Laporan Pendahuluan Pekerjaan Penyusunan Model Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

Laporan Pendahuluan Pekerjaan Penyusunan Model Simulasi Kehandalan Struktur
Bangunan Tradisional
LINK DOWNLOAD [1.33 MB]
Laporan Pendahuluan
Pekerjaan Penyusunan Model Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional
PT. Mitra Tri Sakti
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia dikenal sebagai kepulauan Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil, dengan keragaman budaya dan bahasa,
serta arsitektur tradisional yang memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri, sekaligus merupakan kekayaan (aset) nasional dan
kebanggaan bangsa Indonesia. Seiring perkembangan zaman, peradaban, dan kemajuan teknologi maka terjadilah
pergeseran-pergeseran yang berakibat hilangnya keaslian arsitektur tradisional tersebut. Serta dengan tumbuh-kembangnya
bangunan-bangunan yang menggunakan teknologi modern cenderung mengubah artefak bangunan adat/tradisional yang ada, bahkan
bentuk keaslian (kekhasan) dan tatanan bangunannya semakin jarang ditemukan (musnah). Jikalau sebagian bangunan-bangunan
tersebut masih ada, umumnya tidak terpelihara dan rusak karena usia. Salah satu faktor pendorong hilangnya artefak tersebut adalah
semakin langkanya bahan bangunan, karena kualitas yang rendah atau nilai estetika yang tidak lagi sesuai.
Sebagai tempat berlindung utama manusia, rumah tidak hanya harus kuat, namun juga selayaknya mampu memberikan rasa nyaman,
aman terlindungi, dan memiliki suasana ruang yang menenangkan. Sebagai tempat berlindung, bentuk dan karakteristik rumah
masing-masing individu tentulah beragam. Faktor budaya, alam, lingkungan, sosial, dan ekonomi sangat mempengaruhi bentuk

rumah tersebut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai berbagai macam jenis rumah tradisional sesuai dengan budaya
masing-masing daerah didalamnya.
Rumah tradisional identik dengan tempat tinggal sakral, yang setiap tahap pembuatannya memiliki makna tersendiri. Di samping itu,
rumah tradisional tergolong dalam permukiman sehat karena disamping memanfaatkan bahan-bahan alam, juga sangat
memperhatikan suasana ruang yang disesuaikan dengan kegiatan didalamnya. Tanpa memasukkan teknologi canggih, rumah
tradisional tetap nyaman, sehat untuk ditempati, dan mampu memberikan perlindungan baik dari gangguan binatang, suhu, cuaca,
hingga bencana alam.
Namun seiring peningkatan aktifitas manusia ditambah kemajuan teknologi, berbagai falsafah-falsafah rumah tradisional makin
jarang ditemui. Hal ini dikarenakan lebih mudah membangun rumah minimalis yang seragam dan bernilai komersial tinggi,
dibandingkan rumah tradisional negatif yang timbul yaitu pembangunan perumahan modern yang tidak lagi memikirkan aspek
kenyamanan, keamanan, lebih mengutamakan efisiensi biaya dan tenaga. Akibatnya, penggunaan pendingin ruangan, pencahayaan
menjadi prioritas utama dalam membangun tempat tinggal. Disamping itu, ditinjau dari kehandalan tahan gempa, sangat berbeda
dengan rumah tradisional yang sangat memperhatikan struktur bangunan yang mempertimbangkan faktor tersebut.
UU No. 4/1992 menyebutkan, bahwa warga negara berkewajiban dan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan
permukiman. Untuk itu, setiap orang atau badan yang membangun rumah atau perumahan wajib mengikuti persyaratan teknis,
teknologis, dan administratif. Pemerintah selaku Pembina berkewajiban memberi bimbingan, bantuan dan kemudahan, melakukan
penelitian dan pengembangan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan pengendalian. Pemerintah juga mempunyai
kewajiban melakukan pembinaan badan usaha di bidang perumahan dan permukiman. Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 22/1999
dan UU No. 32/2004 mengenai Otonomi Daerah juga memberikan isyarat adanya bagi peran dalam penyelenggaraan pembangunan,
baik di pusat maupun di daerah.

Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibawah Puslitbang
Permukiman (Puskim) berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan penunjangan dalam pelaksanaan pembangunan permukiman
di daerah, khususnya pengembangan teknologi perumahan tradisional pada wilayah kerjanya. Salah satunya yaitu melestarikan
arsitektur tradisional, khususnya rumah tradisional. Langkah awalnya yaitu dengan pengkajian keunggulan rumah tradisional yang
sehat dan sederhana, diharapkan mampu menimbulkan ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkan keunggulan rumah tradisional
tersebut.
Secara umum, pemahaman terhadap latar belakang dapat disederhanakan melalui diagram sebagai berikut :
Diagram 1.1. Pemahaman Latar Belakang
Sumber : Analisis Konsultan, April 2009
Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau dikenal memiliki keragaman kebudayaan yang tinggi.
Keragaman kebudayaan tersebut tidak hanya mencakup adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di setiap daerah, akan tetapi sudah

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

diimplementasikan ke dalam bentuk bangunan tempat tinggal (rumah tradisional), dimana masing-masing daerah memiliki

