Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2010-2014

OLEH

YOLANDA FEBRIYANITA 110502308

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2010-2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan tanggung jawab sosial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia periode 2010-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR). Sedangkan variabel terikat yaitu Profitabilitas (ROA). Populasi dalam penelitian ini adalah bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2014 yang berjumlah 11 bank. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, NPF, FDR, BOPO, dan CSR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Secaraparsialmenunjukkanbahwa CAR berpengaruhpositif dansignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), NPF berpengaruh positif dantidaksignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikanterhadap Profitabilitas (ROA), BOPO berpengaruh negatif dansignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), dan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2014.


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON PROFITABILITY OF ISLAMIC BANKS

IN INDONESIA PERIOD 2010-2014

This research aimed to determine the effect of financial performance and corporate social responsibility on profitability of Islamic banks in Indonesia period 2010-2014. Variables used in this research was independent variables are Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Operational Efficiency Ratio (BOPO), and Corporate Social Responsibility (CSR). While the dependent variable is Profitability (ROA). The population in this research is theIslamic Banks registered in Bank Indonesia period 2010-2014 a total of 11 banks. The analysis technique used in this research is multiple linier regression.

The results of this research indicate that simultaneous CAR, NPF, FDR, OER, and CSR have significantly effect on profitability (ROA).In partial CAR have positive effect and significant impact on Profitability (ROA), NPF have positive effect and insignificant impact on Profitability (ROA), FDR have negative effect and insignificant impact on Profitability (ROA), OER have negative effect and significant impact on Profitability (ROA), CSR have positive effect and significant impact on Profitability (ROA) of IslamicBanks in Indonesia period 2010-2014.

Keywords: Financial Performance, Corporate Social Responsibility, and Profitability (ROA).


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin. Puji dan syukur akan terus penulis

ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan petunjuk berupa pengetahuan, pengalaman, serta rahmat-Nya, karena atas anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Periode 2010-2014”. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada pemimpin umat, nabi besar Muhammad saw., yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati disampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih buat Papa tercinta H. Sudjianto dan Mama tersayang Hj. Sri Yani, yang selalu mendoakan, senantiasaikhlasdalammemberikancintanya, mencurahkankasihsayangnya,

kesabarannyadalammendidikdanmembimbingdenganbaik,

sertamengorbankanseluruhjiwa raga danpikirannyabaikdalamdoamaupunperbuatan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang berharga dari berbagai pihak baik secara materil, moril maupun


(5)

spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.,Ak., selakuDekanFakultasEkonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, M.E., KetuaJurusanDepartemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si.,SeketarisDepartemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. EndangSulistyaRini, SE., M.Si, Ketua Program StudiManajemenFakultasEkonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. MuslichLufti, SE., MBA, selaku Dosen Pembimbing, secarakhususpenulissampaikanucapanterimakasihdanpenghargaan yang setinggi-tingginyaataswaktu, tenaga, bimbingan, petunjuk, sertasaranadariawalpenulisanskripsiinihinggapenulisdapatmenyelesaikannyas

ebagaimanamestinya.

6. Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE., M.Si., selakuPembacaPenilai yang telahmenyediakanwaktudantenagadalampenyempurnaanskripsiini.

7. SeluruhDosenFakultasEkonomi dan BisnisUniversitas Sumatera Utara

KhususnyaDepartemen S1 Manajemen yang telahmemberikanbimbingandanilmuselama masa perkuliahan.

8. Adik-adik tersayang Jiyan Anggara Putra, Riski Yulia Wulandari, Poppy Indah Nurmaslimah, dan seluruh keluarga besar yang selalumemberikansemangatsertadoanya.


(6)

9. SeluruhsahabatdanTeman-teman yang selalumembantu, mendukungdanmemotivasidalampenyelesaianskripsiiniyaitu Deby, Irene,

Lini, Viance, Septy, Riska, Mia, Shella, Mimi, Tia, Liza, Mala, Alfa, dan Royen.

10. Seluruhrekanmahasiswamanajemenangkatan 2011 dansemuapihak yang tidakdapatpenulissebutkansatu per satu yang telahmemberikandukungan, motivasi, inspirasi, danmembantudalam proses penyelesaianskripsiini. Semogamendapatkanbalasandari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun tata bahasanya. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi kesempatan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukannya. Terimakasih.

Medan, Oktober 2015


(7)

DAFTAR ISI

... Halaman

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT. ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Bank Syariah ... 10

2.1.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah ... 13

2.1.3 Profitabilitas ... 14

2.1.4 Kinerja Keuangan. ... 16

2.1.4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 18

2.1.4.2 Non Performing Financing (NPF) ... 19

2.1.4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 21

2.1.4.4 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)23 2.1.5 Tanggung Jawab Sosial ... 24

2.2 PenelitianTerdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional ... 33

3.5 Populasi dan Sampel... 34

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.8 Teknik Analisis Data ... 36

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif. ... 36

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 36


(8)

3.8.2.1.1 Uji Normalitas. ... 37

3.8.2.1.2 Uji Autokorelasi ... 37

3.8.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 38

3.8.2.1.4 Uji Multikolinearitas ... 38

3.8.2.2 Pengujian Hipotesis... 39

3.8.2.2.1 Uji F (F-Test) ... 39

3.8.2.2.2 Uji t (t-Test) ... 40

3.8.2.2.3 Uji Determinan(R2) ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah di Indonesia ... 42

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 51

4.1.2.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 51

4.1.2.2 Non Performing Financing (NPF) ... 52

4.1.2..3 Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 53

4.1.2.4 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)54 4.1.2.5 Corporate Sosial Responsibility (CSR) ... 55

4.1.2.6 Return On Assets (ROA) ... 55

4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 56

4.1.3.1 Uji Normalitas ... 56

4.1.3.2 Uji Autokorelasi ... 59

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 59

4.1.3.4 Uji Multikolinearitas ... 60

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 61

4.1.4.1 Uji F (F-test)... 61

4.1.4.2 Uji t (t-test) ... 62

4.1.4.3 Uji Determinasi (R2) ... 64

4.2 Pembahasan ... 65

4.2.1 Pengaruh CAR (X1) terhadap ROA (Y) ... 65

4.2.2 Pengaruh NPF (X2) terhadap ROA (Y) ... 66

4.2.3 Pengaruh FDR (X3) terhadap ROA (Y) ... 68

4.2.4 Pengaruh BOPO (X4) terhadap ROA (Y) ... 70

4.2.5 Pengaruh CSR (X5) terhadap ROA (Y) ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.3 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA. ... 76


