Pihak-Pihak Yang Dapat Diangkat Menjadi PPAT Fungsi, Tugas dan kewajiban PPAT

8 Sedangkan menurut Effendi Perangin menyatakan : PPAT adalah pejabat yang berwenang membuat akta daripada perjanjian- perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjamkan uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan. 7 Pengertian PPAT lebih ditegaskan lagi dalam Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dan Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 yaitu PPAT sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta yang akan dijadikan dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah.

2.1.2. Pihak-Pihak Yang Dapat Diangkat Menjadi PPAT

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang pengangkatan dan penunjukan PPAT, maka yang bisa diangkat menjadi PPAT adalah sebagai berikut : a. Notaris, b. Pegawai-pegawai dan bekas pegawai dalam lingkungan Departemen Agraria yang dianggap mempunyai pengetahuan cukup tentang peraturan-peraturan pendaftaran hak atas tanah dan peraturan lain yang bersangkutan dengan peralihan hak atas tanah. 7 Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1994, halaman 3. 9 c. Para Pegawai pamong praja yang pernah melakukan tugas seorang PPAT, d. Orang-orang yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh Menteri Agraria, e. Para Camat Kepala Wilayah sebagai PPAT Sementara. Skema Pejabat Umum yang diberikan kewenangan membuat akta otentik atas hak atas tanah dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun . PPAT Notaris a. PPAT PPAT Camat b. PPAT Sementara Kepala Desa PMDN SK 131970 c. PPAT Khusus PPAIW PP281978 PPAT-Pengganti PPATCamat Pengganti PPAT-Kepala Desa-Pengganti 10 Sumber : A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung,Mandar Maju, Hal. 221. PPAT menurut PP No.37 tahun 1998 ada 3 tiga macam yaitu : a. PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dalam daerah wewenang tugasnya atau daerah kerjanya. b. PPAT Sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. c. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu. PPAT khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukkannya.

2.1.3. Fungsi, Tugas dan kewajiban PPAT

Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1998 diatur tugas pokok dan kewajiban PPAT, yaitu melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat suatu akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang 11 diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan hukum yang dimaksud adalah jual beli, tukar menukar, hibah pemasukan ke dalam perusahaan inbreng, pemberian Hak Guna BangunanHak Pakai atas tanah Hak Milik,pemberian Hak Tanggungan, pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diatas seorang PPAT mempunyai kewenangan membuat akta otentik mengenai segala perbuatan hukum yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi jabatannya. PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukannya. 8 PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris, konsultan atau penasehat hukum tetapi dilarang merangkap jabatan sebagai pengacara atau advokat,pegawai negeri atau pegawai Badan Usaha Milik Negara Daerah Pasal 7 PP No 37 Tahun 1998. Mengenai kewajiban PPAT dapat dijelaskan sebagai berikut : 9 1. PPAT wajib melakukan Sumpah dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu. 2. PPAT wajib segera menyampaikan akta yang telah dibuatnya serta dokumen lainnya yang diperlukan untuk pembuatan sebuah akta lain kepada Kantor Pertanahan setempat untuk didaftarkan pada Buku Hak Atas Tanah dan dicantumkan pada Sertifikat Hak Atas Tanah yang bersangkutan. 3. PPAT wajib menyelenggarakan suatu Daftar Akta-akta yang telah dibuat dan dikeluarkan menurut bentuk yang telah ditentukan oleh peraturan yang berlaku. 8 Ibid, hal 677. 9 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, 2002, halaman 675. 12 4. PPAT wajib menjalankan petunjuk yang telah diberikan Kantor Pertanahan dan pejabat yang mengawasinya. 5. PPAT dalam setiap bulannya wajib menyampaikan laporan mengenai akta yang dibuatnya selama satu bulan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat. 6. PPAT wajib memberikan bantuan kepada pihak-pihak dalam hal pengajuan ijin permohonan peralihan hak atau ijin penegasab konversi menurut aturan yang ditentukan. Fungsi PPAT lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah No.24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 yaitu sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta- akta yang akan dijadikan dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. 10 Selain itu terdapat pula larangan-larangan bagi PPAT untuk membuat akta yang belum jelas status hak atas tanahnya. Dalam hal ini PPAT harus menolak pembuatan akta ,apabila terdapat hal-hal sebagai berikut : a. Hak atas tanah dalan sengketa, b. Hak atas tanah dalan sitaan, c. Hak atas tanah dikuasai negara 10 Boedi Harsono, Ibid, hal.689. 13

2.1.4. Wilayah Hukum PPAT .