karakteristik rumah tinggal yang berbeda disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik masyarakat di daerah tersebut.
Sebagai tempat perlindungan utama bagi masyarakat, secara umum bangunan tradisional di tiap daerah dibuat dengan
mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya aspek kekuatan dimana hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi evaluasi alam
terutama ketahanan terhadap pengaruh gempa. Aspek tersebut menjadi suatu hal yang penting mengingat sebagian besar wilayah
Indonesia berada pada zone wilayah rawan gempa. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah arsitektural dimana bangunan
tradisional dibuat untuk mampu memberikan rasa nyaman, aman terlindungi, dan memiliki suasana ruang yang menenangkan.
Ditinjau dari aspek kekuatan struktur, bangunan tradisional memiliki karakteristik tertentu guna memberikan efek perkuatan struktur
dalam menerima pembebanan terutama beban gempa pada masing-masing wilayah. Secara umum, getaran gempa yang terjadi akan
berpengaruh pada bangunan berupa : gaya inersia, yaitu dimana percepatan tanah akibat gempa terhadap massa struktur/bangunan
yang menyebabkan bangunan ikut bergetar; gaya guling pada bangunan yang terjadi akibat perbedaan pusat massa dan pusat beban
gempa.
Pengaruh beban gempa juga terjadi pada struktur bangunan tradisional dimana sebagian besar komponen strukturnya terbuat dari
kayu/bambu. Secara umum berat jenis kayu yang lebih ringan dibandingkan material struktur beton atau baja, memiliki keuntungan
tersendiri ketika terjadi beban gempa. Hal tersebut sesuai dengan prinsip struktur dimana salah satu cara mengurangi pengaruh
beban gempa terhadap suatu struktur adalah dengan mereduksi massa struktur tersebut. Akan tetapi, kondisi tersebut cenderung
bertolak belakang dengan konstruksi rumah tradisional di beberapa wilayah di Indonesia yang cenderung terkesan berat, terutama
pada bagian konstruksi atap. Meskipun berada pada wilayah yang rawan gempa, konstruksi terbukti mampu bertahan hingga saat ini.
Dengan kata lain, sistem struktur yang digunakan pada bangunan tradisional mampu menahan beban gempa yang terjadi. Kondisi itu
mengemukakan suatu hipotesis mengenai bagaimana perilaku sistem struktur bangunan tradisional tersebut ketika terjadi beban
gempa.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan kegiatan ini adalah :
Menyusun model simulasi kehandalan struktur bangunan tradisional, khususnya bangunan tradisional Bali, NTB, dan NTT.
Tujuan pelaksanaan proses analisis yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengetahui perilaku sistem struktur bangunan tradisional ketika terjadi beban gempa.
2. Memperoleh gambaran mengenai pengaruh pembebanan lateral (beban gempa) terhadap sistem penahan beban lateral bangunan
tradisional (sistem pondasi maupun sistem sambungan elemen struktur).
Sesuai dengan tujuan pelaksanaan analisis tersebut, diharapkan proses analisis ini memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Mendapatkan pengetahuan tentang kinerja sistem struktur bangunan tradisional dalam menerima beban lateral.
2. Mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan struktur bangunan tradisional
Mendapatkan sistem struktur yang mampu menerima beban gempa sesuai wilayahnya masing-masing.
1.3. SASARAN
Sasaran kegiatan ini adalah :
1. Persiapan dan inventarisasi materi.
2. Rekonstruksi dan penyusunan 4 (empat) model bangunan tradisional.
3. Uji coba simulasi kehandalan struktur bangunan tradisional.
4. Penyusunan hasil simulasi kehandalan struktur bangunan tradisional.
Sub bagian 1.2 dan 1.3 diatas yang terdiri atas tujuan dan sasaran dapat dipahami sebagai diagram dibawah ini :
Diagram 1.2. Diagram Pemahaman Maksud, Tujuan, dan Sasaran
Sumber : Analisis Konsultan, April 2009

1.4. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan dan inventarisasi materi.
2. Penyusunan 4 (empat) model simulasi kehandalan struktur bangunan tradisional.
3. Uji coba simulasi kehandalan bangunan tradisional.
4. Penyusunan hasil simulasi kehandalan struktur bangunan tradisional.
Lingkup pelaksanaan kegiatan dapat dipahami sebagai diagram dibawah ini.
Diagram 1.3. Pemahaman Ruang Lingkup Pekerjaan
Sumber : Analisis Konsultan, April 2009

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

1.5. LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan dipusatkan di Denpasar (Provinsi Bali). Lokasi obyek substansi pekerjaan terletak di Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Penyedia Jasa akan melakukan aktifitas pelaksanaan pekerjaan di Provinsi Bali.

1.6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan ini selama 2 (dua) bulan atau 60 (enam puluh) hari kalender efektif
yang dikerjakan selama kurun waktu 3 (tiga) bulan (April-Juni 2009) dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 1.1. Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Sumber : Analisis Pengguna Jasa, April 2009
No Uraian Kegiatan April Mei Juni Durasi
(Minggu)
123412341234
1. Inventarisasi Materi
2
2. Penyusunan 4 (Empat) Model Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional 4
3. Ujicoba Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional 2
4. Penyusunan Hasil Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional 4
5. Pelaporan 3
1.7. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Model simulasi kehandalan bangunan tradisional Bali.
2. Model simulasi kehandalan bangunan tradisional Sasak (NTB).
3. Model simulasi kehandalan bangunan tradisional Sumba (NTT).
4. Model simulasi kehandalan bangunan tradisional Manggarai, Flores (NTT).

Keluaran tersebut disusun secara tertulis pada laporan yang disampaikan secara berkala yang terdiri atas :
1. Laporan Pendahuluan/Inception Report yang diserahkan 14 (empat belas) hari kalender setelah SPMK diterbitkan sebanyak 10
(sepuluh) eksemplar dan rekaman CD dengan kualitas yang baik. Pembahasan laporan ini dilakukan secara intern di lingkungan
Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar beserta tim teknis. Laporan ini terdiri atas :
a. Pendahuluan.
b. Pendekatan dan metodologi.
c. Teknik pengumpulan data.
d. Organisasi pengguna jasa.
e. Identifikasi obyek substansi pekerjaan.
f. Analisis perilaku dinamis struktur bangunan tradisional.
g. Pelaksanaan pekerjaan.
2. Laporan Antara/Interim Report yang diserahkan 40 (empat puluh) hari kalender setelah SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
eksemplar dan rekaman CD dengan kualitas yang baik. Pembahasan laporan ini dilakukan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan di Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar beserta tim teknis. Laporan ini berisikan :
a. Laporan yang lebih rinci mengenai hasil inventarisasi materi lanjutan.
b. Laporan mengenai hasil penyusunan 4 (empat) model simulasi rumah tradisional Bali, Sasak, Sumba, dan Manggarai.
c. Hasil identifikasi lanjutan 4 (empat) model simulasi rumah tradisional Bali, Sasak, Sumba, dan Manggarai.
3. Laporan Akhir/Final Report yang diserahkan 3 (tiga) bulan setelah menerima SPMK sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar dan
rekaman CD dengan kualitas yang baik. Laporan ini berisikan :
a. Hasil inventarisasi materi.

b. Hasil penyusunan 4 (empat) model simulasi.
c. Hasil uji coba simulasi.
d. Hasil simulasi model.
2.1. Alur Pikir
Alur dan kerangka pikir pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja. Diagram dibawah menunjukkan alur
dan kerangka pikir sehingga tujuan dan sasaran pelaksanaan pekerjaan ini dapat tercapai.
Diagram 2.1. Alur Pikir Pelaksanaan Pekerjaan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

