C 1 DOKUMEN USULAN TEKNIS

C.1 Tanggapan dan Saran Terhadap KAK

Sebelum memberikan tanggapan dan saran terhadap KAK, Usaha Perusahaan Kami sebagai konsultan penyedia jasa dalam memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK), melakukan serangkaian kegiatan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Membaca KAK dan berusaha untuk mengerti keseluruhan substansinya.

2. Mengikuti Aanwijzing/ penjelasan yang diberikan oleh Panitia Pelelangan, berusaha bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti atau adanya tambahan penjelasan.

3. Menyiapkan tim kerja yang bekerja secara simultan dan sinergis.

4. Studi literatur tentang peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan terbaru, kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, serta rencana/ studi-studi terkait yang memiliki korelasi dengan tema studi/pekerjaan yang akan dilakukan.

5. Menginventarisasi dokumen-dokumen pendukung, terutama studi literatur tentang penyusunan social mapping dan pemanfaatan panas bumi yang telah ada, Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait, serta buku-buku

C-1 C-1

6. Mendiskusikan substansi pokok dan point-point penting pada intern tim penyusun proposal/ usulan teknis untuk mendapatkan kesamaan persepsi dan pandangan di antara sesama tim penyusun.

7. Melakukan kegiatan kajian-kajian serta pengkayaan materi-materi teknis terkait kegiatan khusus secara komprehensif rnaupun detail. Upaya di atas adalah langkah awal yang menjadi pertimbangan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan. Secara keseluruhan rangkaian kegiatan dalam

memahami substansi dari KAK kegiatan penyusunan Social Mapping dan

Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi, dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini.

KAJIAN & STUDI LITERATUR

KAK

PEMAHAMAN TERHADAP KAK

AANWIJZING

SURVEY LITERATUR/ DOKUMEN TERKAIT

Gambar C.1 Diagram Proses Pemahaman KAK

C.1.1 Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang

Konsultan memahami dengan cukup jelas, yang menjadi latar belakang

dari kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam

Pengembangan Panas Bumi. Dalam KAK disebutkan bahwa latar belakang kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi terdiri dari dua hal yaitu Dasar Hukum dan Gambaran Umum. Dasar Hukum kegiatan ini antara lain Pasal

C-2

59 dan Pasal 61 UU no. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi yang menyatakan bahwa

Pengawasan terhadap penyelengaraan Panas Bumi untuk untuk pemanfaatn langsung dan pemanfaatan tidak langsung yang dilakukan oleh pemegang ijin usaha Panas Bumi.

Menteri melakukan Pembinaan

dan

Kegiatan ini juga didasari oleh dua Peraturan Menteri ESDM yaitu : Permen ESDM No. 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Panas Bumi dan Permen ESDm No. 02 Tahun 2009 tentang Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi.

Selain Kebijakan Perundangan dan Kebijakan Menteri ESDM, kegiatan ini juga didasari oleh Gambaran Umum kegiatan yang intinya Kebutuhan energi nasional saai ini masih tinggi dan 49,7% diantaranya dipaok dari energi fosil konvensional. Dimanan saat ini cadangannya makin menipis dimana prosentase Reserve to Production Ratio tinggal 12 tahun.

Kondisi tersebut memaksa pemerintah beralih ke energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, bersih dan dapat diperbarui dan terutama kita memiliki cadangan yang besar. Maka pemerintah mulai melirik cadangan energi baru dan terbarukan yang potensial yang dimiliki Indonesia, salah satunya Energi Panas Bumi. Potensi Panas Bumi yang kita miliki saat ini sangat besar yaitu sekitar 29 MW dan saat ini baru dimanfaatkan untuk listrik sekitar 1.438,5 MW atau baru sekitar 4,8%.

Pemerintah dalam hal Direktorat Panas Bumi, memiliki peran penting dalam pemanfaatan energi panas bumi melaui penetapan regulasi dan kebijakan pemanfaatn Panas Bumi. Melalui kegiatan Social Mapping dan Social Engineering ini, diharapkan Direktorat Panas Bumi memilik dara akurat tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah yang memilki WKP Panas Bumi sebagai data atu bahan tambahan selain data teknis Lapangan Pana Bumi untuk keperluan lelang WKP Panas Bumi.

