Analisis Performansi Rantai Pasok Menggunakan Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk

  

ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK MENGGUNAKAN

MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR)

DI PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI, TBK

  TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

  Program Studi Teknik Industri Oleh:

  

RIZKY AKBAR

NIM.10310041

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2014

  Daftar Isi

  Lembar Pengesahan ………………………………………………………. i Lembar Pernyataan ………………………………………………….….… ii Abstrak ……………………………………………………………………. iii Lembar Peruntukan …………………………………….…………………. v Kata Pengantar ……………………………………………………………. vi Daftar Isi ………………………………………………………………….. viii Daftar Tabel ………………………………………………………………. xi Daftar Gambar ..…………………………………………………………… xiii Daftar Lampiran …………………………………………………..……… xiv

  Bab 1 Pendahuluan ...……………………………………………………

  1 1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………..

  1 1.2. Identifikasi Masalah ...………………………………………….

  3 1.3. Tujuan Penelitian ...…………………………………………….

  3

  1.4. Pembatasan Masalah ..…………………………………………

  3 1.5. Sistematika Penulisan ...………………………………………..

  4 Bab 2 Tinjauan Pustaka ………………..……………………….……….

  5

  2.1. Manajemen Rantai Pasok ………………………………..….…

  5

  2.2. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok ..……………………………

  6 2.3. Supply Chain Operations Reference (SCOR) …..……………..

  6 2.4. Ruang Lingkup Proses SCOR ..………………………………..

  9 2.5. Tingkatan/Level yang Terdapat pada Proses SCOR …………..

  11 2.6. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Level 1 ….……..

  15 2.7. Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai Pasok …….

  18 2.8. Analisis Gap ..…………………………………………………..

  20 2.9. Analisis SWOT .………………………………………………..

  21

  

Bab 3 Metodologi Penelitian ………………………..…………………… 22

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah …………………..…………….

  28

  40 4.2.5. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Asset ...………..

  38 4.2.4. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Cost …………..

  37 4.2.3. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Flexibility ……..

  35 4.2.2. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Responsiveness..

  4.2.1. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Delivery Reliability .....…………………………………………..

  35

  34 4.2. Pengolahan Data ………………………………………………..

  4.1.5. Data Keuangan Pesaing PT. KIA (PT Arwana Citramulia, Tbk) ...……………………………………..

  33

  4.1.3. Kondisi PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk (Matriks SWOT) ...…………………………………….. 32 4.1.4. Data Proses Rantai Pasok dan Keuangan PT. KIA ....…..

  Reference ) ...………………………………………….... 29

  4.1.2. Proses Bisnis PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk dalam Lingkup SCOR (Supply Chain Operations

  28 4.1.1. Deskripsi Perusahaan .....………………………………..

  22 3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ……………………..….

  4.1. Pengumpulan Data .……………………………………………

  27 Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data …………………………….. 28

  3.2.8. Kesimpulan dan Saran ...……………………..…………

  27

  24 3.2.7. Analisis Hasil Penelitian .……………………………….

  24 3.2.6. Pengolahan Data .……………………………………….

  24 3.2.5. Pengumpulan Data .……………………………………..

  23 3.2.4. Tujuan Penelitian ..……………………………………...

  3.2.3. Identifikasi Masalah .……………………………………

  23

  23 3.2.2. Studi Lapangan .....………………………..…………….

  23 3.2.1. Studi Literatur .....……………………………………….

  44

  4.2.6. Matriks SCOR Level 1 PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk (KIA) …………………………………..

  48

  4.2.7. Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai Pasok PT. KIA dengan Pesaingnya (SCORcard PT Keramika Indonesia Assosiasi) ………………….... 49

  Bab 5 Analisis ……………………………………………………………

  56

  5.1. Analisis SWOT ..…………………………………………….…

  56

  5.2. Analisis Supply Chain Operations Reference (SCOR) …..……

  59

  5.2.1. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Delivery Reliability .....…………………………………………..

  59 5.2.2. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Responsiveness..

  59 5.2.3. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Flexibility ……..

  60 5.2.4. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Cost …………..

  60 5.2.5. Pengukuran untuk atribut Supply Chain Asset ...………..

  62

  5.3. Analisis Perbandingan (Benchmarking) Performansi Rantai Pasok PT. KIA dengan Pesaingnya …..………………………..

  63 Bab 6 Kesimpulan dan Saran ………………………………………......

  66 6.1. Kesimpulan …………………………………………………….