Sumber : Analisis Konsultan, April 2009
Proses alur pikir tersebut dapat dilihat secara mendetail pada lampiran. Pencapaian alur pikir tersebut melalui beberapa tahapan
rencana kerja seperti yang terdapat pada diagram dibawah ini :
Diagram 2.2. Rencana Kerja
Sumber : Analisis Konsultan, April 2009

2.2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dan inventarisasi materi terdiri atas :
1. Persiapan administrasi pekerjaan.
Melakukan persiapan administrasi dan teknis untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.
2. Koordinasi dengan tim teknis pekerjaan instansi terkait.
Melakukan koordinasi dengan tim teknis Balai PTPT untuk mendapatkan klarifikasi ulang atas ruang lingkup pekerjaan. Kegiatan
ini terdiri atas :
a. Melakukan wawancara tidak terstruktur dengan beberapa pejabat di lingkungan Balai PTPT beserta tim teknis yang terkait untuk
memperoleh pemahaman mengenai hasil identifikasi awal terhadap empat model bangunan tradisional yang menjadi obyek
penelitian, mendapatkan pendapat-pendapat internal mengenai keluaran hasil pekerjaan yang diinginkan, dan hal-hal lain yang
terkait dengan pekerjaan ini. Tahapan ini bersifat eksploratif untuk dapat menentukan materi wawancara (kuesioner) yang lebih
terstruktur dan mendetail untuk proses selanjutnya terutama yang terkait dengan hal-hal tersebut diatas.
b. Melakukan klarifikasi terhadap penyusunan model simulasi kehandalan struktur untuk dapat melakukan analisis lebih lanjut.
3. Inventarisasi materi.
Pengumpulan data primer dan sekunder yang berhubungan langsung dengan fokus pekerjaan, mencakup data umum bangunan
tradisional yang dijadikan model mencakup Lumbung di Bali dan NTB serta Uma dan Rumah Atoni di NTT, data berupa gambar
denah, tampak, dan potongan yang lengkap beserta dimensinya, data kebijakan pemerintah di bidang yang terkait, dll. Secara umum,
pada tahapan pekerjaan ini akan dilakukan sebagai berikut :
a. Melakukan pengumpulan data primer (bila perlu) untuk mengetahui bagaimana potensi fisik dan non fisik kawasan serta unit
bangunan tradisional yang diteliti. Data yang didapatkan antara lain menyangkut luasan dan bentuk bangunan, dimensi bangunan,

sistem struktur, penggunaan bahan, dll.
b. Melakukan kajian pustaka, yang terdiri atas review literatur dari hasil identifikasi para penulis sebelumnya, teori-teori arsitektur
yang terkait dengan 4 (empat) model bangunan tradisional beserta transformasinya, dll.
4. Pembuatan dan penyusunan program kerja.
5. Persiapan orientasi lapangan untuk penetapan personil.
2.3. Tahap Penyusunan 4 (Empat) Model Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional
Pelaksanaan tahap ini bertujuan untuk melaksanakan penyusunan 4 (empat) model simulasi kehandalan struktur bangunan
tradisional berdasarkan hasil survei dan observasi lapangan yang telah dilakukan surveyor. Tahap ini terdiri atas :
1. Rencana dan penggambaran model struktur.
Pelaksanaan rencana dan penggambaran model struktur merupakan kelanjutan kegiatan setelah inventarisasi materi berlangsung
dengan baik. Materi-materi yang telah terkumpul dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan fungsinya untuk mendukung
pelaksanaan penggambaran model struktur. Kesalahan pencatatan dimensi dari obyek penelitian akan berakibat fatal untuk
pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
2. Penentuan beban yang bekerja pada model rencana.
3. Hasil penggambaran model struktur juga bermanfaat untuk menentukan bagaimana proses pembebanan yang bekerja pada sistem
konstruksi.
4. Penentuan dimensi penampang model rencana.
5. Hasil inventarisasi materi akan menentukan bagaimana dimensi penampang sistem struktur sehingga dapat diketahui kekuatan
beserta kehandalannya.
6. Penggambaran gaya dalam.

Gaya-gaya dalam yang dapat menyebabkan deformasi sistem struktur digambarkan dengan baik sehingga dapat menentukan
bagaimana antisipasi keseluruhan aspek sistem struktur terhadap hal ini.
7. Penentuan analisis mekanika teknik.
Sistem kerja mekanika teknik pada model dapat diketahui setelah dilakukan kegiatan diatas sehingga bisa dilakukan
pendekatan-pendekatan terhadap analisis.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

Hasil survei dan observasi yang didapatkan harus menghasilkan data yang definitif dan sesuai dengan permintaan untuk dapat
dianalisis lebih lanjut.
2.4. Tahap Uji Coba Simulasi Kehandalan Struktur Bangunan Tradisional
Data yang definitif disimulasikan ke dalam software sehingga didapatkan hasil analisis kehandalan struktur bangunan tradisional.
Pada tahap ini akan dilakukan analisis dan tahapan kegiatan sebagai berikut :
1. Analisis kekakuan struktur bangunan.
Analisis dilakukan terhadap 4 (empat) model untuk mengetahui sejauh mana kekuatannya solid terhadap guncangan. Struktur yang
kaku dan sistem ikatan yang berlaku pada bangunan tradisional terbukti mampu tahan terhadap gempa selama ratusan tahun.
Analisis dilakukan dengan menggunakan software khusus untuk membantu memberikan simulasi terhadap model.
2. Analisis fleksibilitas struktur bangunan.
Analisis dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala yang lebih kecil
untuk dapat meredam gempa.
3. Analisis penggunaan material yang ringan dan ?kenyal?.
Analisis dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan material warisan tradisi untuk menahan gempa. Melalui analisis ini juga
diketahui sejauh mana sistem struktur yang ringan dapat tidak membahayakan jika terjadi deformasi serta material yang ringan tidak
akan membebani sistem itu sendiri.
4. Analisis massa struktur yang terpisah.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk dilakukan dilatasi terhadap
bangunan tradisional. Dilatasi dilakukan untuk memecah struktur bangunan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga tidak
terlalu besar dan panjang untuk dapat meredam getaran gempa yang lebih besar.
2.5. Tahap Penyusunan Hasil Simulasi
Hasil analisis simulasi disusun secara sistematis ke dalam pelaporan. Hasil simulasi yang didapatkan dari hasil analisis adalah
sebagai berikut :
1. Hasil Simulasi Kekakuan Struktur 4 (Empat) Model.
2. Hasil Simulasi Fleksibilitas Struktur 4 (Empat) Model.
3. Hasil Simulasi Penggunaan Material Struktur 4 (Empat) Model.
4. Hasil Simulasi Massa Struktur yang Terpisah 4 (Empat) Model.
Hasil simulasi kekakuan, fleksibilitas, penggunaan material, dan massa struktur yang terpisah didukung dengan hasil perhitungan
yang cermat melalui bantuan software khusus sehingga lebih tepat dan akurat. Penyusunan hasil simulasi akan dibuat secara atraktif
dipadukan dengan hasil kinerja gambar 3D yang baik.
2.6. Tahap Pelaporan
Keluaran dan pelaporan yang dihasilkan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan.
Laporan pendahuluan akan membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Pendekatan dan metodologi.
c. Teknik pengumpulan data.
d. Organisasi pengguna jasa.
e. Identifikasi obyek substansi pekerjaan.
f. Analisis perilaku dinamis struktur bangunan tradisional.
g. Pelaksanaan pekerjaan.
2. Laporan Antara.
Laporan antara akan membahas mengenai :
a. Laporan yang lebih rinci mengenai hasil inventarisasi materi lanjutan.
b. Laporan mengenai hasil penyusunan 4 (empat) model simulasi rumah tradisional Bali, Sasak, Sumba, dan Manggarai.
c. Laporan hasil identifikasi lanjutan 4 (empat) model simulasi rumah tradisional Bali, Sasak, Sumba, dan Manggarai.
3. Laporan Akhir.
Laporan akhir merupakan laporan final yang secara lengkap harus menjabarkan hal-hal yang menjadi substansi lingkup pekerjaan,
yang terdiri atas :
a. Hasil inventarisasi materi.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

