1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai kepulauan Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, dengan keragaman budaya dan bahasa, serta arsitektur
tradisional yang memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri, sekaligus merupakan kekayaan aset nasional dan kebanggaan bangsa Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, peradaban, dan kemajuan teknologi maka terjadilah pergeseran-pergeseran yang berakibat hilangnya keaslian arsitektur
tradisional tersebut. Serta dengan tumbuh-kembangnya bangunan-bangunan yang menggunakan teknologi modern cenderung mengubah artefak bangunan
adattradisional yang ada, bahkan bentuk keaslian kekhasan dan tatanan bangunannya semakin jarang ditemukan musnah. Jikalau sebagian
bangunan-bangunan tersebut masih ada, umumnya tidak terpelihara dan rusak karena usia. Salah satu faktor pendorong hilangnya artefak tersebut
adalah semakin langkanya bahan bangunan, karena kualitas yang rendah atau nilai estetika yang tidak lagi sesuai.
Sebagai tempat berlindung utama manusia, rumah tidak hanya harus kuat, namun juga selayaknya mampu memberikan rasa nyaman, aman
terlindungi, dan memiliki suasana ruang yang menenangkan. Sebagai tempat berlindung, bentuk dan karakteristik rumah masing-masing individu tentulah
beragam. Faktor budaya, alam, lingkungan, sosial, dan ekonomi sangat mempengaruhi bentuk rumah tersebut. Hal ini mengakibatkan Indonesia
mempunyai berbagai macam jenis rumah tradisional sesuai dengan budaya masing-masing daerah didalamnya.
Rumah tradisional identik dengan tempat tinggal sakral, yang setiap tahap pembuatannya memiliki makna tersendiri. Di samping itu, rumah
tradisional tergolong dalam permukiman sehat karena disamping memanfaatkan bahan-bahan alam, juga sangat memperhatikan suasana ruang
yang disesuaikan dengan kegiatan didalamnya. Tanpa memasukkan teknologi canggih, rumah tradisional tetap nyaman, sehat untuk ditempati, dan mampu
memberikan perlindungan baik dari gangguan binatang, suhu, cuaca, hingga bencana alam.
Namun seiring peningkatan aktifitas manusia ditambah kemajuan teknologi, berbagai falsafah-falsafah rumah tradisional makin jarang ditemui.
Hal ini dikarenakan lebih mudah membangun rumah minimalis yang seragam dan bernilai komersial tinggi, dibandingkan rumah tradisional negatif yang
timbul yaitu pembangunan perumahan modern yang tidak lagi memikirkan aspek kenyamanan, keamanan, lebih mengutamakan efisiensi biaya dan
tenaga. Akibatnya, penggunaan pendingin ruangan, pencahayaan menjadi prioritas utama dalam membangun tempat tinggal. Disamping itu, ditinjau dari
LAPORAN PENDAHULUAN 2
PendahuluanPendahuluanB A
B 1
kehandalan tahan gempa, sangat berbeda dengan rumah tradisional yang sangat memperhatikan struktur bangunan yang mempertimbangkan faktor
tersebut.
UU No. 41992 menyebutkan, bahwa warga negara berkewajiban dan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan permukiman.
Untuk itu, setiap orang atau badan yang membangun rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis, teknologis, dan administratif. Pemerintah
selaku Pembina berkewajiban memberi bimbingan, bantuan dan kemudahan, melakukan penelitian dan pengembangan, perencanaan, pelaksanaan, serta
pengawasan dan pengendalian. Pemerintah juga mempunyai kewajiban melakukan pembinaan badan usaha di bidang perumahan dan permukiman.
Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 221999 dan UU No. 322004 mengenai Otonomi Daerah juga memberikan isyarat adanya bagi peran dalam
penyelenggaraan pembangunan, baik di pusat maupun di daerah.
Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibawah Puslitbang Permukiman
Puskim berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan penunjangan dalam pelaksanaan pembangunan permukiman di daerah, khususnya pengembangan
teknologi perumahan tradisional pada wilayah kerjanya. Salah satunya yaitu melestarikan arsitektur tradisional, khususnya rumah tradisional. Langkah
awalnya yaitu dengan pengkajian keunggulan rumah tradisional yang sehat dan sederhana, diharapkan mampu menimbulkan ketertarikan masyarakat
untuk memanfaatkan keunggulan rumah tradisional tersebut.
Secara umum, pemahaman terhadap latar belakang dapat disederhanakan melalui diagram sebagai berikut :
Diagram 1.1. Pemahaman Latar Belakang
Sumber : Analisis Konsultan, April 2009
Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau dikenal memiliki keragaman kebudayaan yang tinggi. Keragaman
kebudayaan tersebut tidak hanya mencakup adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di setiap daerah, akan tetapi sudah diimplementasikan ke dalam
bentuk bangunan tempat tinggal rumah tradisional, dimana masing-masing daerah memiliki karakteristik rumah tinggal yang berbeda disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan karakteristik masyarakat di daerah tersebut.
Sebagai tempat perlindungan utama bagi masyarakat, secara umum bangunan tradisional di tiap daerah dibuat dengan mempertimbangkan
LAPORAN PENDAHULUAN 3
Indonesia dikenal sebagai kepulauan Nusantara dengan keragaman budaya dan bahasa, serta arsitektur tradisional yang memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri Keaslian arsitektur rumah tradisional semakin terancam seiring perkembangan zaman, peradaban, dan teknologi. Rumah tradisional identik dengan tempat tinggal sakral, yang setiap tahap pembuatannya memiliki makna khusus Balai PTPT Denpasar berkewajiban melakukan pembinaan dan penunjangan dalam pelaksanaan pembangunan permukiman di daerah, khususnya pengembangan teknologi perumahan tradisional Penyusunan Model Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional
beberapa aspek diantaranya aspek kekuatan dimana hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi evaluasi alam terutama ketahanan terhadap pengaruh
gempa. Aspek tersebut menjadi suatu hal yang penting mengingat sebagian besar wilayah Indonesia berada pada zone wilayah rawan gempa. Aspek lain
yang tidak kalah penting adalah arsitektural dimana bangunan tradisional dibuat untuk mampu memberikan rasa nyaman, aman terlindungi, dan
memiliki suasana ruang yang menenangkan.
Ditinjau dari aspek kekuatan struktur, bangunan tradisional memiliki karakteristik tertentu guna memberikan efek perkuatan struktur dalam
menerima pembebanan terutama beban gempa pada masing-masing wilayah. Secara umum, getaran gempa yang terjadi akan berpengaruh pada bangunan
berupa : gaya inersia, yaitu dimana percepatan tanah akibat gempa terhadap massa strukturbangunan yang menyebabkan bangunan ikut bergetar; gaya
guling pada bangunan yang terjadi akibat perbedaan pusat massa dan pusat beban gempa.
Pengaruh beban gempa juga terjadi pada struktur bangunan tradisional dimana sebagian besar komponen strukturnya terbuat dari kayubambu.
Secara umum berat jenis kayu yang lebih ringan dibandingkan material struktur beton atau baja, memiliki keuntungan tersendiri ketika terjadi beban
gempa. Hal tersebut sesuai dengan prinsip struktur dimana salah satu cara mengurangi pengaruh beban gempa terhadap suatu struktur adalah dengan
mereduksi massa struktur tersebut. Akan tetapi, kondisi tersebut cenderung bertolak belakang dengan konstruksi rumah tradisional di beberapa wilayah di
Indonesia yang cenderung terkesan berat, terutama pada bagian konstruksi atap. Meskipun berada pada wilayah yang rawan gempa, konstruksi terbukti
mampu bertahan hingga saat ini. Dengan kata lain, sistem struktur yang digunakan pada bangunan tradisional mampu menahan beban gempa yang
terjadi. Kondisi itu mengemukakan suatu hipotesis mengenai bagaimana perilaku sistem struktur bangunan tradisional tersebut ketika terjadi beban
gempa.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN