Optimasi Produksi Bubuk Pepton Dari Limbah Perikanan Dengan Menggunakan Pengering Tipe Pengering Semprot (Spray Dryer)

Budi Siswanto. ~03495103. Optimasi Produksi Bubuk Pepton Dari Limbah
Perikanan Dengan Menggunakan Pengering Tipe Pengering Semprot (Spray
Drver). Di bawah bimbingan E. Gumbira-Sa'id dan Achmad Poemomo.

RINGKASAN
Pepton merupakan salah satu sumber nitrogen yang utama dalam media
perhunbuhan mikroorganisme. Sampai sekarang pada umurnnya pepton masih
diimpor dengan jumlah dan biaya yang cukup besar. Perkembangan bioteknologi
di Indonesia baik di tingkat penelitian maupun di tingkat komersial saat ini sangat
pesat. Oleh karena itu diperlukan pepton yang berkualitas tinggi dengan harga
yang murah. Limbah perikanan di Indonesia terutama isi perut ikan pari dan
kepala tuna dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bubuk pepton.
Dengan demikian pembuatan bubuk pepton bila dilakukan secara skala industri
dapat mengurangi jumlah limbah perikanan yang dapat mencemari lingkungan
dan dapat memberikan nilai ekonomi bagi limbah perikanan tersebut.
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan,
tahap penelitian utama, dan tahap uji mikrobiologi. Penelitian pendahuluan
bertujuan untuk mengetahui parameter optimal hidrolisis enzimatis limbah
perikanan (perut ikan pari aan kepala tuna) menggunakan enzim eksternal
maupun autolisis untuk menghasilkan pepton. Penelitian utama bertujuan untuk
mendapatkan parameter optimal teknik pengeringan dengan menggunakan tipe

pengering semprot (spray dryer) dan menguji kemampuan bubuk pepton dari
limbah perikanan dalam menunjang pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan
dengan pepton komersial.
Dari penelitian pendahuluan, diperoleh kondisi optimum proses autolisis
benambahan asam) yaitu pada suhu 40

OC,

selama 24 jam, dan dengan

konsentrasi asam (HCI 12N) 2% (vtb). Di lain pihak, kondisi optimum proses
hidrolisis secara enzimatis (penambahan enzim alcalase) adalah suhu 50

OC,

selama 4 jam, dan dengan konsentrasi enzim 0.2% (vlb).
Kondisi optimum pengeringan dengan menggunakan pengering tipe
pengering semprot (spray dryer) adalah pada tekanan nozzle 2000 mbar, suhu
inlet (suhu masuk) 180


OC,

dan suhu outlet (suhu keluar) 100

OC.

Perlakuan

tekanan nozzle memberikan perbedaan yang nyata terhadap besarnya rendemen
dan tingkat kekeruhan, tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap
kadar air, kadar protein, dan tingkat kelarutan bubuk pepton. Perlakuan suhu inlet
tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap semua parameter mutu bubuk
pepton yang disyaratkan. Perlakuan suhu outlet memberikan perbedaan yang
nyata terhadap besamya kadar air, tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap besarnya rendemen, kadar protein, tingkat kekeruhan, dan tingkat
kelarutan bubuk pepton.
Pada kondisi optimal pengeringan diatas dapat diperoleh bubuk pepton
berkadar air sebesar 5.6 - 6.8% (basis basah), rendemen berkisar antara 3.9 - 5.7%
(bobotlbobot), kadar protein berkisar antara 83.6 - 85.1%, tingkat kekeruhannya


....

berkisar antara 39.8 - 43.8 FTU, dan tingkat kelarutannya berkisar antara 99.5

-

Dari hasil uji perbandingan pertumbuhan mikroorganisme pada bubuk
pepton dengan tiga jenis pepton komersial (Oxoid, Difco, dan Merk) dapat
disimpulkan bahwa bubuk pepton yang dihasilkan baik yang berasal dari isi perut
ikan pari

maupun dari kepala tuna mampu mendukung pertumbuhan

mikroorganisme bahkan pada beberapa uji menunjukkan bahwa bubuk pepton

yang dihasilkan lebih baik (ranking 1 dan 2) dari pepton komersial (Merck, Difco,
dan Oxoid). Dengan demikian bubuk pepton yang dihasilkan dapat digunakan
unt~tkmensubstitusi pepton impor (pepton komersial) dalam media pertumbuhan
mikroorganisme.