b. Hasil penyusunan 4 (empat) model simulasi.
c. Hasil uji coba simulasi.
d. Hasil simulasi model.
3.1. Umum
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data
dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), seperti misalnya merekam situasi dan kondisi obyek substansi pekerjaan.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan suatu
sumber yang tidak secara langsung dapat memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui perantaraan orang atau
dokumen. Selanjutnya, bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2008:156).
3.2. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan langsung dari obyek. Teknik yang digunakan pelaksana observasi (dari pihak
Pengguna Jasa) untuk melakukan pengumpulan data primer adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Pengumpulan data dengan meneliti dan mengamati obyek secara langsung. Perolehannya merupakan data fisik yang meliputi lokasi,
lingkungan fisik, dan non fisik tapak (site) yang mencakup tinjauan historis. Teknik pengumpulan data yang dominan digunakan
untuk mencapai tujuan pekerjaan ini adalah teknik observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data memiliki ciri yang
spesifik dibandingkan dengan teknik yang lain (wawancara dan kuesioner). Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan
ingatan (Hadi, 1986:34).
Jenis teknik observasi yang dipilih adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan
dan dimana tempatnya. Jadi, observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan
diamati. Obyek yang menjadi ruang lingkup pekerjaan diidentifikasi secara baik untuk mendukung pelaksanaan analisis kehandalan
struktur bangunan tradisional.
2. Survey
Dilakukan untuk mendapatkan data internal (pendapat, sikap, persepsi) dari civitas yang terkait dan mengetahui mengenai obyek
substansi pekerjaan mengenai bangunan tradisional dimana data ini merupakan data yang tidak dapat diamati secara langsung.
3. Interview
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada tahap persiapan untuk melakukan studi pendahuluan untuk
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden.
3.3. Pengumpulan Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung yang memiliki relevansi dengan kajian. Teknik yang
digunakan untuk melakukan pengumpulan data sekunder adalah dengan melakukan studi literatur.
Studi literatur adalah suatu cara mencari data dan teori yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan masalah geografis dan
budaya. Untuk mendukung data yang telah diperoleh, informasi dari sumber-sumber yang memiliki otoritas, seperti hasil penelitian
sebelumnya, buku-buku, maupun opini yang berasal dari individu yang memiliki pengetahuan mengenai masalah yang berhubungan
dengan obyek substansi pekerjaan ini.
3.4. Teknik Pembahasan Data
Teknik ini digunakan untuk melakukan pembahasan, sortasi, dan pemilihan terhadap beragam data yang telah dikumpulkan. Teknik
ini terdiri atas :
1. Teknik Analisis, yaitu mengadakan analisis penguraian data yang dimiliki menjadi unsur-unsur yang lebih mengkhusus sehingga
mudah dipelajari dan dikembangkan ke arah pemecahan permasalahan sesuai dengan konteks dan sintesis terhadap hal-hal yang
dipermasalahkan sehingga mendapat suatu kesimpulan.
2. Teknik Kompilasi, yaitu menginventarisasikan data kemudian dipilih dan disusun sesuai dengan kegunaan dalam menunjang
analisis.
3. Teknik Sintesis, yaitu dengan menggabungkan hasil analisis untuk mendapatkan rumusan sebagai dasar keputusan dalam
mengetahui proses pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Metoda pengumpulan data dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Metoda Pengumpulan Data

