Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Eriyanti Doloksaribu Tempat, Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 19 Mei 1993

Alamat : Jalan Jamin Ginting Gang Dipanegara No. 17C Medan

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak Santa Lusia Pematangsiantar 1998-1999

2. Sekolah Dasar RK Budi Mulia 1 Pematangsiantar 1999-2005

3. Sekolah Menengah Pertama RK Bintang Timur Pematangsiantar 2005-2008

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pematangsiantar 2008-2011

5. S1 Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran USU 2011-sekarang

Riwayat Organisasi :

1. Sekretaris Manajer PO3 SCORE PEMA FK USU 2012-2013

2. MPA SCORE PEMA FK USU 2013-2014

3. Koordinator Kunjungan Sekolah (K2S) Persekutuan Siswa

Kristen PERKANTAS Medan 2012-2013

4. Tim Pembimbing Siswa (TPS) Persekutuan Siswa Kristen


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Dian Eriyanti Doloksaribu, adalah mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan melakukan penelitian berjudul

Prevalensi Kista Ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013.

Saya memilih judul penelitian tersebut karena banyaknya kasus kista ovarium di Indonesia. Sekitar 20-25% kematian wanita subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium dengan insiden kista ovarium adalah 7% dari populasi wanita dengan delapan puluh lima persen (85%) kista ovarium bersifat jinak.

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang terdapat di ovarium. Kista ovarium terbagi atas kista fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional adalah kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma kehamilan. Kista patologi yang pada umumnya disebut tumor ovarium dapat bermanifestasi jinak, borderline, maupun ganas. Tumor ovarium yang bersifat ganas disebut dengan kanker ovarium. Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor ovarium berasal dari salah satu antara empat komponen ovarium yaitu: epitel permukaan, sel germinativum, dan stroma ovarium.

Merokok, menarche yang lebih awal, dan jumlah paritas yang lebih kecil menjadi faktor resiko terhadap kejadian ginekologi di Jepang. Selain itu, faktor resiko terjadinya kista ovarium termasuk nulliparitas (belum pernah melahirkan), paritas yang rendah, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53.


(3)

Proporsi penderita kista ovarium berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 29-37 tahun, proporsi penderita kista ovarium berdasarkan jenis kista tertinggi adalah kista ovarium jinak, proporsi penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi yaitu terapi pembedahan. Penggunaan kontrasepsi oral diketahui menjadi faktor proteksi, wanita yang menggunakan obat kontrasepsi hampir tidak pernah mengalami kista ovarium fungsional.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan penulisan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan kedokteran dan mendapat gelar sarjana kedokteran. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu Kepala Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan untuk memberikan izin kepada saya dalam hal pengambilan data penelitian dari rekam medik pasien. Adapun data individu (identitas pasien) dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan.

Demikian surat ini dibuat, atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengabulkan permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2014 Hormat saya,


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Lampiran 11

NAMA USIA USIA

MENARCHE PARITAS KONTRASEPSI

JENIS

KISTA HISTOPATOLOGI

LETAK

KISTA TAT

AA 38 14 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

AB 55 12 Grandemultipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

AC 20 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

AC 24 14 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

AD 45 15 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

AE 38 11 Primipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Bilateral

AF 45 14 Grandemultipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Bilateral

AG 42 13 Multipara Ya Fungsional

Kista

endometriosis Bilateral

AH 15 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

AI 36 13 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

AJ 62 14 Grandemultipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

AK 38 13 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

AL 43 13 Nullipara Tidak Fungsional


(13)

endometriosis

AM 17 16 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

AN 44 18 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

AO 39 13 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

AP 23 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

AQ 19 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

AR 17 14 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

AS 35 14 Nullipara Tidak Fungsional Kista folikular Kanan

AT 60 15 Nullipara Tidak Patologi Kista dermoid Kanan

AU 45 12 Multipara Ya Patologi Kista dermoid Kanan

AV 37 15 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

AW 28 13 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

AX 38 14 Primipara Tidak Patologi Kista dermoid Bilateral

AY 16 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

AZ 47 12 Multipara Tidak Patologi

Kistoma ovarii

simpleks Bilateral

BA 25 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Bilateral

BB 25 14 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii


(14)

BC 47 14 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

BD 66 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

BE 16 12 Nullipara Tidak Patologi

Kistoma ovarii

simpleks Kiri

BF 23 13 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

BG 17 12 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Bilateral

BH 28 12 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

BI 28 14 Primipara Tidak Patologi

Kistoma ovarii

simpleks Kiri

BJ 34 12 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

BK 51 15 Multipara Ya Patologi

Kistoma ovarii

simpleks Kiri

BL 27 14 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

BM 52 14 Multipara Ya Fungsional Kista teka lutein Kiri

BN 29 12 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

BO 18 14 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

BP 29 14 Multipara Ya Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

BQ 58 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii


(15)

BR 22 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

BS 28 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

BT 43 13 Multipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

BU 50 14 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Bilateral

BV 25 14 Nullipara Tidak Patologi Kista dermoid Kiri

BW 29 13 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

BX 34 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

BY 20 12 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

BZ 34 10 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

CA 20 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

CB 21 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

CC 37 12 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

CD 38 14 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CE 12 11 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

CF 43 12 Nullipara Tidak Fungsional

Kista


(16)

CG 18 8 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kanan

CH 17 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CI 44 12 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

CJ 22 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CK 43 13 Primipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

CL 53 14 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CM 63 16 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

CN 30 11 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

CO 38 12 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

CP 16 12 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

CQ 40 11 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CR 67 13 Grandemultipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

CS 55 14 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

CT 12 12 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri


(17)

CV 38 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CW 21 16 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CX 45 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

CY 24 14 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kiri

CZ 35 13 Multipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

DA 41 16 Multipara Tidak Fungsional Kista folikular Kanan

DB 32 13 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Bilateral

DC 44 13 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kanan

DD 21 12 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

DE 36 13 Multipara Tidak Fungsional Kista teka lutein Kanan

DF 15 13 Nullipara Tidak Fungsional

Kista

endometriosis Kiri

DG 21 15 Nullipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

DH 19 12 Nullipara Tidak Fungsional Kista folikular Kanan

DI 42 13 Multipara Ya Patologi

Kistadenoma ovarii

musinosum Kiri

DJ 50 12 Primipara Tidak Patologi

Kistadenoma ovarii

serosum Kanan

DK 33 12 Nullipara Tidak Fungsional Kista folikular Kanan

DL 16 13 Nullipara Tidak Fungsional


(18)

endometriosis

Data Demografi

Islam Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pegawai Swasta Tamat SLTA Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Wiraswasta Tamat SLTA Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SD

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTP


(19)

Medan kawin

Islam Pegawai negeri Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota Medan

Belum kawin


(20)

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTA Medan Kawin

Islam Petani Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin


(21)

Islam Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Wiraswasta Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Petani Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pegawai Swasta Tamat sarjana

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SD

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Katolik Petani Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota


(22)

Islam Wiraswasta Tamat SLTA Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP Medan Kawin

Kristen

Protestan Pegawai negeri Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Pegawai Swasta Tamat SD

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Wiraswasta Tamat SLTP Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin


(23)

Protestan Medan kawin Kristen

Protestan Wiraswasta

Tidak tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Petani Tamat SD

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Pegawai negeri Tamat sarjana

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Ibu rumah tangga Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Kristen

Protestan Wiraswasta Tamat SLTA

Luar Kota

Medan Kawin

Islam Pelajar/Mahasiswa Tamat SLTA

Luar Kota Medan

Belum kawin

Islam Wiraswasta Tamat SLTP

Luar Kota Medan

Belum kawin Kristen

Protestan Ibu rumah tangga Tamat SLTP Medan Kawin

Islam Wiraswasta Tamat SLTA


(24)

Medan

Islam Wiraswasta Tamat SLTA Medan

Belum kawin

Lampiran 12

Kelompok Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-19 16 17.6 17.6 17.6

20-51 65 71.4 71.4 89.0

>51 10 11.0 11.0 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu rumah tangga 40 44.0 44.0 44.0

Wiraswasta 19 20.9 20.9 64.8

Pegawai negeri 10 11.0 11.0 75.8


(25)

Pelajar/Mahasiswa 15 16.5 16.5 95.6

Petani 4 4.4 4.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tamat sarjana 9 9.9 9.9 9.9