*

Budi Siswanto. ~03495103. Optimasi Produksi Bubuk Pepton Dari Limbah
Perikanan Dengan Menggunakan Pengering Tipe Pengering Semprot (Spray
Drver). Di bawah bimbingan E. Gumbira-Sa'id dan Achmad Poemomo.

RINGKASAN
Pepton merupakan salah satu sumber nitrogen yang utama dalam media
perhunbuhan mikroorganisme. Sampai sekarang pada umurnnya pepton masih
diimpor dengan jumlah dan biaya yang cukup besar. Perkembangan bioteknologi
di Indonesia baik di tingkat penelitian maupun di tingkat komersial saat ini sangat
pesat. Oleh karena itu diperlukan pepton yang berkualitas tinggi dengan harga
yang murah. Limbah perikanan di Indonesia terutama isi perut ikan pari dan
kepala tuna dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bubuk pepton.
Dengan demikian pembuatan bubuk pepton bila dilakukan secara skala industri
dapat mengurangi jumlah limbah perikanan yang dapat mencemari lingkungan
dan dapat memberikan nilai ekonomi bagi limbah perikanan tersebut.
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan,
tahap penelitian utama, dan tahap uji mikrobiologi. Penelitian pendahuluan
bertujuan untuk mengetahui parameter optimal hidrolisis enzimatis limbah

perikanan (perut ikan pari aan kepala tuna) menggunakan enzim eksternal
maupun autolisis untuk menghasilkan pepton. Penelitian utama bertujuan untuk
mendapatkan parameter optimal teknik pengeringan dengan menggunakan tipe
pengering semprot (spray dryer) dan menguji kemampuan bubuk pepton dari
limbah perikanan dalam menunjang pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan
dengan pepton komersial.
Dari penelitian pendahuluan, diperoleh kondisi optimum proses autolisis
benambahan asam) yaitu pada suhu 40

OC,

selama 24 jam, dan dengan

konsentrasi asam (HCI 12N) 2% (vtb). Di lain pihak, kondisi optimum proses
hidrolisis secara enzimatis (penambahan enzim alcalase) adalah suhu 50

OC,

selama 4 jam, dan dengan konsentrasi enzim 0.2% (vlb).
Kondisi optimum pengeringan dengan menggunakan pengering tipe

pengering semprot (spray dryer) adalah pada tekanan nozzle 2000 mbar, suhu
inlet (suhu masuk) 180

OC,

dan suhu outlet (suhu keluar) 100

OC.

Perlakuan

tekanan nozzle memberikan perbedaan yang nyata terhadap besarnya rendemen
dan tingkat kekeruhan, tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap
kadar air, kadar protein, dan tingkat kelarutan bubuk pepton. Perlakuan suhu inlet
tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap semua parameter mutu bubuk
pepton yang disyaratkan. Perlakuan suhu outlet memberikan perbedaan yang
nyata terhadap besamya kadar air, tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata
terhadap besarnya rendemen, kadar protein, tingkat kekeruhan, dan tingkat
kelarutan bubuk pepton.
Pada kondisi optimal pengeringan diatas dapat diperoleh bubuk pepton

berkadar air sebesar 5.6 - 6.8% (basis basah), rendemen berkisar antara 3.9 - 5.7%
(bobotlbobot), kadar protein berkisar antara 83.6 - 85.1%, tingkat kekeruhannya

....

berkisar antara 39.8 - 43.8 FTU, dan tingkat kelarutannya berkisar antara 99.5

-

Dari hasil uji perbandingan pertumbuhan mikroorganisme pada bubuk
pepton dengan tiga jenis pepton komersial (Oxoid, Difco, dan Merk) dapat
disimpulkan bahwa bubuk pepton yang dihasilkan baik yang berasal dari isi perut
ikan pari

maupun dari kepala tuna mampu mendukung pertumbuhan

mikroorganisme bahkan pada beberapa uji menunjukkan bahwa bubuk pepton

yang dihasilkan lebih baik (ranking 1 dan 2) dari pepton komersial (Merck, Difco,
dan Oxoid). Dengan demikian bubuk pepton yang dihasilkan dapat digunakan

unt~tkmensubstitusi pepton impor (pepton komersial) dalam media pertumbuhan
mikroorganisme.

*