Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Performans Ayam Pedaging

PENGGUNAAN LlDAH BUAYA Aloe Vera banbadens
KERING DAN SEGAR SEBAGAI IMBUHAN PAKAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKTlVlTAS ENZlM
SERTA PERFORMANS AYAM PEDAGING

OLEH :
MARSUDIN SILALAHI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
MARSUDIN SILALAHI. Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering
dan Segar sebagai Irnbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta
Performans Ayam Pedaging. Dibimbing oleh PENI. S. HARDJOSWORO dm
TRESNAWATI PURWADARIA.
Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan gel
lidah buaya (Aloe Vera barbadens) kering dan segar sebagai irnbuhan pakan ayam
pedaging. Sebanyak 4 ekor ayam umur 5 minggu digunakan untuk melihat respons
ayam pedaging terhadap gel lidah buaya segar, sedangkan 180 ekor anak ayam

dialokasikan secara acak ke dalam 6 jenis perlakuan, yaitu (1) ransum basal (RB) +
0,25 g gel lidah buaya kering (GLBK)/kg ransum, (2) RB + 0,50 g GLBWkg
ransum, (3) RB + 1,O g GLBKkg ransum, (4) RB + 25 g gel lidah buaya segar
(GLBS), (5) RB + 50 g GLBSkg ransum dan (6) RB + 100 g GLBSkg ransum.
Setiap perlakuan mendapat 5 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 6 ekor.
Parameter yang diamati adalah aktivitas amilase dan protease dl pankreas dan isi
duodenum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, persentase
karkas dan lemak abdomen serta mortalitas ayam. Data hasil penelitian dianahsis
dengan rancangan acak lengkap faktorial 2 x 3, kecuali untuk data konversi ransum
dan aktivitas enzim dianalisis deskriptif. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan
bahwa ayam yang diberi GLBS menghasilkan aktivitas amilase di pankreas dan isi
duodenum masing-masing sebesar 4219 dan 536 Ulg BK, lebih tinggi dibandingkan
dengan ayam yang dicekok air (54 clan 176 Ulg BK). Aktivitas protease di pankreas
dan isi duodenum dengan perlakuan GLBS masing-masing sebesar 8,19 dan 1,99 Ulg
BK, lebih tiuggi cbbandingkan ayam yang dicekok air (1,65 dan 0,06 U/g BK).
Penelitian tahap ke-2 menunjukkan bahwa aktivitas amilase dengan dosis rendah (R1
s R4) masing-masing sebesar 203,5 dan 155,5 Ulg BK di pankreas dan 160,3 dm
192,4 Ulg BK 1 isi duodenum lebih tinggi diiandingkan perlakuan lainnya. Aktivitas
protease di pankreas yang lebih tinggi ditampilkan oleh dosis 0,50 g GLBWkg
ransum dan dosis 25 g GLBSIkg ransum masing-masing sebesar 56,16 clan 50.01 Ulg

BK. Semakin tinggi dosis maka aktivitas enzim cendenmg semakin rendah.
Konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan ayam pedaging tidak nyata
dipengaruhi oleh dosis gel lidah buaya dalarn ransum dan interaksi antara dosis
dengan bentuk fisik lidah buaya, aka. tetapi sangat nyata dipengarubi oleh bentuk
fisik gel lidah buaya. Konversi ransum atas dasar bobot hidup yang lebih baik
ditampilkan oleh dosis rendah (0,25 g GLBWkg ransum) sedangkan atas dasar karkas
adalah dosis 0,50 g GLBWkg ransum. Dosis dan bentuk fisik gel lidah buaya dalam
m u m tidak nyata berpengaruh terhadap persentase karkas dan lemak abdomen clan
mortalitas ayam pedaging selama 5 minggu penelitian.

ABSTRACT
MARSUDIN SILALAHI. Use of dried and fresh Aloe Vera barbadens as feed
supplements and their effect on enzyme acthities and performance of broilers. Under
the direction of PENI. S. HARDJOSWORO and TRESNAWATI
PURWADARIA. An experiment was conducted to evaluate the effect of
supplementation effect of dried and fresh Aloe Vera barbadens gels in broiler feed.
Four broilers of 5 weeks old were used to observe their responces to fiesh A. Vera
barbadens gel. On the second experiment 180 one day old chickens were randomly
allocated into 6 treatments, namely : (1) basal ration (BR) + 0.25 g dried gel of A.
Vera (DGAV)/kg ration, (2) BR + 0.50 g DGAVkg ration, (3) BR + 1.00 g

DGAVkg ration, (4) BR + 25 g fresh gel of A.vera (FGAV)/kg ration, (5) BR + SO g
FGAVkg ration, (6) BR + 100 g FGAV/kg ration. Each treatment was replicated 5
times and and consisted of 6 chickens. Activities of amylase and protease, feed
intake, weight gain, feed conversion ratio (FCR), percentage of carcass and
abdominal fats and mortality were examined. Data were analyzed by the complete
randomized factorial design 2x3, except data of FCR and enzyme activities, which
were descriptively analyzed. Results of the first stage study revealed that the amylase
activities in pancreas and duodenum content of chickens supplemented with FGAV
were respectively 4219 and 536 U/g dry matter (DM), those were higher than 54 and
176 U/g DM produced by imbibed chickens. Protease activittes in pancreas and
duodenum content of treatment chickens were 8.19 and 1.99 Ulg DM respectively,
which were higher than those of imbibed chickens (1.65 and 0.06 U/g DM
respectively). Results of the second stage study showed that amylase activities with
lowest doses (RlzR4) were 203.5 and 155.5 Ulg DM in pancreas respectively, and
1 60.3 and 192.4 U/g DM in duodenum content, which were higher than those of other
treatments. Higher protease activities in pancreas was shown by doses of 0.50 g
DGAVkg ration and 25 g FGAVkg ration, namely 56.16 and 50.01 Ulg DM
respectively. Higher doses tended to lower the enzyme activites. Feed intake and
weight gain of broilers were not significantly affected by the physical form of A. Vera
gel. FCR based on live weight was better by using the lowest doses, whereas FCR

based on carcass weight was better by using the 0.50 DGAV/kg ration. Doses and
physical form of A.vera gel in ration did not sigdlcantly affect the percentage of
carcass and abdominal fat, and mortality.