Tamat SLTA 39 42.9 42.9 52.7

Tamat SLTP 22 24.2 24.2 76.9

Tamat SD 20 22.0 22.0 98.9

Tidak tamat SD 1 1.1 1.1 100.0


(26)

Jenis Kista Ovarium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Fungsional 25 27.5 27.5 27.5

Patologi 66 72.5 72.5 100.0

Total 91 100.0 100.0

Letak Kista Ovarium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kanan 44 48.4 48.4 48.4

Kiri 38 41.8 41.8 90.1

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nullipara 47 51.6 51.6 51.6

Primipara 11 12.1 12.1 63.7

Multipara 29 31.9 31.9 95.6

Grandemultipara 4 4.4 4.4 100.0

Total 91 100.0 100.0

Penggunaan Kontrasepsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 15 16.5 16.5 16.5

Tidak 76 83.5 83.5 100.0


(27)

Bilateral 9 9.9 9.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

Tatalaksana Kista Ovarium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Watchful waiting 9 9.9 9.9 9.9

Laparaskopi 32 35.2 35.2 45.1

Laparatomi 50 54.9 54.9 100.0

Total 91 100.0 100.0

Klasifikasi Menarche

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <15 75 82.4 82.4 82.4

>14 16 17.6 17.6 100.0


(28)

Histopatologi Kista Ovarium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kista folikular 4 4.4 4.4 4.4

Kista teka lutein 3 3.3 3.3 7.7

Kista endometriosis 18 19.8 19.8 27.5

Kista dermoid 4 4.4 4.4 31.9

Kistadenoma ovarii musinosum

25 27.5 27.5 59.3

Kistadenoma ovarii serosum

33 36.3 36.3 95.6

Kistoma ovarii simpleks 4 4.4 4.4 100.0


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bondagji. 2012. Histopathological pattern of ovarian neoplasms and their age distribution in the western region of Saudi Arabia. Saudi Med J,Vol. 33(1):61-65

Ammer, Christine. 2009. The Encyclopedia of Women’s Health, Sixth Edition. United States of America: Facts on File Inc.

Carlson, Karen J., Stephanie A. Eisenstat, Terra Diane Ziporyn. 2004. The New Harvard Guide to Women's Health. United States of America: The President and Fellows of Harvard College.

Christensen, Boldsen, Westergaard. 2002. Functional ovarian cysts in premenopausal and gynecologically healthy women. Philadelphia: Mosby Inc., an affiliate of Elsevier Inc.

Cunningham, F. Gary, Kenneth Leveno, Steven Bloom, John Hault, Dwight Rouse, Catherine Spong. 2010. Williams Obstetrics. United States of America: The Mc.Graw-Hill Companies.

Falcone, Tommaso, William Hurd. 2007. Clinical Reproductive Medicine and Surgery. Philadelphia: Mosby Inc., an affiliate of Elsevier Inc.

Fournet, Jean Christophe. 2014. Endometriotic Cyst (Chocolate Cyst) of Ovary. Available from: http://www.webpathology.com/image.asp?case=524&n=2 [Accessed 2014 ]

Fujita, Megumi , Tase T., Kakugawa Y., Hoshi S., Nishino Y., Nagase S. et al. 2008. Smoking, Earlier Menarche, and Low Parity as Independent Risk Factors for Gynecologic Cancers in Japanese: A Case Control Study, Tohoku Journal, Hlm. 297-307.

Ghartimagar, Ghosh, KC G, Ranabhat, Talwar. 2013. Surface Epithelial tumors

of ovary – an analysis in a tertiary referral hospital. Journal of Pathology of

Nepa, Vol. 3, 397-402.

Ghofrani, Mohiedean. 2011. Non-neoplastic Cysts / Other Follicular Cyst.


(30)

http://www.pathologyoutlines.com/topic/ovarynontumorfollicularcysts.html [Accessed Agustus 2011 ]

Hadibroto, Budi R. 2005. Laparaskopi pada Kista Ovarium, Majalah Kedokteran Nusantara,Vol. 38, No. 3.

Helm, 2013. Ovarian Cysts.Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview#aw2aab6b2b6 [Accessed on 2013 ]

Hoskins, William J. 2005. Principles and Practice of Gynecologic Oncology. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Kumar, Cotran, Robbins. 2013. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC.

Lee, Cho, Roh. 2011. Clinicopathological characteristics of ovarian tumours according to menarchal status in Korean girls. Journal of Paediatrics and Child Health, 436-440.

Linawati, Lely. 2013. Tingkat Pengetahuan Wanita Subur tentang Kista Ovarium

di Desa Jabung Sragen Tahun 2013. Available from:

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/7/01-gdl-lelylinawa-337-1-ktileli-9.pdf [Accessed 2013 ]

Maharjan, 2013. Clinicomorphological study of Ovarian Lesions. Journal of Chitwan Medical College, 17-24.

Maimunah, Siti. Kamus Istilah Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Malli, Vyas, Gupta, Desai. 2014. A histological study of ovarian tumors in different age groups. International Journal of Medical Science and Public Health, Vol.3, Issue 3.

Manuaba, I. A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra et. al. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Jakarta: EGC.

Netter, Frank H. 2008. Netter’s Obstetry & Gynecology.United States Of America: Saunders, an imprint of Elsevier Inc.

Norwitz, Errol dan John Schorge. 2008. At a Glance: Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Erlangga.


(31)

Oepomo, 2007. Dampak Endometriosis terhadap Kualitas Hidup Perempuan. Available from: http://eprints.uns.ac.id/965/1/pengukuhan_tedjo.pdf [Accessed 2007 ]

Pernoll, Martin L. dan Benson. 2001. Handbook of Obstetrics & Gynecology. United States of America: McGraw-Hill Companies.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Pudasini, S., Lakhey M., Hirachand S., Akhter J., Thapa B. 2011. A Study of Ovarian Cyst in A Tertiary Hospital of Kathmandu Valley. Nepal Medical College Journal, 13(1):39-41

Rezkini, Putri. 2009. Hubungan antara Usia Pasien dan Derajat Keganasan Tumor Ovarium Primer Tipe Sel Benih di Jakarta selama 10 Tahun

(1997-2006). [Accessed 10 Juli2009 ]

Roett, Michelle A. dan Patricia Evans, 2009. Ovarian Cancer: An Overview. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19817326 [Accessed 15 September, 2009 ]

Ryadi, A. L. Slamet dan T. Wijayanti. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Jakarta: Salemba Medika.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood, Lauralee. 2013. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sinclair, Norman. 2010. Polycystic Ovary Syndrome. United States of America: Cambridge.

Siringo, Dumaris, Hiswani, Jewadi. 2013. Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di Rumah Sakit ST. Elisabeth Medan Tahun 2008-2012. [Accessed 2013]


(32)

Sultan, Charles. 2004. Pediatric and Adolescent Gynecology: Evidence-based Clinical Practice. Jerman: S. Karger AG.

The Patient Education Institute. 2011. Ovarian Cysts Reference Summary.

Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/tutorials/ovariancysts/og299104.pdf [Accessed 3 Januari 2011 ]

Tortora, Gerard J., dan Bryan Derrickson, 2009. Principles of Anatomy and Physiology. United States of America: John Wiley & Sons Inc.

Uthman, 2010. Pathological and Histological Images Courtesy of Ed Uthman. Available

from:http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Luteoma_of_Pregnancy,_Oop horectomy_(gross)_(4730170105).jpg [Accessed 2010]

Vorvick, Linda J. 2012. Ovarian Cysts. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17108.htm [Accessed 26 Februari 2012]

Wahl, Carter E. 2007. Hardcore Pathology. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 3.2 Defenisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1 Prevalensi Kista Ovarium

Prevalensi adalah proporsi subyek yang menderita kista ovarium pada suatu waktu tertentu (kasus lama dan kasus baru).

