Kekuatan Mengikat Konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003

47 melihat bahwa korupsi merupakan sebuah wabah yang sangat berbahaya bagi negara dan masyarakat khususnya didalam negara yang bersistem demokrasi karena korupsi yang dilakukan oleh pejabat publik negara dapat memberikan efek buruk yang sangat besar bagi beberapa aspek seperti pelanggaran hak asasi manusia, mengacaukan program-program pembangunan dengan mengalihkan dana-dana yang bertujuan untuk pembangunan, korupsi juga dapat melemahkan pemerintahan sehingga menyebabkan kesenjangan, mengurangi bantuan luar negeri dan berpengaruh kepada beberapa aspek lainnya. 47

C. Kekuatan Mengikat Konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003

Adapun kewajiban negara dalam meratifikasi konvensi UNCAC 2003 adalah tidak hanya terbatas pada negara yang menjadi anggota dari organisasi UNODC yang mana UNODC sebagai organisasi dibawah PBB yang menaungi Konvensi UNCAC 2003. Negara yang meratifikasi konvensi UNCAC 2003 selanjutnya wajib mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah tertera didalam pasal- pasal yang termuat dalam Konvensi UNCAC 2003. Ketentuan tersebut secara jelas telah di cantumkan dalam Bab I mengenai ketentuan-ketentuan. Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi konvensi UNCAC 2003 dan juga merupakan anggota dari organisasi UNODC. Namun sebelum diratifikasinya konvensi UNCAC 2003, berdasarkan laporan anti corruption clearing house ACCH sebenarnya terdapat 25 pasal didalam konvensi UNCAC 2003 yang 47 Kofi A. Nan. Kata Pengantar UNCAC. Pdf Universitas Sumatera Utara 48 sebelumnya telah ada didalam beberapa kebijakan Indonesia. 48 Sedangkan jika di bedah lagi secara garis besar beberapa pasal konvensi UNCAC 2003 yang menjadi landasan perubahan kebijakan Indonesia terkait korupsi tahun 2009-2013 pasca konvensi UNCAC 2003 adalah bab II dan bab III. Indonesia sebagai aktor yang telah meratifikasi konvensi UNCAC 2003 memiliki hak yang mana juga hak tersebut telah sesuai dengan ketentuan dalam pasal-pasal didalam konvensi UNCAC 2003. Indonesia menyatakan reservation pensyaratan terhadap Pasal 66 ayat 2 konvensi UNCAC 2003 yang mengatur mengenai upaya penyelesaian sengketa, seandainya jika diperlukan, mengenai penjelasan dan pelaksanaan konvensi UNCAC 2003 melalui Mahkamah Internasional. Keputusan ini diambil sebagai sebuah pertimbangan bahwa Indonesia tidak mau mengakui jurisdiksi yang mengikat secara clematis compulsory jurisdiction dari Mahkamah Internasional. Pensyaratan yang diajukan oleh Indonesia telah sesuai dengan ketentuan internasional yang berlaku. 49 Persyartan yang diajukan oleh Indonesia ini merupakan hak bagi setiap negara berdaulat dalam perjanjian internasional. Selain telah menggunakan hak nya adapun kewajiban Indonesia untuk menerapkan konvensi UNCAC 2003 kedalam ranah domestik. Hal ini disebutkan dalam Legislative guide for the implementa tion of the United Na tions Convention aga inst Corruption Second revised edition 2012 pada bab Structure of the United Nations Convention against Corruption yang menjelaskan mengenai tujuan dari terbentuknya konvensi 48 ACCH. Bab I: Pendahuluan, diakses dari http:acch.kpk.go.iddocuments1015727925GAP+Analysis+Indonesia+terhadap+UNCAC.pdf, pada tanggal 6 Marer 2015 49 Berdasarkan dari Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Ratifikasi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 