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

Sumber : Analisis Konsultan, April 2009
No. Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Pihak Terkait (Instansi) Hasil Ket.
1. Data Primer (Kebutuhan data akan disediakan pihak Pengguna Jasa) Dokumentasi Kamera dan Handycam - Foto-Foto Unit
Bangunan yang Menjadi Obyek Simulasi.
Observasi Lokasi model di Bali, NTB, dan NTT. Tipo Morfologi dan Anatomi Sistem Struktur.
Observasi Lokasi model di Bali, NTB, dan NTT. Bahan Bangunan dan Konstruksi.
Observasi Lokasi model di Bali, NTB, dan NTT. Kehandalan Struktur.
Wawancara Tim Teknis Balai PTPT. Hasil Wawancara (pendapat internal mengenai lingkup pekerjaan).
2. Data Sekunder Studi Kepustakaan Balai PTPT, Perpustakaan, dan Toko Buku. Gambar Denah, Tampak, dan Potongan Empat
Model.
Browsing Internet Search Engine Google. Data dan Informasi Empat Model Hasil Penelitian Sebelumnya.
Browsing Internet Search Engine Google. Tinjauan Pustaka terkait dengan Lingkup Pekerjaan.
Browsing Internet Situs Perguruan Tinggi Dalam dan Luar Negeri. Jurnal Nasional dan Internasional terkait dengan Lingkup
Pekerjaan.
Studi Kepustakaan Perguruan Tinggi (Universitas Udayana dan Institut Teknologi Bandung). Hasil Identifikasi Umum mengenai 4
(Empat) Model Bangunan Tradisional.
4.1. Umum
Pengguna Jasa adalah Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar/Balai PTPT (Denpasar Experimental
Station for Traditional Housing Technology Development) yang beralamat di Kompleks PU Werdhapura, Jl. Danau Tamblingan No.
49, Sanur Denpasar, Bali. Tel. (0361) 288526-287791, Fax. (0361) 288526, Email : [email protected].
Adapun sejarah perkembangan sampai berdirinya Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar adalah sebagai
berikut :
1986-2001 : Loka Perintisan Bahan Bangunan Lokal (Loka PBBL) berdasarkan SK Menteri PU No. 325/KPTS/1985.
2001-2007 : Loka Teknologi Permukiman (Loka Tekkim) berdasarkan SK Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
82/KPTS/M/2001.
2007- : Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar (Balai PTPT Denpasar) berdasarkan Peraturan Menteri PU
No. 09/PRT/M/2007.
Tujuan peningkatan status Loka Penerapan Teknologi Permukiman menjadi Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional
Denpasar adalah agar dapat meningkatkan kapasitasnya dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang perumahan
tradisional di wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Barat dan Timur).
Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar (Balai PTPT Denpasar) saat ini didukung oleh 19 (sembilan belas)
personil yang berasal dari berbagai disiplin ilmu mengembangkan paradigma : Belajar dari norma, konsep, dan teknologi masa lalu
sebagai panduan rekayasa teknologi dan konsep yang lebih baik untuk masa kini dan masa datang.
Visi Balai PTPT adalah menjadi pusat pengembangan dan penerapan teknologi perumahan tradisional untuk Bali, NTB, dan NTT
(center of technology development for low cost traditional housing). Misinya adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji dan meneliti arsitektur dan lingkungan permukiman tradisional.
2. Mengembangkan, menerapkan, dan menyebarluaskan Teknologi Tepat Guna (bidang struktur dan konstruksi bangunan, bahan
bangunan, sains bangunan, lingkungan permukiman dan tata ruang bangunan dan kawasan) dengan karakteristik dan kearifan lokal
guna meningkatkan kualitas lingkungan permukiman tradisional.
3. Menyusun standar, pedoman, dan manual guna mendukung pelestarian arsitektur tradisional.
4. Menerapkan manajemen mutu balai.
Struktur organisasi dibawah menunjukkan hubungan koordinasi antara Balai PTPT dengan Departemen Pekerjaan Umum.
Diagram 4.1. Struktur Organisasi Eksternal Pengguna Jasa
Sumber : Data Konsultan, April 2009
4.2. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 09/2007 maka tugas Balai adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang
teknologi permukiman tradisional. Fungsi Balai :
1. Penyusunan program dan kerjasama, perencanaan teknis, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data/informasi, penyediaan
sarana penelitian dan pengembangan.
2. Pelaksanaan litbang, perekayasaan, penunjangan ilmiah, pemberian advis teknis, diseminasi/sosialisasi dan membangun

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

komunikasi dengan pasar sasaran, serta pelayanan uji laboratorium dan lapangan.
3. Pelaksanaan audit internal laboratorium, evaluasi dokumen litbang, monitoring dan evaluasi pelaksanaan litbang dan pemanfaatan
laboratorium, pemeliharaan dan pemutakhiran sertifikasi laboratorium/balai, serta laporan kemanfaatan balai.
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan administrasi balai.
4.3. Struktur Organisasi
Diagram dibawah ini menunjukkan struktur organisasi mikro di Balai PTPT Denpasar.
Diagram 4.2. Struktur Organisasi Internal Pengguna Jasa
Sumber : Data Konsultan, April 2009
4.4. Program Penelitian dan Pengembangan
Diagram 4.3. Program Penelitian dan Pengembangan
Sumber : Data Konsultan, April 2009
4.5. Manajemen Laboratorium dan Studio
Balai PTPT didukung sarana, sistem informasi, perpustakaan dan dukungan asosiasi terkait, KBK, dan instansi lain memiliki :
1. Laboratorium Rekayasa Bahan Bangunan Lokal yang bertugas untuk :
a. Melakukan uji coba rekayasa/pengembangan bahan bangunan lokal.
b. Melakukan workshop pelatihan/alih teknologi.
2. Studio Arsitektur Tradisional sebagai forum kajian, komunikasi dan interaksi (kerjasama), serta forum kerja bertugas untuk :
a. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.
b. Melakukan kegiatan diseminasi (seminar dan pameran).
c. Melakukan penerapan teknologi.
d. Melakukan pengembangan pendidikan arsitektur.
Balai PTPT juga melakukan kerjasama dengan berbagai instansi dengan :
1. Asosiasi profesi.
2. Perguruan tinggi.
3. Pemerintah daerah.
Kondisi dan persentase keuangan Balai PTPT dapat dilihat pada grafik dibawah.
Gambar 4.1. Kondisi dan Persentase Keuangan
Sumber : Data Konsultan, April 2009
4.6. Produk Litbang
Produk yang telah dihasilkan Balai PTPT adalah sebagai berikut :
1. Penelitian :
a. Penelitian (inventarisasi, identifikasi, dan penguasaan teknologi) arsitektur tradisional Bali.
b. Penelitian (inventarisasi, identifikasi, dan penguasaan teknologi) arsitektur tradisional Sasak, Samawa, dan Mbojo.
c. Penelitian (inventarisasi, identifikasi, dan penguasaan teknologi) arsitektur tradisional Sumba, Manggarai, Ngada, Lio, Atoni,
Belu, Rotendao, Timor.
2. Pengembangan :
a. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan bahan bangunan lokal (kayu kelapa, bambu, alang-alang, limbah paras, limbah batu apung,
dan batu kapur) untuk menunjang pelestarian arsitektur tradisional.
b. Penerapan teknologi tepat guna di bidang permukiman melalui pemberdayaan komunitas lokal dan tradisional.
c. Adaptasi nilai-nilai tradisional pada pengembangan rumah susun di perkotaan Bali.
d. Pengembangan model eco-architectural dan eco-tourism pada lingkungan permukiman tradisional.
3. Regulasi :
a. Penyusunan standar, pedoman, dan manual bidang sains, bahan, struktur dan konstruksi bangunan lokal/tradisional.
b. Penyusunan rancangan peraturan daerah mengenai panduan transformasi arsitektur lokal.
4. Publikasi :
a. Bahan Penutup Atap pada Bangunan/Rumah Tradisional (ISBN 978-979-17610-0-0).
b. Limbah Batu Apung sebagai Bahan Bangunan (ISBN 978-979-17610-1-7).
c. Rumah Instan Sederhana Sehat Sistem RISHA Bernuansa Tradisional Bali, NTB, dan NTT (ISBN 978-979-17610-2-4).
d. Penerapan Teknologi RSH Sistem RISHA melalui Pemberdayaan Komunitas Lokal di Provinsi NTB (ISBN 978-979-17610-3-1).
e. Proceeding Seminar Teknologi Rumah Sederhana Sehat di Provinsi NTT (ISBN 978-979-17610-4-8).