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Penggunaan Lidah Buaya Abe vma barbadens Kering dan Segar sebagai
Imbuhan Pakan dsn Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta
Performans Ayam Pedaging

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah drpublikasikan
orang lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
jelas clan dapat drperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2002

Nrp.P.04500011

PENGGUNAAN LIDAH BUAYA Aloe Vera barbadens
KERING DAN SEGAR SEBAGAI IMBUHAN PAKAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS ENZIM
SERTA PERFORMANS AYAM PEDAGING

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmn Ternak

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens
Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dan
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta
Performans Ayam Pedaging

Judul Tesis


Nama Mahasiswa

:

Marsudin Silalahi

Nomor Pokok

P.04500011

Program Studi

Ilmu Ternak

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Peni S. Hardiosworo. M.Sc
Ketua


Mengetahui :
2. Ketua Program Studi Zlmu Temak

*^

Prof. Dr. Adi Sudono. M.Sc.
Tanggal Lulus : 4 Nopember 2002

Dr. Tresnawati Purwadaria
AWgota

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan d~Ambarita - Samosir pada tanggal 12 April 1961 sebagai

anak ke-empat dari 4 bersaudara dari pasangan Janiar Silalahi (ah) dan Tambani br
Turnip (alm). Pendidikan Sarjana S1 ditempuh di Fakultas Peternakan, Jurusan
Produksi Temak, Universitas Nommensen Medan, lulus tahun 1987.
Pada tahun 2000, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Pascasarjana S2 dan diterima di Program Studi Ilmu Ternak dan SubProgram Studi Ilmu Temak Unggas pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa

selama mengkuti pendidikan Pascasarjana di LPB diperoleh dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian melalui Proyek PAATP.
Penulis bekerja sebagai tenaga pengkaji pada Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bandar Lampung sebagai Ajun Peneliti Madya.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Sorga atas segala atas
berkat dan anugrah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2001 ini ialah
efisiensi penggunaan ranswn, dengan judul

Penggunaan Lidah Buaya Aloe

Barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan clan Pengaruhnya terhadap
Aktivitas Enzim serta Perpormans Ayam Pedaging.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada Ibu Prof. Dr. Peni. S. Hardjosworo, M.Sc. dan Dr. Tresnawati b a d a r i a
selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Amold. P. Sinurat atas segala pengorbanan dan
bimbingaunya sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Di

samping itu, penghargaan penulis sampillkan kepada Bapak Dr. Argono (Kepala

Balai Penelitian Ternak), yang memberikan fasilitas penelitian, Ibu Emi dan Ibu

Emma dari Laboratorium Teknologi Pakan dm Bapak Endang beserta staf kandang
unggas Balitnak Ciawi-Bogor, yang telah membantu

selama pengumpulan data

serta teman-ternan Mahasiswa Pascasarjana Progran Studi Ilmu Ternak.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulrs
sampaikan pula kepada Bapak Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung Ir. Bambang Sudaryanto, MS, Ir. Rukmiasih, MS, Ir. Hari T. Uhi, M.Si, Ir.
Slameto dan Keluarga Besar Punguan Pomparan Raja Silahi-sabungan, Boru, Bere
dan Ibebere serta Jernaat Kring Santo Yosep Selikur A Metro atas ban-

dukungan doa yang diierikan kepada penulis.

dan


TINJAUAN PUSTAKA
Botani Lidah Buaya
Lidah buaya merupakan tanaman hortikultura yang berasal dari Afiika
Selatan dan sudah tersebar di wilayah tropis misalnya: Arab, India, Asia Timur dan
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini banyak mengandung zat-zat yang
dapat memacu metabolisme, seperti kelompok antrakiuon, berbagai mineral, vitamin,
enzim dan asam amino (Anderson, 1983, Heyne, 1987).

Yuliani dan Savitri (1995) menyatakan bahwa lidah buaya termasuk sukulen
(berdaun dan bergetah) dari suku Liliaceae, yang mempunyai lebih dari 300 jenis
aloe. dari sekian jenis aloe yang ada, hanya tiga jenis yang diusahakan secara

komersial yaitu Aloe Vera (barbadens), Aloe peny d m Aloe ferax. Diantara ketiga
jenis Aloe tersebut ternyata jenis aloe Vera yang paling berpotensi sebagai bahan
baku untuk industri farmasi, kosmetika dan makanan.
Lidah buaya &pat tumbuh di daerah beriklim kering maupun basah. Suhu
optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 16-33 O C, dan curah hujan 1000-3000

mm dengan mush kering yang sangat panjang. Ketinggian tempat tumbuh yang baik
sekitar 0-1500 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol, podsohk,

anosol, regorsol serta mempunyai saluran air yang cukup baik (Saks dan Ish-ShalomGordon, 1995),
Menurut Suryowidodo (1988), tanaman lidah buaya merqakan tanaman
tegak dengan batang pendek sekitar 50 crn. Batang ini dikelilingi daundaun tebal
berbentuk roset dengan ujung-ujung runcing mengarah ke atas.

Penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan beasiswa

dari Proyek PAATP Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Untuk itu
penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Ungkapan terima kasih yang
setulus-tulusnya juga disampaikan kepada istri tercinta Remy M. Pangaribm, SH

dan boru tersayang Maria Adriani Stefany Silalahi dan Elizabeth Ronauli Silal*
Bapak mertua, keluarga abang, kakak, adik ipar serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2002

Marsudin Silalahi

DAFTAR IS1

...
DAFTAR TABEL........................................................................ xlll
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................

xiv
1

Belakang ........................................................................

1

Tujuan Penelitian .........................................................................

2

Hipotesis Penelitian ..........................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

3

Botani Lidah Buaya ...........................................................................

3

Klasifikasi Lidah Buaya ........................................................

4

Komposisi Kimia dan Oizi serta Manfaat Lidah Buaya ....................

5

Ayam Broiler .....................................................................................

6

Proses dan Saluran Pencemaan pada Unggas .................................

6

Pertambahan Bobot Badan ......................................................

8

Konsumsi Ransum ..............................................................

9

Konversi Ransum.................................................................

10

Persentase Karkas ...............................................................

10

Persentase Lemak Abdomen ...................................................

11

Enzim ...............................................................................................
Mekanisme Kerja Enzim.......................................................

MATERI DAN METODE .............................................................................
Waktu clan Tempat Penelitian ...........................................................

Bahan Penelitian ...............................................................................
1.Penyediaan Gel Lidah Buaya .......................................

2 . Penyediaan Ayam ...................................................
3. Penyediaafl Ransum.............................................................
4 . Kandang dan Peralatan.....................................................

Metodologi Penelitian ........................................................................

Peubah yang Diamati........................................................................
..
Anahsis Laboratorium...................................................................
Rancangan Percobaaan.......................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
Respons Ayam Pedaging terhadap Gel Lidah Buaya Segar...........
Pengaruh Dosis dan Bentuk Fisik Gel Lidah Buaya
terhadap Akt~vitasEnzim............................................................

1. Aktivitas Amilase di Pankreas dan Isi Duodenum.............
2 . Aktivitas Protease di Pankreas dan Isi Duodenum..............
Pengaruh Dosis clan Bentuk Fisik Gel Lidah Buaya
Terhadap Performans Ayam Pedaging......................................
1.Konsumsi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan ............
2 . Konversi Ransum....................................................

3. Persentase Karkas dan Lemak Abdomen .........................
4.Mortalitas ..............................................................

KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................

DAFTAR TABEL

1. Komposisi kimia dan gizi daging lidah buaya serta
manfaatnya bagi manusia.. ...........................................