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Perbankan Syariah Periode 2010-2014… 1 1.2 Rata-rata CAR, NPF, FDR,BOPO, CSR, dan ROA

Bank Syariah di Indonesia………... 6 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional……… 12

2.2 Penelitian Terdahulu………. 25

3.1 Operasionalisasi Variabel………. 33

3.2 Populasi dan Sampel………. 35

3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7

Kriteria Pengambilan Keputusan pada Uji

Autokorelasi……….. AnalisisStatistikDeskriptif……….. Uji Normalitas………... Uji Asumsi Autokorelasi……….. Uji Asumsi Multikolinearitas……… Uji F (F-Test)……… Uji t (t-test)……… Uji Determinan (R2)………..

38 51 57 59 61 62 62 64


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual………... 30

4.1 4.2 4.3

Histogram untukPengujianAsumsiNormalitas…….. Normalitasdengan Normal Probability Plot……….... Uji Heteroskedastisitas……….

58 58 60


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan... 80 2 Daftar Variabel Penelitian………... 81


(12)

ABSTRAK

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

DI INDONESIA PERIODE 2010-2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan dan tanggung jawab sosial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia periode 2010-2014. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR). Sedangkan variabel terikat yaitu Profitabilitas (ROA). Populasi dalam penelitian ini adalah bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2014 yang berjumlah 11 bank. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CAR, NPF, FDR, BOPO, dan CSR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Secaraparsialmenunjukkanbahwa CAR berpengaruhpositif dansignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), NPF berpengaruh positif dantidaksignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikanterhadap Profitabilitas (ROA), BOPO berpengaruh negatif dansignifikanterhadapProfitabilitas (ROA), dan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2014.


(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON PROFITABILITY OF ISLAMIC BANKS

IN INDONESIA PERIOD 2010-2014

This research aimed to determine the effect of financial performance and corporate social responsibility on profitability of Islamic banks in Indonesia period 2010-2014. Variables used in this research was independent variables are Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Operational Efficiency Ratio (BOPO), and Corporate Social Responsibility (CSR). While the dependent variable is Profitability (ROA). The population in this research is theIslamic Banks registered in Bank Indonesia period 2010-2014 a total of 11 banks. The analysis technique used in this research is multiple linier regression.

The results of this research indicate that simultaneous CAR, NPF, FDR, OER, and CSR have significantly effect on profitability (ROA).In partial CAR have positive effect and significant impact on Profitability (ROA), NPF have positive effect and insignificant impact on Profitability (ROA), FDR have negative effect and insignificant impact on Profitability (ROA), OER have negative effect and significant impact on Profitability (ROA), CSR have positive effect and significant impact on Profitability (ROA) of IslamicBanks in Indonesia period 2010-2014.

Keywords: Financial Performance, Corporate Social Responsibility, and Profitability (ROA).


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Danupranata, 2013:31). Perkembangan perbankan syariah saat ini sangat pesat bukan hanya di negara yang mayoritas penduduknya muslim tetapi juga di negara yang mayoritas penduduknya non muslim seperti Inggris, Jerman, Belanda,Swiss, Cina, dan Luxembourg. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia di mulai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama pada tahun 1991. Kemudian perkembangannya diikuti dengan munculnya sederet Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan data statistik dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

Bank Umum Syariah 11 11 11 11 12

Unit Usaha Syariah 23 24 24 23 22

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 150 155 158 163 163 Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah (2015)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah Bank Umum Syariah pada tahun 2010 sampai dengan 2013 mengalami stagnasi yang masih berjumlah 11 bank. Namun, pada tahun 2014 jumlah Bank Umum Syariah bertambah menjadi 12 bank. Pertumbuhan jumlah bank juga dialami oleh Bank Pembiayaan Rakyat


(15)

Syariah (BPRS) pada tahun 2014 yaitu 163 bank dimana pada tahun 2010 hanya berjumlah 150 bank.

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2011:2).Sedangkan menurut World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Wibisono (2007:7), mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Secara umum bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara pihak-pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dalam hal ini hubungan antara bank dan nasabahnya adalah hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahibul-maal) dan pengelola dana (mudharib) (Danupranata, 2013:35). Peran inilah yang dilakukan oleh bank dalam memperlancar lalu lintas pembayaran dan pelayanan kepada masyarakat. Adapun tujuan dari peranan ini adalah untuk menghasilkan laba bagi perbankan itu sendiri.

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya dalam merepresentasikan kinerja perusahaan


(16)

secara keseluruhan. Dengan tingkat laba yang memadai, menjamin pendapatan untuk para kreditor dan pemegang saham. Semakin besar tingkat laba, maka akan menambah kepercayaan pihak deposan dan investor.

Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada penggunaan rasio Return on Asset (ROA), karena penulis ingin melihat sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang diperoleh dari aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, selain itu Bank Indonesia juga lebih mengutamakan profitabilitas suatu bank diukur dari aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili.

ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset perusahaan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi keuangan bank tersebut dari segi penggunaan asetnya (Dendawijaya, 2005:118).

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan indikator permodalan

dijadikan variabel yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Kecukupan modal berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar dana berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat (Sinungan, 2000:162).

Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat, dan akhirnya meningkatkan


(17)

ROA. Nilai CAR sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu minimal delapan persen karena dengan modal yang cukup, bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman dalam rangka meningkatkan profitabilitasnya. Semakin besar CAR maka keuntungan bank juga semakin besar (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:529).