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

f. Proceeding Seminar Teknologi Rumah Sederhana Sehat di Provinsi NTB (ISBN 978-979-17610-5-5).
g. Proceeding Seminar Jelajah Arsitektur di Provinsi NTT (ISBN 978-979-17610-6-2).
h. Proceeding Seminar Jelajah Arsitektur Sasak, Samawa, dan Mbojo (ISBN 978-979-17610-9).
i. Sistem Informasi Arsitektur Tradisional Indonesia (SIATI).
j. Sistem Informasi Potensi Bahan Bangunan Lokal (SIPBBL).
4.7. Kegiatan Strategis
Kegiatan strategis yang dilakukan Balai PTPT adalah :
1. Penelitian arsitektur tradisional.
2. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan bahan bangunan lokal untuk menunjang pelestarian arsitektur tradisional.
3. Pengembangan teknologi bangunan dan lingkungan berbasis konsep bangunan dan lingkungan tradisional.
4. Pengembangan model eco-architectural, eco-housing, eco-tourism, dan eco-settlement pada lingkungan permukiman tradisional.
5. Pengkajian dan penerapan teknologi tepat guna bidang permukiman pada lingkungan permukiman tradisional.
6. Adaptasi nilai-nilai tradisional pada pengembangan model bangunan dan lingkungan di kawasan strategis.
7. Penyusunan standar, pedoman, dan manual tentang teknologi bangunan dan lingkungan permukiman tradisional.
8. Penyusunan naskah akademik produk pengaturan bangunan dan lingkungan permukiman tradisional.
9. Diseminasi (seminar, pameran, dan publikasi) teknologi perumahan tradisional.
5.1. Arsitektur Vernakular
Definisi arsitektur tradisional secara umum merupakan bentuk fisik bangunan dan lingkungan disekitarnya yang berkaitan dengan
tradisi atau dibangun berdasarkan tradisi. Tradisi yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang dianut oleh penghuni/pengguna
bangunan maupun lingkungan setempat termasuk didalamnya tata cara dan nilai budaya. Nilai tersebut melatari semua aspek fisik
bangunan dan lingkungan. Seluruh bentuk arsitektur yang direncanakan, dirancang, dan dibangun dengan berpedoman pada tradisi
dapat dimasukkan ke dalam kategori arsitektur tradisional (Kusumawati, 2007:1).
Di beberapa bagian di Indonesia, terutama di area yang biasa disebut sebagai ?pulau bagian dalam? -Jawa, Madura, Bali, dan
Lombok Barat- bentuk dan fitur yang umum dipakai pada tradisi arsitektur vernakular Austronesia kuno telah dilebur dengan tradisi
dan langgam bangunan yang datang sesudahnya. Peleburan ini terjadi dalam derajat bahwa bentuk dan fiturnya telah diubah
sehingga sulit dikenali lagi ataupun telah diganti secara keseluruhan. Sebab utama keadaan ini adalah dampak pengglobalan dan
pembudayaan Hindu-Budha (antara abad kedua hingga kelima), dan ekspansi kultural Islam (setelah abad kedua belas), ditambah
pertumbuhan politik berbasis negara yang sangat tersentralisasi yang mampu memobilisasi mayoritas populasi mereka hingga
termasuk masyarakat yang berada di kejauhan, membentangkan kekuasaan politik mereka dan pengaruh kultural ke semua sektor
kehidupan sosial dan mempengaruhi semua sisi kehidupan. Dengan kata lain, tipe rumah tradisional Indonesia di bagian kepulauan
Indonesia ini adalah hasil dari proses-proses transformasi dimana tujuan ideal dan prinsip arsitektural asing berkombinasi dengan
bentuk dan fitur yang merupakan warisan tradisi kultural domestik (Wuisman, 2007:39).
5.2. Bangunan Tradisional di Bali
Lumbung merupakan bagian dari arsitektur tradisional Bali. Secara fisik berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil-hasil pertanian
khususnya padi. Selain itu, fungsi sosial lumbung menunjukkan status sosial dari masyarakat baik keadaan ekonomi maupun mata
pencahariannya. Didalam perkembangannya, era keterbukaan sangat berpengaruh terhadap pergeseran sistem mata pencaharian
pokok dari sektor pertanian dari sektor industri, perdagangan, dan lain-lainnya. Sehingga sangat berpengaruh terhadap fungsi
utamanya. Hal ini juga didukung oleh pertumbuhan penduduk, dan dialihfungsikannya tempat-tempat yang dulunya didirikan
lumbung menjadi fungsi bangunan komersial.
Ketika lumbung sudah tidak bisa berfungsi secara optimal sesuai fungsi aslinya, akibat kemajuan-kemajuan pada sektor-sektor di
luar pertanian dan adanya pola pikir masyarakat yang semakin cenderung lari ke sektor-sektor yang lain, maka masyarakat
diharapkan berpikir secara arif terhadap keberadaan lumbung itu sendiri. Arif dalam hal ini adalah memandang bahwa lumbung
merupakan warisan budaya yang tak ternilai dan patut dipertahankan serta dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan
bermanfaat.
Lumbung merupakan salah satu unit bangunan pada rumah tinggal tradisional Bali. Letak atau posisi unit bangunan ini berdasarkan
pedoman asta kosala-asta kosali-asta gumi adalah di daerah nista. Lumbung merupakan bangunan berbentuk panggung dengan
denah empat persegi panjang, bertiang empat dengan atap pelana. Bagian atas lumbung berfungsi sebagai ruang penyimpan padi dan
bagian bawah yang disebut bale berfungsi sebagai ruang istirahat keluarga sekaligus sebagai ruang untuk membuat perlengkapan
upacara atau banten, menenun, dan lain sebagainya.
Gambar 5.1. Lumbung dan Sistem Konstruksinya