Universitas Sumatera Utara 49 UNCAC 2003, kewajiban negara peserta, dan prinsip perlindungan kedaulatan yang sangat di utamakan dalam konvensi UNCAC 2003. Untuk mengadopsi perjanjian internasional kedalam regulasi suatu negara maka Indonesia sebagai negara berdaulat tentunya memiliki mekanisme yang berbeda. Dalam prosesnya untuk dapat menerapkan pasal-pasal konvensi UNCAC 2003 kedalam regulasi domestik maka Indonesia harus membuat undang-undang yang menyatakan telah diratifikasinya konvensi UNCAC 2003 di Indonesia dengan alasan yang jelas. Sebagai mana yang telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 mengenai Perjanjian Internasional. Dalam prosesnya, adopsi konvensi UNCAC 2003 kedalam regulasi korupsi Indonesia ini di awali dengan ditandatanganinya naskah perjanjian internasional UNCAC pada tanggal 18 Desember 2003 yang kemudian diratifikasi pada tanggal 19 September 2006. 50 Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 dalam mekanisme hukum internasional menjadi hukum nasional terdapat dua macam cara yaitu dengan undang-undang atau dengan keputusan Presiden. 51 Adapun Pengesahan perjanjian internasional dilakukan melalui undang- undang jika perjanjian internasional mengenai 52 : a Masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara; b Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia; c Kedaulatan atau hak berdaulat negara; 50 Ibid . 51 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional 52 Ibid. Universitas Sumatera Utara 50 d Hak asasi manusia dan lingkungan hidup; e Pembentukan kaidah hukum baru; f Pinjaman danatau hibah luar negeri. Perjanjian internasional yang tidak di sahkan melalui undang-undang merupakan perjanjian yang tidak berkaitan dengan ke enam permasalahan tersebut. Proses adopsi dari konvensi UNCAC 2003 ini mulai di laksanakan pada tanggal 20 Maret 2006 oleh parlemen Republik Indonesia melalui sidang pleno mengesahkan Undang-Undang. Nomor 7 tahun 2006 mengenai pengesahan ratifikasi konvensi UNCAC 2003 yang dilaksanakan pada rapat paripurna DPR RI. 53 Hal ini menunjukkan bahwa dalam mekanismenya konvensi UNCAC 2003 di sahkan melalui undang-undang yang harus disetujui DPR RI. Urusan mengenai korupsi ini di serahkan pada komisi III DPR RI yang menangani masalah 54 : a. Hukum, b. Ham, dan c. Keamanan. Secara lebih spesifik lagi dalam mekanisme pengadopsian hukum internasional ke dalam hukum nasional di Indonesia terdapat beberapa rapat paripurna yang harus dilakukan sampai pada akhirnya ratifikasi konvensi UNCAC 2003 di sahkan oleh Indonesia. Adapun tahapan tersebut antara lain diawali 53 Support to fight against corruption. 2013. Kerangka Acuan Seminar Sehari Sensitisasi Konvensi PBB Melawan Korupsi UNCAC , STRANAS PPK dan INPRES No. 1 Tahun 2013 di Indonesia , diakses dari http:www.ti.or.idmediadocuments20131106totor_sensitisasi_uncac_jakarta.pdf, diakses tanggal 8 Maret 2015. 54 Komisi III, diakses dari http:www.dpr.go.ididKomisiKomisi-III, diakses tanggal 8 Maret 2015 Universitas Sumatera Utara 51 dengan di usulkan rancangnya undang-undang yang berisi mengenai penjelasanketerangan maupun naskah akademis yang berasal dari Presiden dan kemudian disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPR RI melalui surat pengantar Presiden yang selanjutnya di sampaikan dalam bentuk tertulis kepada pimpinan DPR RI dengan surat pengantar Presiden serta Menteri yang mewakili presiden dalam mengkaji Rancangan Undang-Undang RUU. Dalam rapat paripurna selanjutnya yang mana RUU diterima oleh pimpinan DPR RI ditindak lanjuti dengan mempublikasikan kepada seluruh anggota. Publikasi RUU dilakukan oleh instansi yang membuat, dan ditindaklanjuti dengan RUU dibahas dalam tingkat dua pembicaraan DPR RI oleh Menteri yang mewakili Presiden. 