Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Penggunaan Foto Selfie Oleh Pihak Lain Dalam Jejaring Sosial Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan yang pesat dari teknologi telekomunikasi dan teknologi komputer telah membawa suatu perubahan yang bersifat global dan masif dalam kehidupan manusia. Perkembangan ini membawa manusia di ambang revolusi keempat dalam sejarah pemikiran manusia bila ditinjau dari konstruksi pengetahuan umat manusia yang dicirikan dengan cara berfikir yang tanpa batas borderless way of thinking. Terlebih lagi, kecenderungan bagi manusia untuk selalu berinteraksi dalam dunia teknologi meningkat seiring dengan berbagai fasilitas serta kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. 1 Perkembangan jejaring sosial merupakan sebuah media sosial dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Twitter, facebook, Youtube dan Instagram merupakan fenomena jejaring sosial yang sering kali menimbulkan permasalahan di dalamnya. 2 1 Mardoto, “Peranan dan Pengaruh Teknologi Komunikasi Informasi internet, jejaring sosial, dan sejenisnya pada gerakan demokratisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” Ditambah lagi, penggunaan foto atau gambar pribadi miliknya untuk menyakinkan masyarakat pengguna jejaring sosial bahwa akun tersebut miliknya, tentunya saja perlu dianalisis lebih jauh dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik selanjutnya disebut sebagai http:fh.unpad.ac.id.html diakses tgl 26 Agustus 2014. 2 Faisal Abdullah, “Pembahasan dan Sejarah Jejaring Sosial,” https:etikajejaringsosial. wordpress.com.html diakses tgl 26 Agustus 2014. UU ITE dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta selanjutnya disebut sebagai UUHC. 3 Budaya selfie ini semakin popular di kalangan pengguna internet, terutama remaja dan kumpulan pelajar, dimana mereka memposting gambar-gambar mereka ke halaman media sosial mereka untuk mendapatkan perhatian. Sebuah foto selfie yang Kemajuan teknologi semakin meningkat dalam kehidupan kita, hal ini telah mendorong masyarakat untuk terus mengikuti kemajuan teknologi tersebut. Seiring berkembangnya zaman, semakin berkembang pula alat-alat teknologi dalam kehidupan masyarakat. Kehadiran smartphone seperti ipad, iphone dan android membawa fenomena baru di kalangan remaja yaitu selfie. Selfie sendiri adalah bentuk foto dari hasil memotret diri sendiri atau self image yang mana memang sedang menjadi fenomena bagi masyarakat luas dengan cara melakukan kegiatan memfoto diri nya sendiri dengan hasil gambar hanya terlihat muka yang tampak memenuhi layar camera seorang foto selfie itu sendiri. Foto selfie ialah jenis foto potret diri yang diambil menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Bagaimana selfie menjadi trend bagi remaja yang suka mengunggah foto selfie ke media sosial sehingga dapat di lihat oleh pengguna lainnya, bahkan di lihat dari sudut pandang lain banyak masyarakat yang berasumsi bahwa seorang selfie adalah seorang yang krisis identitas diri, karena seorang selfie banyak dikaitan dengan remaja yang mengalami gangguan kepercayaan diri dengan mencoba mencari perhatian dari masyarakat pengguna media sosial. Penggunaan media sosial instagram pun terus bertambah jumlahnya. 3 James R. Situmorang, “Pemanfaatan Internet Sebagai New Media Dalam Bidang Politik, Bisnis, Pendidikan Dan Sosial Budaya”, Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Katolik Parahyangan, Volume 8, Nomor 1:ISSN:0216-1249, 2012, hlm. 73-87. digunakan dalam sebuah akun jejaring sosial online berperan sebagai salah satu tanda pengenal selain nama pengguna user name dan identitas pribadi nio. Perlindungan hukum karya cipta yang diberikan adalah karya cipta, film, karya fotografi, seni lukis, seni patung, dan lain-lain. Disamping karya cipta tersebut diatas sesungguhnya masih banyak hasil karya cipta yang belum mendapat perlindungan secara maksimal seperti foto selfie. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi modern, khususnya pada bidang foto, menjadikan foto selfie tersebut sebagai lahan yang sangat potensial untuk dijadikan komoditi bisnis. Oleh karena itu sebuah foto selfie yang unggah ke dalam jejaring sosial dapat dilindungi sebagai suatu karya intelektual. Penggunaan foto selfie seseorang dalam akun jejaring sosial yang digunakan untuk kegiatan komersial yang bertentangan dengan ketertiban umum, merupakan pelanggaran terhadap ketentuan UUHC, dikarenakan berdasarkan ketentuan dalam UUHC, yang memegang hak eksklusif untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu karya cipta setelah suatu ciptaan dilahirkan adalah pencipta atau pemegang hak cipta. Pasal 23 UUHC telah diatur tentang hak milik kebendaan chattel rights dari pemilik foto atau potret, yaitu hak untuk mempertunjukkan potret atau foto tersebut di depan umum, memperbanyak potret dalam satu katalog atau mempublikasikan ciptaan potret tersebut tanpa harus meminta izin terlebih dahulu dari pencipta atau sang potret. 