Isi Kerangka Acuan Kerja (KAK) secara umum cukup memberi penjelasan sebagai panduan untuk pekerjaan pemetaan sosial dan perencanaan atau rekayasa sosial ( social mapping dan social engineering) dalam pengembangan panas bumi. Hal-hal pokok dan penting dari KAK di antaranya tentang dasar hukum yang menjadi pijakan keabsahan dibuatnya rencana studi dan pengembangan panas bumi sebagai bahan energi terbarukan dan bersih untuk

C-3

kebutuhan industri listrik, misalnya. Dengan dasar hukum tersebut selanjutnya dari hasil studi dan perencanaan ini bisa ditindak lanjuti dengan serangkaian langkah untuk membangun instalasi energi dengan basis panas bumi di wilayah yang sudah dilakukan studi ini. Berikutnya paparan tentang gambaran umum yang menjadi latar belakang rencana kegiatan ini menjelaskan alasan mengapa diperlukan rencaan studi ini dan realisasi pengembangannya kelak. Ini sangat penting untuk menjadi pijakan dan justifikasi program pembangunan di bidang energi terkait dengan kebutuhan di satu sisi dan potensi yang dimiliki di lain sisi. Dalam KAK diterangkan juga bahwa hasil kegiatan ini akan memberi manfaat bagi beberapa pihak, yakni perusahaan yang akan mengembangkan industri panas bumi ini, Kementerian ESDM, khususnya Direktorat Panas Bumi yang memiliki otoritas pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan industri tersebut, serta pemerintah di daerah terkait maupun pemangku kepentingan lain, seperti masyarakat terkena dampak, misalnya.

C.1.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan

Meskipun KAK sudah dirumuskan dengan baik, namun apabila hendak disempurnakan, maka ada beberapa hal yang perlu dan/atau dapat ditambahkan guna memberikan arahan lebih jelas. Mengacu pada rancangan program singkat atau proyek pengembangan yang dijiwai oleh kerangka hasil (result framework) dan kerangka kerja logis (Logical framework), maka yang perlu ditambahkan

kedalam KAK ini adalah rumusan “tujuan” dilakukannya studi pemetaan dan rekayasa sosial, serta keluaran atau output yang hendak dicapai. Hasil konsultasi

Pengusul dengan Panitia atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk pekerjaan ini, diketahui bahwa maksud dari pekerjaan ini adalah meminimalisir permasalhan sosial yang akan dihadapi pada lokasi yang akan dikembangkan pengusahaan panas bumi sejak lelang pekerjaan ini hingga pemanfaatan industri panas bumi nanti.

Masalah aspek sosial masyarakat selalu muncul dalam kegiatan pembangunan, juga dalam pengembangan panas bumi, dan masalah ini tidak boleh dianggap sebelah mata. Justru pemerintah selalu melibatkan masyarakat dalam setiap gerak pembangunan di wilayahnya.

Untuk pengembangan panas bumi, khususnya masalah sosial, pemerintah dari awal berkeinginan memotret kondisi sosial masyarakat di wilayah atau lokasi

C-4 C-4

Sedangkan tujuan pekerjaan ini adalah pertama, menyediakan peta sosial permasalahan yang tengah dan akan dihadapi oleh Pemerintah atau pengembang, dan kedua, memberikan saran atau rekomendasi rekayasa sosial yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut. Klarifikasi tersebut sangat menolong, meskipun secara implisit bisa ditangkap dari uraian lain didalam KAK, tapi klarifikasi tersebut mempertegas dan menghapus keraguan substansinya.

Permasalahan sosial masyarakat selalu komplek dan butuh penanganan yang serius serta hati-hati. Gejolak masyarakat sebaiknya bisa diredam jika kita mengetahui akar permasalaahannya. Pola penanganan yang baik dan bijak adalah kita bisa mencegah sebelum gejolak tersebut timbul.

Untuk itu pemerintah data atau informasi sosial masyarakat di lokasi pengembangan panas bumi. Data atau informasi tersebut merupakan suatu peta permasalahan aspek sosial masyarakat yang memuat permasalahan yang akn dan dihadapi pemerintah atau pengembang dan memberikan saran atau rekomendasi rekayasa sosial yang dapat dilakukan untuk menangani masalah sosial tersebut.

Social Mapping adalah proses penggambarn masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.

Dengan kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam pengembangan panas bumi akan dapat terpetakan kondisis sosial dari Wilayah Kerja Panas Bumi yang akan dilelang sehingga diharapkan selain data-data teknis lapangan juga tersedia rekomendasi sosial masyarakat sekitar.

C.1.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Lokasi Kerangka Acuan Kerja telah ruang lingkup lokasi dari Social Mapping

dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi. Ruang lingkup

C-5 C-5

KAK akan menjadi lebih menolong apabila menyajikan juga gambaran ringkas tentang wilayah studi sebagai informasi awal tentang lokasi yang akan menjadi sasaran studi. Keterangan yang ada berupa WKP (Wilayah Kerja Panas Bumi), tidak terlalu jelas cakupan administrasinya atau tata guna lahannya, kecuali tingkat Kabupaten. Pengusul percaya bahwa pihak pemberi kerja mempunyai data atau informasi singkat mengenai wilayah kerja pengembangan panas bumi yang menjadi sasaran studi.