55 Kemudian hasil dari adopsi regulasi pasca ratifikasi konvensi UNCAC 2003 yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 di tugaskan kepada lembaga milik negara yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi KPK sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam penerapan konvensi UNCAC 2003. Hal tersebut dikarenakan KPK merupakan salah satu lembaga yang berhubungan langsung dengan pemberantasan korupsi. Pemilihan Indonesia memberikan tugas dan tanggung jawab kepada KPK berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 yaitu KPK sebagai state auxiliary body yaitu lembaga khusus menangani korupsi. Selain itu latar belakang dibentuknya KPK adalah sebagai salah satu dari solusi untuk dapat menangani dan meningkatkan pemberantasan korupsi yang selama ini masih menjadi permasalahan krusial bagi Indonesia. 56 55 Pembuatan Undang-Undang, diakses dari http:www.dpr.go.ididtentangdprpembuatan- undang-undang, diakses pada tanggal 20 Maret 2015 56 ACCH. Bab I: Pendahuluan, Ibid . Universitas Sumatera Utara 52 Namun, dalam menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi, KPK tetap melakukan kerjasama dengan institusi dalam negeri. KPK Sebagai lembaga khusus berperan penting sebagai bagian dari keberhasilan adopsi regulasi korupsi ini khususnya korupsi yang dilakukan oleh para pejabat publik, maka dari itu KPK memiliki tanggung jawab serta kewajiban untuk melaksanakan pelaksanaan konvensi UNCAC 2003 di Indonesia. 57 Didalam sistem operasi konsep hukum internasional, courtinstitution merupakan prosedur terakhir yang dapat menjelaskan mengenai adopsi regulasi konvensi UNCAC 2003 yang dipengaruhi dari faktor-faktor domestik. Dalam komponen ini menjelaskan mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh negara-negara peserta konvensi UNCAC 2003 dalam menyelesaikan tindak kejahatan korupsi pada tingkat internasional sebagai bentuk penerapan konvensi UNCAC 2003. Upaya- upaya tersebut berdasarkan konsep hukum internasional Charllote Ku dan Paul F.Dheil dapat berbentuk forum dan aturan berfungsi untuk mengontrol yang nantinya akan diadili oleh lembaga pengadilan internasional yang dibentuk secara permanen. Konvensi UNCAC 2003 hingga saat ini hanya menggunakan Interna tiona l Court Of Justice atau Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa dua atau lebih negara peserta mengenai penerapan konvensi yang tidak tercapai kesepakatan dalam perundingan yang telah ditentukan. Hal tersebut diatur dalam pasal 66 ayat dua mengenai penyelesaian sengketa. 58 57 ACCH. Bab I: Pendahuluan, Ibid 58 United Nation Convention Against Corrupion UNCAC Treaties, pdf. Universitas Sumatera Utara 53 Namun dalam hal ini Indonesia tidak menginginkan adanya intervensi dari Interna tiona l Court Justice ICJ terhadap permasalahan korupsi jika suatu saat terjadi. Ketidak-inginan Indonesia merupakan hak bagi negara yang mana negara dapat membatasi dampak dari ICJ dengan membuat persyaratan. 59 D. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 1 Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi yang Diatur dalam Konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 Akibat korupsi dan dampak yang di timbulkan, tercermin dalam pembukaan preambule konvensi UNCAC 2003. Konvensi yang yang telah di ratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006, dalam pembukaannya menyatakan bahwa: “ Concerned about the seriousness of problems and threats posed by corruption to the sta bility a nd security of societies, undermining the institutions a nd va lues of democracy, ethica l va lues a nd justice a nd jeopa rdizing susta ina ble development a nd the rule of la w ;” Khawatir tentang keseriusan masalah dan ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat yang merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika dan keadilan serta membahayakan pembangunan berkelanjutan dan supremasi hukum; Perbuatan-perbuatan yang dilarang atau dikriminalisasi dalam substansi konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 secara 59 Sam Blay.2003. Public International Law: An Australian Perspective Second Edition . Oxford Universitas Sumatera Utara 54 garis besar terdiri dari empat hal yaitu; a tindak pidana korupsi penyuapan pejabat-pejabat publik nasional bribery of national public officials; b tindak pidana korupsi terhadap memperdagangkan pengaruh trading in ifluence; c tindak pidana korupsi terhadap perbuatan memperkaya diri secara tidak sah illicit enrichment ; dan d tindak pidana korupsi penyuapan di sektor swasta bribery in the priva te sector . Perta ma , tindak pidana korupsi penyuapan pejabat-pejabat publik nasional bribery of national public officials diatur dalam ketentuan Pasal 15 yang berbunyi: Ea ch sta te pa rty sha ll a dopt such legisla tive a nd other mea sures a s ma y be necessa ry to esta blish a s crimina l offences, when committed intentiona lly: a the promise, offering or giving, to a public officia l, directly or indirectly, of a n undue a dva ntage, for the officia l himself or herself or a nother person or entity, in order tha t the officia l act or refra in from a cting in the exercise of his or her officia l duties; b the solicita tion or a ccepta nce by a public officia l, directly or indirectly, of a n undue a dva nta ge, for the officia l himself or herself or a nother person or entity, in order tha t the officia l a ct or refra in from acting in the exercise of his or her officia l duties. Jadi, yang dikriminalisasi adalah dengan sengaja melakukan tindakan berupa janji, tawaran, atau pemberian manfaat yang tidak semestinya kepada pejabat publik, secara langsung atau tidak langsung, untuk pejabat publik itu sendiri atau orang atau badan lain agar pejabat itu bertindak atau tidak bertindak melaksanakan tugas resminya; dan permintaan atau penerimaan manfaat yang tidak semestinya oleh pejabat publik, secara langsung atau tidak langsung, untuk pejabat itu sendiri atau orang atau badan lain agar pejabat itu bertindak atau tidak bertindak melaksanakan tugas resminya. Terhadap penyuapan pejabat-pejabat publik asing dan pejabat-pejabat dari organisasi-organisasi internasional publik Universitas Sumatera Utara 55 diatur dalam ketentuan Pasal 16. Sedangkan mengenai penggelapan, penyelewengan atau pengalihan kekayaan dengan cara lain oleh seorang pejabat publik diatur dalam ketentuan Pasal 17 konvensi UNCAC 2003. Kedua , tindak pidana korupsi berupa memperdagangkan pengaruh trading in influence. Tindak