Capital Adequacy Ratio CAR Non Performing Financing NPF

18 Kasmir, 2008:104. Aspek rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan pada penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio CAR,Non Performing Financing NPF, Financing to Deposit Ratio FDR, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO.

2.1.4.1 Capital Adequacy Ratio CAR

Capital Adequacy Ratio CAR adalah rasio yang memperhitungkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman utang, dan lain–lain. Dengan kata lain Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan. Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 713PBI2005 telah ditetapkan bahwa setiap bank syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi penyediaan modal minimum. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut Rivai dan Andria, 2008:241: CAR = Modal Bank Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR x100 Semakin tinggi rasio CAR menindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko- risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit atau pembiayaan. 19 Kriteria penilaian peringkat untuk rasio CAR ini menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = CAR ≥12 ; Peringkat 2 = 9 ≤ CAR 12; Peringkat 3 = 8 ≤ CAR 9; Peringkat 4 = 6 CAR 8; dan Peringkat 5 = CAR ≤ 6.

2.1.4.2 Non Performing Financing NPF

Rasio Non Performing Financing NPF digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Meningkatnya kredit macet menurunkan aset bank dan dapat menyebabkan bank menjadi kurang sehat insolvent atau kewajiban lebih besar daripada aset Silvanita, 2009:33. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank Dendawijaya, 2005:88. Menurut Hidayat, 2014:122, apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah Non Performing Financing memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank. Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut Djamil, 2012:73 yaitu: 1. Faktor intern berasal dari pihak bank, terdiri dari: a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah. 20 c. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d. Proyeksi penjualan terlalu optimis. e. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor. f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable. g. Lemahnya supervisi dan monitoring. h. Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat. 2. Faktor ekstern, terdiri dari: a. Karakter nasabah tidak amanah tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha. c. Usaha yang dijalankan relatif baru. d. Bidang usaha nasabah telah jenuh. e. Tidak mampu menanggulangi masalah kurang menguasai bisnis. f. Meninggalnya key person. g. Perselisihan sesama direksi. h. Terjadi bencana alam. i. Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut. 21 Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi. Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut : 100 x Pembiayaan Total Bermasalah Pembiayaan NPF = Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio NPF ini menurut BI 2007 adalah: Peringkat 1 = NPF 2; Peringkat 2 = 2 ≤ NPF 5 ; Peringkat 3 = 5 ≤ NPF 8; Peringkat 4 = 8 ≤ NPF 12; dan Peringkat 5 = NPF ≥ 12.

2.1.4.3 Financing to Deposit Ratio FDR