Industri perbankan dalam kegiatan usahanya untuk memperoleh profitabilitas sangat mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatannya perlu dipelihara. Oleh karena itu, dalam memperoleh profitabilitas bank juga dapat di lihat dari tingkat likuiditas dan Non Performing Financing (NPF). Likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk memenuhi penarikan simpanan dan liabilitas lain serta untuk memenuhi permintaan dana bagi portofolio pinjaman dan investasi. Sebuah bank dikatakan memiliki potensi likuiditas yang memadai ketika dia dapat memperoleh dana yang dibutuhkan (dengan meningkatkan liabilitas, menambah modal, atau menjual aset) secara cepat dan pada biaya yang wajar (Van Greuning dan Iqbal, 2011:143). Tingkat likuiditas dapat dilihat melalui Financing to Deposit Ratio (FDR).

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394). Sebagian praktisi perbankan


(18)

menyepakati batas aman FDR suatu bank adalah 80%, namun batas toleransi antara 85%-100% (Dendawijaya, 2005:117).

Dalam rangka mengoptimalkan profitabilitasnya, bank akan berusaha untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Salah satu bentuk penyaluran dana perbankan syariah adalah melalui pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat. Namun, pembiayaan merupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan apabila pembiayaan tersebut dinyatakan bermasalah. Pembiayaan bermasalah atau

Non Performing Financing (NPF) merupakan gambaran kinerja usaha

pembiayaan yang diberikan. Misalnya, berapa persen jumlah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tidak dapat ditagih.

Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88). Menurut Hidayat (2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing) memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank.

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasionaladalah rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. BOPO menunjukkan kemampuan bank dalam menjalankan operasionalnya secara efisien. Hubungan antara BOPO dan ROA adalah berbanding terbalik, semakin rendah


(19)

BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, denganadanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar (Dendawijaya, 2005:118).

Namun, penilaian kinerja keuangan saja tidak cukup karena perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya berfokus pada peningkatan kondisi kinerja keuangan saja, akan tetapi perusahaan dituntut untuk fokus juga terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan hubungan sosial pada kondisi eksternal perusahaan yang merupakan tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder juga seberapa baik perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial masyarakat dan lingkungannya.

Dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, 2005:8).

Tabel 1.2

Rata-rata Pertumbuhan Capital Adequacy Ratio, Non Performing

Financing,Finance to Deposit Ratio, Biaya Operasional Pendapatan

Operasional,Corporate Social Responsibility, dan Return on Assets Bank Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014

Tahun CAR

(%)

NPF (%)

FDR (%)

BOPO (%)

CSR (%)

ROA (%)

2010 35.91 1.68 89.54 99.52 2.93 0.95

2011 31.52 1.53 105.53 87.27 2.51 1.45

2012 23.65 1.93 100.66 84.49 2.20 1.49

2013 20.51 1.89 99.27 89.39 2.16 1.12

2014 21.28 3.19 96.35 95.42 2.56 0.56

Sumber: OJK, Statistik Perbankan Syariah 2015 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rataCAR 2010-2013 pada bank syariah di Indonesia mengalami penurunan namun pada tahun 2014


(20)

mengalami pertumbuhan tetapi tidak signifikan karena kenaikannya hanya sebesar 0,77%.Walaupun CAR setiap tahunnya mengalami penurunan namun CAR tergolong sangat baik karena berada pada peringkat 1 (satu) di mana CAR ≥ 12%.

Berdasarkan Tabel 1.2 rata-rata NPF bank syariah di Indonesia 2010-2014 mengalami fluktuasi dan kenaikan NPF tertinggi terjadi pada tahun 2014, namun hal tersebut masih berada pada pada batas aman karena berada di bawah 5% atau peringkat 1 (satu) yaitu NPF < 2% dan tergolong sangat baik.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa posisi pembiayaan (financing) yang diberikan kepada pihak ketiga yang dilihat dari rata-rata FDR tahun 2010-2011 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2012-2014 mengalami penurunan di mana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,87% dan jika dilihat dari rata-rata FDR 2010-2014 tergolong cukup baik karena berada pada peringkat 3 (tiga) yaitu 85% <FDR ≤100%.

Berdasarkan Tabel 1.2 rata-rata rasio perbandingan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada bank syariah di Indonesia tahun 2010-2012 mengalami penurunan, di mana penurunan terbesar terjadi di tahun 2011 dengan persentase sebesar 12,25%. Sedangkan pada tahun 2013-2014 rata-rata rasio BOPO mengalami kenaikan dan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 6,09%. rasio BOPO berada pada peringkat 5 (lima) yaitu BOPO >89% mencerminkan bank sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian, industry keuangan, dan mengalami kesulitas yang dapat membahayakan kelangsungan usaha dari bank tersebut.


(21)

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata CSR bank syariah di Indonesia tahun 2010-2013 mengalami penurunan, namun pada tahun 2014 rata-rata CSR bank syariah di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,4%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan CSR bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 4 (empat) yaitu 2%<CSR≤3% dan tergolong kurang baik.

Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa rata-rata ROA bank syariah di Indonesia tahun 2010-2012 mengalami peningkatan yang tidak signifikan karena peningkatan tertinggi hanya 0,5% di tahun 2011, namun pada tahun 2013 dan 2014 rata-rata ROA mengalami penurunan walaupun penurunan tersebut tidak juga tidak signifikan yakni hanya sebesar 0,56%. Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, rata-rata pertumbuhan ROA bank syariah di Indonesia periode 2010-2014 berada pada peringkat 3 (tiga) yaitu 0,5%< ROA ≤1,25% dan dikatakan cukup baik.

Berdasarkan perkembangan kinerja keuangan, tanggung jawab sosial, dan profitabilitas dalam Tabel 1.2, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan dan Tanggung Jawab Sosial terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR)


(22)

berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia periode 2010-2014?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dariCapital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate

Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Profitabilitas (ROA) bank

syariah di Indonesia periode 2010-2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap:

1. Bagi Bank Syariah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen perbankan syariah dalam kebijakan yang akan diambil dalam rangka meningkatkan kinerja bank syariah.

2.Bagi Peneliti, hasil penelitian ini menambah pengetahuan mengenai kinerja keuangan dan kinerja sosial dari perbankan syariah.

3. Bagi Peneliti Lain, hasil ini dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di bank syariah.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah

A. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam (Ali, 2008:1).

Bank syariah juga dapat diartikan sebagai bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah dimana imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank (Ismail, 2011:32).