pidana ini diatur dalam ketentuan Pasal 18, yang pada pokoknya melarang perbuatan yang dilakukan dengan sengaja berupa; a janji, tawaran, atau pemberian manfaat yang tidak semestinya kepada pejabat publik atau orang lain, secara langsung atau tidak langsung, agar pejabat publik atau orang itu menyalahgunakan pengaruhnya yang ada atau yang dianggap ada dengan maksud memperoleh manfaat yang tidak semestinya dari lembaga pemerintah atau lembaga publik Negara Pihak untuk kepentingan penghasut asli perbuatan itu atau untuk orang lain; dan b permintaan atau penerimaan manfaat yang tidak semestinya oleh pejabat publik atau orang lain, secara langsung atau tidak langsung, untuk dirinya atau orang lain agar pejabat publik atau orang itu menyalahgunakan pengaruhnya yang ada atau yang dianggap ada dengan maksud memperoleh manfaat yang tidak semsetinya dari lembaga pemerintag atau lembaga publik Negara Pihak. Termasuk dalam kategori memperdagangkan pengaruh adalah penyalahgunaan fungsi. Pasal 19 konvensi UNCAC 2003 mengatakan bahwa, dikatakan sebagai penyalahgunaan fungsi atau jabatan, dalam arti, melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu perbuatan, yang melanggar hukum, oleh pejabat publik dalam pelaksanaan tugasnya, dengan maksud memperoleh manfaat yang tidak semestinya untuk dirinya atau untuk orang lain atau badan lain the abuse of Universitas Sumatera Utara 56 functions or position, tha t is, the performa nce of or fa ilure to perform a n a ct, in viola tion of la ws, by a public officia l in the discha rge of his or her functions, for the purpose of obta ining a n undue a dva ntage for himself for herself or for a nother person or entity . Ketiga , tindak pidana korupsi terhadap perbuatan memperkaya diri secara tidak sah illicit enrichment. Ketentuan Pasal 20 konvensi UNCAC 2003 menyatakan, bahwa: Subject to its contitution a nd the funda menta l principlesof its lega l system, ea ch Sta te Pa rty sha ll consider a dopting such legisla tive and other mea sures a s ma y be necessa ry to establish a s a crimina l offence, when committed intentiona lly, illicit enrichment, tha t is, a significa nt increa se in the a ssets of a public officia l tha t he or she ca nnot rea sona bly expla in in rela tion to his or her la wful income. Perbuatan memperkaya diri, dalam arti, penambahan besar kekayaan pejabat publik itu yang tidak dapat secara wajar dijelaskannya dalam kaitan dengan penghasilannya yang sah yang dilakukan dengan sengaja merupakan perbuatan yang dilarang. Keempa t , tindak pidana penyuapan di sektor swasta bribery in the priva te sector . Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam substansi Pasal 21 dan Pasal 22 konvensi UNCAC 2003 yang berisi larangan penyuapan di sektor swasta dan larangan penggelapan kekayaan di sektor swasta. Pasal 21 menyatakan, bahwa Negara Pihak wajib mempertimbangkan untuk mengambil tindakan- tindakan legislatif dan lainnya yang perlu untuk menetapkan sebagai kejahatan, jika dilakukan dengan sengaja dalam rangka kegiatan ekonomi, keuangan atau perdagangan: a janji, penawaran atau pemberian, secara langsung atau tidak langsung, manfaat-manfaat yang tidak semestinya kepada orang yang memimpin Universitas Sumatera Utara 57 atau bekerja, dalam jabatan apapun, untuk badan sektor swasta, untuk dirinya atau untuk orang lain, agar ia, dengan melanggar tugasnya, bertindak atau tidak bertindak, dan b