Transliterasi Penulisan Unsur Serapan pada
Kadang-kadang timbul perasaan pada penutur bahasa bahwa bahasanya tidak memiliki peranti untuk membedakan dengan cermat berbagai konsep
yang bertalian. Benar tidaknya anggapannya itu tidak disadarinya. Karena itu, ia merasa perlu menularkan perbedaan bentuk di dalam bahasa asing
ke dalam bahasanya sendiri dengan menyerap seperangkat kata yang termasuk dalam satu paradigma, misalnya politik dan politis, universitas
dan universiter, norma dan normatif. 5.
Gengsi bahasa asing Kefasihan berbahasa asing, khususnya bahasa yang ditautkan dengan
peradaban yang tinggi, kadang-kadang disangka penutur bahasa akan meningkatkan kedudukan sosialnya di mata orang. Karena itu, diseraplah
evaluasi, bilateral, multiplikasi, dan kalibrasi walaupun ada bentuk penilaian, dwipihak, pelipatan dan kelipatan, serta peneraan.
6. Kemampuan berbahasa penutur yang rendah
Penutur bahasa di antara kalangan elite sosial tidak sedikit yang kosakata asingnya lebih luas cakupannya daripada kosakata Indonesia ragam
tingginya, dan taraf pemahaman kaidah gramatikal bahasa asing lebih tinggi daripada taraf pemahamannya di bidang bahasa Indonesia. Pada
proses pengalimatan buah pikirannya lalu mungkin terjadi interferensi pola struktur kalimat asing yang mendorongnya menciptakan serapan terjemah.
Di dalam beberapa ragam, misalnya, dapat ditemukan unsur serapan dalam mana, atas mana, untuk mana, kepada siapa, dan dengan siapa sebagai
konjungsi, yang masing-masing berpola pada waarinin which,
waaropwherefore, waarvoorwherefore dan aanwielto whom, dan met wiewith whom.