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011). Prinsip-prinsip tersebut dalam Pasal 2 UU No.21 tahun 2008 menyatakan bahwa:


(24)

1. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas , kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);

2. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;

3. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;

4. Haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah;

5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

Triandaru dan Totok (2006:153) berpendapat bahwa bank syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sumber dana bank syariah terdiri dari tiga jenis (Irmayanto et al, 2002:130), yaitu:

1. Modal

Sumber dana awal bank syariah adalah bersumber dari pihak pertama yang diserahkan para pemilik bank. Setiap akhir tahun, pemilik modal akan memperoleh bagian laba (dividen) dari hasil usaha bank.


(25)

2. Titipan

Secara umum ada dua macam Wadi’ah yakni Wadi’ah Yad Al Amanah dan

Wadi’ah Yad Adh Dhamanah.

3. Investasi

Investasi bank syariah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola dana, dengan prinsip mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola (Kasmir, 2008:194).

B. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Booklet Perbankan Indonesia, 2011).

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Hanya membiayai investasi yang halal saja. Tidak membedakan investasi haram dan halal.

2 Pendapatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil, sewa, dan jual beli.

Pendapatan dari selisih bunga pinjaman dan bunga tabungan.

3 Berorientasi kepentingan bersama dan tidak mengejar keuntungan.

Kepentingan sepihak dan semata-mata mengejar keuntungan.

4 Hubungan kekeluargaan dan kemitraan antara pemilik bank dan pengguna dana.

Semata-mata hanya hubungan komersial (bisnis).


(26)

2.1.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Menurut Latumaerissa (2011:334) kegiatan usaha bank syariah terdiri dari: 1. Giro berdasarkan prinsip wadi’ah.

2. Tabungan berdasarkan prinsip wadia’ah atau mudharabah. 3. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

4. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, ijarah,salam, dan jual beli lainnya.

5. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, dan bagi hasil lainnya.

6. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan/ atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah.

7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/ atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah.

8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah.

9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr.

10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah,

murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan

fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah.


(27)

13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah. 14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf.

15. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah, dan/ atau mudharabah pada bank/ perusahaan lain.

2.1.3Profitabilitas

Sebagaimana dengan Bank Umum lainnya, tugas utama Bank Syariah dalam upaya pencapaian keuntungan adalah dengan mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup. Tingkat laba yang dihasilkan oleh bank dikenal dengan istilah profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2012:146) profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi.

Definisi profitabilitas menurut Dendawijaya (2005:118), profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu maka dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan.

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio ROA. ROA menunjukkan laba yang diperoleh untuk setiap nilai aset dan mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya bank dalam menghasilkan laba.


(28)

% 100 x Aset Total

Pajak Sebelum Laba

ROA =

Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan/ atau menekan biaya.Kriteria penilaian peringkat ROA menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = ROA > 1,5%; Peringkat 2 = 1,25% < ROA ≤ 1,5%;

Peringkat 3 = 0,5% < ROA ≤ 1,25%; Peringkat 4 = 0% < ROA ≤ 0,5%; dan Peringkat 5 = ROA ≤ 0%.

Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.

Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan.

Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan


(29)

profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

Mengingat begitu pentingnya bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33), maka perlu untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dalam sebuah perbankan.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Secara umum, pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran– ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktivitas yang dilakukan secara berkala atas dasar laporan manajemen dan laporan keuangan yang merupakan pencerminan prestasi yang dicapai perusahaan (Rosiliana, 2014). Fahmi (2011:2) berpendapat bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Kinerja adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut (Wibowo, 2011:7). Kinerja menurut Bastian (2006:274) merupakan


(30)

gambaran pencapaian pelaksanaan program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi suatu organisasi.

Untuk mengukur kinerja dari suatu perusahaan dapat menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:7). Laporan keuangan adalah ikhtisar mengenai keadaan finansial perusahaan, dimana neraca menggambarkan nilai aktiva, hutang dan modal pada satu tanggal tertentu, dan laporan laba rugi menggambarkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu, laporan sumber penggunaan dana dan laporan arus kas (Munawir, 2002:4). Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (Martono dan Harjito, 2008:50).

Menurut Kasmir (2008:78) angka-angka yang ada dalam laporan keuangan akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lain. Setelah itu dapat disimpulkan posisi keuangan perusahaan untuk periode tertentu yang pada akhirnya dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan tersebut dikenal dengan rasio keuangan.

Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau diperhatikan sesuai dengan target perusahaan.

Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya


(31)

(Kasmir, 2008:104). Aspek rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan pada penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR),Non

Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

2.1.4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperhitungkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana–dana dari sumber–sumber diluar bank, seperti masyarakat, pinjaman (utang), dan lain–lain. Dengan kata lain Capital Adequacy

Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki

bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit atau pembiayaan yang diberikan.

Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 telah ditetapkan bahwa setiap bank syariah wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kemampuan bank dalam memenuhi penyediaan modal minimum. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Rivai dan Andria, 2008:241):

CAR = Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR ) x100%

Semakin tinggi rasio CAR menindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko-risiko kredit atau pembiayaan.


(32)

Kriteria penilaian peringkat untuk rasio CAR ini menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = CAR ≥12%; Peringkat 2 = 9% ≤ CAR < 12%; Peringkat 3 = 8% ≤ CAR < 9%; Peringkat 4 = 6% < CAR < 8%; dan Peringkat 5 = CAR ≤ 6%.

2.1.4.2 Non Performing Financing (NPF)

Rasio Non Performing Financing (NPF) digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. Meningkatnya kredit macet menurunkan aset bank dan dapat menyebabkan bank menjadi kurang sehat/ insolvent atau kewajiban lebih besar daripada aset (Silvanita, 2009:33).

Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88). Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Berdasarkan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing) memiliki pengaruh negatif bagi profitabilitas bank.

Adapun beberapa faktor penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut (Djamil, 2012:73) yaitu:

1. Faktor intern (berasal dari pihak bank), terdiri dari: a. Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah. b. Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah.


(33)

c. Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah. d. Proyeksi penjualan terlalu optimis.

e. Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaan bisnis dan kurang memperhitungkan aspek kompetitor.

f. Aspek jaminan tidak diperhitungkan aspek marketable. g. Lemahnya supervisi dan monitoring.

h. Terjadinya emosi mental: kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankan yang sehat.

