.10 WIB 24,8 29,5 3 11.20 WIB 25,2 31,0 4 11.30 WIB 24,7 32,0 5 11.40 WIB 24,9 34,5 6 11.50 WIB 25,3 38,8 7 12.00 WIB 25,7 46,1 8 12.10 WIB 25,8 55,1 9 12.20 WIB 26,2 57,4 10 12.30 WIB 26,4 54,8 11 12.40 WIB 26,6 63,9 12 12.50 WIB 26,2 64,3 13 13.00 WIB 25,9 68,5 14 13.10 WIB 26,5 73,9 15 13.20 WIB 27,3 78,3 16 13.30 WIB 27,7 82,4 17 13.40 WIB 27,2 82,9 18 13.50 WIB 28,2 85,6 19 14.00 WIB 28,7 87,9 Tabel 4.4 Data Pengukuran Temperatur ke 4 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 23 Juni 2015 yaitu sebesar 973,15 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 973,15 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas Q = 105,97 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 105,97 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,164 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 98,4 C Gambar 4.4 Grafik data pengukuran temperature ke 4 Pengaruh faktor lingkungan sangat mempengaruhi panas yang diperoleh oleh system pemanas. Berdasarkan Gambar 4.4 yang merupakan grafik hasil pengukuran temperature ke 4, dalam waktu sampai menit ke 180 suhu maksimal yang diperoleh pada sisi panas peltier yaitu berada pada 87,9 C. Pada waktu menit ke 90 terjadi penurunan suhu pada system pemanas. Hal ini karena matahari tiba-tiba terhalang oleh awan, sehingga sinarnya tidak sempurna mengenai lensa Fresnel untuk difokuskan ke plat aluminium. Namun hal ini tidak berlangsung lama sehingga suhu pada system pemanas kembali normal mengalami kenaikan. Sementara itu pada system pendingin suhu yang dipertahankan mengalami kenaikan, sehingga rata-rata suhunya berada diatas kisaran 25 C. Hal ini sangat mempengaruhi perbedaan temperature yang ingin dicapai. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Pengukuran Temperatur pada hari Minggu, 28 Juni 2015 NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 23,2 31,0 2 11.10 WIB 23,3 34,9 3 11.20 WIB 23,7 43,7 4 11.30 WIB 24, 0 49,1 5 11.40 WIB 24,5 54,0 6 11.50 WIB 24,2 61,0 7 12.00 WIB 24,3 65,3 8 12.10 WIB 24,3 71,0 9 12.20 WIB 24,9 77,1 10 12.30 WIB 25,1 79,7 11 12.40 WIB 25,2 82,7 12 12.50 WIB 25,7 85,4 13 13.00 WIB 25,5 91,7 14 13.10 WIB 25,8 96,4 15 13.20 WIB 26,0 97,1 16 13.30 WIB 26,1 98,3 17 13.40 WIB 26,8 97,8 18 13.50 WIB 27,3 97,2 19 14.00 WIB 28,1 97,1 Tabel 4.5 Data Pengukuran Temperatur ke 5 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 28 Juni 2015 yaitu sebesar 1064,15 Wm 2 , Dimana pada keadaan ini merupakan tingkat intensitas yang paling tinggi, sehingga menurut BMKG suhu lingkungan tertinggi dapat mencapai 37 C maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20 40 60 80 100 120 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas Q = 1064,15 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s Q = 115,88 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 115,88 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,179 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 107,4 C Gambar 4.5 Grafik pengukuran temperature ke 5 Pada Gambar 4.5 merupakan grafik pengukuran temperature ke 5 yang telah dilakukan. Sesuai dengan data grafik diatas, system pemanas bekerja dengan baik. Tingginya tingkat intensitas radiasi matahari sehingga panas yang diperoleh pada system pemanas semakin tinggi. Dimana grafik kenaikan suhu pada system pemanas merupakan linier , sementara itu system pendingin mengalami suhu stagnansi dibawah suhu 30 C. Pada waktu menit ke-100 suhu pada system pemanas tetap konstan diatas suhu 80 C. Cuaca pada saat itu cerah sehingga intensitas radiasi matahari