2. Susunan ransum basal percobaan.. .................................................

17

..
3. Urutan kerja UJI protease.. ...........................................................

23

4. Aktivitas d a s e dan protease di pankreas clan isi
duodenum, U/g BK.. .................................................................

26

5. Aktivitas amilase di pankreas dm isi duodenum, U/g BK.. ....................

27

6. Aktivitas protease di pankreas dan isi duodenum, U/g BK.. ...................

29

7. Pengamh bentuk fisik gel lidah buaya terhadap
konsumsi clan pertambahan bobot badan ayam
pedaging selama 5 minggu penelitian...............................................

31

8. Pengamh bentuk fisik gel lidah buaya terhadap
Konversi ransum atas d a m bobot hidup dan karkas
ayam pedaging selama 5 minggu penelitian.......................................

33

9. Pengarub bentuk fisik gel lidah buaya terhadap
Karkas danLemak Abdomen ayam pedaging
selama 5 minggu penelitian.. ......................................................

36

DAFTAR GAMBAR

1 . S a l m pencemaan Unggas.........................................................

7

2. Histogram respons gel lidah buaya terhadap
aktivitas e ~ z i m........................................................................

26

3 . Histogram aktivitas amilase di patlkreas dan
..........................................................................
isi duoder~u~i

28

4 . Histogram aktwitas protease di pankreas dan
is1 duode~~uln
...........................................................................

30

5. H~stogramkonsumsi ransum ........................................................

31

6. Histogram pertambahan bobot ...................................................... 32
7 . Histogram konversi ransum berdasarkan bobot hidup...........................

34

8. Histogram konversi ransurn berdasarkan bobot karkas..........................

35

9. Histogram persentase karkas .........................................................

36

10. Histogram persentase lemak abdomen.............................................

37

PENDAHULUAN

8

Latar Belakang

Ternak unggas adalah penyumbang terbesar terhadap produksi daging
nasional. Menurut m e n . Petemakan (2001) ternak unggas memberi sumbangan
daging untuk kebutuhan nasional sebesar 56,6 persen clan dari jumlah tersebut ayam

ras pedaging m e n p b a n g 35,6 persen.
Ayam ras pedaging sudah merupakan komoditi industri yang mengolah pakan
menjadi produk daging dalam k u m waktu singkat dibandingkan temak lainaya. Hal

ini disebabkan ayam ras pedaghg mampu tumbuh dengan cepat dan
mengkonversikan pakan lebih baik dibandingkan unggas lain. Potensi tersebut dapat
terwujud &ngan pengelolaan yang memadai. Salah satu ha1 yang sudah umum

dilakukan pada pemeliharaan ayam broiler adalah pemberilcan imbuhan pakan (feed
additive) sebagai pemacu W b u h a n , meningkatkan efisiensi produksi dan sebagai

pencegah terhadap penyakit.
Imbuhan palcan merupakan suatu senyawa atau campman berbagai senyawa
yang ditambahkan ke dalam pakan. Berdasarkan w e n . Peternakan (1987) imbuhan

pakan dibagi menjadi dua golongan yaitu imbuhan pakan yang termasuk cialam
kelompok antibiotika dan imbuhan pakan yang termasuk dalam kelompok nonantibiotika. Imbuhan pakan dapat terdiri atas bahmbahan sintesis, seperti antibiotika,
mineral, vitamin, asam amino, tetapi &at juga dari bahan alami.
Banyak tanaman yang terdapat di Indonesia yang mempunyai potensi untuk
dijadikan imbuhan pakan. Salah satu tanaman tersebut adalah tanaman yang dijuluki

'miracle plant' yaitu lidah buaya atau Aloe Vera dm sudah banyak digunakan untuk
kepentingan manusia. Oleh karena itu kernun-

besar tanaman ini dapat

dijadilcan irnbuhan pakan alarm.
Untuk membuktikmya, dilakukan penelitian penggunaan lidah buaya ddam
bentuk kering dan segar sebagai imbuhan pakan untuk ayam tipe pedaging. Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang maafaat lidah buaya dari segi
dosis optimum dan cara penggunaan gel lidah buaya sebagai irnbuhan pakan pada
ayam broiler dm kemungkulan mekanisme perbaikan efisiensi ransum akibat
pemberian gel lidah buaya.

Tqjuan Penelitian
1. Mempelajari pengaruh pemberian gel lidah buaya kering dan basah terhadap
aktivitas (produksi) d a s e dan protease.

2. Mempelajari pengaruh penggunan gel lidah buaya kering dan segar terhadap
performans ayam pedaging.

Hipotesis Penelitian
Pengguman lidah buaya kering dan s e w sebagai imbuhan pakan dapat
memperbaiki performans ayam pedaging melalui peningkatan aktivitas enzim.

Klasifikasi Lidah Buaya
Klasifhsi lidah buaya berdasarkm Riley (1959) adalah sebagai berikut :
Kmgdom

:

Plantae

Divisio

:

Spermatophyta

Sub Divisio

:

Angiospermae

Class

:

Monocotyledoneae (Monocotylae)

Ordo

:

Liliales (LiZiElorae)

Familia

:

Liliaceae

Genus

:

Aloe

Species

:

Aloe vera barbadeus

Di Indonesia pernanfaatan lidah buaya sebagai obat dan produk makanan
sud& banyak dikenal masyarakat. Tanaman lidah buaya sudah dikembangkan secara
komersial di Kalimantan Barat dm wilayah Bogor (Hastuti, 1999). Penelitian lidah
buaya sebagai bahan baku mdustri kosmetika dm pangan telah banyak dilakukan,

namun penggunaannya untuk ternak masih jarang dilakukan. h i 1 penelitian Bintang
et al. (2001), pemberian lidah buaya sebagai imbuhan pakan dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan pakan. Ayam yang diberi lidah buaya segar dengan dosis 50 g
per kilogram ransum menampilkan rasio konversi pakan terbaik yaitu 1,78 dan
m e n y d a n untuk meneliti faktor yang mempengaruhi peningkatan efisiensi
penggunaan ransum tersebut.

Komposisi Kimia dan Gizi serta Manfaat Lidah Buaya
Pada dasarnya berbagai spesies lidah buaya mempunyai kandungan kimia
yang sama. Disamping air, kandungan komponen lainnya terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia dan gizi daging lidah buaya serta manfaatnya bagi
Manusia
Komponen
Kegunaan
Saponin

Mampu menembus dan
kedalam
kulit
agar
kelembabannya.

meresap
terjaga

Antrskinon terdiri atas aloin, Bahan dasar obat yang mempuuyai
barbaloin, isobarbaloin, antranol, sifat sebagai antibiotik dan penghdang
antracene, asam aloetinat, aloe rasasakit.
emoch, ester asarn sinamat, asam
krisophanat, eteral oil, resistenol
kuinon, asam glutamat, asam malat,
asam suksinat, dan asam sitrat.
Mineral : Ca, K, Na, Mg, Mn,Zn, Cu Bersama-sama dengan vitamin sangat
dan Cr.
berpengaruh terhadap h g s i organ
tubuh manusia sebagai zat gizi.
Vitamin : B1, B2, B6, niasinamida,
cholin, asam folat, vitamin C, vitamin
E clan beta-karoten
Mono dan polisakarida : selulosa, Diperlukan sebagai sumber energi
glukosa,
manosa,
aldopentosa, bagi tubuh manusia.
rhamnosa.
Enzim : oksidase, amilase, katalase,
lipase, allcalinpfosfatase.
Asam Amho : lisin, threonin, valin,
metheonin, leusin, isoleusin dm
fenilalanin.
Sumber : Riley (1959) dan Morsy, (199 1)

Hasil penelitian Togatorop et al. (2001) menyatakan bahwa gel lidah buaya
segar mengandung kadar air yang cukup tinggi yaitu 98 %.