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : Jumlah penderita kista ovarium

Skala Ukur : Nominal

Kista Ovarium Prevalensi:

Data Demografi Usia Menarche Paritas

Penggunaan Kontrasepsi Jenis

Histopatologi Letak


(34)

3.2.2 Usia

Usia adalah umur pasien saat didiagnosis menderita kista ovarium yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan dan dinyatakan dalam tahun.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. 0-19 tahun b. 20-51 tahun c. >51 tahun

Skala ukur : Ordinal

3.2.3 Usia Menarche

Usia menarche adalah umur pasien saat menstruasi pertama yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan dan dinyatakan dalam tahun.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. ≤ 14 tahun b. ≥15 tahun

Skala ukur : Ordinal

3.2.4 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan bayi yang mampu hidup diluar rahim dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder


(35)

Hasil ukur : a. Nullipara, yaitu wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali

b. Primipara, yaitu wanita yang telah pernah melahirkan sebanyak satu kali

c. Multipara, yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak 2-5 kali

d. Grandemultipara, yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak enam kali/lebih

Skala ukur : Ordinal

3.2 6 Penggunaan Kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi adalah pemakaian obat pil oleh wanita sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Menggunakan kontrasepsi b. Tidak menggunakan kontrasepsi

Skala ukur : Nominal

3.2.7 Jenis Kista Ovarium

Jenis kista ovarium adalah klasifikasi kista ovarium, yaitu neoplastik atau non-neoplastik yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Kista ovarium fungsional

b. Kista ovarium patologis


(36)

3.2.8 Histopatologi Kista Ovarium

Histopatologi kista ovarium adalah diagnosis kista ovarium secara mikroskopis sel dan jaringan yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Kista folikular b. Kista teka lutein c. Luteoma kehamilan d. Kista korpus luteum e. Kista endometriosis f. Kista Stein-Leventhal g. Kista dermoid

h. Kistadenoma ovarii musinosum i. Kistadenoma ovarii serosum j. Kistoma ovarii simpleks k. Kista jenis lain

Skala ukur : Nominal

3.2.9 Letak Kista Ovarium

Letak kista ovarium adalah lokasi ditemukaanya kista ovarium yang tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Ovarium kiri

b. Ovarium kanan

c. Ovarium kiri dan kanan


(37)

3.2.10 Tatalaksana Kista ovarium

Tatalaksana kista ovarium adalah penanganan yang diberikan kepada pasien dengan kista ovarium dan tercatat dalam data rekam medik di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Cara ukur : Observasi data sekunder

Alat ukur : Data rekam medis

Hasil ukur : a. Watchful waiting

b. Pil kontrasepsi

c. Laparaskopi

d. Laparatomi


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif observasional dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung dinilai secara simultan pada suatu saat tertentu yang tidak memerlukan follow-up (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Penelitian ini mendeskripsikan prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai Desember 2013.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan November 2014.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Penentuan lokasi ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan wilayah pembangunan A yaitu Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang didapat dari rekam medis sebagai data sekunder mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi (Total Sampling).


(39)

• Kriteria inklusi : a. Diagnosis penyakit kista ovarium jinak.

b. Data rekam medis pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013.

c. Data rekam medis yang lengkap.

• Kriteria eksklusi : a. Diagnosis penyakit kista ovarium ganas (kanker ovarium).

b. Data rekam medis yang tidak diantara bulan Januari 2012 sampai bulan Desember 2013.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yaitu data rekam medik dengan kasus kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013.

4.5 Pengelolaan dan Analisis Data

Tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Editing, yaitu mengkoreksi data yang tidak jelas agar bila terjadi

kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terihat dan segera dilakukan perbaikan.

b. Coding, yaitu memberi kode pada check list sesuai data pada catatan

medik pasien.

c. Tabulating, yaitu memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam

tabel sesuai dengan kriteria.

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program Statistical Product for the Social Sciences (SPSS). Dalam penelitian ini, data adalah berbentuk kategorik dan akan dianalisis secara deskriptif. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai rumah sakit kelas A sejak tahun 1990 berdasarkan SK Menkes No. 335/ Menkes/ SK/ 7/ 1990. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga pasien yang datang memiliki latar belakang dan riwayat medis yang bervariasi. Sebagai rumah sakit kelas A dan pusat rujukan, rumah sakit ini memiliki cukup banyak tenaga medis dan fasilitas penunjang yang cukup lengkap. RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki ruangan Instalasi Rekam Medik sebagai unit pelayanan non-struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rekam medis. Di ruangan inilah peneliti mengambil data penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap 138 sampel yang didiagnosis awal menderita kista ovarium dengan metode penelitian potong lintang (cross sectional). Data diperoleh dengan melihat rekam medis yang tersimpan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik, Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu

Jumlah sampel awal yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 138 orang. Sampel dipilih dengan melihat rekam medis yang tertulis bahwa diagnosis awal adalah kista ovarium. Tetapi, hanya 91sampel yang masuk dalam kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu: diagnosis kista ovarium jinak pada data rekam medis bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 dan memiliki data yang lengkap. Hal ini dapat digambarkan pada gambar berikut:


(41)

Gambar 5.1 Alur Penghitungan Sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok usia, kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang (71,4%). Sementara kelompok usia yang paling rendah jumlah penderita kista ovarium adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%). Sementara itu, distribusi pasien kista ovarium berdasarkan pendidikan terbanyak dijumpai pada SLTA/ sederajat sebanyak 39 orang (42,9%); berdasarkan pekerjaan terbanyak dijumpai sebagai ibu rumah tangga, yaitu 40 orang (44,0%). Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1.

Sampel Penelitian Jumlah = 138

Memenuhi kriteria

1. Kista Ovarium Jinak 2. Data lengkap

Jumlah = 91 orang

Tidak memenuhi kriteria 1. Kanker ovarium (18

orang)

2. Data tidak lengkap (29 orang)

Jumlah = 47 orang

Dilanjutkan ke penelitian Tidak dilanjutkan ke penelitian


(42)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Data Demografi

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%) Usia

0-19 16 17,6

20-51 65 71,4

>51 10 11

Pendidikan

Tidak Tamat SD 1 1,1

Tamat SD/ Sederajat 20 22,0

Tamat SLTP/ Sederajat 22 24,2

Tamat SLTA/ Sederajat 39 42,9

Sarjana 9 9,9

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 40 44,0

Wiraswasta 19 20,9

Pegawai Negeri 10 11,0

Pegawai Swasta 3 3,3

Lain- Lain 4 4,4

5.1.3 Distribusi Pasien Kista Ovarium Berdasarkan Faktor Resiko 5.1.3.1 Usia Menarche

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan usia menarche dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Usia Menarche

Kelompok Usia Menarche

(tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

≤14 75 82,4

≥15 16 17,6

Total 91 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia menarche, diperoleh 75 orang (82,4%) pasien kista ovarium mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia ≤14 tahun, sedangkan 16 orang (17,6%) mengalaminya pada usia lebih dari 14 tahun.


(43)

5.1.3.2 Paritas

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Paritas

Hasil penelitian berdasarkan paritas menunjukkan bahwa 47 orang (51,6%) pasien dengan kista ovarium belum pernah melahirkan, 11 orang (12,1%) melahirkan sekali, 29 orang (31,9%) telah melahirkan sebanyak dua sampai lima kali, sementara hanya 4 orang (4,4%) pasien yang sudah melahirkan lebih dari lima kali.

5.1.3.3 Penggunaan Kontrasepsi

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan penggunaan kontrasepsi dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi

Penggunaan Kontrasepsi Frekuensi (n) Persentase (%)

Ya 15 16,5

Tidak 76 83,5

Total 91 100

Hasil penelitian berdasarkan penggunaan kontrasepsi menunjukkan bahwa sebanyak 76 orang (83,5%) pasien kista ovarium tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya, sedangkan 15 orang (16,5%) pernah atau sedang menggunakan kontrasepsi.

Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)

Nullipara 47 51,6

Primipara 11 12,1

Multipara 29 31,9

Grandemultipara 4 4,4


(44)

5.1.4 Distribusi Pasien Kista Ovarium Berdasarkan Status Kista Ovarium 5.1.4.1 Jenis Kista Ovarium

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan jenis kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Jenis Kista Ovarium

Hasil penelitian berdasarkan jenis kita ovarium menunjukkan bahwa 66 orang (72,5%) menderita kista ovarium patologi sedangkan 25 orang (27,5%) mendapatkan kista ovarium yang fungsional.