  66

  6.1.1. Kesimpulan Pengukuran Performansi Rantai Pasok dengan Model SCOR .. ………………………………… 66

  6.1.2. Kesimpulan Perbandingan Performansi Rantai Pasok Perusahaan dengan Pesaingnya………………………… 66 6.2. Saran …………………………………………………………...

  67

  

Daftar Pustaka

  1. Bappenas. (2009). Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral (Modul

7 Gap Analysis) . Retrieved Juni 17, 2014, from www.goodgovermance-

  bappenas.go.id

  2. Bolstorff, Peter., & Rosenbaum, Robert. (2003). Supply Chain Excellence A

  Handbook for Dramatic Improvement Using the SCOR Model , AMACOM, a division of American Management Association.

  3. Heizer, Jay., & Render, Barry. (2011). Manajemen Operasi (Terjemahan Buku Kedua Edisi Kesembilan) . Jakarta: Salemba Empat.

  4. Indrajit, Richardus E., & Djokopranoto, Richardus. (2002). Konsep Manajemen . Jakarta: Grasindo.

  Supply Chain

  5. Mahendrawathi ER., & Pujawan, I Nyoman. (2010). Supply Chain Management (Edisi Kedua) . Surabaya: Guna Widya.

  6. Supply Chain Council. (1996). Supply Chain Operation Reference (SCOR)

  Model . Retrieved April 25, 2014, from http://supply-chain.org

  7. Wikipedia. (2014). Analisis SWOT. Retrieved Juni 17, 2014, from id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

  

Kata Pengantar

Assalaamualaikum wr. wb.

  Segala Puji dan Syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir dengan judul “Analisis Performansi Rantai Pasok Menggunakan

  

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) di PT. Keramika

. Dan tak lupa pula shalawat serta salam semoga

  Indonesia Assosiasi, Tbk senantiasa terlimpahkan kepada junjunan alam kita Nabi besar Muhammad SAW.

  pada keluarganya, pada sahabatnya serta kita selaku umatnya. Dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan doa dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas budi baik pihak-pihak yang senantiasa membimbing, membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tugas akhirnya. Amin yaa rabbal alamin. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan ucapan terima kasih kepada :

  1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangatnya kepada penulis selama menempuh pendidikan.

  2. Ibu Dr. Henny, ST., MT. selaku ketua program studi Teknik Industri dan selaku pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan masukan dan sabar dalam membimbing penulis selama proses penyusunan laporan.

  3. Bapak Agus Riyanto, ST., MT. selaku dosen wali.

  4. Ibu Julian Robecca, ST., MT. dan Bapak Alam Santosa ST., MT. selaku dosen penguji

  5. Seluruh dosen dan staf (Teh Shinta) di program studi Teknik Industri.

  6. Rekan-rekan mahasiswa TI angkatan 2010 atas seluruh dukungan dan bantuannya.

  7. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, saya ucapkan banyak terima kasih. Harapan penulis semoga laporan Tugas Akhir bisa berguna dan dapat diambil hikmah serta manfaatnya bagi pembaca semua. Akhir kata, mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang menyangkut prakata maupun isi dari tugas akhir ini, karena penulis yakin laporan ini masih belum sempurna dan Yang Maha Sempurna datangnya hanya dari Allah SWT. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

  Bandung, Agustus 2014

   Penulis

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

  Situasi persaingan dunia industri dewasa ini terjadi secara ketat, terlebih pada masa globalisasi seperti saat ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat. Hal ini mendorong timbulnya laju persaingan dalam dunia industri untuk memproduksi produk-produk yang bermutu dengan harga jual yang murah dan berkualitas, serta mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen dengan efektif dan efisien.

  Perusahaan harus mampu memenuhi tuntutan pasar dengan mempertimbangkan kualitas dan efisiensi produksi, selain itu juga perusahaan dituntut untuk dapat memuaskan pelanggan dengan cara menyelesaikan pesanan pelanggan tepat pada waktunya. Oleh karenanya suatu perusahaan harus mempunyai pelayanan dan kualitas produk yang dapat diandalkan guna memuaskan pelanggannya. Dengan itu perusahaan hendaknya menerapkan konsep Supply Chain Management yang memadukan proses dan aktivitas produksi mulai dari bahan baku yang diperoleh dari supplier, proses produksi yang merubah bahan baku menjadi barang jadi, proses penyimpanan persediaan barang sampai proses pengiriman barang jadi tersebut ke retailer dan konsumen (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010).