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

Sumber : Sulistyawati, 1998:20
Keberadaan lumbung sangat dipengaruhi oleh sistem mata pencaharian masyarakat tradisional Bali, yaitu sebagai petani yang
memang sesuai dengan ciri geologi, geografi, astronomi dan iklim pulau Bali. Bila dikaitkan dengan kegiatan pertanian, keberadaan
lumbung juga mencerminkan sistem budaya masyarakatnya, yaitu adanya kepercayaan/pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi
Kemakmuran dimana lumbung diyakini sebagai stananya, karena bagi masyarakat Bali, padi melambangkan Dewi Sri atau Dewi
Kemakmuran dalam bentuk nyata (dewa nyekala).
Pergeseran sistem mata pencaharian pokok dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, dan lain-lain; berubahnya sistem
penyimpanan dari tabungan bahan bangunan yang berupa hasil bumi, seperti : padi, palawija, ternak (natura) menjadi bentuk uang
(perbankan), sangat berpengaruh terhadap fungsi pokok lumbung, yaitu dari tempat menyimpan padi ke berbagai jenis fungsi
lainnya. Pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan ruang privasi yang semakin meningkat, sedangkan luas pekarangan tidak
bertambah telah memaksa masyarkaat untuk memanfaatkan zone peruntukan lumbung untuk didirikan bangunan tempat tinggal.
Sedangkan di daerah urban/pariwisata tanah memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, turut mendorong terjadinya alih fungsi ruang
peruntukan lumbung menjadi tempat bangunan sewaan.
Pada arsitektur tradisional daerah-daerah di Indonesia sebuah kesamaan umum dapat kita temui dari aneka ragam wujud yang
mereka tampilkan. Kita dapati bahwa lumbung dan rumah tinggal adalah dua bangunan yang terpisah satu sama lain, biasanya
perletakannya berhadap-hadapan, berurutan (muka-belakang) atau berjejeran satu sama lain. Terlepas dari adanya dua bangunan
yang terpisah itu, yang menarik adalah bahwa kedua bangunan tadi tidak banyak berbeda dalam penampilan bentuk umumnya
(perkecualian untuk itu terdapat di Bali dan Lombok). Mulai dari Sumatra hingga Sumbawa misalnya, bentuk yang dipakai untuk
hunian adalah juga bentuk yang dipakai untuk lumbungnya (Prijotomo, 2008:35).
Lumbung tidak peduli apa pun juga namanya dalam arsitektur klasik adalah tempat penampungan padi. Bagi masyarakat tradisional,
padi merupakan salah satu penyebab utama kelangsungan hidup mereka (bahan makanan pokok), padi ini tidak bisa diperlakukan
dengan seenaknya dalam menggarap berhubung adanya berbagai tahap pekerjaan yang perlu dilakukan dalam menanam. Kedudukan
sebagai bahan pokok serta ciri padi yang menuntut perawatan yang seksama itulah yang membuat padi ini oleh masyarakat Jawa
misalnya, disebut sebagai Dewi Sri, sebagai pemberi kehidupan. Memang padi tak ubahnya dengan hidup itu sendiri, dimana
hanyalah dengan berupaya sekuat serta seksama, hidup akan menjadi berarti bagi manusianya; itulah hikmah dan perlambang padi
yang menjadikan orang Jawa mendewikan tanaman padi. Hikmah itu pula yang membawa masyarakat tradisional untuk membuat
lumbung dengan sosok yang mirip dengan hunian, meskipun dengan ukuran yang lebih kecil. Disini lumbung bukan hanya sekadar
penampung padi, tetapi jauh lebih besar lagi peranan dan fungsinya.
Lumbung hanya didirikan setelah pasangan merupakan sebuah keluarga yang berhasil memanen padi, yang berhasil melintasi
tantangan untuk menyelenggarakan kelangsungan hidup. Lumbung yang dalam bahasa tradisional Bima dan Dompu disebut sebagai
pompa, dalam kehadirannya untuk pertama kali, bagi pasangan ini merupakan permakluman kepada lingkungan bahwa keluarga
baru ini bisa mengatasi tantangan hidup dan sekaligus menjamin bahwa mereka akan tetap hidup di hari esok. Di samping itu,
apabila dalam membuat hunian dasar ukuran yang dipakai adalah bagian tubuh si suami, maka untuk pompa ini, bagian-bagian ini
tubuh sang istri yang dijadikan dasar ukurannya. Dua bangunan dengan bentuk mirip, masing-masing dengan dasar ukuran yang
berbeda, kini telah bersama-sama telah membentuk satu ketunggalan yang berupa rumah. Bukankah ini mencerminkan pula
keberadaan (eksistensi) sebuah keluarga yang terdiri dari dua pribadi suami dan istri yang tidak lagi terpisahkan satu sama lain, tidak
pula merupakan sekadar hidup bersama dari laki-laki dan perempuan.
Tipe rumah tradisional dalam kelompok permukiman masyarakat Bali pada umumnya merupakan sekelompok bangunan yang
secara fungsional berbeda yang diatur dengan cara yang khusus dalam kelompok (kuren) yang dilingkupi oleh pagar dinding, sama
dengan rumah tradisional tipe kumpulan bangunan dari masyarakat Jawa. Ada tujuh elemen dasar : (1) pintu masuk; (2) ruang tidur
berupa beranda terbuka; (3) lumbung atau tempat penyimpanan padi; (4) bangunan dapur; (5) kamar mandi; (6) ruang kerja; (7)
sebuah tempat pemujaan keluarga (Wuisman, 2007:40).
5.3. Bangunan Tradisional di Nusa Tenggara Barat
Bagian Timur dan Selatan Pulau Lombok didiami oleh masyarakat Sasak. Berbeda dengan tradisi Hindu-Budha masyarakat Bali
yang mendiami bagian Barat pulau, kultur masyarakat Sasak adalah sinkretis antara keimanan Islam dan kepercayaan serta praktik
animistis. Arsitektur rumah tradisional dan bangunan lainnya mewakili percampuran antara tradisional Bali dan langgam tipikal
bangunan Indonesia Timur.
Rumah tradisional Sasak (uma mbatangu) biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu lantai yang berbeda ketinggian dan
diperuntukkan bagi fungsi yang berbeda. Bagian lantai yang lebih tinggi berbentuk persegi dan biasanya dipakai sebagai tempat
tidur untuk perempuan. Lantai di bagian ini kurang lebih satu setengah meter lebih tinggi daripada lantai bagian yang rendah. Bagian

