Kondisi Topografi dan Bethimetri 1. Kondisi Topografi

50

6. Kebun

305 624 5,38

7. Perkebunan

- Perkebunan Besar - Perkebunan Rakyat 200 680 800 401 3,53 14,10

8. Padang

232 023 4,09

9. Hutan

2 291 080 40,36

10. Perairan Darat

206 741 3,64

11. Tanah Terbuka

44 439 0,78

12. Lainnya

806 637 14,21 Jumlah 5 677 081 100,00 Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Aceh 3.2.1. Kondisi Topografi dan Bethimetri 3.2.1.1. Kondisi Topografi Provinsi Aceh memiliki topografi datar hingga bergunung. Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergunung terdapat dibagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Berdasarkan kelas topografi wilayah, Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar 0 - 2 tersebar di sepanjang pantai barat – selatan dan pantai utara – timur sebesar 24.83 persen dari total wilayah; landai 2 – 15 tersebar di antara pegunungan Seulawah dengan Sungai Krueng Aceh, di bagian pantai barat – selatan dan pantai utara – timur sebesar 11,29 persen dari total wilayah; agak curam 15 -40 sebesar 25,82 persen dan sangat curam 40 Universitas Sumatera Utara 51 yang merupakan punggung pegunungan Seulawah, gunung Leuser, dan bahu dari sungai- sungai yang ada sebesar 38,06 persen dari total wilayah. Provinsi Aceh memiliki ketinggian rata-rata 125 m diatas permukaan laut. Persentase wilayah berdasarkan ketinggiannya yaitu: 1 Daerah berketinggian 0-25 m dpl merupakan 22,62 persen luas wilayah 1,283,877.27 ha, 2 Daerah berketinggian 25-1.000 m dpl sebesar 54,22 persen luas wilayah 3,077,445.87 ha, dan 3 Daerah berketinggian di atas 1.000 m dpl sebesar 23,16 persen luas wilayah 1,314,526.86 ha.

3.2.1.2 Kondisi Klimatologi

Rata-rata tekanan udara terendah terjadi pada tanggal 18 September 2010 yang bernilai 1011,0 mb sedangkan rata-rata tekanan udara tertinggi tercatat 06,27 mb dan 28 September sebesar 1012,9 mb. Untuk jumlah penguapan di stasiun klimitologi indrapuri, September 2010 tercatat jumlah penguapan terendah terjadi pada tanggal 29 September 2010 dengan nilai penguapan sebesar 0.3 mm,sedangkan jumlah penguapan tertinggi terjadi pada tanggal 10 September 2010 dengan jumlah penguapan 7,0 mm. Sementara persentase kecepatan angin terbanyak pada kecepatan Calm 0 Knot sebesar 57,4 persen dan persentase kecepatan angin terendah yaitu pada kecepatan 11-17 Knot sebesar 1,3 persen. Sedangkan persentase arah angina terbanyak pada bulan Agustus 2010 didominasi arah dari Barat Laut sebanyak 8 dan arah angin terendah dari Timur Laut dengan persentase sebesar 1.4. Universitas Sumatera Utara 52

3.2.1.3 Gelombang

Gelombang dibentuk oleh angin karena adanya suatu proses pengalihan energi dari angin ke badan laut melalui permukaannya. Karena sifat daripada air yang tidak bisa menyerap energi, maka energi akan diubah kedalam bentuk gelombang yang akan dibawa ke pantai. Di pantai energi ini dilepaskan dengan pecahnya gelombang. Gelombang yang dibangkitkan dengan angin adalah sumber kekuatan utama dalam pemasukan energi kearah pesisir dan merupakan sebab utama dalam proses perubahan bentuk garis pantai.

3.2.1.4 Kondisi Hidrologi

Arah dan pola aliran sungai yang terdapat dan melintasi wilayah Provinsi Aceh dapat dikelompokkan atas dua pola utama yaitu yang pertama adalah sungai-sungai yang mengalir ke Samudera India atau ke arah barat dan kedua yaitu sungai-sungai yang mengalir ke Selat Malaka atau ke arah timur. Beberapa daerah aliran sungai dikelompokkan menjadi satu wilayah sungai berdasarkan wilayah strategis nasional dan lintas kabupaten. Tabel yang terlampir berikut akan memberikan informasi bahwa beberapa daerah aliran sungai yang memiliki luas dan rata-rata debit yang cukup besar antara lain: DAS Kr. Aceh dengan debit rata-rata 19,10 m3detik dengan luas 1.780 km2, DAS Kr. Pase dengan debit rata-rata 91,12 m3detik dengan luas 2.272 km2, DAS Kr. Peusangan dengan debit rata- rata 88,90 m3detik dengan luas 1.907,95 km2, DAS Kr. Peudada dengan debit rata-rata 21,98 m3detik dengan luas 1.560 km2, DAS Kr. Tamiang dengan debit rata-rata 296,64 m3detik dengan luas 4.683,60 km2, DAS Kr. Teunom dengan debit rata-rata 192,91 m3detik dengan luas 2.413 km2 dan DAS Kr. Kluet dengan debit rata-rata 248,25 m3detik dengan luas 2.326 km2. Universitas Sumatera Utara 53

3.2.1.5 Kondisi Pasang Surut

Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air laut di bumi. Meski massa bulan jauh lebih kecil daripada matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik matahari. Berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya diperoleh hasil penguraian pasang surut Muara Sungai Krueng Aceh berupa parameter amplitudo dari masing-masing komponen pasang surut seperti yang terlihat dalam Tabel 3.3 Tabel 3.3 Komponen Amplitudo Pasut Hasil Pengamatan Karakteristik Pasang Surut Amplitudo pasang surut cm AM2 33,9 AS2 32,3 AN2 9,3 AK1 6,27 AO1 6,66 AM4 2,0 AP1 3,0 Bilangan Formzal F F = 0,195 Sumber : Tugas Akhir Andi Wijayanto Universitas Sumatera Utara 54 Dari tabel diatas kita dapat nilai F atau Bilangan Formzal dari Muara Sungai Krueng Aceh sebesar 0,195, dimana nilai ini menunjukkan tipe pasut muara Sungai Krueng Aceh merupakan tipe Campuran Harian Ganda. Elevasi muka air acuan di daerah Muara Sungai Krueng Aceh berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya ditunjukkan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Elevasi Acuan Pasang Surut Uraian Notasi Ukuran m Highest High Water Springs HHWS 2,3 Mean High Water Springs MHWS 1,75 Mean High Water Neaps MHWN 1,47 Mean Sea Level MSL 1,13 Mean Low Water Neaps MLWN 0,79 Mean Low Water Springs MLWS 0,53 Sumber : Tugas Akhir Andi Wijayanto Universitas Sumatera Utara 55

BAB 1V PERHITUNGAN MUATAN ANGKUTAN SEDIMEN

4.1 Kemiringan Dasar Sungai

Berdasarkan data yang diberikan dari penampang melintang sungai, diketahui kemiringan rata-rata sungai yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Kemiringan Rata-Rata Sungai Krueng Aceh Zona Beda Tinggi ∆ Jarak memanjang ∆ Kemiringan 1 1.783-1.689 = 0.094 100 m 0.00094 2 1.916-1.883 = 0.033 100 m 0.00033 3 1.916-1.900 = 0.016 100 m 0.00016 4 1.900-1.872 = 0.028 100 m 0.00028 5 1.883-1.792 = 0.091 100 m 0.00091 Kemiringan rata-rata 0.000524 Sumber : Hasil Analisis Perhitungan Jadi, diperoleh hasil kemiringan dasar sungai Krueng Aceh S pada lokasi yang ditinjau adalah senilai 0.000524. Dari hasil uji laboratorium diperoleh nilai : 0.38 mm 0.53 mm 0.68 mm Universitas Sumatera Utara