  

Supply Chain yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang murah,

  berkualitas dan tepat waktu sehingga target pasar dapat terpenuhi dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Koordinasi antara pihak-pihak dalam rantai pasok tidak hanya melibatkan koordinasi persediaan saja, tetapi juga informasi tentang pasar yang berguna bagi perencanaan perusahaan. Kekurangan persediaan produk pada perusahaan akan berakibat kehilangan potensi penjualan, sedangkan kelebihan persediaan akan berakibat menumpuknya produk dan meningkatnya biaya penyimpanan. Selain itu, koordinasi dengan retailer sebagai salah satu mata rantai pasok adalah sangat penting, dimana kantor pusat dapat berbagi informasi dan mengumpulkan informasi mengenai retailer agar pengelolaan suplai dan perencanaan penjualan produk dapat dilakukan dengan lebih baik. Dengan demikian peran serta supplier dan jaringan distributor adalah dibutuhkan.

  PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk adalah salah satu perusahaan keramik yang telah menerapkan konsep Supply Chain Management untuk mengatur aliran material mulai dari pengiriman bahan baku hingga sampainya produk jadi ke tangan konsumen. Dalam implementasinya perusahaan sering menghadapi masalah keterlambatan dalam hal pengadaan bahan baku dan penyampaian produk kepada konsumen. Hal ini membuat kinerja perusahaan terganggu dalam hal pendistribusian. Seharusnya, dengan telah diterapkannya konsep SCM perusahaan dapat meminimasi kendala-kendala seperti ini. Untuk mengetahui performansi

  

supply chain PT. Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk diperlukan suatu

pengukuran melalui pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR).

Supply Chain Operations Reference (SCOR) adalah suatu model acuan dari

  operasi supply chain. SCOR mampu memetakan bagian-bagian supply chain. Di dalam SCOR, terdapat atribut performansi rantai pasok seperti proses perencanaan (plan), pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver) dan pengembalian (return).

  Penerapan metode SCOR pada supply chain management menyediakan pengamatan dan pengukuran proses supply chain secara menyeluruh. Dengan atribut performansi rantai pasok yang diperhitungkan berdasarkan faktor keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kelenturan (flexibility), biaya (cost) dan aset (asset). Dengan demikian pengukuran menggunakan analisis SCOR penting bagi perusahaan yang sudah menerapkan konsep supply chain

  

management pada perusahaannya. Selain itu juga dapat memberikan rekomendasi

perbaikan untuk indikator kinerja perusahaan yang belum mencapai target.

  1.2. Identifikasi Masalah

  Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk menggunakan metode analisis Gap.

  b. Data yang digunakan adalah data proses SCM dan keuangan pada tahun 2013.

  a. Metode yang digunakan melalui pendekatan SCOR level 1. Metode ini dipilih karena pendekatan SCOR adalah pendekatan yang digunakan untuk menganalisis suatu rantai pasok dan hanya pada level 1, yaitu menganalisis atribut performansi saja.

  Permasalahan akan dibatasi oleh beberapa hal agar penelitian terfokus pada suatu masalah yang akan diteliti, sehingga menjadi objek penelitian yang sesuai dengan tujuannya. Pembatas terhadap masalah yang diamati pada penelitian ini adalah:

  1.4. Pembatasan Masalah

  Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dengan pesaingnya.

  c. Membandingkan tingkat performansi rantai pasok menggunakan SCOR PT.

  b. Menganalisis dan memberikan usulan dari hasil performansi rantai pasok PT.

  Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang akan dibahas dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Bagaimana ukuran setiap atribut performansi rantai pasok dengan pendekatan

  a. Mengukur setiap atribut performansi rantai pasok dengan pendekatan SCOR di PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk.

  Tujuan dari penelitian ini adalah:

  1.3. Tujuan Penelitian

  c. Bagaimana perbandingan performansi rantai pasok PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk dengan pesaingnya?

  b. Bagaimana hasil performansi rantai pasok PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk menggunakan metode analisis Gap?

  SCOR di PT. Keramika Indonesia Assosiasi,Tbk?

  c. Data yang diberikan perusahaan bersifat terbatas, dikarenakan tingkat kerahasiaan data yang tinggi.