2. Faktor ekstern, terdiri dari:

a. Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya)

b. Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha.

c. Usaha yang dijalankan relatif baru. d. Bidang usaha nasabah telah jenuh.

e. Tidak mampu menanggulangi masalah/ kurang menguasai bisnis. f. Meninggalnya key person.

g. Perselisihan sesama direksi. h. Terjadi bencana alam.

i. Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.


(34)

Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas pembiayaan dipengaruhi oleh kualitas pembiayaan yang merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi.

Adapun tingkat dari Non Performing Financing dapat dihitung dengan sebuah rasio yaitu sebagai berikut :

% 100 x Pembiayaan Total

Bermasalah Pembiayaan

NPF=

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio NPF ini menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = NPF < 2%; Peringkat 2 = 2% ≤ NPF < 5 %;

Peringkat 3 = 5% ≤ NPF < 8%; Peringkat 4 = 8% ≤ NPF < 12%; dan Peringkat 5 = NPF ≥ 12%.

2.1.4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya


(35)

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394). Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman FDR suatu bank adalah 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85-100% (Dendawijaya, 2005:116).

Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung antara lain pada kekhususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank dengan menggunakan ukuran

financing to deposito ratio (FDR), yaitu dengan memperhitungkan berbagai aspek

yang berkaitan dengan kewajibannya, seperti antisipasi atas pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban pada bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada diatas target dan limit bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban biaya yang besar. Sebaliknya bila berada dibawah target dan limitnya, maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (idle money).

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan simpanan masyarakat. FDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 x Masyarakat Simpanan

Dana

diberikan yang

Pembiayaan Jumlah

FDR =

Semakin tinggi rasio FDR menunjukkan kurang efektifnya bank dalam menyalurkan pembiayaan. Kriteria penilaian peringkat untuk rasio FDR ini


(36)

menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1 = FDR ≤ 75%; Peringkat 2 = 75% < FDR

≤85%; Peringkat 3 = 85% < FDR ≤ 100%; Peringkat 4 = 100% < FDR ≤ 120%; dan Peringkat 5 = FDR > 120%.

2.1.4.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasionalyang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Agus, 2010). BOPO digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi dan efektivitas bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dilihat dari kemampuannya menghasilkan pendapatan operasional. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan begitu maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar. BOPO merupakan upaya bank untuk meminimumkan risiko operasional. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinannya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan. Untuk menghitung BOPO dapat menggunakan rumus:

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional x100%

Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank dan semakin tinggi rasio ini mencerminkan bahwa kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya. Adapun kriteria penilaian peringkat BOPO menurut BI (2007) adalah: Peringkat 1


(37)

= BOPO ≤ 83%; Peringkat 2 = 83% < BOPO ≤ 85%; Peringkat 3 = 85% < BOPO

≤ 87%; Peringkat 4 = 87% < BOPO ≤ 89%; dan Peringkat 5 = BOPO> 89%.

2.1.5 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang semakin mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak.

Corporate Social Responsibility merupakan suatu korporasi berbadan hukum yang

dalam perkembangannya didirikan demi kepentingan umum sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan sosial, dimana pengungkapan yang dilakukan tidak sebatas mengenai informasi keuangan perusahaan saja, namun diharapkan juga untuk memberikan informasi mengenai dampak yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan masalah sosial dalam masyarakat mengenai dunia bisnis (Bertens, 2000:289).

Menurut Cadbury dalam Hartman (2011:153) perusahaan harus bertanggung jawab kepada masyarakat atas keputusan yang diambilnya, namun masyarakat harus menerima tanggung jawabnya untuk menetapkan standar terhadap keputusan yang dibuat itu. Istilah tanggung jawab sosial merujuk pada perhatian yang tepat dan objektif bagi kesejahteraan masyarakat yang mengendalikan perilaku individu dan perusahaan dari aktivitas yang dapat merusak, dengan tidak mengharapkan keuntungan yang singkat, melainkan dapat menghasilkan kontribusi positif terhadap kemajuan manusia dengan cara yang bervariasi tergantung dari definisi kemajuan manusi itu (Hartman, 2011:153).


(38)

Secara umum, CSR mencakup berbagai tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi. European Commision mendefinisikan CSR sebagai “suatu konsep dimana perusahaan memutuskan dengan sukarela untuk berkontribusi demi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.”

Untuk menilai tanggung jawab sosial pada penelitian ini di proksikan dengan menggunakan rasio CSR sebagai berikut (SEBI, 2007):

CSR = Biaya Promosi

Biaya Operasional ×100%

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar peran bank syariah dalam proses pembelajaran masyarakat.Menurut BI (2007) kriteria penilaian peringkat untuk rasio CSR adalah: Peringkat 1 = CSR > 7%; Peringkat 2 = 5% < CSR ≤ 7%; Peringkat 3 = 3% < CSR ≤ 5%; Peringkat 4 = 2% < CSR ≤ 3%; dan Peringkat 5 = CSR ≤ 2%.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian

1 Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. LDR 3. NPL 4. DER 5. BOPO Regresi Linier Berganda 1. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 2. LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 3. NPL berpengaruh positif dan tidak


(39)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu signifikan terhadap ROA. 4. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 5. BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. 2 Bambang

Agus Pramuka (2010) Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Dependen: Return on Assets (ROA) Independen: 1. Financing to Deposit Ratio (FDR) 2. Non Performing Financing (NPF) Regresi Linier Berganda FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 3 Dhika Rahma

Dewi (2010)

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Dependen: ROA Independen: 1. CAR 2. FDR 3. NPF 4. REO Regresi Berganda 1. CAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 2. FDR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA. 3. NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4. REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4 Muhammad

Farhan Akhtar, Khizer Ali, dan Shama Sadaqat (2011) Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan. Dependen: 1. ROA 2. ROE Independen: 1. Ukuran bank 2. DER 3. manajemen aset Regresi Multivariat

1. DER dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedua model (ROA dan ROE).

2.Manajemen aset berpengaruh positif dan


(40)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

4. NPL 5. CAR 6. efisiensi operasi signifikan terhadap ROA, namun berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. 3. Ukuran bank berpengaruh negatif dan signifikan pada kedua model (ROA dan ROE). 4. NPL memiliki pengaruh yang negatif dengan profitabilitas (ROA dan ROE), dimana pengaruh NPL terhadap ROA signifikan dan tidak signifikan pada ROE. 5. Efisiensi operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. 5 Nadeem Iqbal,

Naveed Ahmad, Mehreen Kanwal (2013) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Islamic and Conventional Financial Institution. Dependen: 1. EPS 2. ROA 3. ROE Independen: CSR

Regresi Terdapat hubungan yang positif antara profitabilitas dan praktik CSR.

