2.1.7 Karakteristik Pembelajaran IPA dan Penjasorkes
Pendidikan kesehatan reproduksi sangat erat kaitanya dengan pelajaran IPA dan Penjasorkes. Pada dasarnya, materi mengenai kesehatan
reproduksi sudah mulai diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan terintegrasi dengan Penjasorkesorkes. Seperti pada mata pelajaran
Penjasorkes kelas V Sekolah dasar di KD ke 5 yaitu “Menerapkan Pola
Hidup Sehat”. Pada KD ini, SK yang harus dipelajari oleh siswa yaitu “ 5.1 Mengenal Cara Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi” dan “5.2
Mengenal Berbagai Bentuk Pelecehan Seksual”. Lebih lanjut lagi mengenai seluk beluk perbedaan jenis kelamin dan cara reproduksi
manusia, akan mulai diajarkan pada pelajaran IPA Terpadu di jenjang SMP. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya materi mengenai
kesehatan reproduksi merupakan materi krusial yang sudah mulai diajarkan semenjak Sekolah Dasar. Namun pada implementasinya, para
guru sering mengabaikan materi kesehatan reproduksi dengan berbagai macam alasan. Selanjutnya jika dilihat dari sudut pandang karakteristik
mata pelajaran Penjasorkesorkes, maka memang sudah sepantasnya materi tentang kesehatan reproduksi menjadi salah satu fokus utama,
tidak hanya mengenai senam, permainan dan kegiatan lapangan lainya. Menurut BNSP 2006 : 512,648 pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak,
ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Secara umum struktur materi yang diterapkan pada mata pelajaran Penjasorkes mengacu pada penciptaan gaya hidup sehat
dan aktif.
Dari aspek karakteristik pembelajaran IPA, maka materi kesehatan reproduksi merupakan materi yang terkait langsung dengan
pengetahuan kognitif anak tentang bagaimana proses reproduksi dari mahkluk hidup. Depdiknas 2006 : 4 menyatakan bahwa IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Dari penjabaran tersebut, dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA memegang peranan penting dalam memecahkan masalah
sehari-hari, dalam hal ini terutama mengenai cara menjaga organ reproduksi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika pada jenjang SMA
mata pelajaran IPA sudah mulai dipisahkan berdasarkan pendalaman materinya, maka pada kurikulum 2006, mata pelajaran IPA yang
diselenggarakan pada tingkatan sekolah dasar dan menengan pertama merupakan jenis mata pelajaran terpadu.
Shoemaker 1989 :5 mendefinisikan kurikulum terpadu sebagai pendidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga melintasi garis
materi subjek, menyatukan berbagai aspek kurikulum menjadi bermakna untuk fokus pada bidang studi yang luas. Senada dengan hal
tersebut, Depdikbud 1996 : 3 menyatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu prooses mempunyai beberapa karakteristik atau
ciri-ciri holistik, bermakna, otentik dan aktif. Dengan begitu, karakteristik pada mata pelajaran IPA yang diterapkan bisa
dihubungkan langsung dengan kehidupan sehari-hari secara menyeluruh dan dapat melewati batasan bahasan pada mata pelajaran lain jika hal
tersebut masih terhubung dalam satu wilayah materi yang dibahas.
Dari beberapa penjabaran di atas, maka sudah sepatutnya materi mengenai kesehatan reproduksi merupakan materi yangg ada dan dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Materi kesehatan reproduksi bukan lagi mmenjadi materi yang tabu untuk diajarkan kepada para siswa.
Sehingga mereka memiliki akses pengetahuan tentang bagaimana kesehatan reproduksi merupakan salah satu hal yang terkait dengan
masa depan mereka.
2.2 Teori Belajar dan Pembelajaran