1.5. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas secara keseluruhan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu sistematika penulisan sebagai berikut:

  Bab 1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan tugas akhir. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan mengenai teori Supply Chain Management (SCM), proses SCM, metode yang digunakan untuk pemecahan masalah dan pustaka lain yang berhubungan dengan proses penyusunan laporan ini. Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan tentang model atau cara pemecahan masalah serta langkah-

  langkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flowchart pemecahan masalah.

  Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini menjelaskan tentang pengumpulan data dan pengolahan data yang sesuai dengan metode yang digunakan dalam penyusun laporan ini. Bab 5 Analisis Bab ini menjelaskan tentang analisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Bab 6 Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang ditarik dari hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan serta pemberian saran.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Manajemen Rantai Pasok

  Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari

  

supplier , pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan dan

  Mahendrawathi, 2010). Sedangkan The Council of Logistics Management mendefinisikan bahwa supply chain management adalah sistematika, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional dalam sebuah perusahaan swasta dan menyeberangi bidang usaha dalam supply chain untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan individu dan supply chain sebagai keseluruhan. Berikut adalah gambaran sederhana proses manajemen rantai pasok.

Gambar 2.1. Proses Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

  Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), ada tiga macam aliran yang harus dikelola dalam suatu supply chain. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau retail, kemudian ke pemakai akhir. Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.

  2.2. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

  Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil output dan sesuatu yang dihasilkan dari proses yang telah dilakukan sebelumnya, hasil ini dapat diukur kinerjanya dengan perhitungan tertentu serta dapat dievaluasi dan dibandingkan dengan organisasi lain dengan tujuan mengetahui nilai dari hasil yang kita dapatkan dan menentukan strategi untuk dapat mempertahankan organisasi tersebut. Suatu manajemen rantai pasok dituntut untuk dapat melakukan integrasi antar fungsi dan proses yang terjadi didalamnya, agar manajemen rantai pasok tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat melayani costomer sebagai tujuan akhirnya, serta menghasilkan benefit dari proses tersebut. Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja supply chain memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses sehingga bisa mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas. Dengan mengamati kinerja proses supply chain dari waktu ke waktu kita dapat melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali.

  2.3. Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Supply chain operations reference (SCOR) merupakan suatu referensi model yang

  digunakan untuk mengukur kinerja dari supply chain. Model SCOR dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), yaitu suatu lembaga nirlaba yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Lockheed Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill, Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan ARM (Advance Manufacturing Research ).

  Model SCOR mengkombinasikan tiga elemen yaitu business process

  

reengineering , benchmarking dan process measurement kedalam kerangka lintas fungsi dalam supply chain. Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010) :

  Business Process Reengineering pada hakekatnya menangkap proses

  kompleks yang terjadi saat ini (as-is) dan mendefinisikan proses yang diinginkan (to-be).

  Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional

  dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

  Process Measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan memperbaiki proses-proses supply chain.

Gambar 2.2. Process Reference Model (Sumber : Supply Chain Council)

  Secara hirarki, model SCOR terdiri dari proses-proses yang saling terintegrasi dari pemasok-nya pemasok sampai pelanggan-nya pelanggan dimana semua proses tersebut searah dengan strategi opersional, material, kerja dan aliran informasi perusahaan.

Gambar 2.3. Model Supply Chain Operations Reference (Sumber: Supply Chain Council)

  Berdasarkan gambar diatas, terdapat dua konsep utama dalam pengukuran kinerja rantai pasok, yakni pengukuran kinerja (performance measurement) dan peningkatan kinerja (performance improvement). Pada sudut pandang pengukuran kinerja, kerangka tersebut mencakup semua aspek dari kumpulan mengukur kinerja (performance measure ), mengukur ketergantungan (measure

  

dependencies ) sampai metode evaluasi (evaluation method). Sementara pada

  sudut pandang peningkatan kinerja, kerangka tersebut membentang di seluruh proses mulai dari langkah-langkah pemodelan, pengukuran, analisis dan peningkatan. Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut : a) Membangun Model Kinerja (Build Performance Model)

  Pada tahap ini model dari kinerja rantai pasok dibuat. Model kinerja ini terdiri dari tiga aspek yaitu : Pengukuran kinerja memberikan pengukuran terstruktur yang seimbang, definisi dari ukuran dan perhitungan pengukuran serta metode pengumpulan data.