5.1.4.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Histopatologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan histopatologi 33 orang (36,3%) adalah kistadenoma ovarii serosum. Yang menempati urutan kedua terbanyak adalah kistadenoma ovarii musinosum, yaitu sebanyak 25 orang (27,5%) sedangkan yang paling sedikit adalah kista teka lutein sebanyak 3 orang (3,3%). Pada penelitian ini, tidak dijumpai adanya kista korpus luteum, luteoma kehamilan, dan kista Stein-Leventhal. Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan histopatologi dapat dilihat pada tabel 5.6.

Jenis Kista Ovarium Frekuensi (n) Persentase (%)

Fungsional 25 27,5

Patologi 66 72,5


(45)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Histopatologi

Histopatologi Frekuensi (n) Persentase (%)

Kista folikular 4 4,4

Kista teka lutein 3 3,3

Kista endometriosis 18 19,8

Kista dermoid 4 4,4

Kistadenoma ovarii musinosum 25 27,5

Kistadenoma ovarii serosum 33 36,3

Kistoma ovarii simpleks 4 4,4

Total 91 100

5.1.4.3 Letak Kista Ovarium

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan letak kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Letak Kista Ovarium

Penelitian ini juga turut menilai letak kista di ovarium. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kista ovarium terbanyak dijumpai di ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang (48,4%) kemudian di ovarium kiri sebanyak 38 orang (41,8%) sedangkan yang paling sedikit dijumpai pada kedua ovarium (bilateral) berjumlah 9 orang (9,9%).

Letak Kista Ovarium Frekuensi (n) Persentase (%)

Kanan 44 48,4

Kiri 38 41,8

Bilateral 9 9,9


(46)

5.1.4.4 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Tatalaksana

Data mengenai distribusi frekuensi pasien berdasarkan tatalaksana kista ovarium dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pasien berdasarkan Tatalaksana Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tatalaksana paling banyak yang diberikan adalah laparatomi, yaitu sebanyak 50 orang (54,9%) sedangkan yang paling sedikit adalah watchful and waiting sebanyak 9 orang (9,9%). Pemakaian pil kontrasepsi sebagai tatalaksana tidak dijumpai pada penelitian ini.

5.1.5 Prevalensi Kista Ovarium Terhadap Seluruh Kasus Tumor Ovarium

Jumlah kasus kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 120 kasus.

Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013:

Prevalensi = x/y X 100% = 120/985 X 100% =12,18%

Keterangan :

x = jumlah kasus kista ovarium y = jumlah kasus tumor ovarium

Sesuai dengan perhitungan diatas, maka prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik, Medan Periode Januari 2012 – Desember 2013 adalah 12,18%.

Tatalaksana Frekuensi (n) Persentase (%)

Watchful and waiting 9 9,9

Laparaskopi 32 35,2

Laparatomi 50 54,9


(47)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Data Demografi

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang (71,4%). Sementara kelompok usia yang paling rendah jumlah penderita kista ovarium adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 10 orang (11%). Kista ovarium ditemukan paling banyak pada kelompok wanita usia subur dimana organ reproduksi wanita seperti ovarium sudah matang dan dapat berfungsi dengan baik. Hal ini juga tidak lepas dari peran hormon yang mempengaruhi proses yang terjadi di ovarium seperti: pertumbuhan folikel, atresia folikel sampai proses ovulasi. Kelainan yang terjadi pada tahapan-tahapan ini, seperti: folikel graaf yang tidak ruptur, pembentukan berlebihan androgen, kadar LH yang tinggi, kadar FSH yang rendah dapat menyebabkan terbentuknya kista ovarium.

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia diperoleh data bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium jinak adalah kelompok usia 20-51 tahun yaitu sebanyak 213 orang (76,6%), selanjutnya adalah kelompok usia >51 tahun yaitu sebanyak 34 orang (12,2%), dan kelompok usia 0-19 tahun sebanyak 31 orang (11,6%) (Abdullah dan Bondagji, 2012). Sementara itu, penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Chitwan Medical College, Nepal diperoleh data bahwa kelompok usia yang terbanyak menderita kista ovarium adalah kelompok usia 21-50 tahun yaitu sebanyak 115 orang (76,67%) (Maharjan, 2013).

Distribusi kista ovarium berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SLTA, SLTP, dan SD. Sedangkan berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi.


(48)

5.2.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Faktor Resiko 5.2.2.1 Usia Menarche

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia menarche, diperoleh 75 orang (82,4%) pasien kista ovarium mengalami menstruasi pertama (menarche) pada usia ≤14 tahun, sedangkan 16 orang (17,6%) mengalaminya pada usia lebih dari 14 tahun. Dalam tahapan pertumbuhan folikel, sel sel granulosa di bawah pengaruh FSH akan menyintesis enzim aromatase yang mengubah androstenedion yang dihasilkan oleh sel sel teka interna menjadi estrogen. Estrogen ini kembali menuju stroma yang mengelilingi folikel, memasuki pembuluh darah dan tersebar ke seluruh tubuh. Ketika kadar estrogen tinggi di dalam sirkulasi, terjadi lonjakan kadar LH yang akan menstimulasi ovulasi. Pada mereka dengan menarche yang lebih awal mengalami lebih banyak tahapan pertumbuhan folikel dan ovulasi sehingga lebih rentan menderita kista ovarium dibandingkan mereka dengan menarche >14 tahun.

Pada wanita usia remaja, faktor resiko seperti menstruasi pertama (menarche) yang datang lebih awal, siklus menstruasi yang panjang atau oligomenorrhea dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kista ovarium. Kebalikannya, resiko akan turun jika menstruasi pertama muncul diatas usia 14 tahun, siklus pendek dan teratur (<26 hari) (Sultan, 2004).

5.2.2.1 Paritas

Hasil penelitian berdasarkan paritas menunjukkan bahwa 47 orang (51,6%) pasien dengan kista ovarium belum pernah melahirkan, 11 orang (12,1%) melahirkan sekali, 29 orang (31,9%) telah melahirkan sebanyak dua sampai lima kali, sementara hanya 4 orang (4,4%) pasien yang sudah melahirkan lebih dari lima kali. Pada wanita hamil, suatu sinyal disampaikan oleh embrio yang berimplantasi ke korpus luteum dengan sel-sel trofoblas menyekresi hormon disebut human chorionic gonadotropin (HCG). Kerja HCG serupa dengan LH yaitu melindungi korpus luteum dari degenerasi serta merangsang progesteron yang akan mempertahankan mukosa uterus selama kehamilan. Sebaliknya, apabila tidak ada kehamilan maka sel-sel korpus luteum akan berdegenerasi melalui


(49)

apoptosis sehingga menyebabkan konsentrasi steroid darah menurun dan FSH dilepaskan, yang akan merangsang pertumbuhan folikel lain. Oleh karena itu, wanita yang belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko mendapatkan kista ovarium lebih tinggi dibandingkan mereka yang sudah pernah melahirkan karena lebih banyak mengalami proses perkembangan folikel sampai ovulasi dimana terjadinya kista ovarium dikarenakan kelainan pada tahapan-tahapan ini.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menjelaskan bahwa faktor resiko terjadinya kista ovarium termasuk nulliparitas (belum pernah melahirkan), paritas yang rendah, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53 (Wahl, 2007). Merokok, menarche yang lebih awal, dan jumlah paritas yang lebih kecil menjadi faktor resiko terhadap kejadian ginekologi di Jepang (Fujita, et al., 2008).

5.2.2.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Penggunaan Kontrasepsi

Hasil penelitian berdasarkan penggunaan kontrasepsi menunjukkan bahwa sebanyak 76 orang (83,5%) pasien kista ovarium tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya, sedangkan 15 orang (16,5%) pernah atau sedang menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal adalah jenis kontrasepsi yang berasal dari hormon sintetik, terdiri dari progesteron dan estrogen dan mempunyai mekanisme kerja menekan FSH, menghalangi maturasi folikel sehingga LH tidak keluar dan ovulasi tidak terjadi. Pada wanita yang menggunakan jenis kontrasepsi oral mempunyai faktor resiko mendapatkan kista ovarium lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak memakai dikarenakan pertumbuhan folikel ditekan dan tidak terjadi ovulasi dimana terjadinya kista ovarium sering disebabkan oleh kelainan tahapan pertumbuhan folikel.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan bahwa prevalensi kista ovarium lebih rendah pada wanita yang menggunakan oral kontrasepsi dibandingkan pada wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi atau menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (Christensen, Boldsen, Westergaard, 2002). Penggunaan kontrasepsi oral diketahui menjadi faktor proteksi, wanita


(50)

yang menggunakan obat kontrasepsi hampir tidak pernah mengalami kista ovarium fungsional (Carlson, Eisenstat, Ziporyn, 2004).