C.1.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Kegiatan Kerangka Acuan Kerja Social Mapping dan Social Engineering dalam

Pengembangan Panas Bumi. Ruang lingkup tersebut, Konsultan ilustrasikan dalam bentuk bagan alur pemahaman ruang lingkup kegiatan.

Gambar C.2 Alur Pemahaman Ruang Lingkup Kegiatan

C-6

C.1.5 Tanggapan dan Saran Terhadap Strategi Pencapaian Keluaran

Dalam Kerangka Acuan Kerja, secara ringkas dijelaskan tentang strategi pelaksanaan kegiatan ini agar bisa memberikan hasil atau keluaran (output) yang diharapkan. Ini meliputi metodologi dan tahapan pelaksanaan. Metodologi untuk pengumpulan data dan informasi diarahkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder memang perlu dilaksanakan terlebih dahulu karena dari sini bisa dirancang rincian tentang rencana pengumpulan data dan informasi pada tahap berikutnya yakni pengumplan data primer. Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan di Jakarta, di tingkat kabupaten dan di lapangan, sedangkan data primer akan dikumpulkan di lokasi studi melalui berbagai metode. Secara lebih lengkap metodologi ini akan dipaparkan oleh Pengusul dalam bagian berikutnya.

C.1.6 Tanggapan dan Saran Terhadap Keluaran

Keluaran atau output atau hasil yang diharapkan dalam KAK dinyatakan berupa “laporan social mapping dan social engineering dalam pengembangan

panas bumi”, pernyataan tersebut sesungguhnya adalah sumber verifikasi bahwa pekerjaan ini dilaksanakan. 1 Dalam konteks pertanggung jawaban keuangan, laporan tersebut menjadi “deliverable” yang harus disampaikan kepada PPK dan syarat unutk pembayaran. Dalam bagian berikutnya, Pengusul akan merumuskan

tujuan dan keluaran atau output sebagai bagian dari isi dokumen usulan ini.

C.1.7 Tanggapan dan Saran Terhadap Kebutuhan Personil

KAK cukup jelas memberikan petunjuk tentang personil untuk pekerjaan ini, terutama deskripsi tugas setiap tenaga ahli yang memang terkait dengan issue yang akan dihadapi dalam studi pemetaan sosial ini. Di samping itu dijelaskan tentang lokasi kegiatan ini, serta panduan tentang jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini. Hal itu penting untuk pertimbangan rencana operasional bagi Pengusul. Di dalam KAK juga diberikan keterangan tentang laporan yang harus dihasilkan dengan muatannya, sangat membantu mengarahkan Pengusul dalam mengolah dan menganalisis data yang diperoleh serta deskripsi yang perlu dikembangkan.

1 Dalam Log-frame, tabel terdiri atas 4 kolom: pernyataan tujuan, indikator, sumber verifikasi, asumsi kritis. Dalam pekerjaan ini level tujuan setara dengan “keluaran” atau

output.

C-7

Kebutuhan personil yang dimuat dalam KAK, khususnya Tenaga Ahli, sangat komprehensif dan sesuai dengan issue atau pokok-pokok persoalan di lapangan. Namun, Pengusul menganggap ada satu tenaga ahli yang masih diperlukan, yakni ahli pemetaan atau GIS. Tenaga ahli ini yang akan mengkoordinasikan kegiatan pemetaan ditingkat masyarakat berupa sketsa dengan berbagai tekniknya, ataupun pembuatan peta teknis (ArcGIS) bila dianggap perlu. Pemetaan menjadi sangat penting dalam kaitan demografi dan tata guna lahan, serta status wilayah di mana akan dikembangkan usaha panas bumi, di samping tentu saja berbagai hal terkiat isu sosial. Sebaliknya, tenaga ahli psikologi dan hukum mungkin bisa dirangkap oleh tenaga ahli yang lain sejauh mereka cukup berpengalaman. Persyaratan yang dibuat pemberi pekerjaan bahwa tenaga ahli berpengalaman minimal 8 tahun adalah waktu yang cukup lama. Kalaupun ditemukan kasus-kasus berkaitan dengan psikologi dan hukum, maka Pengusul bisa menganggarkan untuk konsultasi singkat dengan tenaga ahli tersebut.

C.1.8 Tanggapan dan Saran Terhadap Waktu Pelaksanaan

Dalam Kerangka Acuan Kerja disebutkan mengenai penjadwalan pelaksanaan kegiatan, yang digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel C.1 Jadual Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan KAK

Bulan Ke- Tahapan Kegiatan

Persiapan

Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung

Studi Literatur dan pendataan awal

Kunjungan lapangan, pelaksanaan

survey detail Rapat pembahasan

Pembuatan laporan

Konsultan memahami jadual pelaksanaan kegiatan berdasarkan KAK. Untuk lebih jelasnya mengenai tanggapan ini dapat dilihat pada Bab 5 Jadual Pelaksanaan Pekerjaan maupun program kerja pelaksanaan pekerjaan di Bab 4.