permintaan atau penerimaan, secara langsung atau tidak langsung, manfaat yang tidak semsetinya oleh orang yang memimpin atau bekerja, dalam jabatan apapun, dibadan sektor swasta, untuk dirinya atau untuk orang lain, agar ia, dengan melanggar tugasnya bertindak atau tidak bertindak. Pasal 22 menyatakan, bahwa: Ea ch Sta te Pa rty sha ll consider a dopting such legisla tive and other mea sures as ma y be necessa ry to esta blish a s a crimina l offence, when committed intentiona lly in the course of economic, fina ncia l or commercia l a ctivities, embezzlement by a person who directs or works, in a ny capa city, in a priva te sector entity of a n property, priva te funds or securities or a ny other thing of va lue entrusted to him or her by virtue of hir or her position . Berdasarkan ketentuan Pasal 22 di atas, Negara Pihak wajib mempertimbangkan untuk mengambil tindakan-tindakan legislatif dan lainnya yang perlu untuk menetapkan sebagai kejahatan, jika dilakukan dengan sengaja, dalam rangka kegiatan ekonomi, keuangan atau perdagangan, penggelapan oleh orang yang memimpin atau bekerja, dalam jabatan apapun, di badan sektor swasta, terhadap kekayaan, dana atau sekuritas swasta atau barang lain yang berharga yang dipercayakan kepadanya karena jabatannya. 2 Negara-Negara yang Telah Meratifikasi Konvensi United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 Penandatanganan suatu perjanjian belum menciptakan ikatan hukum bagi para pihaknya. Bagi perjanjian yang demikian penandatanganan perjanjian Universitas Sumatera Utara 58 tersebut harus disahkan oleh badan yang berwenang di negaranya. Pengesahan demikian dinamakan ratifikasi. Ratifikasi suatu perjanjian adalah suatu prosedur yang secara progresif dimulai pada pertengahan abad ke- XIX. Sebelumnya utusan yang diberi kekuasaan penuh oleh raja dapat menandatangani perjanjian dan langsung mengikat negara secara definitif. Menurut Grotius tanda tangan saja sudah cukup. Kemudian dengan mundurnya monarki absolut dan berkembangnya prinsip- prinsip demokrasi maka dirasa perlu untuk memeriksa lagi perjanjian yang telah dibuat dan yang telah ditandatangani oleh utusan-utusan raja tersebut. Selanjutnya tandatangan itu saja tidak cukup untuk mengikat negara. Sesudah itu harus ada ratifikasi dan barulah sesudah ratifikasi itu negara dapat diikat secara definitif oleh suatu perjanjian. Penandatanganan konvensi UNCAC 2003 pada tanggal 9 sampai dengan 11 Desember 2003 dan diterima secara resmi oleh Majelis Umum PBB berdasarkan resolusi No. 57169. Penandatanganan konvensi ini dilakukan oleh 140 negara dan 129 negara telah meratifikasi isi dari konvensi tersebut. Indonesia merupakan negara pihak ke-57 yang menandatangani konvensi UNCAC 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 dan meratifikasi melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang pengesahan United Nations Convention Aga inst Corruption 2003 pada tanggal 18 April 2006. Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, tindakan pengesahan tersebut dilaksanakan melalui proses pembuatan undang-undang oleh DPR RI dengan telah memberlakukan konvensi tersebut sebagai hukum nasional Universitas Sumatera Utara 59 Indonesia yang menimbulkan kewajiban hukum bagi setiap lembaga atau individu di Indonesia. 