Menurut Wahl, 2007 dalam bukunya „Hardcore Pathology‟, faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53.

5.2.3 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Status Kista Ovarium 5.2.3.1 Jenis Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kista jinak ovarium yang paling banyak adalah kista ovarium patologi (neoplastik) sebanyak 66 orang (72,5%). Pada kista ovarium fungsional (non-neoplastik) terdapat sebanyak 25 orang (27,5%). Pasien dengan kista ovarium kebanyakan mencari pengobatan ke rumah sakit dengan keluhan utama perut membesar atau nyeri abdomen bawah. Nyatalah bahwa ditemukan jenis kista ovarium terbanyak adalah kista ovarium patologi karena jenis kista ovarium fungsional jarang sekali menimbulkan gejala. Selain itu, kistadenoma ovarii musinosum yang merupakan bagian dari kista ovarium patologi adalah jenis terbanyak yang ditemukan dimana gejala yang tampak adalah perut yang sangat membesar.

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Universitas King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia pada periode Januari 1995 sampai Desember 2010 didapati bahwa dari 618 spesimen ovarium, 382 (61,8%) adalah ovarium patologi sedangkan 236 (38,2%) adalah ovarium fungsional (Abdullah dan Bondagji, 2012). Sementara itu, penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Chitwan Medical College, Nepal pada periode Desember 2008 sampai Mei 2010 didapati bahwa dari 150 kasus yang inklusi dalam penelitian, sebanyak 130 kasus (86,67%) adalah ovarium patologi sedangkan 20 kasus (13,33%) adalah ovarium fungsional (Maharjan, 2013).


(51)

5.2.3.2 Histopatologi Kista Ovarium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kista ovarium berdasarkan pemeriksaan histopatologi terbanyak adalah kistadenoma ovarii serosum sebanyak 33 orang (36,3%) disusul oleh kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 25 orang (27,5%).

Pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Manipal Teaching Hospital and Manipal College of Medical Science, Nepal pada periode Januari 2001 sampai Desember 2012 didapatkan bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak berdasarkan pemeriksaan histopatologi adalah kistadenoma ovarii serosa sebanyak 98 orang (49,4%), disusul oleh kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 34 orang (17,1%) (Ghartimagar, Ghosh, KC, 2013). Hal ini juga ditemukan pada penelitian yang telah dilakukan di Departemen Patologi Smt. NHL Municipal Medical College pada periode Oktober 2010 sampai November 2012, bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak berdasarkan pemmeriksaan histopatologi adalah kistadenoma ovarii serosum sebanyak 35 orang (47,94%) dan selanjutnya kistadenoma ovarii musinosum sebanyak 24 orang (32,87%) (Malli, Vyas, Gupta, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan pada Departemen Patologi Kathmandu Medical College Teaching Hospital, Nepal pada periode Januari 2006 sampai Desember 2008 sedikit berbeda dengan penelitian ini yang mendapatkan bahwa jenis kista ovarium jinak terbanyak adalah kistadenoma ovarii serosum sebesar 40,2% disusul oleh teratoma sebesar 15,7% dan kista korpus luteum sebesar 13,7%, setelah itu kistadenoma ovarii musinosum sebesar 9,8% (Pudasini, Lakhey, Hirachand, 2011).

Teori menyebutkan bahwa neoplasma yang berasal dari epitel permukaan membentuk sebagian besar dari tumor ovarium dengan frekuensi keseluruhan 65%-70%. Tumor sel germinativum dan sel stroma/genjel seks jauh lebih jarang ditemukan. Tumor serosa, tumor musinosa, tumor endometrioid, kistadenofibroma adalah contoh tumor yang berasal dari sel epitel permukaan dan insidensi tumor musinosa jauh lebih kecil dibandingkan tumor serosa (Kumar, Cotran, Robbins, 2013).


(52)

5.2.3.3 Letak Kista Ovarium

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kista ovarium terbanyak dijumpai di ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang (48,4%) kemudian di ovarium kiri sebanyak 38 orang (41,8%) sedangkan yang paling sedikit dijumpai pada kedua ovarium (bilateral) berjumlah 9 orang (9,9%).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Departemen Patologi Kathmandu Medical College Teaching Hospital, Nepal didapatkan bahwa letak kista ovarium pada ovarium kanan sebanyak 39 kasus (38.2%), ovarium kiri 44 kasus (43.2%), dan pada ovarium bilateral 19 kasus (18.6%) (Pudasini, Lakhey, Hirachand, 2011). Sebaliknya, penelitian yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi College of MediCine Universitas Hanyang, Korea didapatkan data bahwa letak kista ovarium pada ovarium kanan sebanyak 31 kasus (47,0%), ovarium kiri 27 kasus (40,9%), dan pada ovarium bilateral 8 kasus (12,1%) (Lee, Cho, Roh, 2011). Tidak ada kecenderungan yang dominan mengenai letak kista ovarium.

5.2.3.4 Tatalaksana Kista Ovarium

Tatalaksana paling banyak yang diberikan pada penelitian ini adalah laparatomi, yaitu sebanyak 50 orang (54,9%) sedangkan yang paling sedikit adalah watchful and waiting sebanyak 9 orang (9,9%). Pasien kista ovarium yang datang ke rumah sakit biasanya mengeluhkan benjolan dan nyeri abdomen bawah. Jenis kistadenoma ovarii serosum yang merupakan jenis terbanyak memiliki garis tengah 5-10cm dan pada umumnya besar yaitu dengan diameter 30-40cm sehingga perlu ditatalaksana operasi. Sebaliknya, kista ovarium fungsional yang mempunyai garis tengah 1-1,5cm tidak dianjurkan tatalaksana operasi, hanya follow up atau terapi hormonal. Oleh karena itu, pada penelitian ini tatalaksana terbanyak yang dijumpai adalah laparatomi dan laparaskopi.

Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan pada tahun 2008 sampai 2012 menunjukkan bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis tertinggi adalah terapi pembedahan yaitu


(53)

sebanyak 79 orang (68,1%) dan terendah adalah teapi hormonal yaitu sebanyak 37 orang (31,9%) (Siringo, Hiswani, Jemadi, 2013).

Tatalaksana kista ovarium tergantung usia pasien, ukuran kista, dan gejalanya. Kista berukuran kecil pada pasien muda yang belum mencapai menopause tidak membutuhkan treatment. Dokter akan melakukan follow pada pasien ini untuk memastikan kista akan menghilang dengan sendirinya. Kista jenis ini adalah kista fungsional yang akan menyusut/ regresi dalam waktu beberapa bulan. Kista berukuran besar dan mempunyai gejala serius, atau kista pada wanita post-menopause perlu diangkat segera untuk meringankan gejala dan memastikan tidak terjadi suatu proses keganasan. Kista dapat diangkat dengan cara laparaskopi atau laparatomi (The Patient Education Institute, 2011). Penggunaan laparaskopi dalam proses pembedahan untuk kista ovarium dapat berupa kistektomi dan salfingo-ooforektomi (Hadibroto, 2005). Pada penelitian ini, jumlah kasus kista ovarium neoplastik lebih banyak dibandingkan kista ovarium fungsional. Hal ini turut mempengaruhi distribusi kista ovarium berdasarkan tatalaksananya sehingga ditemukan tatalaksana yang paling banyak adalah laparatomi dan laparaskopi.

5.2.4 Prevalensi Kista Ovarium

Jumlah kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 120 kasus. Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kejadian tumor ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012-2013 adalah 12,18%.

Penelitian yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008-2009, terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium sebanyak 47 orang (Safitri, 2010 dalam Siringo, 2013). Sementara itu, jumlah seluruh penderita kista ovarium di Rumah Sakit Elisabeth Medan pada tahun 2008 – 2012 adalah 116 orang. Adapun rincian tiap tahun yaitu pada tahun 2008 sebanyak 22 orang, tahun 2009 sebanyak 14 orang, tahun 2010 sebanyak 25 orang, tahun 2011 sebanyak 33 orang, dan tahun 2012 sebanyak 22 orang.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang prevalensi kista ovarium di RSUP Haji Adam Malik Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Prevalensi kista ovarium terhadap seluruh kasus tumor ovarium di RSUP

Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2013 adalah 12,18%.

