Perencanaan Berbasis Paradigma Baru

C.3.4 Perencanaan Berbasis Paradigma Baru

Secara teoritis dan praktis, pendekatan perencanaan ( planning approach) telah bergeser dari perencanaan yang bersifat autoritatif ( authoritative planning), yaitu perencanaan yang didominasi oleh otorisasi kekuasaan dan keleluasaan perencana, kepada perencanaan yang bersifat lebh komunikatif ( communicative planning), yaitu perencanaan yang membuka secara luas terhadap kemungkinan dilakukannya komunikasi antara pemerintah dan perencana dengan masyarakat luas, atau yang dikenal sebagai pemangku ( stakeholders). Bahkan mekanisme partisipasi masyarakat sebagai bentuk perencanaan yang komunikatif ini diperkuat dengan keluarnya aturan dan panduan peranserta masyarakat dalam tata ruang. Selain itu perencanaan juga diharapkan tanggap terhadap dinamika masyarakat yang berkembang dengan cepat, sejalan dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, paradigma perencanaan secara global, dan perubahan-perubahan lain yang mungkin saja sebelumnya belum bisa diprediksi.

Tuntutan pembangunan yang memberikan ruang bagi masuknya pengaruh-pengaruh global dan nasional juga memerlukan disain perencanaan yang bukan saja lebih tanggap, akan tetapi didisain menjadi produk perencanaan yang lebih bisa diterima dan menjadi daya tarik investasi pembangunan, baik bagi pihak luar maupun pihak dalam. Perencanaan juga harus adaptif terhadap perubahan cara pandang global, akan tetapi tetap memiliki penguatan ketahanan lokal untuk menjaga sumberdaya alam maupun manusia, sebagai sumberdaya yang harus dipertahankan dan dikembangkan.

Selain itu juga penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan terhadap masyarakat diperlukan kondisi kepemerintahan yang baik ( good goverment) dan ditunjang oleh kondisi masyarakat yang baik juga ( good governance), atau dikenal juga dengan istilah masyarakat yang madani ( civil society). Dalam perkembangan paradigma ini pemerintah dituntut lebih transparan dan dapat diuji kejujurannya dalam bentuk perencanaan pembangunan yang memiliki akuntabilitas tinggi. Pada saat ini juga, pemerintahan dituntut untuk mampu berperan dalam kegiatan ekonomi, seperti yang diharapkan adanya reinventing goverment atau mewira-usahakah kepemerintahan, sehingga mampu mandiri, membiayai sendiri atau self suficient dan self-help.

Demikian juga dalam produk perencanaan, kinerja aparat, kinerja pelaksanaan aturan pengendalian dan pengawasan penggunaan ruang sangat

C-31 C-31

Dari pergeseran paradigma tersebut maka telah tumbuh perencanaan yang lebih bersifat komunikatif, partisipatif, adaptif, dinamis, dan memberikan ruang publik yang lebih luas dalam proses penentuan rencana dan pengambilan keputusannya.

Dalam menghadapi perkembangan dan permasalahan kawasan, di samping perlu beradaptasi dengan perubahan paradigma yang berkembang seperti diuraikan di muka, juga perlu dilakukan pendekatan multidisiplin dan multikriteria yang melibatkan banyak pihak terkait, karena permasalahan dan potensi yang berkembang sudah mengarah pada kompleksitas persoalan kawasan yang multi dimensional.

Salah satu wujud untuk melakukan pengurangan permasalahan dan peningkatan potensi-potensi pembangunan di WKP Oka-Ile Ange dan WKP Gunung Endut ini adalah dengan menggali kemungkinan-kemungkinan "meningkatkan nilai jual" aspek-aspek pembangunan kawasan sebagai daya tarik investasi bagi para pelaku ekonomi yang berniat menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Penawaran dan "penjualan" kegiatan kawasan yang akan di- launching tersebut harus dianalisis dan dikemas sedemikian rupa sehingga selaras dengan mekanisme kegiatan usaha yang biasa dilaksanakan oleh para pengusaha atau investor tersebut, sekaligus memberikan dampak perkembangan dan peningkatan pemerataan pembangunan di Kabupaten Sumbawa.

Dalam konteks globalisasi, reformasi, dan good governance, paradigma perencanaan kawasan, sudah seharusnya dikalibrasikan kepada paradigma- paradigma baru. Hasil konferensi para ahli perencanaan se-dunia yang diselenggarakan UNHCS di Nairobi pada tahun 1994 (Conference on Re Appraising the Urban Planning Prrocesss as an Instrument of Sustainable Development and Management). Paradigma baru tersebut di antaranya adalah :

a. Community partitipation / partisipasi masyarakat

b. Involvement of all interest group / keterlibatan seluruh kelompok yang berkepentingan

c. Horizontal and ventical coordination /koordinasi horizontal dan vertikal

d. Sustainability / keberlanjutan

C-32 C-32

f. Subsidiaritiest /subsidiaritas-pengambilan keputuasan di tingkat terendah yang memungkinkan

g. Interaction of physical and economic planning / interaksi perencanaan fisik tata ruang dengan perencanaan ekonomi/pembangunan.