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

rendah terletak di depan bagian yang lebih tinggi ini. Bagian rendah ini sebenarnya adalah ruang terbuka tempat tamu atau
pengunjung diterima pada siang hari dan para anggota keluarga laki-laki tidur ketika sore dan malam.
Dua bagian rumah tradisional Sasak ini dinaungi sebuah struktur atap tunggal yang didukung struktur atap yang relatif rendah. Di
bagian yang berlantai lebih tinggi, ruang antara tiang yang mendukung struktur atap disekat dengan tikar anyaman bambu yang
indah. Karena perbedaan ketinggian lantai, di bagian yang lebih tinggi, ujung atap hampir menyentuh tanah. Apabila dipandang dari
luar, struktur atap rumah tradisional Sasak ini kelihatan sama dengan rumah tradisional tipe Joglo yang dibangun masyarakat Jawa.
Bagian tengah struktur atap berpuncak kuadrilateral yang menjulang tinggi (toko), di bagian rusuk yang agak pendek dan menumpu
pada blandar pendukung di puncak keempat tiang utama adalah pusat rumah. Di dasar puncak ini, pada keempat sisinya, struktur
atapnya diperpanjang ke luar ke empat jurusan dengan kemiringan yang lebih landai yang memanjang melebihi garis tepi dinding
tepi rumah.
Gambar 5.2. Perumahan Tradisional Suku Sasak di Lombok
Sumber : www.images.google.co.id, 2008, didownload pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2008 pukul 07.00 WITA
Gudang padi atau lumbung Sasak berbeda dengan yang ada di Bali terutama pada konstruksi diatas struktur tiang dan blandar yang
ditinggikan. Tempat yang dipakai untuk penyimpanan padi biasanya merupakan struktur atap kupluk yang ditutupi dengan rumput
alang-alang (imperata cylindrica) dan diletakkan diatas struktur tiang dan blandar pendukung. Ini berarti dinding adalah bagian yang
menyatu dengan atap yang ditegakkan secara vertikal tepat pada struktur tiang dan blandar pendukung. Bentuk dan penampilan
tempat penyimpanan padi ini sangat serupa dengan beberapa jenis rumah tradisional yang ditemukan di bagian lain daerah Nusa
Tenggara lebih ke Timur.
Gambar 5.3. Lumbung Tradisional Suku Sasak di Lombok
Sumber : www.images.google.co.id, 2008, didownload pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2008 pukul 07.01 WITA
5.4. Bangunan Tradisional di Nusa Tenggara Timur
Arsitektur tradisional di Pulau Sumba dapat dijumpai di kampung-kampung adat yang tersebar di seluruh pulau. Arsitektur tersebut
tampil dalam bentuk bangunan, batu kubur, monumen, maupun lingkungan. Kekuatan tradisi dan budaya, terutama di kampung adat,
menciptakan bentuk arsitektur yang unik dan khas sekaligus melestarikannya. Tradisi berkuda masyarakat Sumba misalnya,
merupakan salah satu penyebab terciptanya bentuk panggung pada rumah tradisional. Ketinggian panggung rumah umumnya
disesuaikan dengan tinggi punggung kuda (setinggi pundak orang dewasa). Penyebab lain bentuk khas tersebut adalah proses
kompromi terhadap lingkungan dan ketersediaan bahan disekitarnya. Panggung rumah dan sistem ikat menjadikan bangunan rumah
adat Sumba sebagai bangunan tropis yang tahan gempa.
Kampung adat Sumba memiliki pola kampung yang unik. Keterbatasan pola susunan terhadap keamanan dan persatuan, bahan dan
teknologi, mobilitas, serta struktur sosial yang kaku mempengaruhi luasan kampung adat. Tradisi dan budaya sangat mempengaruhi
suasana kampung yang diekspresikan secara religius simbolik. Simbol tersebut digunakan untuk mengkomunikasikan makna dan
susunan yang mencerminkan hubungan antar penghuni rumah adat, serta hubungan masyarakat dengan leluhurnya.
Rumah adat Sumba merupakan rumah di dalam kampung adat yang menjadi tempat berkumpulnya satu keturunan keluarga. Bentuk
rumah yang unik, didominasi oleh menara atap. Bentuk atap tersebut merupakan lambang perahu yang membawa nenek moyang
orang Sumba tiba di Pulau Sumba.
Gambar 5.4. Rumah Tradisional (Uma) Sumba di NTT
Sumber : www.images.google.co.id, 2008, didownload pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2008 pukul 07.04 WITA
Rumah tradisional masyarakat Manggarai, termasuk di Kampung Ruteng dan Kampung Todo terdiri atas beberapa jenis yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan serta budaya dan kepercayaan masyarakatnya. Akan tetapi meskipun secara tipologi bentuk
dan fungsinya berbeda namun secara umum sebutannya sama, yakni Mbaru (=rumah). Sebutan Mbaru ini selalu diikuti dengan nama
rumah berdasarkan fungsi atau kegunaannya, seperti : Mbaru Niang Mese (rumah adat), Mbaru Niang Koe (rumah tinggal biasa),
Mbaru Tekur (rumah tempat istirahat). Mbaru Niang Mese juga disebut Mbaru Gendang (rumah gendang).
Secara horisontal pola ruang pada arsitektur rumah tradisional di kedua kampung ini berintikan pada ruang tengah yang mengitari
Sembilan tiang utama Siri Mese (Siri Bongkok dan Siri Leles). Pada bagian tengah ini terdapat ruang bersama (Lutur) dan bagian
samping disekitarnya difungsikan sebagai tempat tidur keluarga yang dibagi dalam sekat-sekat lembaran kayu dengan tinggi + 3
meter yang terdiri atas 4 (empat) buah kamar.
Susunan ruang dari bawah ke atas adalah sebagai berikut :
1. Lutur = ruang sebagai tempat manusia.
2. Lobo Mese = ruang sebagai tempat menyimpan makanan.
3. Lempa rae = ruang sebagai tempat menyimpan benih, seperti benih jagung dan benih padi.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/20 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:46:33 2017 / +0000 GMT

4. Sekan kode = ruang sebagai tempat menyimpan jimat/alat perang.
Roang Koe = sebagai ruang hampa/kosong, disakralkan sebagai ruang milik Tuhan.
Gambar 5.5. Rumah Tradisional Mbaru di NTT
Sumber : Laporan Survei Lapangan Balai PTPT Denpasar, 2009
5.5. Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa
5.5.1. Rumah Sederhana Sehat
Rumah sederhana sehat adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana, tetapi masih
memenuhi standar kebutuhan min