2. Distribusi kista ovarium berdasarkan data demografi usia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 20-51 tahun yaitu sebanyak 65 orang; berdasarkan pendidikan terbanyak dijumpai pada SLTA/ sederajat sebanyak 39 orang; berdasarkan pekerjaan terbanyak dijumpai sebagai ibu rumah tangga, yaitu 40 orang.

3. Distribusi kista ovarium berdasarkan usia menarche paling banyak ditemukan pada kelompok umur ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 75 orang. 4. Distribusi kista ovarium berdasarkan paritas paling banyak ditemukan

pada wanita nullipara yaitu sebanyak 47 orang.

5. Distribusi kista ovarium berdasarkan riwayat penggunaan kontrasepsi paling banyak ditemukan pada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi yaitu sebanyak 76 orang.

6. Distribusi kista ovarium berdasarkan jenis paling banyak adalah neoplastik (patologi) yaitu sebanyak 66 orang.

7. Distribusi kista ovarium berdasarkan histopatologi paling banyak adalah kistadenoma ovarii serosum yaitu sebanyak 33 orang.

8. Distribusi kista ovarium berdasarkan letak paling banyak ditemukan pada ovarium kanan yaitu sebanyak 44 orang.

9. Distribusi kista ovarium berdasarkan tatalaksana paling banyak adalah laparatomi yaitu sebanyak 50 orang.


(55)

6.2 Saran

1. Pencatatan dan penyimpanan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan diharapkan dapat lebih lengkap dan teratur karena banyak kasus yang diekslusikan dalam penelitian ini akibat data rekam medis yang tidak lengkap bahkan tidak ada.

2. Masyarakat khususnya wanita diharapkan dapat memahami tentang faktor resiko kista ovarium dan memperhatikan status kesehatan mereka, serta mencari pertolongan segera ke praktik dokter atau rumah sakit jika ada tanda dan gejala kista ovarium.

3. Petugas kesehatan diharapkan meningkatkan lagi upaya penyuluhan tanda, gejala, dan faktor resiko kista ovarium sehingga seterusnya dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas penyakit kista ovarium. 4. Para peneliti yang lain diharapkan meneliti lebih banyak lagi mengenai

faktor-faktor yang berperan dalam penyakit kista ovarium serta mencari hubungan faktor tersebut dengan kista ovarium.


(56)

(57)

Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih sel folikel, atau sel granulosa. Folikel yang terbentuk selama kehidupan janin-folikel primordial- terdiri atas sebuah oosit primer yang dibungkus selapis sel folikel gepeng. Sejak pubertas, sekelompok kecil folikel primordial memulai proses harian yang disebut pertumbuhan folikel. Pertumbuhan folikel dirangsang oleh FSH. Berikut adalah tahapan pertumbuhan folikel:

a. Pertumbuhan oosit yang paling pesat terjadi selama awal pertumbuhan folikel dimana intinya membesar, mitokondria bertambah banyak dan tersebar merata di dalam sitoplasma; retikulum endoplasmanya membesar dan kompleks golgi bermigrasi sampai berada tepat di bawah permukaan sel. Sel-sel folikel membelah melalui mitosis dan membentuk selapis sel kuboid; folikel ini sekarang disebut folikel primer.

b. Sewaktu folikel tumbuh, terutama karena sel-sel granulosa bertambah besar dan banyak, folikel berpindah ke daerah korteks yang lebih dalam. Cairan (liquour folliculi) mulai mengumpul diantara sel-sel folikel. Celah-celah kecil yang mengandung cairan ini menyatu, dan sel-sel granulosa mengatur diri membentuk rongga yang lebih besar, yaitu antrum. Folikel ini sekarang disebut folikel sekunder atau folikel antrum.

c. Selama sel-sel granulosa menyusun diri membentuk antrum, sebagian sel lapisan ini berkumpul di daerah tertentu pada dinding folikel. Kelompok ini membentuk „bukit‟ kecil di sel, yaitu kumulus ooforus, yang menonjol ke bagian dalam antrum dan mengandung oosit. Sebagian sel granulosa mengelilingi oosit dan membentuk korona radiata. Folikel ini disebut dengan folikel matang (Graaf).

Saat terjadi lonjakan kadar LH dalam darah, aliran darah melalui ovarium meningkat dan protein plasma merembes keluar dan menimbulkan edema. Terjadi pelepasan prostaglandin, histamin, vasopresin, dan kolagenase setempat yang menyebabkan sebagian kecil daerah dinding folikel menjadi lemah akibat degradasi kolagen tunika albuginea, iskemia, dan kematian sejumlah sel. Kelemahan tersebut, ditambah peningkatan tekanan cairan folikel dan mungkin


(58)

(59)

2.2 Kista Ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang terdapat di ovarium (Ammer, 2009). Kista ovarium terbagi atas kista fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional adalah kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma kehamilan (Hadibroto, 2005). Kista patologi/ kista neoplastik yang jinak dapat dibagi menjadi kistadenoma ovari serosum, kistadenoma ovarii musinosum, kistosum ovarii simpleks dan kista dermoid (Falcone dan Hurd, 2007).

Gambar 2.3 Kista Ovarium

Sumber: Vorvick, 2012

2.2.1 Jenis-Jenis Kista Ovarium

2.2.1.1 Kista Ovarium Fungsional (Non-Neoplastik)

Kista ovarium fungsional disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Kista ini biasanya akan menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan), hingga dokter yang mencurigai terbentuk kista menganjurkan penderita melakukan kontrol setelah 3 bulan kemudian (Prawirohardjo, 2011).


(60)

(61)

kelahiran, namun dapat kembali berulang pada kehamilan berikutnya (Cunningham, et al., 2010)

Gambar 2.5 Luteoma Kehamilan

Sumber: (Uthman, 2010)

c. Kista Folikular

Kista ini disebabkan oleh karena kegagalan ovulasi oleh karena gangguan pelepasan gonadotropin hipofise. Bila dilihat secara histologi, kista folikuler dilapisi oleh lapisan dalam berupa sel granulosa dan di lapisan luar berupa sel-sel teka interna. Cairan yang terdapat di dalam folikel yang tidak sel-seluruhnya terbentuk tidak dapat diresorbsi sehingga menyebabkan pembesaran dari kista folikuler. Biasanya jenis kista ini tidak menimbulkan gejala, meskipun ketidakteraturan haid, perdarahan diluar haid, bahkan torsi dapat terjadi. Bila ukuran kista telah membesar maka dapat menyebabkan nyeri panggul, dispareuni. Ukuran kista <6cm dilakukan observasi selama tiga siklus haid tanpa pengobatan untuk melihat regresi kista tersebut. Bila setelah observasi tidak didapati adanya regresi kista atau ukuran kista semakin membesar maka dilakukan terapi operatif (Hadibroto, 2005).

Secara makroskopis, kista ini tembus cahaya, berdinding tipis dan terisi cairan jernih sampai kuning muda. Secara histologis, dinding kista dibentuk oleh sel-sel granulosa bulat, tersusun padat di atas lapisan sel teka berbentuk gelendong


(62)

(63)

(64)

f. Kista Stein-Leventhal

Kista Stein Leventhal (Polycystic Ovary Syndrome) sering menyebabkan ketidakteraturan menstruasi pada wanita usia reproduksi. Kadar Luteinizing Hormone (LH) meninggi yang menyebabkan folikel terstimulasi tanpa menghasilkan telur. Folikel tersebut mengalami lutenisasi yang mengakibatkan produksi testosteron ovarium dan secara tidak langsung mengubah kadar estrogen. Kista terbentuk di dalam ovarium karena ovarium tidak dapat melepaskan sebuah telur pun dan kemudian terjadi hiperplasia sel teka. Kista kecil-kecil yang banyak dapat dilihat di dalam ovarium pada pemeriksaan ultrasonografi pelvis. Setiap kista berdiameter <8mm dengan peningkatan stroma sentral yang menyebabkan gangguan hormonal yang bertanggung jawab sebagai penyebab kombinasi beberapa gejala berikut: anovulasi kronis, kelebihan androgen yang menyebabkan penampilan hirsutisme, jerawat, hiperinsulinemia, hiperestrogenemia, hiperprolaktinemia, peningkatan berat badan, pembesaran ovarium, dan infertilitas. Penyakit ini dapat muncul saat menarche, setelah terapi androgen, atau setelah mengalami stress pada jangka waktu lama (Sinclair, 2010).