C-8

C.2 Tanggapan dan Saran Terhadap Fasilitas Pendukung

Untuk membantu memudahkan kelancaran pelaksanaan pekerjaan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi, maka diperlukan fasiltas pendukung yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut agar terlaksana secara tepat waktu dan tercapainya maksud, tujuan serta keluaran dari pekerjaan tersebut. Fasilitas ini dibutuhkan baik dalam pengerjaan di kantor konsultan ataupun saat diskusi dan pertemuan di kantor

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi lokasi pekerjaan Social

Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi. Fasilitas pendukung yang akan digunakan pada pekerjaan ini antara lain:

Tabel C.2 Daftar Fasilitas Pendukung yang Akan Dipergunakan Saat Pelaksanaan Pekerjaan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi

No. Fasilitas Pendukung Keterangan

1 Komputer dan printer akan menggunakan komputer dan printer milik Perusahaan

2 Software pengolah data akan menggunakan software sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

3 Scanner akan menggunakan scanner milik Perusahaan 4 Multimedia projector Akan dipergunakan saat melakukan diskusi dan rapat

kerja di intern perusahaan dan di kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, juga di lokasi kegiatan

5 Kamera Digital akan menggunakan milik perusahaan untuk mendokumentasikan kegiatan pekerjaan saat survey lapangan, rapat serta kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan

6 Alat komunikasi Telepon akan menggunakan alat komunikasi milik perusahaan dan Faximile

7 Ruangan kantor akan menggunakan kantor konsultan milik sendiri dan berkedudukan di Manado

8 Ruang pertemuan untuk kegiatan diskusi dan pembahasan di Manado, dan juga dipersiapkan di lokasi kegiatan

9 Kendaraan operasional akan menggunakan kendaraan operasional milik sendiri, sedangkan untuk kegiatan lapangan dengan cara sewa

10 GPS untuk mendukung survey lapangan dalam menentukan koordinat lokasi kegiatan dilapangan.

C-9

C.3 Pemahaman Substansi Pekerjaan

C.3.1 Pemahaman Kebijakan Terkait

Kebijakan terkait pelaksanaan kegiatan ini adalah Undang-undang Nomor

21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi. Pelaksanaan kegiatan Social Mapping dan

Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi merupakan implementasi dari amanat Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 pasal 59 dan pasal 61. Pasal 59 mengamanatkan pada ayat (1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada pasal 61 tertulis Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung yang dilakukan oleh pemegang Izin Panas Bumi.

Pembinaan ini diwujudkan dengan penyusunan kegiatan Social Mapping dan Social Engineering dalam Pengembangan Panas Bumi untuk selanjutnya dilaksanakan studi lanjutan mengenai pemanfaatan pengembangan panas bumi.

C.3.2 Pemahaman Social Mapping

C.3.2.1 Definisi Social Mapping

Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami struktur sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau individu pada lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling atau

“pembuatan profil suatu masyarakat“ Identifikasi kelembagaan dan individu ini dilakukan secara akademik melalui suatu penelitian lapangan,

yakni mengumpulkan data secara langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan tata hubungan antara satu dengan lain satuan sosial dalam kawasan komunitas yang diteliti (Dody Prayogo, 2003).

Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut, sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga- lembaga tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah

C-10 C-10

C.3.2.2 Tujuan Pemetaan Sosial

Secara khusus pemetaan sosial bertujuan agar:

1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam kegiatan penguatan;

2. Diperolehnya peta digitasi sebagai dasar pengembangan informasi untuk penguatan kelompok-kelompok sosial;

3. Diperolehnya peta-peta fematik dengan sistem informasi geografis (GIS), sehingga diketahui berbagai pengaruh budaya-budaya luar;

4. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya- budaya luar;

5. Dapat ditentukan alokasi program prioritas untuk kegiatan penguatan;

6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat;

7. Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat;

8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan;

9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang dihadapi; dan

10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku pada masyarakat.

C.3.2.3 Manfaat Pemetaan Sosial

Dalam pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat praktis antara lain:

1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian dari analisis situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.

2. Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.

3. Pemantauan tentang perubahan tata ruang kondisi daerah suatu komunitas

4. Analisis prioritas masalah dan lokasi untuk perencanaan kegiatan penguatan.

C-11

C.3.2.4 Jenis Pemetaan Sosial

Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan. Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :

1. Internal Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri di antaranya oleh:

a. Person In Charge (PIC)

b. Community Development Officer

c. Petugas Lapangan

2. Independent Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri diantaranya oleh:

a. Akademisi

b. LSM

c. Lembaga penelitian

C.3.2.5 Output yang Diharapkan

Output pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan, dll.

2. Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.

3. Data

kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan

yang menggerakkan tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang paling berpengaruh, dll.

4. Pola komunikasi : media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh informasi

C-12

C.3.2.6 Perspektif, Indikator dan Asumsi Pemetaan Sosial

Pelaksanaan pemetaan sosial memiliki perspektif dasar yang berkaitan dengan:

1. Komponen masyarakat : (individu, keluarga, komunitas, masyarakat sipil, institusi negara)

2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial), yaitu dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial didaerah / daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari budaya-budaya luar.

Sedangkan indikator yang digunakan dalam pemetaan sosial adalah:

1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial sangat tergantung pada ketersediaan indikator-indikator sosial.

2. Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.

Asumsi pada pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada masyarakat.

2. Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola, keteraturan, perubahan, dinamika sosial

3. Pemetaan Sosial merupakan cara untuk mengkaji “Social Inquary”

C.3.2.7 Metodologi Pemetaan Sosial

Metodologi yang digunakan pada pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Naturalistic inquary (kualitatif)

2. Positivictic (kuantitatif)

3. Kombinasi kualitatif dan kuantitatif Tetapi ada juga metode menurut Bank Dunia ( 2002 ) yaitu terdapat

tiga metode bagi pelaksanaan pemetaan sosial :

1. Survei Formal

Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel orang atau rumah tangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan informasi yang bisa dibandingkan mengenai

C-13 C-13

a. Survey Rumah tangga Beragam-Topik (Multi-Topic Household Survey). Metode ini sering disebut sebagai Survey Pengukuran Standar Hidup atau Living Standards Measurement Survey (LSMS). Survey ini merupakan suatu cara pengumpulan data mengenai berbagai aspek standar hidup secara terintegrasi, seperti pengeluaran, komposisi rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, fertilitas, gizi, tabungan, kegiatan pertanian dan sumber-sumber pendapatan lainnya.

b. Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau CWIQ). Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Metode ini meupakan alat yang cepat dan efektif untuk mengetahui rancangan kegiatan pelayanan bagi orang-orang miskin. Jika alat ini diulang setiap tahun, maka ia dapat digunakan untuk memonitor keberhasilan suatu kegiatan. Sebuah hasil awal dari survey ini umumnya dapat diperoleh dalam waktu 30 hari.

c. Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk

pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien (penerima pelayanan). Metode

meneliti efektifitas atau keberhasilan pelayanan

sebagai service delivery survey ini mencakup penelitian

mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi

penerima pelayanan dalam memperoleh pelayanan publik, pandangan mereka mengenai kualitas pelayanan, serta kepekaan petugas-petugas pemerintah.

d. Kartu Laporan Penduduk (Citizen Report Cards). Teknik ini sering digunakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mirip dengan Survey Kepuasan Klien, penelitian difokuskan pada tingkat korupsi yang ditemukan oleh penduduk biasa. Penemuan ini kemudian dipublikasikan secara luas dan dipetakan sesuai dengan tingkat dan wilayah geografis.

e. Laporan Statistik. Pekerja sosial dapat pula melakukan pemetaan sosial berdasarkan laporan statistik yang sudah ada. Laporan statistik mengenai permasalahan sosial seperti jumlah orang miskin, desa

C-14 C-14

2. Rapid Apraisal

Rapid Apraisal Methods merupakan metode yang digunakan dengan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainya mengenai kondisi geografis, sosial dan ekonomi. Beberapa metode Rapid Apraisal antara lain:

a. Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu- individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi- terstruktur.

b. Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan 8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latar belakang. Perserta diskusi bisa para penerima pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), atau para ketua Rukun Tetangga. Fasilitator menggunakan petunjuk diskusi, mencatat proses diskusi dan kemudian memberikan komentar mengenai hasil pengamatannya.

c. Wawancara Kelompok Masyarakat (Community Group Interview). Wawancara difasilitasi oleh serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada semua anggota masyarakat dalam suatu pertemuan terbuka. Pewawancara melakukan wawancara secara hati-hati berdasarkan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.

d. Pengamatan Langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap masyarakat setempat. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai kondisi geografis, sosial-ekonomi, sumber-sumber yang tersedia, kegiatan program yang sedang berlangsung, interaksi sosial, dll.

e. Survey Kecil (Mini-Survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Pemilihan responden dapat menggunakan teknik acak ( random

C-15 C-15

sekolah, balai desa.