6 Odetayo, T.A, Adeyami, A.Z, dan Sujiyigbe, A.S (2014) Impact of Corporate Social Responsibility on Profitability of Nigeria Banks. Dependen: ROA Independen: CSR Regresi Sederhana CSR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

7 Kadek Rosiliana, Gede Ade Yuniarta, Nyoman Ari Surya Darmawan (2014) Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek

Dependen: 1. ROE 2. ROA 3. ROS Independen: CSR Regresi Berganda 1. CSR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE. 2. CSR berpengaruh positif dan sigifikan terhadap


(41)

Lanjutan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Indonesia Periode 2008-2012). ROA. 3. CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROS. 8 Akhmad Fauzi

(2014) Pengaruh Zakat Perbankan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah di indonesia Periode 2009-2013. Dependen: ROA Independen: 1. Zakat perbankan 2. CSR Regresi Berganda Hasil pengujian secara parsial dengan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel CSR tidak berpengaruhterha dap ROA perbankan dan variabel zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual

Profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Penting bagi bank menjaga profitabilitasnya tetap stabil bahkan meningkat untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan modal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan kelebihan dana yang dimiliki pada bank karena Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2010:33).

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121)

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi


(42)

tertentu dari total aktiva tertimbang. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar.

Pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) merupakan gambaran kinerja usaha pembiayaan yang diberikan. Timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank (Dendawijaya, 2005:88).Menurut (Hidayat, 2014:122), apabila tingkat NPF semakin rendah maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah

kredit (pembiayaan) yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2005:116). Rasio ini berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin banyak sehingga berdampak pada naiknya profitabilitas (Rivai et al, 2007:394).

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119). Semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal efisiensi kegiatan operasional dan mengurangi perolehan laba.


(43)

Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat (Satyo, 2005:8).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2009:59). Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis pada penelitian ini adalahCapital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

ROA NPF

CAR

FDR

BOPO


(44)

Financing(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) bank syariah di Indonesia periode 2010-2014.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat asosiatif, dimana penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini diteliti sejauh mana pengaruh antara kinerja keuangan dan tanggung jawab sosial terhadap profitabilitas bank syariah di Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengambil data dari Bank Indonesiamelalui situs Jasa Keuangan melalui situs www.ojk.go.id,dan situs resmi perusahaan yang di jadikan sampel. Penelitian ini dimulai pada April 2015 sampai dengan Oktober 2015.

3.3 Batasan Operasional

Batasan-batasan operasional penelitian ini, ditentukan sebagai berikut:

1. Subjek penelitian yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah di Indonesia.

2. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan yang lengkap dari perusahaan perbankan syariah untuk tahun 2010-2014.


(46)

3. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy

Ratio(CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel bebas dan

profitabilitas (ROA) sebagai variabel terikatnya.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 berikuti:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Pengukuran Skala

Ukur

Capital Adequacy Ratio (CAR)

(X1)

Mengukur kemampuan bank dalam

menyediakan modal minimum dari total aktiva tertimbang.

Modal Bank

ATMR ×100% Rasio

Non Performing Financing

(NPF) (X2)

Mengukur besarnya risiko pembiayaan bermasalah dari total pembiayaan.

Pembiayaan Bermasalah

Total Pembiayaan ×100%

Rasio

Financing to Deposit Ratio

(FDR) (X3)

Mengukur seberapa besar dana dari masyarakat dimanfaatkan oleh bank untuk pembiayaan.

Jumlah Pembiayaan yang diberikan


(47)

Lanjutan Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

(X4)

Mengukur tingkat efisiensi

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.

Biaya Operasional

Pendapatan Operasional ×100% Rasio

Corporate Social Responsibility

(CSR) (X5)

Mengukur besarnya fungsi CSR terhadap proses pembelajaran masyarakat.

Biaya Promosi

Biaya Operasional ×100% Rasio

Return on Assets (ROA)

(Y)

Laba yang diperoleh untuk setiap nilai asset dan

mencerminkan kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya bank dalam

menghasilkan laba.

Laba Sebelum Pajak

Total Aset ×100% Rasio

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah yang terdapat di Indonesia yang beroperasi di Indonesia pada periode tahun 2010 hingga periode tahun 2014 yang berjumlah 11 (sebelas) bank Syariah, dan seluruh populasi diambil menjadi sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah yang terdapat di Indonesiayang berstatus bank devisa maupun non devisa.

2. Laporan keuangan periode 2010-2014 yang telah di audit.

Berdasarkan dari kriteria tersebut, maka semua populasi dari bank syariah yang berjumlah 11 (sebelas) bank memenuhi kriteria sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(48)

Tabel 3.2 Populasi dan Sampel

No Bank

1 PT Bank Syariah Muamalat Indonesia 2 PT Bank Syariah Mandiri

3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 4 PT Bank Syariah BRI

5 PT Bank Syariah Bukopin 6 PT Bank Panin Syariah 7 PT Bank Victoria Syariah 8 PT BCA Syariah

9 PT Bank Jabar dan Banten Syariah 10 PT Bank Syariah BNI

11 PT Maybank Indonesia Syariah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, BI, Januari 2013.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan perusahaan perbankan syariah Indonesia. Sumber data tersebut diperoleh dari referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan 11 (sebelas) perusahaan perbankan syariah di Indonesia peride 2010-2014.