Gambar 2.9 Polycystic Ovary


(65)

2.2.1.2 Kista Ovarium Neoplastik

Kista ovarium patologi atau neoplastik dapat diklasifikasikan dalam bentuk jinak maupun ganas. Adapun yang dibahas pada bagian ini adalah kista ovarium neoplastik bagian yang jinak.

a. Kista Dermoid

Kista dermoid mewakili 25% dari semua neoplasma ovarium. Teratoma ini bervariasi ukurannya mulai dari diameter beberapa milimeter hingga 25cm dan bersifat bilateral pada 10-15% kasus. Strukturnya biasanya merupakan struktur kistik kompleks dan mengandung unsur-unsur dari ketiga lapisan sel germinal (endoderm, mesoderm, ektoderm). Sebanyak 1-2% akan mengalami transformasi ke arah keganasan (Norwitz, Errol, John Schorge, 2008).

Tumor mengandung elemen ektodermal, mesodermal dan entodermal. Lumen dari kista dermoid ini mengandung material sebasea dan rambut (Hoskins, 2005).

Gambar 2.10 Kista Dermoid


(66)

b. Kistadenoma Ovarii Serosum

Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan musinosum, tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat menyerupai kista musinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium). Isi kista cair, kuning, dan kadang coklat karena bercampur darah. Kistoma ovarii serosum ini merupakan kista unilokular atau multilokular dengan 10-20 % bersifat bilateral.

Kistoma ovarii serosum biasanya ditemukan pada usia antara 30 sampai 40 tahun. Sekitar 60% jinak, 15% dengan potensi keganasan rendah, dan 25% ganas (Robbins, 2013).

Gambar 2.11 Kistoma Ovarii Serosum


(67)

c. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Kistoma ovarii musinosum atau kistadenoma musinosa adalah kista yang bersifat multilokular, berlobus-lobus, dan memiliki permukaan halus. Lesi bilateral jarang ditemukan. Lesi ini dapat menjadi sangat besar, kadang-kadang mencapai berat >50kg. Secara mikroskopik, tampak kista berdinding selapis atau dua lapis sel columnar. Sel epitel membengkak dan sitoplasma berisi musin, sehingga mendorong inti sel ke basal. Bila sel pecah, musin tercurah ke dalam lumen kista (Norwitz, 2008).

Kista ovarium jenis ini di dalam banyak aspek analog dengan tumor serosa dan perbedaannya bahwa epitel terdiri atas sel penghasil musin yang serupa dengan yang ditemukan pada mukoendoserviks. Delapan puluh persen tumor ini bersifat jinak, 10% memiliki potensi keganasan yang rendah, sisanya ganas atau kistadenokarsinoma (Robbins, 2013).

Gambar 2.12 Kistoma Ovarii Musinosum


(68)

d. Kistoma Ovarii Simpleks

Kistoma ovarii simpleks memiliki permukaan yang halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. Pemeriksaan histologik diperlukan untuk mengetahui apakah ada keganasan (Maimunah, 2005).

2.2.2 Faktor Resiko Kista Ovarium

Pada wanita usia remaja, faktor resiko seperti menstruasi pertama (menarche) yang datang lebih awal, siklus menstruasi yang panjang atau oligomenorrhea dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kista ovarium. Kebalikannya, resiko akan turun jika menstruasi pertama muncul diatas usia 14 tahun (Odds Ratio 0.4), siklus pendek dan teratur (<26 hari), dan pasien obesitas (OR 0.5). Faktor resiko akan meningkat dua kali lipat dengan riwayat menstruasi yang tidak teratur (OR 1.9). Pemakaian tembakau juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kista ovarium dimana terjadi peningkatan faktor resiko dua kali lipat bagi mereka yang merokok (Sultan, 2004).

Penggunaan kontrasepsi oral diketahui menjadi faktor proteksi, wanita yang menggunakan obat kontrasepsi hampir tidak pernah mengalami kista ovarium fungsional (Carlson, Eisenstat, Ziporyn, 2004).

Faktor resiko terjadinya kista ovarium termasuk nulliparitas (belum pernah melahirkan), paritas yang rendah, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral, dan kecenderungan genetik yang diturunkan termasuk mutasi BRCA1, BRCA2, atau p53 (Wahl, 2007).

2.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis Kista Ovarium

Menurut Manuaba, 2009 dalam bukunya „Buku Ajar Ginekologi‟, gejala dan tanda klinik kista ovarium adalah sebagai berikut:


(69)

a. Gejala akibat pertumbuhan: timbul rasa berat di abdomen bagian bawah, mengganggu miksi atau defekasi. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau edema pada tungkai bawah.

b. Gejala akibat perubahan hormonal. Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila terjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap pola menstruasi.

c. Gejala klinis akibat komplikasi yang terjadi pada tumor

1. Perdarahan intra-tumor. Keadaan ini akan menimbulkan gejala klinis nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.

2. Perputaran tangkai. Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tangkai, secara perlahann sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen. Perputaran tangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segera memerlukan tindakan medis.

3. Infeksi tumor. Terjadi infeksi kista ovarium sehingga menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada abdomen dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

4. Robekan dinding kista. Pada torsi tangkai kista, ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen. Robekan yang terjadi pada dinding kistosum ovarii musinosum dapat menyebabkan keluarnya cairan musin yang mengisi rongga perut yang menyebabkan perlengketan dalam rongga perut.

5. Degenerasi ganas kista ovarium. Keganasan kista ovarium yang sering dijumpai adalah kista pada usia sebelum menarke dan kista pada usia di atas 45 tahun.

Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan. Tumor ovarium dapat dibedakan saat melakukan pemeriksaan dalam. Tumor jinak ovarium perlu


(70)

diperiksa tentang konsistensi, besar permukaannya, dan sebagainya. Di samping itu perlu dilakukan diagnosis banding:

a. Kehamilan: terlambat bulan, gejala hamil muda, terasa gerakan janin atau balotemen, hasil pemeriksaan laboratorium mendukung kehamilan.

b. Subserosa mioma bertangkai.

Dengan Ultrasonografi (USG), diagnosis banding antara kista ovarium, kehamilan, atau subserosa mioma uteri dapat dibedakan dengan jelas.

2.2.4 Penatalaksanaan Kista Ovarium

Tatalaksana kista ovarium tergantung usia pasien, ukuran kista, dan gejalanya. Kista berukuran kecil pada pasien muda yang belum mencapai menopause tidak membutuhkan treatment. Dokter akan melakukan follow pada pasien ini untuk memastikan kista akan menghilang dengan sendirinya. Kista jenis ini adalah kista fungsional yang akan menyusut/ regresi dalam waktu beberapa bulan. Wanita yang sering menderita kista ovarium fungsional dapat menggunakan pil KB. Pil KB akan menyebabkan perubahan pada ovarium sehingga mencegah kista untuk berkembang. Kista berukuran besar dan mempunyai gejala serius, atau kista pada wanita post-menopause perlu diangkat segera untuk meringankan gejala dan memastikan tidak terjadi suatu proses keganasan. Kista dapat diangkat dengan cara laparaskopi atau laparatomi (The Patient Education Institute, 2011).

Menurut Hadibroto, 2005 untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko keganasan dari massa di ovarium yang menjalani prosedur laparoskopi, maka harus didapati kriteria sebagai berikut:

a. Pasien tidak memiliki riwayat kanker pada keluarga b. Pasien dengan usia reproduksi


(71)

d. Pemeriksaan sonografi didapati massa yang unilateral, unilokuler, dengan batas yang tipis.

e. Tumor marker (CA-125) normal.