3. Participatory Apraisal

Merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis garis besarnya saja. Topik - topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses Tanya jawab dengan responden. Terdapat banyak teknik pengumpulan data partisipatoris. Empat di bawah ini cukup penting diketahui:

a. Penelitian dan Aksi Partisipatoris (Participatory Research and Action). Metode yang terkenal dengan istilah PRA (dulu disebut Participatory Rural Appraisal) ini merupakan alat pengumpulan data yang sangat berkembang dewasa ini. PRA terfokus pada proses pertukaran informasi dan pembelajaran antara pengumpul data dan responden. Metode ini biasanya menggunakan teknik-teknik visual (penggunaan tanaman, biji- bijian, tongkat) sebagai alat penunjuk pendataan sehingga memudahkan masyarakat biasa (bahkan yang buta huruf) berpartisipasi. PRA memiliki banyak sekali teknik, antara lain Lintas Kawasan, Jenjang Pilihan dan Penilaian, Jenjang Matrik Langsung, Diagram Venn, Jenjang Perbandingan Pasangan (Suharto, 1997; 2002; Hikmat, 2001).

b. Stakeholder Analysis. Analisis terhadap para peserta atau pengurus dan anggota suatu program, proyek pembangunan atau organisasi sosial tertentu mengenai isu-isu yang terjadi di lingkungannya, seperti relasi kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Metode ini digunakan terutama untuk menentukan apa masalah dan kebutuhan suatau organisasi, kelompok, atau masyarakat setempat.

c. Beneficiary Assessment. Pengidentifikasian masalah sosial yang melibatkan konsultasi secara sistematis dengan para penerima pelayanan sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan

C-16 C-16

d. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris (Participatory Monitoring and Evaluation). Metode ini melibatkan anggota masyarakat dari berbagai tingkatan yang bekerjasama mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dann menganalisis masalah serta melahirkan rekomendasi-rekomendasi.

C.3.2.8 Langkah Strategis Pemetaan Sosial

Pemetaan sosial bisa dilaksanakan dengan mengikuti langkah strategis berikut:

1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi dan posisi relatif dalam konteks yang lebih luas.

2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar untuk menjelaskan karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi yang dapat memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.

3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator dasar yg memberikan gambaran tentang bobot masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah/ kelompok.

C.3.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Pemetaan Sosial

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada pelaksanaan pemetaan sosial. Kelebihan pemetaan sosial adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal sosial di daerah yang diteliti

2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial dengan penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti

3. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan di suatu daerah yang diteliti Sedangkan kelemahan pemetaan sosial adalah:

1. Lembaga harus mempunyai aturan Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang sudah mapan atau yang mempunyai aturan yang jelas, adapun paguyuban atau perkumpulan yang ada di masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas di samping itu koordinasi antar anggota lembaga juga dirasa masih sangat kurang, bahkan terkesan tidak ada kompetisi dalam memajukan masyarakat desa .

C-17

2. Tidak bisa merubah lembaga Mereka menyadari, jika hanya kajian saja yang dilakukan, maka tidak bisa merubah lembaga yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran dan fungsi lembaga secara keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak sekaligus bisa atau mampu memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua lembaga dapat diaktifkan namun pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal.

3. Modal Sosial Lemah Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat memiliki modal sosial yang lemah, sehingga rentan akan ketidakaktifan.

C.3.3 Pemahaman Pemanfaatan Energi Panas Bumi

Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh sabuk vulkanik (volcanic belt) yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya 177 pusat gunung api yang masih aktif. Sabuk vulkanik tersebut membentang dari Aceh hingga Lampung di Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi membentuk jalur gunung api sepanjang kurang lebih 7000 km. Meskipun aktifitas sering menimbulkan bencana, gunung api sebenarnya memberikan berkah terpendam berupa sumber panas bumi. Potensi total energi panas bumi di sepanjang jalur gunung api tersebut hingga tahun 2004 terindentifikasi sebesar 27.140,5 MW yang merupakan 40 % dari seluruh potensi energi panas bumi yang ada di dunia.

Energi panas bumi merupakan sumber energi lokal yang tidak dapat di ekspor dan sangat ideal untuk mengurangi peran bahan bakar fosil guna meningkatkan nilai tambah nasional dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan daerah setempat. Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya tinggi. Dari segi pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilatas yang tinggi karena dalam memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. anas bumi adalah anugerah alam yang merupakan sisa-sisa panas dari hasil reaksi nuklir yang pernah terjadi pada awal mula terbentuknya bumi dan alam semesta ini. Reaksi nuklir yang masih terjadi secara alamiah di alam semesta

C-18 C-18

Energi panas bumi adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan panas bumi. Energi ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai salah satu bentuk dari energi terbaharui tetapi karena panas di suatu lokasi dapat habis, jadi secara teknis dia tidak diperbarui secara mutlak.