  Mengukur ketergantungan memetakan hubungan antara ukuran-ukuran kinerja yang merupakan dasar dari analisis selanjutnya. Metode evaluasi

  b) Mengukur Kinerja Supply Chain (Measure Supply Chain Performance) Proses pengukuran kinerja didalamnya terdiri dari perhitungan atribut rantai pasok dan evaluasi kinerja rantai pasok. Atribut dapat diukur berdasarkan definisi proses dari data yang terjadi pada proses supply chain. Evaluasi kinerja adalah sebuah proses memperhitungkan kembali atribut rantai pasok untuk mempresentasikan tingkat kepentingan dari setiap atribut yang diukur.

  c) Analisa Kinerja (Performance Analysis) Pada tahapan ini akan menghasilkan beberapa metode analisis yang dipilih untuk pengambilan keputusan dan perbaikan yakni analisis tentang kesenjangan, prioritas atrubut dan analisis sebab akibat.

  d) Peningkatan (Improvement) Dari hasil pengukuran dan analisis kinerja rantai pasok, peningkatan dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat kepentingan dan hubungan antar atribut kinerja, serta menganalisis kesenjangan dan rekayasa ulang proses. Sehingga dapat meningkatkan kinerja dari rantai pasok ke arah yang lebih baik dan menguntungkan bagi perusahaan.

2.4. Ruang Lingkup Proses SCOR

  Model SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti yaitu PLAN , SOURCE, MAKE, DELIVER dan RETURN. Ke lima proses berfungsi sebagai berikut (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010) :

  Plan (Perencanaan), yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan

  pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.

  Source (Pengadaan), yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk

  memenuhi permintaan. Proses ini mencakup kegiatan penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan sebagainya. Jenis proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make-to-order, atau engineer-to-order products.

  Make (Produksi), yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku /

  komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan ini bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order). Proses yang terlibat di sini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi (work-in-process), memelihara fasilitas produksi dan sebagainya.

  Deliver (Pengiriman), yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap

  barang maupun jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

  Return (Pengembalian), yaitu proses pengembalian atau menerima

  pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian. Post delivery customer support juga merupakan bagian dari proses return.

2.5. Tingkatan/Level yang Terdapat pada Proses SCOR

  Dalam proses SCOR mencakup 3 level detail proses serta 1 level implementasi yang merupakan aplikasi dari 3 level sebelumnya. Pada tiap level tersebut mempunyai kerterkaitan satu sama lainnya, sehingga diperlukan pengintegrasian untuk dapat menyambungkan satu sama lainnya.

Gambar 2.5. Level Detail Proses SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

  Tiap level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Level 1, mendefinisikan ruang lingkup dan isi dari model SCOR (plan,

  source , make, deliver dan return). Selain itu pada tahap ini juga ditetapkan

Gambar 2.6. Detail Proses Level 1 SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

  Level 2, dikatakan sebagai konfigurasi level dimana supply chain perusahaan dapat dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 proses inti. Perusahaan bisa membentuk konfigurasi saat ini (as-is) maupun yang diinginkan (to-be).

  Level 3, merupakan tahap dekomposisi proses-proses yang ada pada rantai pasok menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk berkompetisi/bersaing. Tahap ini terdiri dari definisi elemen-elemen proses, input dan output dari informasi mengenai proses elemen, metrik- metrik dari kinerja proses, best practices dan kapabilitas sistem yang diperlukan untuk mendukung best practices.

Gambar 2.8. Detail Proses Level 3 SCOR (Sumber : Supply Chain Council) Level 4, merupakan tahap implementasi yang memetakan program-program penerapan secara spesifik serta mendefinisikan perilaku-perilaku untuk mencapai competitive advantage dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi bisnis yang dijalani.

Gambar 2.9. Detail Proses Level 4 SCOR (Sumber : Supply Chain Council)

  Dengan menggunakan ke empat level SCOR model, suatu bisnis dapat dengan cepat dan tepat mendeskripsikan supply chain bagi perusahaan. Suatu supply

  

chain yang didefinisikan menggunakan pendekatan ini dapat juga dimodifikasi

  dan disusun ulang dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan bisnis dan pasar. Model SCOR memiliki suatu peran yang kuat dalam pelaksanaan supply

  

chain . Model SCOR level 1 dan 2 menjaga manajemen untuk tetap fokus,

  sedangkan level 3 mendukung adanya diagnosis dan level 4 adalah implementasi dari level sebelumnya.