Kontraindikasi laparoskopi dalam penanganan kista ovarium adalah sebagai berikut:

a. Wanita pasca-menopause dengan kista ovarium multilokuler sebaiknya dilakukan ooforektomi.

b. Bila pada pemeriksaan preoperatif dijumpai tanda tanda keganasan. Komplikasi penggunaan laparoskopi:

a. Kemungkinan keluarnya cairan dari kista yang pecah sehingga akan menimbulkan penyebaran sel-sel kanker pada kista yang dicurigai ganas. Untuk menghindarinya, sebaiknya sebelum pelaksanaan operasi, dilakukan pemeriksaan klinis dan penunjang secara menyeluruh.

b. Pembuluh darah terutama yang terdapat pada dasar kista harus dikoagulasi untuk menghindari perdarahan yang banyak durante operasi. Bila terjadi perdarahan yang tidak dapat dikontrol operasi dilanjutkan dengan laparotomi.

c. Bila terjadi perembesan darah dari permukaan dalam ovarium setelah dilakukan pelepasan dinding kista, dapat terjadi hematoma. Untuk mencegah hal ini maka harus dilakukan irigasi dan tindakan hemostasis.

d. Adanya cairan endometrioma, kisttadenoma musinosum atau kista dermoid yang keluar ke rongga peritoneal dapat dibersihkan dengan melakukan irigasi dengan cairan NaCl fisiologis sebanyak 4-5 liter. e. Komplikasi yang mungkin terjadi pada tindakan laparaskopi adalah

adanya perlengketan. Untuk mencegah timbulnya perlengketan, maka tindakan operasi harus secara cermat dan dapat dimasukkan cairan ringer laktat ke dalam rongga peritonial.


(72)

2.2.5 Prognosis Kista Ovarium

Prognosis kista ovarium jinak sangat baik. Sekitar 70-80% kista folikular akan mengalami regresi secara spontan.

Pasien hamil yang memiliki kista ovarium dengan ukuran diameter kurang dari 6cm mempunyai resiko keganasan kurang dari 1%. Kebanyakan dari kista ini akan hilang pada minggu 16-20 kehamilan. Pada pasien post-menopause dengan kista unilokular, resiko keganasan terjadi pada 0.3% kasus (Helm, 2014).

2.3 Prevalensi

Prevalensi adalah proporsi subyek yang sakit pada suatu waktu tertentu (kasus lama dan kasus baru). Walaupun istilah prevalensi sering dihubungkan dengan penyakit, tetapi dapat juga diartikan sebagai bukan penyakit, misalnya prevalensi dari faktor resiko, atau faktor lain yang akan diteliti. Prevalensi sering digunakan oleh perencana kesehatan untuk mengetahui penyakit yang banyak terdapat dalam suatu pusat kesehatan (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

Prevalensi berbeda dengan insidensi. Jika indikator insiden dalam perhitungan digunakan untuk mencari penderita baru, maka pada prevalensi justru untuk penyakit baru maupun lama. Jelasnya pada prevalensi denominatornya adalah semua kasus, tidak peduli baru atau lama (Ryadi, Slamet, Wijayanti, 2011). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi meningkat atau menurunnya prevalensi di suatu daerah. Pengaruh peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Ryadi, Slamet, Wijayanti, 2011).

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Prevalensi

a. Kelangsungan penyakit lama (waktu berlangsung lama). b. Kelangsungan hidup penderita tanpa pengobatan lama. c. Penderita baru meningkat (peningkatan insiden). d. Terdapat in-migration of cases.


(73)

f. Meningkatnya in-migration of susceptible people. g. Fasilitas diagnostik yang makin meningkat.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Prevalensi

a. Kelangsungan penyakit pendek (waktu berlangsungnya pendek). b. Case Fatality Rate meningkat.

c. Kasus baru berkurang (insiden penyakit menurun). d. Terdapat peningkatan in-migration of healthy people.

e. Out-migration of cases yang berhasil meningkat.

f. Angka pengobatan yang berhasil meningkat.

g. Sistem pelaporan yang makin cepat dan baik hingga pengobatan makin cepat berhasil.


(74)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan atau bahan semi-solid yang terdapat di ovarium (Ammer, 2009). Kista ovarium terbagi atas kista fisiologis/fungsional dan kista patologi. Kista ovarium fisiologis disebabkan oleh karena kegagalan folikel pecah atau regresi. Beberapa jenis kista fungsional adalah kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein, dan luteoma kehamilan (Hadibroto, 2005). Kista patologi dapat bermanifestasi jinak, borderline, maupun ganas. Tumor ovarium yang bersifat ganas disebut dengan kanker ovarium. Berdasarkan klasifikasi WHO, tumor ovarium berasal dari salah satu antara tiga komponen ovarium yaitu: epitel permukaan, sel germinativum, dan stroma ovarium (Rezkini, 2009).

WHO pada tahun 2010 melaporkan bahwa angka kejadian tertinggi kista ovarium ditemukan pada negara maju dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (Linawati, 2013).

Di Indonesia, sekitar 20-25% kematian wanita subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes, 2011 dalam Linawati, 2013).

Insiden kista ovarium adalah 7% dari populasi wanita dengan delapan puluh lima persen (85%) kista ovarium bersifat jinak (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, 2010). Insiden kanker ovarium adalah 12.5 per 100.000 wanita dan penyakit kanker ovarium termasuk dalam lima besar penyakit kanker pada wanita yang dapat menyebabkan kematian. Insidens kanker ovarium dan angka kematian meningkat denngan


(1)

DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

FSH Follicle Stimulating Hormone

hCG Human Chorionic Gonadotropin

PCOS Polycystic Ovary Syndrome

LH Luteinizing Hormone

BRCA1 Breast Cancer Genes 1

BRCA2 Breast Cancer Genes 2

P53 Protein 53

USG Ultrasonografi

Ca-125 Cancer antigen 125


(2)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 4 Daftar Nama Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 6 Logbook Bimbingan Proposal Penelitian

Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 8 Data Nama Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 9 Surat Ethical Clearance

Lampiran 10 Surat Izin Penelitian

Lampiran 11 Data Induk

Lampiran 12 Hasil Analisis Statistik


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Singkatan ... ix

Daftar Lampiran ... x

Daftar Isi ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1.Tujuan Umum ... 2

1.3.2.Tujuan Khusus ... 2


(4)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1.Anatomi dan Fisiologi Ovarium... 5

2.2.Kista Ovarium ... 7

2.2.1. Jenis-Jenis Kista Ovarium... 8

2.2.1.1 Kista Ovarium Fungsional... 8

2.2.1.2 Kista Ovarium Neoplastik... 14

2.2.2. Faktor Resiko Kista Ovarium... 17

2.2.3. Gejala Klinis dan Diagnosis Kista Ovarium... 18

2.2.4. Penatalaksanaan Kista Ovarium... 19

2.2.5. Prognosis Kista Ovarium... 21

2.3.Prevalensi... ... 21

2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Prevalensi ... 22

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Prevalensi... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 23

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 23

3.2.Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28


(5)

4.2.1.Waktu Penelitian ... 28

4.2.2.Tempat Penelitian ... 28

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1.Populasi Penelitian ... 28

4.3.2.Sampel Penelitian ... 28

4.3.3.Besar Sampel Penelitian ... 28

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 29

4.5.Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1 Hasil Penelitian ... 30

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Individu... 30

5.1.3 Distribusi Kista Ovarium berdasarkan Faktor Resiko... 30

5.1.3.1 Usia Menarche... 32

5.1.3.2 Paritas ... 33

5.1.3.3 Penggunaan Kontrasepsi... 34

5.1.4 Distribusi Kista Ovarium berdasarkan Status Kista ... 30

5.1.4.1 Jenis Kista Ovarium... 34

5.1.4.2 Histopatologi... 34


(6)

5.1.4.4 Tata Laksana Kista Ovarium... 36

5.1.5 Perhitungan Prevalensi Kasus Kista Ovarium Terhadap Seluruh Tumor Ovarium... 36

5.2 Pembahasan... 37

5.2.1 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Data Demografi... 37

5.2.2 Distribusi Kista Ovarium Berdasarkan Faktor Resiko….. 37

5.2.2.1 Usia Menarche ... 37

5.2.2.2 Paritas... 37

5.2.2.3 Penggunaan Kontrasepsi... 38

5.2.3 Distribusi Kista Ovarium berdasarkan Status Kista... 38

5.2.3.1 Jenis Kista Ovarium... 38

5.2.3.2 Histopatologi... ... 39

5.2.3.3 Letak Kista Ovarium... 40

5.2.3.4 Tata Laksana Kista Ovarium... 41

5.2.4 Prevalensi Kista Ovarium... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan... 44

6.2 Saran... 45