BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bumi, air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada umat manusia,
oleh karena itu manusia berkewajiban untuk mempergunakan dan memeliharanya guna mencapai kemakmuran seluruh hidupnya.Hubungan antara manusia dengan
bumi sangat erat kaitannya dengan hak dan kewajiban manusia dalam memanfaatkan penguasaannya. Hubungan itu tercemin dalam penguasaan
kepemilikan hak atas tanah.Untuk mengatasi hal tersebut, Negara mengatur mengenai penertiban status dan penggunaan hak-hak atas tanah, sebagai upaya
meningkatkan kepastian hukum dengan cara pemberian sertifikat kepemilikan hak-hak atas tanah.
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian
hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN-RI berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, ditugaskan untuk melaksanakan urusan pemerintah di bidang pertanahan yang
bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Kegiatan pendaftaran tanah dalam 5 lima dekade yang dilaksanakan melalui berbagai program kegiatan baik yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN maupun yang
Universitas Sumatera Utara
bersumber dari dana masyarakat Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Tahun 1961 sampai Tahun 2014 baru mampu melaksanakan pendaftaran tanah sebanyak
± 44 juta bidang dari ± 100 juta bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Kegiatan Prona dilaksanakan mulai Tahun 1981 dan sampai sekarang masih berjalan sebagai salah satu Program Prioritas Nasional legalisasi aset yang
ditetapkan di dalam Rencana Strategis BPN-RI Tahun 2010-2014 dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2010. Kegiatan Prona pada prinsipnya merupakan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dalam rangka penerbitan sertifikat hak atas tanah terutama bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah. Peserta kegiatan Prona diutamakan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah sebagai
bentuk keberpihakan Pemerintah. Masyarkat berpenghasilan rendah perlu mendapat perlindungan, perhatian, dan bantuan pemerintah untuk meningkatkan
taraf hidupya. Masyarakat berpenghasilan menengah masih membutuhkan bantuan permodalan perlu didorong pemerintah untuk dapat mandiri dalam
menjalankan dan meningkatkan kegiatan usahanya. Keberpihakan pemerintah kepada golongan ekonomi lemah sampai menengah dengan memberikan bantuan
sertipikasi tanah miliknya. Sertifikat hak atas tanah memberikan jaminan kepastian hukum atas
bidang tanah yang dimilikinya, meminimalisir terjadimya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan, meningkatkan nilai asetnya serta dapat dijadkan jaminan
pinjaman ke Bank untuk menambah modal kegiatan usaha. Pensertifikatan tanah
Universitas Sumatera Utara
secara massal melalui Kegiatan Prona merupakan salah satu kegiatan pertanahan yang mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Sumber Anggaran Kegiatan
Prona diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan dalam DIPA BPN-RI sehingga biaya di dalam pengurusan Prona
tidak dipungut biaya dari masyarakat gratis. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang selalu mendapatkan masalah di dalam pengurusan penerbitan sertifikat tanah. Hal ini dikarenakan banyaknya Tanah Milik Adat
yang diwariskan secara turun-temurun yang kepemilikannya merupakan kepemilikan bersama dan diwariskan secara Lisan sehingga tidak ada bukti yang
sah secara tertulis yang dapat menjelaskan bahwa tanah tersebut telah diwariskan.Permasalahan lain yang menjadi penghambat untuk diterbitkannya
sertifikat hak atas tanah, adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK- 44Menhut-II 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera
Utara. Dimana ada sekitar ± 233.895 hektar di daerah Tapanuli Utara yang ditunjuk sebagai kawasan hutan. Hal tersebut menjadi penghambat di dalam
penerbitan Sertifikat Hak Atas Tanah. Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu
Kantor Pertanahan di Propinsi Sumatera Utara yang pada Tahun Anggaran 2014 dan Tahun Anggaran 2015 telah melaksanakan program Proyek Operasi Nasional
Agraria PRONA yang sudah direncanakan dengan dukungan dana dari pemerintah pusat melalui APBN dengan jumlah bidang tanahnya yang sudah
Universitas Sumatera Utara
ditentukan terbatas sesuai DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.Berikut Tabel Realisasi Anggaran Prona di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2010-2015 :
Tabel. 1.1 Realisasi Anggaran Proyek Operasi Nasional Agraria Prona di Kabupaten Tapanuli Utara
No Tahun
Jumlah Bidang Anggaran Rp
1 2010
500 100.000.000
2 2011
800 400.000.000
3 2012
1.000 500.000.000
4 2013
750 375.000.000
5 2014
1.000 500.000.000
Sumber : Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara Tahum 2015 Pendistribusian Penunjukkan tempat dilaksanakannya Proram Prona
tersebut ditentukan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, dalam artian Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang
menentukan Kecamatan mana yang mendapatkan Program Prona tersebut di dalam sebuah Kabupaten sedangkan Kantor Badan Pertanahan Kabupaten
bertugas untuk pendistribusian desa tempat dilaksanakannya Program Prona tersebut. Mengingat pelaksanaan program PRONA merupakan kegiatan Kantor
Pertanahan yang berkaitan dengan instansi lain seperti : Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, Camat dan Kepala Desa setempat, Pemohon Masyarakat Desa
tempat dilaksanakannya program PRONA, maka kesuksesannya dibutuhkan suatu koordinasi dan kinerja yang baik.
PRONA adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah di bidang pertanahan pada umumnya dan di bidang pendaftaran tanah pada khususnya, yang
berupa pensertifikatan tanah yang dilaksanakan secara serentak bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
massal dan
penyelesaian sengketa-sengketa
tanah yang
bersifat strategis.Pelaksanaan PRONA dilakukan secara terpadu dan diperuntukkan bagi
seluruh lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah yang berada di wilayah desa dan kecamatan yang telah ditunjuk dan mampu membayar biaya yang telah
ditetapkan. PRONA dilaksanakan secara bertahap setiap tahun anggaran yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri tanggal 4 September 1981 telah menentukan penetapan lokasi PRONA, sebagai berikut :
1. Ditetapkan secara berkelompok, terutama untuk pensertifikatan tanah di
daerah-daerah yang penguasaan tanahnya terkena landreform baik tanah- tanah yang masih menjadi hak bekas pemilik lama maupun yang telah di
distribusikan kepada para penggarap. 2.
Ditetapkan secara mengelompok untuk daerah-daerah tertinggal. 3.
Ditetapkan di daerah yang tanahnya mempunyai potensi produksi bahan pokok yang cukup untuk dikembangkan.
4. Ditetapkan secara berkelompok, untuk pensertifikatan tanah-tanah yang
berpenduduk padat dan mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.
5. Dipilih lokasi mengenai tanah-tanah sengketa yang bersifat strategis dan
dapat diselesaikan secara tuntas. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Implementasi Proyek Operasi Nasional Agraria
Universitas Sumatera Utara
PRONA Di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara ”
1.2 Rumusan Masalah