(49)

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Situmorang dan Lufti (2011:10) analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan data secara umum. Statistik deskriptif berusaha untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Pengaruh variabel X terhadap variabel Y dapat ditentukan dengan menggunakan rumus regresi linier berganda dengan formula:

Y =a+b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5+ e Dimana:

Y = Profitabilitas (ROA) a = Konstanta

b1 =Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 b3 = Koefisien regresi variabel X3 b4 = Koefisien regresi variabel X4 b5 = Koefisien regresi variabel X5 X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X2 = Non Performing Financing (NPF) X3 = Financing to Deposit Ratio (FDR)


(50)

X4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO) X5 = Corporate Social Responsibility (CSR)

e = standar error

3.8.2.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi berganda harus memenuhi syarat asumsi klasik, yang meliputi:

3.8.2.1.1 Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah data terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogorov-Smirnov (Situmorang dan Lufti, 2011:160).

3.8.2.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2006:95). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin-Watson (DW) Test.


(51)

Tabel 3.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak du < d < 4 –du

Sumber :Ghozali(2006:96).

3.8.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipya menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat untuk menguji heteroskedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik. Cara menguji untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot disekitar nilai X dan Y, jika ada pola tertentu, maka akan terjadi gejala heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2011:108).

3.8.2.1.4 Uji Multikolinearitas

Menurut Situmorang dan Lufti (2011:140) uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan variance inflation factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:


(52)

a. VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. b. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolienaritas.

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas.

3.8.2.2 Pengujian Hipotesis 3.8.2.2.1 Uji F (F-Test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serempak terhadap variabel dependen, Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung dengan F tabel.

Hipotesis:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinyaCapital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional(BOPO), dan Corporate Social

Responsibility (CSR) secara serempak berpengaruh tidak signifikan terhadap

profitabilitas Bank Syariah di Indonesia.

Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3≠b4≠ b5 ≠ 0, artinya Capital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social

Responsibility (CSR) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas Bank Syariah di Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%, jika nilai sig. F > 0,05 maka H0 diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari


(53)

variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F ≤ 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F :

a. H0tidak ditolak (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5% b. H0 ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.8.2.2.2 Uji t (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : bi = 0, artinya Capital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR) secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah di Indonesia.

Ha : bi ≠ 0, artinya Capital Adequcy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Corporate Social Responsibility (CSR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bank Syariah di Indonesia.


(54)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t ≤ 0,05 H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu: a. H0tidak ditolak (Ha ditolak) jika thitung ≤ ttabel pada α = 5%

b. H0 ditolak (Ha diterima) jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.8.2.2.3 Uji Determinan (R2)

Pengujian Koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan sampai seberapa jauh variabel-variabel bebas (independent) yang digunakan dalam persamaan regresi mampu menjelaskan variabel terikat (dependent). Dari penelitian ini R2 menunjukkan bahwa variabel independen kemungkinan dapat menjelaskan bahwa perubahan naik turunnya variabel dependen, dan merupakan pengaruh dari variabel independen diluar variabel yang dipakai dalam model regresi yang turut berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan profitabilitas. Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel terikat.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Bank Syariah di Indonesia 1. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, Tbk

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 1 November 1991 dan memulai kegiatan operasinya pada 1 Mei 1992.Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui 457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.

Visi:Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

Misi: Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.


(56)

2. PT. Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri didirikan pada 25 Oktober 1999 dan memulai kegiatan operasinya pada tanggal 1 November 1999 dengan modal dasar yaitu sebesar Rp2.500.000.000.000 dan modal disetor sebesar Rp 1.489.021.935.000. Jumlah jaringan ATM Syariah Mandiri 921 unit, ATM Mandiri 11.886 unit, ATM Bersama 60.922 unit (include ATM Mandiri dan ATM BSM), ATM Prima 74.050 unit, ATM BCA 10,596 unit EDC BCA 196,870 unit, Malaysia

Electronic Payment System (MEPS) 12.010 unit. Kepemilikan saham Bank

Syariah Mandiri oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebanyak 231.648.712 lembar saham (99,999999%) dan PT Mandiri Sekuritas sebanyak 1 lembar saham (0,000001%).

Visi:Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia. Misi:

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.

2. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

3. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. 4. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 5. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.


(57)

3.PT. Bank Syariah Mega Indonesia

Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) didirikan pada 27 Juli 2004 dan pada 25 Agustus 2004 BSMI resmi beroperasi. CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritasdi manapada 2010 pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp 769,814 miliar. Bank Syariah Mega Indonesia juga didukung dengan 393 jaringan di seluruh Indonesia.

Visi:Tumbuh dan sejahtera bersama bangsa. Misi:

1. Bertekad mengembangkan perekonomian syariah melalui sinergi dengan semua pemangku kepentingan.

2. Menebarkan nilai-nilai kebaikan yang islami dan manfaat bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan beramal.

3. Senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi mengembangkan produk serta layanan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

4. PT. Bank Syariah BRI

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratNo.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi.Kepemilikan saham bank BRI Syariah dimiliki olehPT. Bank Rakyat


(58)

Indonesia (Persero), Tbk sebanyak 1.957.999.000 lembar saham dengan jumlah yang disetor Rp 978.999.500.000 dan Yayasan Kesejahteraan Pekerja (YKP) BRI sebanyak1.000 lembar saham dengan jumlah yang disetor Rp 500.000.

Visi:Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

Misi:

1. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah.

2. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

3. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana pun.

4. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghandirkan ketentraman pikiran.

5. PT. Bank Syariah Bukopin

PT Bank Syariah Bukopin didirikan pada 27 Oktober 2008 dan secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008. Modal dasar PT Bank Syariah Bukopin adalah senilai Rp 1.000.000.000.000, modal disetor sebesar Rp 650.370.000.000, dan ekuitas Rp 501.282.000.000.


(59)

Misi:

1. Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah.