60 Gambar 2. Negara-negara yang telah menandatangani Konvensi UNCAC 2003 dan status ratifikasinya sampai dengan 12 November 2014 61 United Nations Convention Against Corruption Signature and Ratification Status as of 12 November 2014 Signatories: 140 Parties: 174 Sumber : http:www.unodc.orgunodcentreatiesCACsignatories.html 60 Diakses dari, http:download.portalgaruda.orgarticle.php?article=260946val=7042title=PERJANJIAN20 INTERNASIONAL20DALAM20PENGEMBALIAN2020ASET20HASIL20KORUP SI20DI20INDONESIA, diakses tanggal 12 Mei 2015 61 Diakses dari, http:www.unodc.orgunodcentreatiesCACsignatories.html, diakses tanggal 7 April 2015 Universitas Sumatera Utara 60 Tabel 1. Daftar negara yang telah menandatangani dan meratifikasi Konvensi UNCAC 2003, beserta tanggal nya 62 Country Signature Ratification, Acceptance A, Approval AA, Accession a, Succession d Afghanistan 20 Feb 2004 25 Aug 2008 Albania 18 Dec 2003 25 May 2006 Algeria 9 Dec 2003 25 Aug 2004 Angola 10 Dec 2003 29 Aug 2006 Antigua and Barbuda 21 Jun 2006 a Argentina 10 Dec 2003 28 Aug 2006 Armenia 19 May 2005 8 Mar 2007 Australia 9 Dec 2003 7 Dec 2005 Austria 10 Dec 2003 11 Jan 2006 Azerbaijan 27 Feb 2004 1 Nov 2005 Bahamas 10 Jan 2008 a Bahrain 8 Feb 2005 5 Oct 2010 Bangladesh 27 Feb 2007 a Barbados 10 Dec 2003 Belarus 28 Apr 2004 17 Feb 2005 Belgium 10 Dec 2003 25 Sep 2008 Benin 10 Dec 2003 14 Oct 2004 Botswana 27 Jun 2011 a Bhutan 15 Sep 2005 Bolivia 9 Dec 2003 5 Dec 2005 Bosnia and Herzegovina 16 Sep 2005 26 Oct 2006 Brazil 9 Dec 2003 15 Jun 2005 Brunei Darussalam 11 Dec 2003 2 Dec 2008 Bulgaria 10 Dec 2003 20 Sep 2006 62 Diakses dari, http:www.unodc.orgunodcentreatiesCACsignatories.html, Ibid . Universitas Sumatera Utara 61 Burkina Faso 10 Dec 2003 10 Oct 2006 Burundi 10 Mar 2006 a Cambodia 5 Sep 2007 a Cameroon 10 Dec 2003 6 Feb 2006 Canada 21 May 2004 2 Oct 2007 Cabo Verde 9 Dec 2003 23 Apr 2008 Central African Republic 11 Feb 2004 6 Oct 2006 Chile 11 Dec 2003 13 Sep 2006 China 1 10 Dec 2003 13 Jan 2006 Colombia 10 Dec 2003 27 Oct 2006 Comoros 10 Dec 2003 11 Oct 2012 Congo 13 Jul 2006 a Cook Islands 17 Oct 2011 Costa Rica 10 Dec 2003 21 Mar 2007 Côte dIvoire 10 Dec 2003 25 Oct 2012 Croatia 10 Dec 2003 24 Apr 2005 Cuba 9 Dec 2005 9 Feb 2007 Cyprus 9 Dec 2003 23 Feb 2009 Czech Republic 22 Apr 2005 29 Nov 2013 Democratic Republic of the Congo 23 Sep 2010 a Denmark 2 10 Dec 2003 26 Dec 2006 Djibouti 17 Jun 2004 20 Apr 2005 Dominica 28 May 2010 a Dominican Republic 10 Dec 2003 26 Oct 2006 Ecuador 10 Dec 2003 15 Sep 2005 Egypt 9 Dec 2003 25 Feb 2005 El Salvador 10 Dec 2003 1 Jul 2004 Estonia 12 Apr 2010 a Ethiopia 10 Dec 2003 26 Nov 2007 Universitas Sumatera Utara 62 European Union 15 Sep 2005 12 Nov 2008 AA Fiji 14 May 2008 a Finland 9 Dec 2003 20 Jun 2006 A France 9 Dec 2003 11 Jul 2005 Gabon 10 Dec 2003 1 Oct 2007 Georgia 4 Nov 2008 a Germany 9 Dec 2003 12 Nov 2014 Ghana 9 Dec 2004 27 Jun 2007 Greece 10 Dec 2003 17 Sep 2008 Guatemala 9 Dec 2003 3 Nov 2006 Guinea 15 Jul 2005 29 May 2013 Guinea-Bissau 10 Sep 2007 a Guyana 16 Apr 2008 a Haiti 10 Dec 2003 14 Sep 2009 Honduras 17 May 2004 23 May 2005 Hungary 10 Dec 2003 19 Apr 2005 Iceland 1 Mar 2011 a India 9 Dec 2005 9 May 2011 Indonesia 18 Dec 2003 19 Sep 2006 Iran Islamic Republic of 9 Dec 2003 20 Apr 2009 Iraq 17 Mar 2008 a Ireland 9 Dec 2003 09 Nov 2011 Israel 29 Nov 2005 4 Feb 2009 Italy 9 Dec 2003 5 Oct 2009 Jamaica 16 Sep 2005 5 Mar 2008 Japan 9 Dec 2003 Jordan 9 Dec 2003 24 Feb 2005 Kazakhstan 18 Jun 2008 a Kenya 9 Dec 2003 9 Dec 2003 Kiribati 27 Sep 2013 a Universitas