C.3.3.1 Pembentukan Energi Panas Bumi

Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfataannya diperlukan proses penambangan . Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi besar serta sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi. Panas Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain yang dikandung Panas Bumi yang tersimpan di dalam kerak bumi.

Energi primer ini di Indonesia tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas) dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia. Semakin ke bawah, temperatur bawah permukaan bumi semakin meningkat atau semakin panas. Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi peluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad raya. Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Permukaan bumi pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang dahsyat. Namun setelah melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun dan saat ini sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja. Pada kedalaman 10.000 meter atau 33.000 feet, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai 50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam yang masih digunakan.

C-19

Gambar C.3 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Batuan Panas

Terbentuknya panas bumi, sama halnya dengan prinsip memanaskan air (erat hubungan dengan arus konveksi). Air yang terdapat pada teko yang dimasak di atas kompor, setelah panas, air akan berubah menjadi uap air . Hal serupa juga terjadi pada pembentukan energi panas bumi. Air tanah yang terjebak di dalam batuan yang kedap dan terletak di atas dapur magma atau batuan yang panas karena kontak langsung dengan magma, otomatis akan memanaskan air tanah yang terletak diatasnya sampai suhu yang cukup tinggi ( 100 – 250 C). Sehingga air tanah yang terpanaskan akan mengalami proses penguapan.Apabila terdapat rekahan atau sesar yang menghubungkan tempat terjebaknya air tanah yang dipanaskan tadi dengan permukaan maka pada permukaan kita akan melihat manifestasi thermal. Salah satu contoh yang sering kita jumpai adalah mata air panas, selain solfatara, fumarola, geyser yang merupakan contoh manifestasi thermal yang lain. Uap hasil penguapan air tanah yang terdapat di dalam tanah akan tetap tanah jika tidak ada saluran yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap dengan permukaan. Uap yang terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi dan apabila pada daerah tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke permukaan, maka uap tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai entalpi inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin sehingga dihasilkanlah energi listrik (tentunya ada proses-proses lain sebelum uap memutar turbin).

Dipermukaan bumi sering terdapat sumber-sumber air panas, bahkan sumber uap panas. Panas itu datangnya dari batu-batu yang meleleh atau magma yang menerima panas dari inti bumi. Magma yang terletak di dalam

C-20 C-20

Gambar C.4 Proses Pembentukan Energi Panas Bumi Air Panas

C.3.3.2 Jenis-jenis Energi Panas Bumi

Energi panasbumi merupakan sumber energi lokal yang tidak dapat di ekspor dan sangat ideal untuk mengurangi peran bahan bakar fosil guna meningkatkan nilai tambah nasional dan merupakan sumber energi yang ideal untuk pengembangan daerah setempat. Selain itu, energi panas bumi adalah energi terbarukan yang tidak tergantung pada iklim dan cuaca, sehingga keandalan terhadap sumber energinya tinggi. Dari segi pengembangan sumber energi ini juga mempunyai fleksibilatas yang tinggi karena dalam memenuhi kebutuhan beban dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu uap alam, air panas, dan batuan kering panas. Sejauh ini ketiga jenis panas bumi itu keberadaannya masih belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000

C-21 C-21

A. Energi Uap Basah

Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan turbin. Jenis sumber energi panas bumi dalam bentuk uap basah agar dapat dimanfaatkan maka terlebih dahulu harus dilakukan pemisahan terhadap kandungan airnya sebelum digunakan untuk menggerakan turbin. Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.

Gambar C.5 Sumber Energi Panas Bumi dalam Bentuk Uap Basah

B. Energi Panas Bumi Air Panas

C-22

Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung

sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan

turbin. Energi panas bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis

lainnya.

Gambar C.6 Sejenis Mata Air Panas yang Menyembur Secara Periodik, Mengeluarkan Air Panas dan Uap Air ke Udara

C. Energi Panas Bumi Batuan Panas

Energi panas bumi jenis ketiga berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi terjadi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi. Energi yang berada pada Hot Dry Rock (HDR) ini disebut juga sebagai energi petrothermal, yang merupakan sumber terbesar dari energi panas bumi. HDR terletak pada kedalaman sedang dan bersifat impermeabel. Untuk

C-23 C-23

Gambar C.7 Jenis Energi Panas Bumi yaitu Batuan Panas

C.3.3.3 Sistem Pemanfaatan Energi Panas Bumi

Air dan uap panas yang keluar ke permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai pemanas. Selain bermanfaat sebagai pemanas, panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik. Air panas alami bila bercampur dengan udara akan menimbulkan uap panas (steam). Air panas dan uap inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi dapat dikonversi menjadi energi listrik maka diperlukan pembangkit (power plants). Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu yang bersuhu rendah (150ºC). Yang dapat digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan dikomersialkan adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber

C-24 C-24

Gambar C.8 Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Dry

Steam

Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik. Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mendidihkan air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga system yang diterapkan untuk mengeksplorasi sumber energi panas bumi pada dasarnya bersifat relatif yang penerapannya dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

C-25

Gambar C.9 Sketsa pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem Flash Steam

Penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik sudah mulai dilirik oleh pemerintah. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.Apabila fluida panas-bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin.