4 Sistem perlindungan UUHC yang baik akan melandasi pengakuan hukum dan jaminan pemenuhan hak-hak peningkatan warga negara atas kreasinya. Sehingga di sisi lain akan mendorong pertumbuhan kreativitas warga negara dalam berkreasi baik 4 Elyta Ras Ginting, Hukum Hak Cipta Indonesia: Analisis Teori dan Praktik Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2012, hlm. 171. itu dalam bidang seni, teknologi, ilmu pengetahuan, dan juga termasuk di dalamnya foto, yang tentu saja tidak diikuti rasa takut bahwa hasil olah pikir mereka akan dibajak atau disalahgunakan. Karya cipta foto selfie seharusnya mendapat perlindungan mulai dari awal sampai akhir proses pembuatan foto yaitu mulai dari perwujudan atau ekspresi dari konsep karya foto selfie, pemahaman teknis dalam penggunaan kamera ponsel, pencahayaan dan komposisi serta sudut pandang pengambilan foto sampai pada saat foto selfie menekan tombol pelepas rana pada kamera shutter button hingga proses pencucian negatif film dan meretouch atau mengolah foto tersebut serta akhirnya pada proses cetak foto, sehingga karya cipta foto selfie dapat dinikmati oleh masyarakat. Menciptakan suatu foto selfie tidak dibutuhkan pengalaman, keterampilan dan kepekaan yang tepat dan cermat dalam mengarahkan lensa kamera untuk menangkap objek yang dipotret. Oleh karena itu foto selfie tersebut dianggap tercipta karena hasil usaha intelektual manusia yang mengoptimalkan fungsi kamera sebagai suatu alat bantu dalam mewujudkan suatu foto selfie. 5 Permasalahan mengenai hak cipta terhadap foto selfie di Indonesia juga semakin berkembang seiring dengan pemberlakuan UUHC, karena dengan adanya UUHC saja tidak cukup menjamin terlindunginya hak dari pencipta, masih banyak pelanggaran-pelanggaran terhadap suatu karya cipta yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap hukum HKI khususnya hak cipta dan juga kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hak-hak yang dilindungi oleh hukum hak cipta terlebih lagi perlindungan hak cipta di bidang karya fotografi. Ciptaan yang dilindungi meliputi 5 Ibid, hlm. 169. ciptaan dalam bidang karya fotografi. 6 Ciptaan yang dilindungi sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli. 7 Perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut. 8 Salah satu pelanggaran hak cipta atas karya foto selfie yang terjadi di Indonesia adalah yang terjadi antara seorang pencipta karya foto selfie yang menyatakan bahwa ia adalah pencipta dan pemegang hak cipta atas karya fotografi dan merasa karya fotonya digunakan, dipublikasikan, dan diperbanyak oleh salah satu jejaring sosial di Indonesia tanpa seizin dan tidak mencantumkan nama asli dari pencipta atas karya foto selfie tersebut. Oleh sebab itu, karena merasa haknya telah dilanggar maka akhirnya pencipta tersebut mengajukan gugatan atas pelanggaran yang terjadi. Permasalahan perlindungan hukum terhadap karya foto selfie berkembang sejalan dengan perkembangan dunia foto selfie, yang pada saat ini dunia foto selfie menggunakan handpone seiring dengan kemajuan teknologi sekarang berkembang menjadi era dunia foto selfie. Foto selfie sudah tidak lagi menggunakan media film sebagai alat untuk merekam gambar melainkan sudah berbentuk smartphone yang mana hal tersebut semakin memudahkan setiap orang untuk meng-copy dan mencetak hasilnya kemudian diedarkan ke jejaring sosial. Foto selfie yang ada jejaring sosial tersebut sangat mudah untuk digandakan dan diambil oleh setiap orang untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Hal inilah yang dapat menimbulkan masalah-masalah hukum berkaitan dengan hak cipta, karena sebuah foto selfie adalah sebuah karya cipta yang dilindungi oleh UUHC. 6 Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat 1. 7 Ibid, Pasal 40 ayat 2. 8 Ibid, Pasal 40 ayat 3. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas bahwa realita penegakan HKI apabila tidak di tangani secara serius dari aspek yurisdisnya, maka akan memberikan dampak negatif tidak hanya dari aspek hukum tetapi juga dari aspek ekonomi. Dari segi hukum, pencipta yang tidak mendaftarkan hasil ciptaannya dapat dianggap bukan pencipta dan bahkan dapat dituntut secara hukum apabila menggunakan karya ciptaanya tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi tentunya akan berakibat pada keuntungan royalti apabila kelak ada orang bukan si pencipta yang menggunakan, memperbanyak hasil ciptaannya, maka pencipta sendiri tidak mendapatkan keuntungan dari royalti tersebut. Munculnya kasus hak cipta foto selfie mulai menyadarkan seluruh praktisi yang terkait, apakah itu praktisi bisnis maupun para pencipta terhadap arti pentingnya perlindungan hak cipta, walaupun sebenarnya pengaturan khususnya foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru. Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai Perlindungan hukum terhadap penggunaan foto selfie oleh pihak lain dalam jejaring sosial Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta merupakan sesuatu yang penting untuk diteliti.

B. Perumusan Masalah