2. Membentuk sumber daya insane yang professional dan amanah.

3. Memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM(Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

4. Meningkatkan nilai tambah kepada stakeholder.

6. PT. Bank Panin Syariah

PT Bank Panin Syariah Tbk didirikan pada tanggal 6 Oktober 2009 dan mulai beroperasi sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009. Kepemilikan saham PT Bank Panin Syariah oleh PT Bank Panin Tbk sebesar 52,03%, Dubai Islamic Bank sebesar 24,67%, dan masyarakat sebesar 23,30%. Visi:Bank Syariah pilihan yang menjadi role model berbasiskan Kemitraan dan

Ekonomi Rakyat. Misi:

1. Menyediakan produk dan layanan yang kreatif, inovatif dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Mengembangkan kemitraan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi rakyat. 3. Mengembangkan sumber daya insani berintegritas dan profesional

berlandaskan nilai-nilai spiritual berbasis sistem merit.

4. Menerapkan tata kelola perusahaan dan sistem pengendalian yang terintegrasi sesuai prinsip syariah.


(60)

7. PT Bank Victoria Syariah

PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota Cirebon pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967. September 2007 Bank telah meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90 milyar dan pada Maret 2008 modal disetor Bank meningkat menjadi Rp 110 milyar. Saat ini Bank Victoria Syariah memiliki 1 (satu) Kantor Pusat, 8 (delapan) kantor Cabang dan 6 (Enam) kantor Cabang Pembantu yang tersebar di DKI, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali.

Visi:Menjadi Bank Ritel Syariah Nasional yang tumbuh dan berkembang secara sehat dan amanah

Misi:

1. Memberikan layanan syariah terbaik kepada nasabah secara konsisten dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

2. Mengembangkan sumber daya insani yang memiliki dedikasi, integritas, loyalitas dan professional.

3. Memperhatikan pengelolaan risiko dan keuangan secara terus menerus. 4. Senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

8. PT. Bank BCA Syariah

PT. Bank BCA Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah pada 2 Maret 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada 5 April 2010.Kepemilikan saham PT Bank BCA


(61)

Syariah adalahPT Bank Central Asia Tbk sebanyak 596.299 lembar saham dan PT BCA Finance sebanyak 1 lembar saham.

Visi:Menjadi Bank Syariah Andalan dan Pilihan Masyarakat. Misi:

1. Mengembangkan SDM dan infrastruktur yang handal sebagai penyedia jasa keuangan syariah dalam rangka memahami kebutuhan dan memberikan layanan yang lebih baik bagi nasabah.

2. Membangun institusi keuangan syariah yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran, penghimpunan dana dan pembiayaan bagi nasabah perorangan, mikro, kecil dan menengah.

9. PT. Bank Jabar dan Banten Syariah

PT Bank Jabar dan Banten Syariah didirikan pada 15 Januari 2010 dan efektif beroperasi pada 6 Mei 2010. Pada saat pendirian Bank BJB Syariah memiliki modal disetor sebesar Rp.500.000.000.000, kepemilikan saham Bank BJB Syariah dimiliki oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. dan PT Global Banten Development, dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar Rp.495.000.000.000 dan PT Banten Global Development sebesar Rp.5.000.000.000.

Visi:Menjadi 5 Bank Umum Syariah terbesar, sehat dan berkinerja baik di Indonesia.

Misi:


(62)

2. Mendorong pertumbuhan perekonomian daerah melalui peningkatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

3. Memberikan nilai tambah bagi stakeholders.

10. PT. Bank Syariah BNI

Pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Visi:Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan

kinerja.

Misi:

1. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.

2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah. 3. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.


(1)

2014

55,512,477,284

4,973,434,741,750

1.12%

Maybank

Syariah

2010

1,138,000,000

58,576,000,000

1.94%

2011

1,117,000,000

53,749,000,000

2.08%

2012

1,021,000,000

65,337,000,000

1.56%

2013

1,279,000,000

76,304,000,000

9.00%

2014

2,006,000,000

76,233,000,000

8.23%

Bank

Mega Syariah

2010

6,466,000,000

832,472,629,000

0.78%

2011

9,655,000,000

925,065,060,000

1.04%

2012

10,282,000,000

1,102,475,774,000

9.29%

2013

8,175,000,000

1,573,861,241,000

0.52%

2014

6,077,000,000

1,159,087,365,000

0.52%

Bank

Muamalat

Indonesia

2010

42,865,000,000

981,528,000,000

4.37%

2011

47,290,000,000

1,130,574,000,000

4.18%

2012

59,548,000,000

1,399,811,000,000

4.25%

2013

75,240,565,000

2,318,995,338,000

3.24%

2014

70,810,982,000

2,009,077,869,000

0.43%

Bank

Panin Syariah

2010

184,859,000

24,202,332,000

0.76%

2011

254,889,000

34,693,038,000

9.29%

2012

330,796,000

48,167,131,000

0.69%

2013

1,187,588,000

108,675,581,000

1.09%

2014

4,097,513,000

166,681,567,000

9.32%

Bank

Victoria

Syariah

2010

126,000,000

14,090,000,000

0.89%

2011

199,000,000

27,619,000,000

1.99%

2012

146,000,000

38,699,000,000

0.38%

2013

407,000,000

50,444,000,000

0.40%


(2)

Lampiran 3

Hasil Pengolahan Data

Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 55 .1110 .7639 .265739 .1872828

NPF 55 .0000 .0485 .020449 .0147999

FDR 55 .1688 2.8544 .982705 .3804820

BOPO 55 .3443 1.8157 .912165 .2436720

CSR 55 .0038 .0932 .032536 .0279174

ROA 55 -.0229 .0429 .011145 .0114664

Valid N (listwise) 55

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)


(3)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 55


(4)

Kolmogorov-Smirnov Z 1.122

Asymp. Sig. (2-tailed) .161

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 1.787

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

CAR .492 2.032 NPF .612 1.634


(5)

FDR .555 1.800 BOPO .626 1.597 CSR .845 1.183

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .004 5 .001 13.479 .000a

Residual .003 49 .000

Total .007 54

a. Predictors: (Constant), CSR, CAR, BOPO, NPF, FDR b. Dependent Variable: ROA

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Statistik T

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta


(6)

FDR -.002 .004 -.063 -.506 .615 BOPO -.029 .006 -.618 -5.279 .000

CSR .084 .041 .206 2.039 .047

Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data diolah)

Uji Determinasi (R

2

)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .761a .579 .536 .0078102 1.787

a. Predictors: (Constant), CSR, CAR, BOPO, NPF, FDR b. Dependent Variable: ROA