Ayam Broiler

Pada pemasaran karkas unggas dikenal beberapa istilah kelas unggas.
Pembagian kelas tersebut berdasarkan kepada daya gunanya. Salah satu diantaranya
adalah broiler. Broiler adalah ayam muda, baik jantan maupun betina mem~nmyai
daging yang empuk, kulit halus dan licin serta ujung tulang dada yang lentur (USDA,
1961). Ayam broiler dipelihara dengan tujuan pokok produksi daging. Broiler berasal

dari kata " to broil "yang artinya memanggang.
North dm Bell (1990), menyatakan biasanya broiler dipasarkan dengan bobot

hidup antara 1,8 sampai 2,3 kg yang dicapai pada umur antara 5 sampai 7 minggu.
Bagian yang dirnakan (edible) berupa karkas, sedangkan yang tidak bisa dimakan
berupa, jeroan serta kepala dan kaki. Untuk sebagian masyarakat Indonesia, bagian
yang non edible juga ikut dikonsumsi. Adanya kemajuan dalam bidang genetik clan
nutrisi menurut Leeson dan Summers (1997), menyebabkan ayam broiler sudah
dapat dipasarkan pada umur lebih kurang lima minggu dengan rataan bobot hidup
2000 g.

Proses dan Salumn Pencemaan pdol Unggas
Menurut

Tanudimadja (1980), saluran pencemaan pada unggas berbeda

dengan sistem pencernaan pada mamalia. Unggas tidak memil& gigi untuk
mengunyah atau menghaluskan bahan pakan. Pakan yang dirnakan oleh unggas akan

mengalami reaksi-reaksi kimia sebelum dapat dimanfaatkan oleh unggasnya. Proses
tersebut terjadi didalam alat pencernaan unggas yang berbentuk saluran panjang
dibantu oleh organ penunjang yaitu hati, pankreas dm limpa seperti terlihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Saluran pencernaan unggas
Menwut Moran (1982), pakan dalam rongga mulut bercampur dengan air
liur(sa1iva) yang mengandung enzim ptyalin yang berfkgsi untuk menghrdrolisis pati
yang terdapat dalam pakan. Dari oesaphagus pakan diteruskan ke dalam tembolok.
Pada tembolok pakan menjadi lunalc dan aktivitas ptyalin terus berlangsung.
Selanjutnya pakan mas& ke dalam proventdculus. Pada proventrikulus pakan

bercampur dengan enzirn pepsin dan HCI yang dihasilkan oleh glandular stomach
yang b e h g s i untuk memotong rantai asam amino dari protein sedan&an HC1 untuk
merubah pH pakan yang semula basa menjadi asam, yaitu pH yang diper1uka.n untuk

pencernaan protein. Pada rempela palcan dihaluskan dan proses enzim bawaan
sebelum mas& ke dalm rempela mulai aktif bekerja. Selanjutnya pakan mas&
kedalam duodenum.
Menurut Sturkie (1976), duodenum berbentuk U, dan di antara bagian dalam
dari kaki huruf U tersebut terdapat kelenjar pankreas yang menghasilkan enzirn

amilase, lipase dan protease. Amilase berfungsi untuk menghidrolisis karbohidtat,
lipase untuk lemak dan protease untuk protein. Dari duodenum pakan yang sudah
dicerna masuk kedalam jejenum dan illewn, tempat tetjadinya proses pencemaan
lanjutan dan pyerapan.
Menurut Frandson (1986), pada usus besar masih berlangsuug pencernaan

yang belum dicerna clan adanya enzim yang masih akM walaupun dalam jumlah yang
relatif kecil. Selanjutnya pakan masuk kedalam caecum disini

berlangsung

fermentasi clan pencernaan serat kasar dalam jumlah kecil. Sisa-sisa dari usus besar
dan ceca mas& kedalam kloaka dan akhknya keluar sebagai tiaja.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan manifestasi dan perubahan-perubahan dalam unit
pertumbuhaa terkecil yakni "sel", yang mengalami hiperflasi atau penambahan
jumlah, dan hipertropi atau pembesaran ukuran serta perubahan-perubahan yang
majemuk (Anggorodi, 1979). Brody (1949, Titus dan Fritz (1955) menyatakan

bahwa pertumbuhan anak ayam yang sangat cepat terjadi sejak umur sebari hingga

umur 6-7 minggu. Setelah itu pertumbuhan menunm. Cebih lanjut Card dan Nesheim
(1972) menyatakan bahwa Iaju pertumbuhan seekor ternak dipen-

oleh banyak

faktor, antara lain species, jenis kelamin, umur, kecukupan pemberian pakan, clan

jumlah makanan yang dikonswnsi. Selanjutnya Farrel (1979) clan Matram (1987)
menyatakan bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan seperti
kepadatan kandang dan ransum serta temperatur lingkungan.
Soeharsono (1976) pertambahan bobot badan merupakan indikator utama

dalam pengukuran pertumbuhan, sebagai landasan bagi ukuran kecepatan relatif
dalam pertambahan bobot badan persatuan waktu atau ukuran rd1a.k setelah
mencapai jangka waktu tertentu. Menurut McDonald et a1. (1988), pertumbuhan
ayam broiler sangat penting ditinjau dari segi ekonomis, untuk menentukan saat
pemasarannya yaitu umur dan bobot jualnya. Lebih lanjut Leesons dan Summers
(1997) menyatakan bahwa ayam broiler jantan dapat mencapai berat badan 2000 -

-

2500 gram dalam kurun walctu 5 7 minggu.

Konsumsi Ransum
Menurut Scott et al. (1982) ayam memanfaatkan makanannya untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi pertumbuhan jaringan tubuh, produksi telur,
menyelenggarakan aktivitas fisik dm mempertahankan temperatur normal.
Selanjutnya North dan Donald (1990) menyatakan bahwa konsumsi ransum semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan berat badan selama masa
perttmbuhan serta meningkainya kebutuhan zat-zat makanan untuk hidup pokok dan

pertumbuhan. Peningkatan ini akan berkurang setelah ayam mencapai umur 7
dggu.