2.6. Supply Chain Operations Reference (SCOR) Level 1

  Pada level 1 SCOR model menggunakan sebuah matrik sebagai alat pengukuran kinerja rantai pasok yang memberikan dasar bagaimana kinerja dari proses-proses didalam supply chain diukur. Pengukuran kinerja ini harus reliable dan valid.

  

Reliability berkaitan dengan konsistensi research instrument. Sedangkan validitas

  berkaitan dengan kepastian variable telah didefinisikan secara tepat dan representative .

  Meskipun SCOR model menyediakan berbagai variasi ukuran kinerja untuk mengevaluasi supply chain, namun SCOR model tidak dapat memastikan apakah ukuran tersebut cocok untuk semua kategori industri. Dengan itu penyesuaian SCOR model terhadap perusahaan terkadang dibutuhkan. Pemilihan ukuran kinerja yang cocok disini dilakukan untuk tiap elemen proses termasuk untuk kinerja dari supply chain. Perhitungan dari sebuah metrik dimungkinkan tidak hanya pada proses data yang diukur namun juga perhitungan secara detai pada level yang lebih rendah. Metrik SCOR model mempunyai 5 kriteria utama, yang pada tiap kriterianya mempunyai beberapa atribut performansi supply chain didalamnya, ke-5 kriteria utama itu adalah :

  Supply Chain Reliability , berkaitan dengan matrik rantai pasok yang berfokus pada kualitas barang dan jasa yang dihasilkan. Supply Chain Responsiveness , berkaitan dengan kecepatan waktu respons terhadap permintaan pelanggan.

  Supply Chain Flexibility , berkaitan dengan mengukur kemampuan adaptasi

  dari rantai pasok untuk memenuhi variasi permintaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

  Supply Chain Cost , berkaitan dengan mengukur kinerja proses dari aspek

  langsung dan tidak langsung dalam rantai pasok termasuk didalamnya pelanggan, pemasok , desain dan ukuran agregat.

  Supply Chain Asset , berkaitan dengan mengukur penggunaan yang efisien dalam pengelolaan aset, termasuk modal tetap dan kerja.

  Dari metrik level 1 yang ada pada SCOR model, terdapat 2 kategori utama performansi kinerja, yaitu customer-facing (penting bagi pelanggan/eksternal) dan

  

internal-facing (penting bagi evaluasi internal). Berikut adalah ketentuan dalam

  perhitungan performansi customer facing pada supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting Group Ltd, 2001).

  1. Supply Chain Delivery Reliability

  Delivery Performance (Performansi pengiriman)

  = Jumlah pesanan terkirim / jumlah pesanan pelanggan……….......……(2.1)

  Fill Rates (Laju pengisian atau rata-rata pemenuhan)

  = Rata-rata pengisian untuk inventori sesuai dengan pesanan……..……(2.2)

  Perfect Order Fulfillment (Kemampuan pemenuhan pesanan)

  = Jumlah pesanan pelanggan terkirim / jumlah produksi……….........…(2.3)

  2. Supply Chain Responsiveness (Waktu tunggu pemenuhan pesanan)

  Order Fulfillment Lead Time

  = Jumlah hari lead time untuk konsumen……….............................……(2.4)

  3. Supply Chain Flexibility

  Supply Chain Response Time (Waktu perusahaan menjalankan rantai

  pasoknya) = Lead time pemasok + waktu siklus manufaktur + lead time pemenuhan pesanan dalam gudang (stok) pesanan.……….................................……(2.5)

  Production Flexibility (Fleksibilitas waktu produksi)

  = Jumlah hari produksi tanpa perencanaan………...........................……(2.6)

  Setelah perhitungan performansi customer facing, lalu dilanjutkan dengan perhitungan performansi internal facing. Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan performansi internal facing pada supply chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting Group Ltd, 2001).

