Pengembangan dan Pengelolaan Daerah Penyangga…. M. Bismak dan R. Sawitri
7
kubis dan wortel. Selain itu tanaman obat-obatan juga menjadi target penanaman di daerah agroforestry. Sebagai contoh, salah satu desa kecamatan di batas
TNGC menghasilkan 28 ton jahe dan 15 ton kunir per tahun sebagai bahan rempah dan obat-obatan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan, 2004.
4. Sumber Kayu
Di daerah penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, masyarakat menanam sengon dan mahoni, dalam 1 keluarga ada yang memiliki 700 batang
pohon sengon Bismark, 2004. Agroforestry di Sumatera Barat telah membudi- dayakan 40 jenis pohon yang bernilai ekonomis Michon dan Deforestra, 1995.
5. Habitat Satwaliar
Agroforestry yang sudah tertata dengan keanekaragaman jenis tinggi dan komposisi tajuk yang baik dapat menjadi habitat dari beberapa jenis satwa, seperti
primata, beruang, dan mamalia teresterial. Peran satwa tersebut dapat sebagai penyebar biji-bijian yang membantu proses regenerasi dan peningkatan keaneka-
ragaman tumbuhan. Perbandingan keanekaragaman jenis burung di hutan primer dan di hutan agroforestry dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Keanekaragaman jenis burung di hutan primer dan hutan agroforestry Jenis
Hutan primer Maninjau
Agroforestry karet Muara Bungo
Agroforestry damar Krui
Agroforestry durian Maninjau
Jenis burung 179
105 92
69 Jenis langka
79,9 72,3
75 62,5
Sumber : Thiollay, 1995
Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa 25 dari spesies burung yang ada di agroforestry tidak dijumpai di hutan alam. Jumlah spesies mamalia yang
ditemukan di agroforestry durian 33 jenis, di hutan karet 39 jenis, dan hutan damar 46 jenis dengan jenis yang dilindungi masing-masing 14, 15, dan 17 jenis Michon
et al., 2000.
Dengan demikian, pengembangan hutan rakyat dengan sistem agroforestry memiliki manfaat sebagai rehabilitasi kawasan di daerah penyangga sekitar
kawasan taman nasional sekaligus manfaat ekonomis dan ekologis untuk konservasi jenis satwa di luar dan di dalam taman nasional Bismark, 2002. Hal ini
karena hutan rakyat yang memiliki struktur vegetasi menyerupai hutan alam merupakan habitat satwaliar untuk burung dan mamalia mencari pakan burung
berupa biji-bijian dan serangga. Hasil penelitian keragaman burung di TNGC dapat dilihat pada Tabel 5.
Hutan tanaman pinus di jalur interaksi daerah penyangga TNGC dapat menjadi habitat elang jawa yang langka. Kondisi lantai hutan yang banyak ditumbuhi
tumbuhan bawah sangat potensial untuk habitat mamalia kecil teresterial, sebagai sumber pakan burung predator, dan habitat serangga sebagai pakan burung
pemakan serangga.
6. Konservasi Lahan dan Air