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, kesehatan,
kebakaan, bentuk makanan, imbangan zat makanan, cekaman, kecepatan
pertmbuhan. Ayam yang mengkonsumsi ransum lebih banyak belum tentu
pertumbuhannya lebih b d , karena pertumbuhan dipengarutzl pula oleh komposisi zat

makanan yang terkanduug ddam rausum (Wabjy 1978).

Konversi Ransum
Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum

yang

dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurm waktu
tertentu. Semakin rendah angka konversi ransum berarti semakin baik (Anggorodi,
1985). Lebih lanjut Scott et at. (1982) menyatakan bahwa semakk tinggi kandungan

energi metaboh dim protein dalam ransum, maka efisiensi pengguoaan makanan
semakin baik.

Menurut Wiradisastra (1986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempeng-

konversi ransum yaitu lingkungan, kemampuan genet&, nilai gizi

ransum, thgkat energi ransum, umur dan waktu pemebaan.
Persentase Karkas
Karkas adalah b a r n tubuh ayam tanpa d a d , bulu, kepala, kaki dm seluruh

isi rongga perut. Hayse dan Marion (1973), bobot karkas dipengaruhi oleh jenis
kelamin, besar dan konformasi tubuh. Lebih lanjut Williamson clan Payne (1977)

menyatakan bahwa persentase karkas lebih erat hubungannya dengan bobot hdup,

dimana persentase karkas akan meningkat dengan meningkatnya bobot hidup.
Benof (1981) menyatakan bahwa bobot hidup, persentase karkas ayam jantan
lebih besar daripada ayam betina. Rataan persentase karkas ayam broiler pada umw
6 minggu adalah sebesar 70,7 persen. Mugiyono et al. (1991) clan Saptono (1995)
menjelaskan bahwa persentase karkas erat hubungannya dengan bobot badan akhir,

pertumbuhan dan kualitas ransum yang dkonsumsi.
Persentase Lemak Abdomen
Pmsentase lemak abdomen diperoleh dari lemak-led pada abdomen dan
sekitarnya dibagi dengan bobot hidup dikali dengan 100. Menurut Leeson dan
Swnmers (1980), lemak pada ayam pedaging terdiri atas lemak perut dan lemak
bawah kulit. Lemak perut adalah lemak yang terdapat pada rongga dada, p a t , dan
yaug terdapat pada alat-alat percemaan dan melebar ke sekitas bursa fabrikus dan
kloaka
Cantor (1980) dm Wahyu (1996) menyatakan

bahwa faktor yang

mempengaruhi penimbunan lernak dalam tubuh ayam adaM tingkat peitumbuhan,

kmdungan energi ransum, jenis kelamin, galur ayam dan suhu lingkungan kandang.

Enzim
Menurut Winarno (1986), enzim adalah pekerja dalam pabrik sel, sibuk
memecah bahan baku (zat gizi yang masuk kedalam sel) dan merakitnya kembali
menjadi produk untuk membantu pertumbuhan sel, memperbaiki sel, membuat sel
baru dm menghasilkan energi yang tersimpan di dalamnya. Enzim dihasiIkan di

dalam sel hidup, tetapi sebagian ada yang disekresikan melalui dinding sel dm dapat
berfungsi di luar sel.
Palmer (1991) menyatakan bahwa enzim menyusun sebagian besar dari
protein total dalam sel. Suatu sel dapat memuat 3000 jenis molekul enzim. Enzim
dapat mempercepat reaksi kimia, sedangkan protein tidak, oleh karena itu enzirn
merupakan katalis hayati. Selain dapat meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua
sifht. Pertama, enzim tidak diubah reaksi yang dikatalisnya. Kedua, walaupun dapat
mempercepat reaksi, enzim tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan
k h b . Dengan kata lain, enzim dapat membantu mempercepat pembentukm produk,

tetapi akhirnyajumlah produk tetap sama dengan produk yang chperoleh tanpa enzirn.

Manusia telah memanfhtkan daya katals enzim sejak zaman pra sejarah.
Fermentase gula buah menjadi alkohol oleh enzim khamir, pengisian susu kedalam
lambung sapi akan menggumpalkan susu tersebut menjadi keju setelah mengalami
fermentase dengan bantuan enzim, membuat bir dari biji-bijian, memfermentasikan

air kelapa menjadi cuka dan banyak contoh lainnya. Komisi Enzim Internasional
memberi nama enzim sesuai dengan reaksi yang dikatalisnya. Biolcimiawan memberi

nama enzim berdasar nama senyawa yang mengalami perubahan dan membubuhkan
ase.

Menurut

Fkwadaria (1994) s e j d a h enzim telah &pat diisolasi dalam

bentuk yang murni dan telah diketahui struktur kimranya. Semua merupakan protein
yang kompleks dm mempunyai bobot molekul yang besar.

Mekanisme Kerjtt Enzim

T i b a n et al. (1983) menjelaskan bahwa enzim bereaksi dalam pembentukan
suatu senyawa kompleks antara enzim dan substratnya sehmgga memungknkan
enzim dapat bekerja pada substrat tersebut. Senyawa kompleks ini kemudian dipecah
mtuk menghasikan suatu senyawa lam dan enzim yang tidak berubah.

Dimana E adalah enzim, S adalah substrat, ES adalah kompleks enzim dan
substrat dan P adalah hasil baru yang dihasilkan oleh aksi enzim. k b i h lanjut
Winatno (1986) mengemukakan

adanya beberapa faktor yang mempengadu

aktivitas enzim yaitu :
1. Konsentrasi substrat; Apabila kadar enzim berlebihan maka penambahan
kadar substrat akan mempercepat kerja enzim. Tetapi apabila kadar enzitn
tidak berlebihan penambahan konsentrasi substrat tidak menambah kecepatan

reaksi bahkan kecepatan ini dapat berkurang oleh karena adanya kompetisi
dari substrat yang berlebihan itu terhadap bagian yang aktif dari enzim.

2. Konsentrasi enzim; Pada umumnya penambahan konsentrasi enzim pada

suatu substrat yang berlebihan menghasilkan penambahan kecepatan reaksi
secara garis huus.
3. Inhibitor; Beberapa senyawa akan berkompetisi dengau substrat dalam
mendapatkan bagian-bagian yang aktif dari enzim sehmgga menghalangi
terjadinya senyawa kompleks sehingga
berkurang.

menyebabkan kecepatan reaksi

4. Temperatur; Pada umumnya

kenaikan 10 "C menyebabkan kecepatan

reaksi menjad lipat dua akan tetapi apabila temperatur naik terlalu tinggi
terjadi denaturasi protein sehingga kecepatan reaksi

tunm. Apabila

temperatur lebih dm 50°C akan terjadi denaturasi yang cepat, sedangkan pada
temperatur 100°C akan terjadi kerusakan enzim.
5. Konsentrasi ion hidrogen, pH ;

Kebanyakan enzim yang terdapat pada

saluran pencernaan ayam paling aktif pada pH 6-7 yaitu pH yang sama dalam
sel atau darah tetapi beberapa enzim ekstraseluler mempunyai pH yang
optimum dalam lingkmgan asam maupun basa.

MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu
Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang
percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. Selanjutnya analisis enzim
dilakukan di Laboratorium Teknologi Pakan Balai Penelitian Ternak Ciawi.
Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap pertarna dilakukan awal bulan September
200 1 dan tahap kedua dilakukan mulai a b r bulan September 2001.

Bahan Penelitian
1. Penyediaan Gel Lidah Buaya
Pembuatan gel lidah buaya segar (GLBS) diawali dengan pernisahan gel segar
dari kulit. Selanjutnya gel tersebut dihaluskan dengan blender dan disimpan dalam
freezer sebelum digunakan.
Pembuatan gel lidah buaya kering (GLBK) yaitu GLBS ditambah dengan
pollard sebanyak 3 % dari total gel kemudian dikeringkan. Campuran pollard dan gel
lidah buaya dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 60

O

C sampai kering

selama 2-3 hari (kadar air 5 sampai 10 persen). Pollard berfimgsi sebagai pengikat
gel agar mudah dikeringkan.
2. Penyediaan Ayam
Penelitian ini menggunakan 184 ekor ayam pedaging yang terdiri atas 4 ekor
ayam umur 5 minggu yang dtgunakan untuk penelitian tahap pertama dan untuk tahap

kedua digunakan 180 ekor ayam pedaging CP 707 umur sehari (Day old chick), unsex yang diproduksi oleh FT.
Charoen Pokphand.
3. Penyediaan Ransum

Ransum basal yang digunakan dalam penelitian dibuat di Unit Pengolahan

Pakan Balitnak Ciawi. Carnpuran dari bahan pakan yang terdiri atas jagung, dedak,
bunglul kedelai, tepung kan, minyak barco, gararn, D-L meteonin, dikalsium fosfat,
tepung kapur dan premix-A. Kandungan nutrisi ransum perlakuan adalah sama, yang
diformulasi dengan menggunakan program komputer dan memenuhi kebutuhan gizi

untuk ayam pedaging sesuai rekomendasi National Heseach Counsil (NRC, 1994)
(Tabel 2).
Tabel 2. Susunan ransum basal percobaan.
Bahan Pakan
Ransum Basal (kg)
1.

Jagung
2. Dedak
3. Bungkil kedelai
4. Tepung ikan
5. Minyak barco
6. Garam
7. D - L Meteonin
8. Dikalsium fosfat
9. Tepung kapur
10. Premix-A
Jumlah
Kandungan zat gizi *)
Protein kasar, %
Energi metabolis, kcal
Serat kasar, %
Lemak, %
Ca, %

P, %
Keterangan : *) = perhitungan

52,11
5,OO
29,12
7,OO
4,69
0,20
0,lO
0,06
1,22
0,50
100,OO

A

22
3200
3,77
8,35
0,95
0,69

7

Dari ransum basal tersebut dibuat 6 jenis perlakuan, yaitu :
Rl

=

RO + 0,25 g GLBWkg ransum

R2

=

R0 + 0,50 g GLBWkg ransurn

R3

=

RO + 1,00 g GLBKkg ransum

R4

=

RO + 25 g GLBSkg Ransum z0,25 g GLBWkg ransum

R5

=

RO + 50 g GLBSkg ransum E 0,50 g GLBKIkg ransum

R6

=

RO + 100 g GLBSIkg ransurn E 1,00 g GLBWkg ransum

4. Kandang dan Peralatan

Sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruangan kandang yang
tertutup ukuran 8 x 15 meter yang dilengkapi dengan lampu penerang, pemanas, dan
pengatur sirkulasi udara. Digunakan sebanyak 30 sangkar koloni dengan ukuran lebar
46 cm, panjang 72 cm dan tinggi 35 cm, yang disusun rapi dalam kandang dengan

ketinggian 75 cm dari dasar lantai kandang. Sebelum digunakan ruangan kandang dan
sangkar koloni tetsebut dibersihkan clan didesinfektan dengan kreolin. Setiap sangkar
diisi tempat pakan dan air rninum dan label sesuai dengan jenis ransum perlakuan
setelah terlehih dahulu dilakukan pengacakan. Lantai kandang dibawah sangkar
koloni ditaburi dengan sekam padi setebal 5

-

10 sentimeter dan penggantian

dilakukan pada minggu ke-tiga. Pemanas listrik disediakan siang dan malam selama 3
minggu pertama, sedangkan lampu penerangan dinyalakan terns-menerus selama
penelitian berlangsung. Pengatur sirkulasi udara baik di dinding maupun di bagian
atap diatur sesuai dengan kebutuhan.

Metode Penelitian

Tahap Pertama : Menentukan aktivitas amilase dan protease di pankreas dan isi
duodenum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pemberian gel lidah buaya
terhadap aktivitas enzirn dalam saluran pencemaan ayam pedaging. Digunakan
sebanyak 4 ekor ayam pedaging umur 5 rninggu. Metodenya adalah mencekok 2 ekor
dengan 20 ml air (placebo) dan 2 ekor yang lain dengan 20 ml gel lidah buaya segar
dengan menggunakan alat khusus melalui oesaphagus tepat pada permukaan
tembolok. Pencekokan dilakukan setelah terlebih dahulu dipuasakan selama 18 jam
dan setelah dicekok diberi makan. Pencekokan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
Tiga jam setelah dicekok pada hari ke-tiga, ayam dipotong untuk mengoleksi
pankreas dan isi duodenum.
Penelitian Tahap I1 : Uji biologis penambahan gel iidah buaya kering dan segar
sebagai imbuhan pakan dalam ransum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel lidah
buaya kering dan segar sebagai imbuhan pakan dan pengaruhnya terhadap aktivitas
amilase dan protease dan performans ayam pedaging. Penelitian ini berlangsung
selama 3 bulan termasuk analisis enzim di Laboratorium Teknologi Pakan Balitnak
Ciawi - Bogor.
Setelah kandang dan perlengkapannya siap digunakan, ayam ditirnbang, diberi
nomor sayap dm anti stress secara oral selanjutnya dilakukan pengacakan dm
penempatan anak ayam sesuai jenis ransum perlakuan yang terdiri atas 6 perlakuan,

dan masing-masing perlakuan terdiri atas lima ulangan dan setiap unit ulangan terdiri
atas 6 ekor anak ayam.
Ransum dan air minurn diberikan secara tidak terbatas. Untuk mencegah ayam
terserang penyakit tetelo, pada minggu pertama ayam divaksin dengan vaksin New
Cbstle Disease (ND) melalui tetes mata dan diulang pada minggu ke-empat melalui

suntikan intra muskuler, sedangkan untuk mencegah penyakit gumboro dilakukan
vaksinasi gumboro pada hari ketiga dan hari kesebelas.
Untuk mellhat respons pemberian gel lidah buaya kering maupun segar
terhadap aktivitas enzim dan performans ayam pedaging, maka dilakukan
penimbangan bobot badan dan konsumsi ransum setiap rninggu selama 5 minggu
penelitian secara kelompok kecuali pada minggu ke lima penimbangan bobot badan
dilakukan per ekor. Pada minggu ke lima akhu penelitian dilakukan pemotongan
masing-masing satu ekor yang diambil secara acak dari setiap unit perlakuan untuk
pengukuran persentase karkas, kandungan lemak abdomen, aktivitas amilase dan
protease pada pankreas dan isi duodenum.

Peubah yang Diamati
Pada penelitian ini peubah-peubah yang diamati adalah :
1. Rataan pertambahan bobot badan per ekor selama lima
diperoleh

dan pengurangan rataan bobot badan akhir

minggu yang

pada wnur lima

minggu dengan rataan bobot badan awal.

2. Rataan konsumsi ransurn per ekor selama lima minggu yang merupakan
penjumlahan rataan konsumsi ransum per ekor per minggu

selama lima

minggu. Rataan konsumsi ransum per ekor per minggu diperoleh dengan jalan
mengurangi ransum yang disediakan dengan sisa ransum pada minggu yang
bersangkutan, dibagi dengan jumlah ayam yang ada pada minggu tersebut.
3. Konversi ransum, diperoleh dari pembagian konsumsi ransum dengan

pertambahan bobot badan pada periode yang bersangkutan.
4. Persentase ayam yang mati, diperoleh dari setiap jumlah ayam yang mati pada

setiap perlakuan dibag dengan jumlah ayam pada awal penelitian kali 100.
5 . Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot

hidup dan dikali dengan 100.
6. Persentase lemak abdomen diperoleh dari lemak-lemak pada abdomen dan

selutarnya dibagi dengan bobot hidup dlkali dengan 100
7. Aktivitas amilase dan protease.

Analisis Laboratorium
I. Penentuan Bahan Kering Pankreas dan Isi Duodenum

Masing-masing I g pankreas dan isi duodenum dimasukkan kedalam oven
dengan temperatur 60

O C

selama 24 jam sehingga didapat berat kering. Untuk

menghitung bahan k e ~ pankreas
g
dan isi duodenum yaitu dengan mernbebaskan
pankreas dan isi duodenum dari kadar airnya masing-masing.

2. Pembuatan Ekstrak Pankreas
Satu (1) g pankreas basah digerus dalam 20 ml buffer pH 7,5 pengenceran 10
kali dengan selanjutnya ditambah 0,2 ml natrium asida 20% (NaN3). Homogenat
tersebut dipusingkan pada 12.000 rpm dengan temperatur 4

O C

selama 20 menit.

Supernatan yang terbentuk selanjutnya disimpan di freezer untuk ditentukan
aktivitas amilase dan proteasenya.

3. Pembuatan Ekstrak Isi Duodenum

Satu (1) g isi duodenum basah digerus dalam 20 ml buffer pH 6,2
pengenceran 10 kali selanjutnya ditambah 0,2 ml natrium asida

20% (NaN3).

Homogenat tersebut dipusingkan pada 12.000 rpm dengan temperatur 4 'C selama 20
menit. Supernaian yang terbentuk selanjutnya disimpan di freezer untuk ditentukan
aktivitas amilase dan proteasenya.
4. Prosedur Pengujian Aktivitas Amilase
Uji aktivitas amilase dilakukan menurut prosedur modifikasi dari Purwadaria
(1994). Mula-mula sampel yang telah diencerkan dipipet kedalam tabung reaksi
sebanyak 1 ml. Kemudian dimasukkan kedalarn penangas air suhu 42

OC

selama 5

menit, setelah itu ditambahkan 1 ml substrat amilurn 1 % dan diinkubasikan kembali
selama 10 menit pada suhu 42

OC.

Selain sampel, juga dibuat kontrol, sebagai faktor

koreksi. Untuk blanko, sebagai pengganti filtrat enzim digunakan aquadest. Setelah
10 menit, kedalam masing-masing tabung ditambahkan 3 ml larutan Dinitro Salisilat
(DNS) dan dikocok hingga tercampur merata. Kemudian semua tabung termasuk
blanko

dipanaskan kurang lebih 15 menit. Setelah &gin, dibaca absorbansinya

dengan panjang gelombang 540 nm. Masing-masing bahan dibuat duplo. Uji kontrol
enzirn disiapkan pada pengenceran yang sama dengan sampel, hanya penambahan
substrat (lml) dilakukan setelah penambahan DNS 3 ml.
Perhitungan akhvitas enzim Amilase:
Satu unit aktivitas enzim

=

banyaknya enzim yang dapat memproduksi 1
pmol amilase dalam satu menit.

pg glukosa sampel - pg glukosa kontrol

- Faktor pengenceran x ----

---- ------ ---------------------

unitlml

BM glukosa x masa inkubasi (10 menit)

Keterangan : BM = Berat molekul

5. Pembuatan Deret Standar Glukosa
Kurva standar glukosa dibuat menggunakan deret standar glukosa yang dibuat
secara pengenceran dengan konsentrasi 200,300,400,500, dan 600 pg/rnl. Penetapan
kadar glukosa dilakukan dengan metoda yang sama dengan yang digunakan pada
penetapan aktivitas amilase, yaitu menggunakan DNS dan absorbansinya dibaca pada
panjang gelombang 540 nm. Campwan pada standar glukosa terdiri atas 1 ml larutan
standar, I ml larutan amilum dan 3 ml DNS.

P

=

faktor pengencer

T

=

waktu mkubasi ( 10 menit)

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan lima ulangan sehingga terdapat
enam kombinasi perlakuan.
Faktor pertarna (A) adalah bentuk fislk lidah buaya, yang terdiri atas :
A

1

=

lidah buaya kering dan

A2

=

lidah buaya segar.

Sebagai faktor kedua (B) adalah dosis lidah buaya, yang terdiri atas :
0,25 g GLBKkg ransum

B

=

B2

=

B3

=I

E 25

g GLBSkg ransum

0,50 g GLBKIkg ransurn z 50 gGLBS/kg ransum dan
g GLBKfkg ransum z100 g GLBSkg ransurn.

Sehingga model matematis yang dipakai adalah :
Yijk= + A1 + Bj +&Bj+ &ijk
YIJk

=

respons pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j.

P

=

nilai rata-rata sesungguhnya.