  1. Supply Chain Cost

  Cost of Goods (Biaya material, biaya tenaga kerja langsung serta tak

  langsung) = Biaya material + biaya tenaga kerja langsung + biaya tenaga kerja tak langsung…………………………………………………………...……(2.7)

  Supply Chain Management Cost (Biaya yang terdapat pada proses plan, source dan delivery)

  = Biaya yang berhubungan dengan aliran informasi dan keuangan yang berkaitan dengan manajemen permintaan, biaya material, biaya inventori serta yang lainnya sesuai dengan kondisi perusahaan…………..………(2.8)

  SG&A Cost (Biaya penjualan, administrasi, engineering dan lab)

  = Biaya penjualan + biaya administrasi + biaya lab dan engineering.…(2.9)

  Warranty Cost or Returns Processing Cost (Biaya langsung dan tak

  langsung dalam pengembalian produk) = Biaya pengembalian produk………............................................……(2.10)

  2. Supply Chain Asset

  Cash-to-Cash Cycle Time (Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk

  menerima pembayaran selama proses supply chain berlangsung) = [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)] + [piutang / (total penjualan / 365)] – [utang / (biaya material / 365)] ………...........……(2.11)

  Inventory Days of Supply (Waktu inventori/penyimpanan yang optimal

  untuk menghasilkan keuntungan) = [Biaya inventori / (biaya pokok penjualan / 365)] ………..........……(2.12)

  Asset Turns (Pengembalian aset)

  = Profit / total aset………...............................................................……(2.13)

  Berikut adalah tabel penyajian hasil pengukuran SCOR level 1 yang dihitung berdasarkan atribut performansi reliability, responsiveness, flexibility, cost dan pada proses supply chain, yang disajikan pada tabel sebagai berikut :

  asset

Tabel 2.1. Atribut Kinerja SCOR Level 1 (Sumber : Supply Chain Council)

  Customer Facing Internal Facing Level 1 Supply Chain Supply Chain Supply Chain Supply Chain Supply Chain Performance Metrics

  Reliability Responsiveness Flexibility Cost Asset Delivery

  Performance

  Fill Rates Perfect Order

  Fulfillment Order Fulfillment

  Lead Time Supply Chain

  Response Time Production

  Flexibility

  Cost of Goods Supply Chain

  Management Cost

  SG&A Cost Warranty / Return

  Processing Cost Cash-to-Cash

  Cycle Time Inventory Days of Supply

  √ Asset Turns

2.7. Perbandingan ( Benchmarking) Performansi Rantai Pasok

  Perbandingan (benchmarking) adalah kegiatan membandingkan proses maupun kinerja suatu organisasi relatif terhadap proses maupun kinerja perusahaan referensi, utamanya dalam hal ini adalah perusahaan sejenis yang tergolong best

  in class . Benchmarking bertujuan untuk mengetahui dimana posisi perusahaan

  relatif terhadap kompetitor atau perusahaan acuan, mengidentifikasikan pada aspek mana perusahaan lebih baik dan pada aspek mana perusahaan membutuhkan perbaikan (Pujawan dan Mahendrawathi, 2010).

  Berikut adalah ketentuan dalam perhitungan pernadingan performansi supply

  (Tingkat pengembalian aset/modal) = Pendapatan bersih / total aset………...........................................……(2.17)

  Return on Assets

  Income Net Operating Income

  Turns Gross Margin Operating

  

Inventory

Days of

Supply

Asset

  Cash-to- Cash Cycle Time

  Perbandingan Perusahaan Revenue SG&A Cost of Goods

Tabel 2.2. Perbandingan Performansi Rantai Pasok

  Berikut adalah tabel penyajian perbandingan performansi rantai pasok, hasil yang disajikan berupa jumlah uang dan tingkat persentase atribut performansi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.

  Return on Assets

  chain menurut Bolstroff dan Rosenbaum (Hak Cipta : Pragmatek Consulting Group Ltd, 2001).

  2. Effectiveness of Return

  = (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A – pajak) / pendapatan usaha………................................................................……(2.16)

  Net Income (Pendapatan bersih)

  = (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan – biaya SG&A) / pendapatan usaha………....................................................................................……(2.15)

  Operating Income (Pendapatan operasional)

  = (Pendapatan usaha – biaya pokok penjualan) / pendapatan usaha...…(2.14)

  Gross Margin (Margin kotor)

  1. Profitability

  Company A Company B Industry Parity Industry Advantage Industry Superior

  Berikut adalah tabel penyajian perbandingan performansi rantai, yang dihitung berdasarkan jumlah uang (dalam miliar rupiah) dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.

Tabel 2.3. Perbandingan Performansi Rantai Pasok (dalam miliar rupiah)

  Net Perbandingan

  Cost of Total Gross Operating Revenue SG&A Inventory Receivable Operating Perusahaan Goods Assets Margin Income

  Income Company A Company B