Sumatera Utara 63 Kuwait 9 Dec 2003 16 Feb 2007 Kyrgyzstan 10 Dec 2003 16 Sep 2005 Lao Peoples Democratic Republic 10 Dec 2003 25 Sep 2009 Latvia 19 May 2005 4 Jan 2006 Lebanon 22 Apr 2009 a Lesotho 16 Sep 2005 16 Sep 2005 Liberia 16 Sep 2005 a Libya 23 Dec 2003 7 Jun 2005 Liechtenstein 10 Dec 2003 8 Jul 2010 Lithuania 10 Dec 2003 21 Dec 2006 Luxembourg 10 Dec 2003 6 Nov 2007 Madagascar 10 Dec 2003 22 Sep 2004 Malawi 21 Sep 2004 4 Dec 2007 Malaysia 9 Dec 2003 24 Sep 2008 Maldives 22 Mar 2007 a Mali 9 Dec 2003 18 Apr 2008 Malta 12 May 2005 11 Apr 2008 Marshall Islands 17 Nov 2011 Mauritania 25 Oct 2006 a Mauritius 9 Dec 2003 15 Dec 2004 Mexico 9 Dec 2003 20 Jul 2004 Micronesia Federated States of 21 Mar 2012 a Moldova 28 Sep 2004 1 Oct 2007 Mongolia 29 Apr 2005 11 Jan 2006 Montenegro 3 23 Oct 2006 d Morocco 9 Dec 2003 9 May 2007 Mozambique 25 May 2004 9 Apr 2008 Myanmar 2 Dec 2005 20 Dec 2012 Universitas Sumatera Utara 64 Namibia 9 Dec 2003 3 Aug 2004 Nauru 12 Jul 2012 a Nepal 10 Dec 2003 31 Mar 2011 Netherlands 4 10 Dec 2003 31 Oct 2006 A New Zealand 10 Dec 2003 Nicaragua 10 Dec 2003 15 Feb 2006 Niger 11 Aug 2008 a Nigeria 9 Dec 2003 14 Dec 2004 Norway 9 Dec 2003 29 Jun 2006 Oman 9 Jan 2014 Pakistan 9 Dec 2003 31 Aug 2007 Palau 24 Mar 2009 a Panama 10 Dec 2003 23 Sep 2005 Papua New Guinea 22 Dec 2004 16 Jul 2007 Paraguay 9 Dec 2003 1 Jun 2005 Peru 10 Dec 2003 16 Nov 2004 Philippines 9 Dec 2003 8 Nov 2006 Poland 10 Dec 2003 15 Sep 2006 Portugal 11 Dec 2003 28 Sep 2007 Qatar 1 Dec 2005 30 Jan 2007 Republic of Korea 10 Dec 2003 27 Mar 2008 Romania 9 Dec 2003 2 Nov 2004 Russian Federation 9 Dec 2003 9 May 2006 Rwanda 30 Nov 2004 4 Oct 2006 Saint Lucia 25 Nov 2011 Sao Tome and Principe 8 Dec 2005 12 Apr 2006 Saudi Arabia 9 Jan 2004 29 April 2013 Senegal 9 Dec 2003 16 Nov 2005 Serbia 11 Dec 2003 20 Dec 2005 Seychelles 27 Feb 2004 16 Mar 2006 Universitas Sumatera Utara 65 Sierra Leone 9 Dec 2003 30 Sep 2004 Singapore 11 Nov 2005 06 Nov 2009 Slovakia 9 Dec 2003 1 Jun 2006 Slovenia 1 Apr 2008 a Solomon Islands 6 Jan 2012 a South Africa 9 Dec 2003 22 Nov 2004 South Sudan 23 Jan 2015 Spain 16 Sep 2005 19 Jun 2006 Sri Lanka 15 Mar 2004 31 Mar 2004 State of Palestine 2 Apr 2014 a Sudan 14 Jan 2005 5 Sep 2014 Swaziland 15 Sep 2005 24 Sep 2012 Sweden 9 Dec 2003 25 Sep 2007 Switzerland 10 Dec 2003 24 Sep 2009 Syrian Arab Republic 9 Dec 2003 Tajikistan 25 Sep 2006 a Thailand 9 Dec 2003 1 Mar 2011 The Former Yugoslav Republic of Macedonia 18 Aug 2005 13 Apr 2007 Timor-Leste 10 Dec 2003 27 Mar 2009 Togo 10 Dec 2003 6 Jul 2005 Trinidad and Tobago 11 Dec 2003 31 May 2006 Tunisia 30 Mar 2004 23 Sep 2008 Turkey 10 Dec 2003 9 Nov 2006 Turkmenistan 28 Mar 2005 a Uganda 9 Dec 2003 9 Sep 2004 Ukraine 11 Dec 2003 02 Dec 2009 United Arab Emirates 10 Aug 2005 22 Feb 2006 United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland 5 9 Dec 2003 9 Feb 2006 Universitas Sumatera Utara 66 United Republic of Tanzania 9 Dec 2003 25 May 2005 United States of America 9 Dec 2003 30 Oct 2006 Uruguay 9 Dec 2003 10 Jan 2007 Uzbekistan 29 Jul 2008 a Vanuatu 12 Jul 2011 a Venezuela Bolivarian Republic of 10 Dec 2003 2 Feb 2009 Viet Nam 10 Dec 2003 19 Aug 2009 Yemen 11 Dec 2003 7 Nov 2005 Zambia 11 Dec 2003 7 Dec 2007 Zimbabwe 20 Feb 2004 8 Mar 2007 Sumber : http:www.unodc.orgunodcentreatiesCACsignatories.html

E. Kerjasama Internasional dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi