Pernyataan Deklarasi PLN Pembangkitan Perusahaan Pembangkit

SI STEM TENAGA LI STRI K SUMATERA 119 Pilihan pertama, PLN Pembangkitan Perusahaan Pembangkit memberikan informasi setiap unit pembangkit termalnya sebagai berikut: a. bahan bakar: pernyataan atas jenis bahan bakar yang digunakan unit; b. kandungan energi spesifik setiap jenis bahan bakar, yaitu kandungan BTU atau kilokalori per-satuan volume atau berat; c. energi untuk start up: kebutuhan energi dalam BTU start up atau kilokalori start up, untuk berbagai kondisi kesiapan sinkronisasi unit; d. energi ke putaran penuh: kebutuhan energi dalam BTU jam atau kilokalori jam, untuk mempertahankan unit siap sinkron; e. data ‘heat-rate’: kecepatan perubahan energi dalam BTU MWh atau kilokal MWh yang dibutuhkan untuk perubahan daya output unit pembangkit; f. data perubahan ‘heat-rate’: kecepatan pertambahan energi dalam BTU MWh atau kilokal MWh yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan daya output unit pembangkit; g. energi start up standby: energi dalam BTU atau kilokalori yang dibutuhkan untuk memanaskan Boiler dan Turbin dari kondisi ‘dingin’ ke kondisi yang sangat siap; h. energi standby panas: energi dalam BTU jam atau kilokal jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan Boiler dan Turbin dalam kondisi ‘siap-panas’; i. biaya Operation and Maintenance OM start up: biaya OM non bahan bakar dalam Rp start up sehubungan dengan proses start up; j. biaya OM daya output: biaya OM non bahan bakar dalam proses memproduksi daya output, dalam Rp MWh; k. biaya OM start up standby: biaya OM non bahan bakar dalam proses memanaskan Boiler dan Turbin ke kondisi siap, dalam Rp start up; dan l. biaya OM standby panas: biaya OM non bahan bakar dalam Rp jam, dalam rangka mempertahankan kesiapan Boiler dan Turbin pada tingkat ‘siap-panas’. Pilihan kedua, PLN Pembangkitan Perusahaan Pembangkit memberikan informasi setiap unit pembangkit termalnya sebagai berikut: SI STEM TENAGA LI STRI K SUMATERA 120 a. harga start up. Unit pembangkit dalam Rp jam, untuk berbagai tingkat kondisi kesiapan unit untuk sinkronisasi; b. harga beban minimum – harga dalam Rp jam untuk mempertahankan unit tetap beroperasi sinkron, namun hanya ber-beban minimum; c. harga pertambahan incremental – harga output dalam Rp MWh sebagai tambahan terhadap harga beban minimum; d. harga start up standby – harga dalam Rp start up, untuk proses memanaskan boiler dan turbin dari kondisi ‘dingin’ ke tingkat kondisi yang sangat ‘siap’; e. harga kesiapan panas – harga dalam Rp jam, untuk mempertahankan boiler pada kondisi unit siap sinkron. SDCA3 2.2.4 Karakteristik Pengoperasian Ekonomis Unit Pembangkit Hidro PLTA Untuk PLTA run-of-river tidak diperlukan karakteristik pengoperasian ekonomis. Data pengoperasian untuk unit-unit PLTA waduk harus meliputi: a. Tinggi Muka Air TMA dan atau volume waduk saat laporan; b. debit air masuk waduk dan debit air keluar untuk keperluan non listrik. SI STEM TENAGA LI STRI K SUMATERA 121 SDCA4 Appendix

4: Perintah

Dispatch SDCA4 1.0 Pendahuluan SDCA4 1.1 Perintah dispatch harus mencakup paling sedikit informasi berikut: a. nama-nama para operator; b. identifikasi unit pembangkit yang dituju dimaksudkan oleh perintah dispatch; c. tugas yang harus dilaksanakan pada unit pembangkit atau tingkat pembebanan unit yang diperintahkan; d. waktu saat unit di- start sesuai dengan perintah apabila waktunya berbeda dengan waktu penyampaian perintah; dan e. apabila dianggap perlu, memberikan target waktu pada saat mana tingkat pembebanan tertentu sudah harus dicapai atau perintah sudah harus selesai dilaksanakan. Pihak yang menerima perintah lisan, harus diminta untuk mengulang isi perintah untuk menjamin bahwa perintah tersebut dimengerti. Dispatcher harus mencatat ‘perintah’ dan ‘waktu pemberian perintah’ tersebut dalam buku catatan log. SDCA4 1.2 Contoh-contoh jenis perintah utama dari dispatcher akan diberikan berikut ini. Pada setiap contoh, dianggap bahwa kebutuhan saling memberitahu nama operator telah dilaksanakan. Sebuah perintah dapat mencakup waktu start dan waktu target. SDCA4 2.0 Perintah Mengubah Tingkat Pembebanan Pada setiap contoh, ‘perintah’ adalah untuk unit 3 mengubah beban menjadi 100 MW, dengan waktu pemberian perintah pada pukul 13.00: a. dalam hal ‘perintah’ harus segera dilaksanakan: ”Unit 3 menjadi 100 MW, sekarang”; b. dalam hal ‘perintah’ mulai dilaksanakan 1 satu jam kemudian: ”Unit 3 menjadi 100 MW, dimulai pada pukul 14: 00”; dan c. dalam hal perintah adalah bahwa tingkat beban yang diperintahkan harus dicapai pada pukul 13: 30: ”Unit 3 menjadi 100 MW pada pukul 13: 30”. SI STEM TENAGA LI STRI K SUMATERA 122 SDCA4 3.0 Perintah untuk Sinkronisasi SDCA4 3.1 Dalam hal ‘perintah sinkronisasi’, biasanya langsung disertai dengan perintah pembebanan. Apabila tingkat pembebanan tidak termasuk dalam perintah yang diberikan, maka unit pembangkit harus disinkronkan dan segera dibebani ke tingkat beban minimum sesuai dengan kecepatan pembebanan yang saat itu berlaku, kemudian segera melapor ke Pusat Pengatur Beban bahwa unit telah dibebani dengan beban minimum. Dalam memberikan perintah sinkronisasi, Pusat Pengatur Beban harus selalu mempertimbangkan waktu untuk proses sinkronisasi yang diberikan PLN Pembangkitan Perusahaan Pembangkit dan memberikan suatu target waktu sinkronisasi tersebut. SDCA4 3.2 Pada contoh berikut, Unit 3 telah diperintahkan sinkron dan berbeban minimum, dengan waktu pemberian perintah adalah pada pukul 08:00. Waktu sejak pemberitahuan kepada PLN Pembangkitan Perusahaan Pembangkit untuk sinkronisasi adalah 4 jam. Dalam contoh ini, waktu yang dibutuhkan untuk sinkronisasi adalah sesuai dengan waktu pemberitahuan: “Unit 3 sinkron pada pukul 12: 00, beban 100 MW”. SDCA4 4.0 Perintah Shut dow n atau Mengeluarkan Unit dari Operasi Sistem SDCA4 4.1 Perintah untuk mengeluarkan dari operasi Sistem, harus diartikan sebagai perintah untuk melepas PMT unit pembangkit, mengeluarkan unit dari Sistem grid. Contoh Perintah adalah sebagai berikut: a. Apabila Unit 1 diperlukan keluar dari operasi Sistem sesegera mungkin, maka ‘perintah’-nya: “Keluarkan Unit 1 sekarang” dan operator unit pembangkit harus segera melepas PMT unit pembangkit tersebut; b. Apabila Unit 1 diperlukan keluar dari operasi Sistem dalam beberapa waktu kemudian, maka ‘perintah’-nya: “Keluarkan Unit 1 pada pukul 11: 30” SI STEM TENAGA LI STRI K SUMATERA 123 SDCA4 4.2 Perintah untuk shut down mematikan unit, harus diartikan