C.3.3.4 Pemanfaatan Energi Panas Bumi

Selain untuk tenaga listrik, panas bumi dapat langsung dimanfaatkan untuk kegiatan usaha pemanfaatan energi dan/atau fluidanya, misalnya dimanfaatkan dalam dunia agroindustri. Sifat panas bumi sebagai energi terbarukan menjamin kehandalan operasional pembangkit karena fluida panas bumi sebagai sumber tenaga yang digunakan sebagai penggeraknya akan selalu tersedia dan tidak akan mengalami penurunan jumlah. Pada sektor lingkungan, berdirinya pembangkit panas bumi tidak akan mempengaruhi persediaan air tanah di daerah tersebut karena sisa buangan air disuntikkan ke bumi dengan

C-26 C-26

Gambar C.10 Pabrik Gula Aren Masarang yang telah memanfaatkan energi

panas bumi untuk semua proses pengolahan gula aren

Di sektor pariwisata, keberadaan panas bumi seperti air panas maupun uap panas menjadi daya tarik tersendiri untuk mendatangkan orang. Tempat pemandian air panas di Cipanas, Ciateur, mapun hutan taman wisata cagar alam Kamojang menjadi tempat tujuan bagi orang untuk berwisata.

Gambar C.11 Taman wisata cagar alam Kamojang dengan luas sekitar 10 hektar. Di taman wisata ini terdapat 23 kawah dua diantaranya berbentuk danau dengan asap yang mengepul ke permukaan air

C-27

Selain diamanfaatkan pada sektor pariwisata Energi Panas Bumi juga dapat dimanfaatkan untuk Pengeringan. Energi panas bumi dapat digunakan secara langsung (teknologi sederhana) untuk proses pengeringan terhadap hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dengan proses yang tidak terlalu sulit. Air panas yang berasal dari mata air panas atau sumur produksi panas bumi pada suhu yang cukup tinggi dialirkan melalui suatu heat exchanger, yang kemudian memanaskan ruangan pengering yang dibuat khusus untuk pengeringan hasil pertanian.

Gambar C.12 Pilot Proyek Percobaan Pemanfaatan Panas Bumi untuk Budi Daya Jamur

C.3.3.5 Sumber Energi Panas Bumi di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia. Namun pemanfaatannya masih rendah. Baru sepertiga yang dimanfaatkan Saat ini cadangan panas bumi di Indonesia mencapai 27.000 MWe (megawatt of electrical output), sedangkan yang sudah dimanfaatkan hanya sepertiganya yakni 9.000 MWe atau setara dengan listrik 800 MW.Beberapa daerah panasbumi di Indonesia yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik adalah: Sibayak (Sumatra Utara), Salak, Karaha- Bodas, Kamojang, Wayang Windu, Darajat (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah) dan Lahendong (Sumatera Utara) dengan total kapasitas sebesar 822 MW. Sementara daerah potensial yang sedang dieksplorasi antara lain: Ulubelu (Lampung), Bedugul (Bali), Mataloko (Nusa Tenggara Barat), Kotamubago (Sulawesi Utara) dan lainnya. Potensi energi panas bumi Indonesia terbesar di dunia, sekitar 40 persen cadangan dunia. Potensi panas bumi Indonesia sekitar

C-28

20.000 MW dengan temperatur tinggi, dengan rincian sekitar 5.500 MW di Jawa- Bali, sekitar 9.500 MW di Sumatera, dan 5.000 MW tersebar di Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara potensi dunia diperkirakan 50.000 MW, dan yang sudah dimanfaatkan sekitar 10.000 MW atau

20 persen dari potensi. Cadangan energi panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai 27 GWe atau setara dengan 40 persen sumberdaya panasbumi dunia, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal. Sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia berasosasi dengan sistem vulkanik aktif seperti Sumatra (81 lokasi), Jawa (71 lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (27 lokasi), Maluku (15 lokasi), dan terutama Sulawesi Utara (7 lokasi). Sedangkan yang berada di lingkungan non vulkanik aktif yaitu di Sulawesi (43 lokasi), Bangka Belitung (3 lokasi), Kalimantan (3 lokasi), dan Papua (2 lokasi). Dari 252 lokasi panas bumi yang ada, hanya 31% yang telah disurvei secara rinci dan didapatkan potensi cadangan.