Pengujian terhadap PCC Load balancing

Perpindahan koneksi dalam selang waktu hanya beberapa detik saja yang dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6 juga dapat menjadi suatu acuan untuk kasus ini.

4.2 Pengujian terhadap PCC Load balancing

Pengujian dilakukan dengan cara mengamati trafik bandwidth pada router dan aktifitas-aktifitas dari beberapa client yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan sehingga dapat dilihat kriteria-kriteria untuk metode ini. Yang dijadikan sebagai parameter dalam pengamatan ini adalah trafik bandwidth untuk download dan upload, serta pembebanan seperti apa yang terjadi pada metode PCC load balancing ini.

4.2.1 Download

Sama halnya dengan Nth load balancing, pada saat awal masing-masing komputer client dinyalakan, maka router akan memberikan IP public dari modem yang akan digunakan untuk dapat terkoneksi dengan jaringan luar ataupun internet. Alamat IP tersebut dapat berupa alamat IP dari modem1 maupun dari modem2. Pada tahap awal, pengujian dilakukan dengan mengamati seberapa besar bandwidth untuk download yang dapat diterima oleh salah satu client jika trafik pada client tersebut dalam keadaan padat ataupun mencapai titik maksimum. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Maksimum download pada client PCC Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa download mencapai 1970,3 kbps atau setara dengan 1,97 Mbps. Bandwidth untuk download pada metode ini berbeda jauh dengan bandwidth yang diperoleh ketika menggunakan metode Nth yang dapat mencapai 3,2 Mbps. Jika diperhatikan, bandwidth yang diperoleh pada pengujian ini mendekati pada bandwidth modem1 yaitu up to 2 Mbps. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata client ini memiliki alamat IP 110.137.44.73, yang merupakan alamat IP public yang berasal dari modem1. Berarti dapat diasumsikan bahwa client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke modem1. Untuk memperkuat asumsi yang ada, dilakukan pengujian pada client yang memiliki alamat IP public yang berbeda, yaitu client dengan IP public 110.137.28.81 berasal dari modem2 dengan bandwidth up to 1 Mbps. Dan diperoleh hasil sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8 Maksimum download pada client PCC 2 Dari gambar 4.8 terlihat bahwa bandwidth yang diperoleh hanya 943,5 kbps atau setara dengan 0,94 Mbps. Hal ini menunjukkan bahwa client diprioritaskan mengarah ke modem2. Dari pengujian yang dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada metode ini, client diprioritaskan untuk diarahkan hanya pada salah satu jalur saja.

4.2.2 Upload

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan upload dari salah satu client. Dan bandwidth untuk upload benar-benar dipakai hingga mencapai batas maksimum. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bandwidth untuk upload juga akan sama kasusnya seperti yang terjadi pada download. Apakah pada saat melakukan upload, client hanya akan diarahkan pada salah satu modem saja. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9 Maksimum upload pada client PCC Perlu diingat sebelumnya bahwa upload pada modem1 adalah up to 512 kbps dan pada modem2 adalah up to 256 kbps. Pada gambar 4.9 dapat dilihat bahwa diperoleh bandwidth untuk upload sebesar 511,7 kbps. Client yang diuji memiliki IP public 110.137.44.73 yang merupakan IP public yang berasal dari modem1. Berarti, client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke modem1. Kemudian dilakukan upload pada client yang memiliki IP public yang berbeda yaitu 110.137.28.81 yang berasal dari modem2. Dan diperoleh hasil seperti pada gambar berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10 Maksimum upload pada client PCC 2 Gambar 4.10 menunjukkan bandwidth untuk upload yang diperoleh oleh client dengan IP public 110.137.28.81 adalah sebesar 264,9 kbps. Maka, jelas bahwa client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke modem2. Berarti, rule yang terjadi pada download juga berlaku untuk upload. Kemudian dapat dilihat bagaimana penyebaran bandwidth ke jaringan LOKAL secara keseluruhan. Seperti halnya yang dilakukan pada metode Nth, pengamatan dilakukan pada saat warnet beroperasi. Paket data yang keluar masuk router akan dicatat pada mangle yang telah dibuat untuk metode PCC ini. Dan paket data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 Bandwidth traffic pada mangle PCC Gambar 4.12 Bandwidth traffic pada mangle PCC 2 Universitas Sumatera Utara Pada PCC, ada 8 mangle yang dibentuk untuk load balancing pada 2 jalur. Dua mangle dengan atribut chain=input merupakan penanda untuk paket yang masuk ke dalam router. Dan dua mangle beratribut chain=output yang merupakan penanda untuk paket yang keluar dari router. Koneksi-1 dan route-1 merupakan mangle yang dibentuk untuk merutekan paket dari dan menuju WAN1 yang akan diteruskan ke alamat IP modem1. Serta koneksi-2 dan route-2 dibentuk untuk merutekan paket dari dan menuju ke WAN2 yang akan diteruskan ke alamat IP modem2 Pada gambar 4.11, pembebanan yang terjadi tidaklah begitu merata pada masing-masing koneksi. Ini disebabkan, pada PCC load balancing yang menjadi prioritas utama adalah mengingat alamat sumber dan tujuan pada saat melakukan hubungan terhadap jaringan luar. Dan kemudian baru melakukan penyeimbangan beban pada masing-masing jalur internet yang menjadi prioritas kedua. Sehingga semakin lama beban pada dua jalur akan semakin merata seperti yang terlihat pada gambar 4.12.

4.2.3 Membuka Situs

Sama halnya dengan pengujian yang dilakukan pada metode Nth load balancing, pengujian ini dilakukan dengan membuka beberapa situs meliputi situs-situs berita, situs jejaring sosial, layanan surat elektronik, dan situs forum komunitas maya. Dalam pengujian kali ini tidak ada kendala yang ditemui dalam praktiknya, termasuk dalam membuka thread-thread yang ada pada situs forum maya http:forummikrotik.com. Hal ini dikarenakan pada rule metode PCC ini terdapat suatu bilangan yang berfungsi sebagai reminder yang mencocokkan antara alamat IP lokal masing-masing client dengan alamat IP public yang akan diberikan oleh Mikrotik. Selama client masih melakukan aktifitas pada jaringan, Mikrotik tidak akan memberikan IP public baru ataupun merubah IP public awal yang didapat oleh masing-masing client. Atau dengan kata lain hubungan client server pada metode ini Universitas Sumatera Utara terjalin dengan utuh. Hubungan client server yang utuh tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.13 Koneksi client ke jaringan luar PCC Pada gambar 4.13 dapat dilihat bahwa hubungan client server terjalin secara utuh. Sebagai contoh, untuk client dengan alamat IP 192.168.1.1 dan alamat tujuan 216.156.211.64 akan selalu menggunakan koneksi MC01 setiap kali melakukan hubungan. Begitu juga dengan client-client lainnya yang telah melakukan hubungan dengan alamat IP luar. Router akan mengingat hubungan tersebut hingga adanya permintaan untuk membuat reminder baru untuk koneksi tersebut.

4.2.3 Terputusnya Koneksi pada Salah Satu Jalur Internet

Pengujian juga dilakukan dengan cara memutuskan koneksi pada salah satu modem. Dalam praktiknya diputuskan koneksi dari modem2. Ketika koneksi dari modem2 terputus, ternyata ada beberapa client yang mengalami masalah dalam membuka situs- Universitas Sumatera Utara situs tertentu. Client dengan alamat IP public 110.137.44.73 yang merupakan IP yang berasal dari modem1 akan tetap terhubung ke jaringan internet, sedangkan client dengan alamat IP public 110.137.28.81 yang berasal dari modem2 mengalami connectionless untuk beberapa situs. Hal ini terjadi dikarenakan client telah diprioritaskan untuk terhubung ke modem2. Client yang sebelumnya menggunakan koneksi MC02 sebagai jalurnya untuk terhubung ke situs tertentu, akan tetap diingat oleh router untuk selalu menggunakan koneksi MC02. Mikrotik menganggap belum adanya permintaan dari client untuk membuat suatu koneksi baru pada mangle. Sehingga Mikrotik akan tetap melihat ke reminder yang ada pada mangle yang menyatakan bahwa client tersebut memiliki IP 110.137.28.81 yang merupakan IP dari modem2 yang dalam kondisi terputus. Kejadian seperti ini juga dapat terjadi pada client yang terhubung ke modem1 jika modem1 yang mengalami disconnect koneksi terputus. Untuk mendapatkan IP baru dari modem yang masih terhubung ke intenet, harus dilakukan restart pada komputer client yang mengalami disconnect, sehingga akan terbentuk mark-connection baru pada Mikrotik yang nantinya akan memberikan IP public dari modem yang masih dalam keadaan baik. Untuk menangani masalah seperti ini, teknik fail over merupakan solusi yang tepat. Fail over adalah kemampuan untuk beralih secara otomatis ke gateway lainnya yang tersedia atas kegagalan atau pengakhiran abnormal dari gateway yang aktif sebelumnya. Fail over terjadi tanpa campur tangan manusia dan umumnya tanpa peringatan, tidak seperti peralihan. Gateway kedua akan segera mengambil alih pekerjaan gateway pertama setelah mendeteksi adanya perubahan beat pada gateway pertama. Pada Mikrotik, untuk mendeteksi terjadinya perubahan dapat dilakukan dengan mengaktifkan fitur chek-gateway pada gateway pertama WAN1 dan gateway kedua WAN2, serta mengatur distance yang lebih besar pada gateway kedua WAN2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat syntax untuk mengimplementasikan fail over pada Mikrotik berikut ini Universitas Sumatera Utara ip route add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.00 gateway=WAN1 \ check-gateway=ping routing-mark=MR01 add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.00 gateway=WAN2 \ check-gateway=ping routing-mark=MR02 add disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.00 gateway=WAN2 add disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.00 gateway=WAN1 Untuk distance yang bernilai 1 menandakan bahwa itu adalah gateway yang utama yang digunakan. WAN1 dan WAN2 sama-sama merupakan gateway utama dikarenakan pada load balancing beban diseimbangkan di dua gateway tersebut. Distance yang bernilai 2 merupakan gateway cadangan jika gateway utama terputus. Jika gateway pertama WAN1 terputus, maka router akan mengalihkan semua beban ke gateway yang masih aktif yaitu gateway kedua WAN2. Dan sebaliknya, jika gateway kedua terputus, maka semua beban akan dialihkan ke gateway pertama. Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bagian pertama dari bab berisi kesimpulan dari seluruh pengujian yang dilakukan, berdasarkan pada analisa. Selanjutnya bagian kedua berisi saran-saran mengenai perbaikan untuk kinerja sistem dan kemungkinan penelitian lanjut.

5.1 Kesimpulan