A,

=

pengaruh perlakuan ke-i faktor A

*J

=

pengaruh perlakuan ke-j faktor B

&BJ

=

pengaruh interaksi antara perlakuan ke - i faktor A d a .
perlakuan ke-j faktor B

GJk

-

pengaruh galat percobaan taraf ke-i faktor A dan ke-j faktor B

Analisis statistik
Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan,
persentase karkas, lemak abdomen dan mortalitas dianalisis dengan menggunakan
sidk ragam. Bila sidik ragarn menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
uji beda nyata terkecil (LSD) (Steel dan Torrie, 1981).
Khusus untuk konversi ranswn dan aktivitas enzim tidak dilakukan uji
statist&, tetapi dengan uji deskriptif. Hal ini disebabkan pada konversi ransum dan
aktivitas enzim perbedaan yang kecil dan mungktn secara statistik tidak berbeda
nyata, tetapi dampaknya secara ekonornis dan biologis dapat nyata.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Respons aktivitas enzim ayam pedaging terhadap gel lidab buaya segar
Hasil penelitian tahap pertama tentang respons ayam pedaging terhadap gel

lidah buaya segar disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2.
Tabel 4. Alctivitas amilase dan protease pada pankreas dan isi duodenum Ulg BK
Isi duodenum
Pankreas
,

Perlakuan
Arnilase
Protease
8,19
4219
GLB &gar
1,65
54
Air
Keterangan : GLB = Gel Lidah Buaya

Amitme
536
176

Protease
1799

0,06

Dari Tabel 4 dm Gambar 2 tampak bahwa ayam ymg dicekok gel lidah buaya

segar rnenghasillcan aktivitas amilase dan protease yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ayam yang dicekok air (placebo) di panlcreas dan isi duodenum. Hal ini
disebabkan lidah buaya dapat mengmduksi lebih tinggi produksi enzim.

Air

GLB

Perlakuan

Gambar 2. Histogram respons aktivitas en;tim terhadap gel lidah
bwa

Keterangan :

Apan

=

Amilase di pankreas

Aid

=

Ppan

=

Protease di pankreas

Pid

=

Arnilase di isi duodenum
Protease di isi duodenum

Dari hasil penelitian ini mendorong penulis untuk melanjutkan meneliti

bagairnana menyajikan gel lidah buaya tersebut kepada ayam pedaging serta berapa
dosis yang tepat sehingga menghasilkan efisiensi pakan terbaik.

Pengaruh Dosis dan Bentuk Fisik GLB terhadap Aktivitas Enzim
Analisis pengaruh penggunaan

gel lidah buaya terhadap aktivitas enzim

dilakukan secara disknptif, karena perbedaan yang ditimbulkan secara statistik tidak
nyata tetapi dampaknya secara biologis nyata. Hal ini disebabkan karena untuk
menimbulkan respons hanya diperlukan enzim dalam dosis kecil.
1. Aktivitas Amilase di Pankreas dan Isi Duodenum.
Dosis gel lidah buaya mempenganh aktivitas armlase di pankreas dan isi
duodenum. Rataan aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum pada ayam umur 5
minggu pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3.
Tabel 5. Aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum (Ulg BK)

I

Dosis lidah /
GLBK
GLBS
Isi duodenum
Pankreas
Isi duodenum
buaya
Pankreas
160,3 f 35
155,s
55
203,5 f 90
192,4 48
R1 E R 4
157,3
164,8 f 62
f
82
f
62
155,l
154,7
67
R2z R5
89
135,l f 48
156,9
129,2 f 45
139,5 27
R3 E R 6
Keterangan : GLBK = Gel lidah buaya Kering ; GLBS = Gel lidah buaya segar

+

+

+

+

+

Aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum pada ayam dengan dosis
rendah (R1 z R4)

menghasilkan ahvitas amilase tertinggi dibandingkan dengan

dosis R2 a R5 maupun R3 s R6. Terjadinya penunman aktivitas enzim dengan naiknya
dosis ini tidak terlepas dari kandungan zat polifenol

((terutama

senyawa anlmkhon

dan tanin) yang dikaudung oleh lidah buaya. Makin tinggi dosis gel Edah buaya
dalam ransum maka kadar zat polifenol juga meningkat. Menurut Wafler et al. (1978)

bahwa kadar tanin yang berlebihan dalam m u m akan mengikat protein teams&

enzim dalam salmin pencernaan.
PankreasGLBK

Pankreae GLBS

Isi duodertum GLBS

0 Isi duodenum GLBK

025

II

0,50

Dorm Gel Udah Buaya

Gambar 3. Histogram aktivitas amilase di pankreas da isi duodenum

Dari Gambar 3 terlihat bahwa aktivitas adase di pankreas dzm isi duodenum

mtara ayam yang diberi GLBK clan GLBS tidak terlalu berbeda, kecuali konsentrasi
rendah (025 g per kg m u m ) di pankreas dan isi duodenum yang di'beri perlakuan
GLBK. Hal ini diduga disebabkan adanya variasi individu yang tidak merata dan
terjadinya penmmm konsentrasi senyawa biozlktif lidah buaya seperti antrakinon
pada saat pengeiiqp &lam proses pembuatm GLBK.

2. Aktivitas Protease di Pankreas dan Isi Duodenum
Dosis dan bentuk fislk gel lidah buaya mempengaruhi aktivitas emim
protease di pankreas dan isi duodenum. (Tabel 6 dan Gambar 4).
Tabel 6. Aktivitas protease di pankreas dan isi duodenum (Ulg BK)
Dosis lidah
buaya
R1 z R4
R 2 g R5
R3z R 6

GLBK
Pankreas
Isi duodenum
49,36 f 9
0,60 f 0,22
56,16 rt 9
0,61 f 0,23
44,85 f 23
0,59 f 0,05

GLBS
Pankreas
Isi duodenum
50,01
6
0,71 f 0,16
37,52 rt 10
0,73 _+ 0,34
30,OO rt 4
1,07 f 0,15

+

Keterangan : GLBK = Gel lidah buaya Kering ; GLBS = Gel lidah buaya segar

Semakin tinggi dosis maka aktivitas protease di pankreas semakin rendah,
kecuali ayam yang diberi ransum perlakuan 0,50 g GLBKJkg ransum di pankreas
yaitu 56,16 U/g BK. Hal ini sulit diterangkan tetapi ada kemungkinan hubungan
regulasi pembentukan enzim di pankreas. Seperti kita ketahui penginduksi protease
adalah senyawa protein. Pengeringan

menurunkan kadar protein

lidah buaya

sehingga dosis 0,50 g GLBWkg ransum lebih baik dari dosis 0,25 g GLBWkg
ransum (kadar protein 0,50 g GLBWkg ransum baru cukup untuk menginduksi).
Dosis tinggi (R3=R6) di pankreas menghasikan aktivitas protease terendah
yaitu 44,85 U/g BK dan 30 U/g BK, ha1 ini disebabkan selain faktor penginduksi
protease tetapi juga dipengaruhi faktor penghambat lainnya seperti kadar tanin yang
lebih tinggi pada GLBS .
Pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan lidah buaya tidak mempenganh
aktivitas protease di isi duodenum kecuali pada dosis 100 g GLBSIkg ransum. Hal ini
diduga akibat telah berpindahnya protein en& di pankreas ( dosis 100 g GLBSIkg

ransum = 30 Ulg BK) ke duodenum (dosis 100 g GLBSkg ransum = 1.07 Ulg BK).

Oleh karena itu dari hasl