yang sampai tinggi. Sehingga dari data grafik diatas diperoleh suhu maksimal berada pada suhu 98,3 C. Sistem pendingin juga bekerja dengan maksimal, dimana dapat mempertahankan suhu pada sisi dingin UNIVERSITAS SUMATERA UTARA peltier mencapai 26, 1 C disaat suhu pada system pemanas maksimal. Sehingga dengan demikian perbedaaan temperature antara kedua sisi peltier dapat mencapi 72,2 C. Perbedaan temperature yang semakin besar sebanding dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu maksimal seperti yang terlihat pada Gambar 4.5 . f. Pengukuran Temperatur pada hari Senin, 29 Juni 2015 NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 25,2 29,7 2 11.10 WIB 25,1 29,9 3 11.20 WIB 25,2 31,0 4 11.30 WIB 24,7 32,8 5 11.40 WIB 24,9 34,1 6 11.50 WIB 25,1 38,8 7 12.00 WIB 25,8 42,8 8 12.10 WIB 26,1 45,9 9 12.20 WIB 26,6 52,4 10 12.30 WIB 26,2 54,8 11 12.40 WIB 26,9 53,9 12 12.50 WIB 27,0 59,3 13 13.00 WIB 26,3 61,5 14 13.10 WIB 26,5 59,9 15 13.20 WIB 27,2 63,3 16 13.30 WIB 27,9 67,4 17 13.40 WIB 28,5 67,9 18 13.50 WIB 29,2 69,6 19 14.00 WIB 30,3 72,5 Tabel 4.6 Data Pengukuran Temperatur ke 6 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 29 Juni 2015 yaitu sebesar 997,32 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung dihitung energi yang dapat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 20 30 40 50 60 70 80 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 897,32 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s Q = 97,71 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 97,71 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,15 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu 90 C Gambar 4.6 Grafik data pengukuran temperatur 6 Pada gambar 4.6 merupakan hasil data pengukuran temperature ke 6. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa suhu pada system pemanas mengalami perubahan naik turun. Hal ini disebabkan factor lingkungan yang mempengaruhi kalor yang dikumpulkan oleh lensa Fresnel.Hal demikian tidak baik untuk alat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA termoelektrik generator karena output tegangan keluaranya akan membutuhkan waktu untuk meningkat maupun konstan disebabkan perubahan yang terjadi. Dimana pada waktu menit ke 90 suhunya sudah mencapai 54,8 C, namun sampai menit ke 100 mengalami penurunan suhu. Hal yang sama juga terjadi pada waktu menit ke 120 telah mencapai 61,5 C namun menurun pada saat waktu menit ke 130. Setelah itu suhu kembali mengalami kenaikan. Sehingga suhu maksimal yang diperoleh pada sisi panas peltier adalah 72,5 C yakni pada menit ke 180. Sementara itu pada system pendingin suhu pada sisi dingin peltier dapat mencapai 30,3 C disaat suhu maksimal yang diperoleh pada sisi panas peltier. Hal ini membuat perbedaan temperature di antara kedua sisi peltier kecil. g. Pengukuran Temperatur pada hari Selasa, 30 Juni 2015. NO Waktu T dingin C T panas C 1 11.00 WIB 25,6 30,1 2 11.10 WIB 25,1 30,9 3 11.20 WIB 25,4 32,0 4 11.30 WIB 26,7 33,8 5 11.40 WIB 26,9 37,1 6 11.50 WIB 26,1 42,8 7 12.00 WIB 27,8 49,8 8 12.10 WIB 27,1 49,9 9 12.20 WIB 26,6 48,4 10 12.30 WIB 26,4 49,8 11 12.40 WIB 26,9 55,6 12 12.50 WIB 27,0 64,3 13 13.00 WIB 26,6 69,2 14 13.10 WIB 27,5 79,9 15 13.20 WIB 28,2 77,3 16 13.30 WIB 28,9 84,4 17 13.40 WIB 29,5 89,9 18 13.50 WIB 30,2 90,6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 20 40 60 80 100 120 140 160 180 T em p erat u r C Waktu Menit Tdingin Tpanas 19 14.00 WIB 30,3 90,5 Tabel 4.7 Data Pengukuran Temperatur ke 7 Berdasarkan data intensitas radiasi matahari yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Medan pada tanggal 30 Juni 2015 yaitu sebesar 866,98 Wm 2 , maka secara teori dapat dihitung energi yang dapat ditransfer oleh lensa Fresnel ke system pemanas sesuai dengan persamaan berikut ini: Q = I DN .A f . t Dimana Q adalah energi yang mampu ditransfer oleh konsentrator lensa fresnel J; I DN adalah radiasi matahari langsung Wm 2 ; A f luas penangkapan lensa Fresnel m 2 dan t adalah waktu pengujian s. Q = 866,98 Wm 2 . 0,1089 m 2 . 1 s Q = 94,41 J Perubahan suhu yang terjadi pada plat aluminium pada tiap – tiap satuan waktu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini; Q = m c ∆T ∆T = 94,41 � 900 ��� 0 � � 0,716 �� ∆T = 0,146 C Sesuai dengan perhitungan perubahan suhu diatas maka pada selang waktu selama 10 menit dapat diperoleh perubahan suhu ∆T yaitu = 87,6 C Gambar 4.7 Grafik data pengukuran temperatur ke 7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sesuai dengan Gambar 4.7, diperoleh suhu maksimal yang dicapai pada sisi panas adalah 90,6 C. Namun pada saat suhu maksimal pada sisi panas peltier dicapai suhu pada sisi dingin peltier mencapai 30,3 C, dapat dikatakan hampir sama dengan suhu lingkungan. Pada grafik diatas perubahan suhu pada sisi panas peltier mengalami perubahan naik turun Dengan demikian perbedaan temperatur maksimal yang diperoleh hanya berada pada kisaran suhu 60,3 C. Berdasarkan data- data yang diperoleh yang telah dilakukan pengukuran sebanyak tujuh kali terjadi perubahan naik turun suhu. Untuk mencapai suhu maksimal pada sisi panas peltier membutuhkan waktu lebih dari 120 menit. Pada data ini temperature sisi panas dan temperature sisi dingin yang diperoleh merupakan hasil dari temperature dari tiap titik yang diukur dengan menggunakan termokopel yaitu pada temperature sisi panas dan sisi dingin peltier. Data yang diambil menggunakan selang waktu selama 10 menit. Data ini menunjukkan bahwa lensa fresnel mentransfer energi radiasi matahari ke plat aluminium yang mengenai sisi panas dari peltier . Dari data grafik pengukuran temperature yang dilakukan sebanyak tujuh kali mengalami perubahan setiap harinya. Berdasarkan data grafik pengukuran bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kestabilan temperature pada system pemanas mulai dari menit ke 120, dimana pada keadaan tersebut suhu pada system pemanas mengalami perubahan suhu yang tinggi. Perubahan suhu yang terjadi tidak mengalami naik turun yang drastis. Secara keseluruhan data yang didapatkan perubahan suhu panas dari peltier mengalami kenaikan. Namun ada beberapa pada waktu tertentu mengalami penurunan, namun dalam range yang kecil. Perubahan suhu dingin dari peltier mengalami kenaikan suhu, namun suhu dingin pada peltier dijaga tetap rendah. Sehingga data yang diperoleh pada sisi dingin peltier tetap konstan pada kisaran suhu 23 C sampai dengan 31 C. Dari data yang diperoleh suhu yang didapat paling tinggi pada sisi panas peltier yakni pada pengukuran temperature ke lima, dimana suhu tertinggi dicapai pada saat itu adalah 98,3 C pada menit ke 150. Pada keadaan tersebut suhu pada sisi dingin peltier adalah 26,1 C, sehingga didapat perbedaan temperature maksimal sebesar 72,2 C. Untuk mendapatkan suhu maksimal dibutuhkan waktu lebih dari 120 menit. Perubahan pada sisi panas UNIVERSITAS SUMATERA UTARA peltier dipengaruhi oleh tingginya intensitas radiasi matahari dan factor lingkungan seperti awan, angin dan lain lain UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.3 Pengukuran TeganganV dan Arus I