UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA DENGAN METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA
KALIOSO SALATIGA Penulis : Siti Badriyatul Ahyani
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah pada pasal 1 dinyatakan behwa pendidikan prasekolah adalah
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar.
Untuk pengembangan kemampuan dasar jasmani penjabarannya sudah lengkap dan sistematis, tetapi untuk pengembangan moral, yakni moral
Pancasila menurut penulis perlu penjabaran yang lebih bersifat praktis karena pengembangan moral Pancasila lebih ditekankan pada aspek nilai dan
pembentukan sikap afektif dan perbuatan psikomotorik walaupun dalam prakteknya tidak melupakan aspek pengetahuan kognitif.
Di dalam era globalisasi ini secara umum manusia mengalami semacam alienasi keterasingan yang salah satu penyebabnya adalah
tumbuhnya sikap-sikap egosentris, mementingkan diri sendiri, tidak peka terhadap kondisi sosial yang melingkupinya. Betapa tidak, sekarang ini
kesenjangan kaya miskin semakin menganga, dari sisi lain kesadaran untuk saling membantu, saling tolong-menolong, kepekaan terhadap kondisi orang
lain semakin memprihatinkan. Gejala umum tersebut kalau dikritisi dan ditarik ke belakang akan
ditemukan salah satu penyebab utama, yaitu gagalnya pendidikan moral kita selama ini, terutama yang menyangkut aspek metodologi pembelajaran
moral. Tampaknya selama ini pendidikan moral hanya ditekankan pada aspek
teoretis ilmi
dan menafikanmeniadakan
aspek latihan
praktisamali. Kalaupun ada aspek-aspek praktis, belum menyentuh kedalaman nurani anak dan hanya pada tataran lingkup kelas yang sempit.
Contoh yang selama ini dipraktikkan di TK adalah; misalnya untuk menjelaskan tentang sikap menyayangi sesama teman dipakai metode
dramatisasi di ruang kelas, dari sisi lain ketika benar-benar ada teman lain yang jatuh sakit, guru tidak mengajak anak-anak menengoknya. Padahal
pengalaman langsung di lapangan lebih menyentuh nurani anak. Dengan latar belakang di atas, perlu segera adanya terobosan
metodologi alternatif pembelajaran moral, yakni metodologi pembelajaran moral yang lebih menyentuh nurani anak sekaligus mampu membentuk
perilaku anak terpatri dan menjadi sebuah karakter yang tidak tergoyahkan oleh perubahan waktu dan ruang.
Oleh karena itu, penulis membuat sebuah tawaran metodologi alternatif yang dimaksudkan di atas, yakni metode riadloh praktisamali.
Penjabaran kegiatannya penulis sesuaikan dengan daya tangkap, kemampuan dan perkembangan anak usia TK.
Begitu pentingnya sebuah metodologi pembelajaran moral yang tepat, namun selama ini metodologi pembelajaran moral yang ditawarkan oleh
Pemerintah masih belum memenuhi harapan kalau tidak ingin mengatakan terlalu statis. Dari sisi lain, sejauh yang penulis lihat, metodologi
pembelajaran moral yang diterapkan di TK, terutama TK di daerah sekitar penulis, sama sekali tidak ada sebuah inovasi dan kretifitas dalam
metodologi pembelajaran moral ini. Sehingga metodologi pembelajaran moral alternatif yang penulis tawarkan di atas benar-benar sebuah terobosan
yang boleh dibilang cukup orisinal. Melalui karya ilmiah ini penulis mencoba untuk menuangkan ide-ide
tersebut sekaligus laporan hasil kegiatan yang penulis lakukan. Karya tulis
ini penulis beri judul: UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA MELALUI METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA
KALIOSO SALATIGA . Metodologi pembelajaran moral ini telah penulis uji
cobakan kurang lebih selama 2 tahun dan hasilnya sudah dapat diukur walaupun secara kuantitatif belum optimal.
2. Ruang Lingkup
Kegiatan yang penulis lakukan antara lain: a.
Menyusun Landasan Teori Sebelum melakukan pembelajaran moral dengan metode
riadloh , terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa landasan
teori yang mendukung validitas dan ketetapan metode riadloh untuk pembelajaran moral tersebut.
Yang pertama perlu dijelaskan adalah makna riadloh itu secara kebahasaan. Riadloh berasal dari bahasa Arab yang bermakna latihan
terus-menerus konsisten dan kontinu. Biasanya riadloh dihubungkan dengan nafs atau riadloh an-nafs yang berarti latihan jiwa. Dengan cara
melatih diri untuk membiasakan sikap hidup dengan situasi yang baru dialami, lambat laun akan terbiasa dan menjadi kepribadian
karakter yang baik. Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah riadloh an-nafs sering
digunakan dalam dunia tasawuf
1
yang secara empirik terbukti bahwa metode riadloh an-nafs telah teruji dalam pengembangan moralitas
akhlaq karimahakhlak mulia. Menurut ajaran tasawuf, satu-satunya jalan yang dapat
mengantarkan seseorang ke hadirat Tuhan dan moralitas yang baik hanyalah dengan kesucian jiwa. Sebab, menurut mereka, jiwa manusia
merupakan refleksi atau pancaran dari cahaya Ilahi yang suci, maka segala sesuatu itu harus suci dan sempurna
—perfection, sekaligus tingkat kesucian dan kesempurnaan itu ada variasinya sesuai dengan
dekat dan jauhnya dari sumber aslinya, yakni Tuhan. Untuk mencapai tingkat kesucian dan kesempurnaan jiwa, memerlukan latihan
pembinaan yang berat dan lama. Oleh karena itu, pada tahap pertama, teori dan amalan praktik tasawuf diformulasikan pada pengaturan
sikap mental dan pendisiplinan diri yang keras dan ketat. Dengan kata lain, agar dapat berada di hadirat Tuhan, manusia harus terlebih
dahulu mengidentifikasikan keberadaan dirinya dengan ciri-ciri ketuhanan melalui penyucian jiwa raganya sehingga tercipta pribadi
yang berakhlak mulia Rivai Siregar 2000: 99 Secara operasional proses pentahapan dalam perjuangan untuk menuju akhlak
moralitas yang baik itu disebut riadloh an-nafs. Setidaknya ada dua tahapan yang harus dilalui oleh seseorang
melalui riadloh ini, yaitu:
1. Pendekatan diri kepada Tuhan melalui berbagai latihan seperti
zikir mengingat Tuhan terus-menerus, tafakur berfikir tentang kebesaran Tuhan, dan tadabur penghayatan terhadap kebesaran
dan keagungan Tuhan. Dekat Tuhan dipandang dari aspek moralitas berarti dengan dekat kepada Tuhan seseorang akan
tumbuh kesadaran batin yang terdalam untuk selalu berjalan pada moralitas akhlak yang diajarkan oleh Tuhan, tumbuh kesadaran
untuk meniru sifat-sifat Tuhan yang baik Asma’ul husna, tumbuh
kesadaran bahwa seluruh tingkah laku yang dilakukannya selalu mendapat pengawasan dari Tuhan kapan pun dan di mana pun,
tumbuh kesadaran
bahwa seluruh
perilakunya akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan di akhirat kelak. Kesadaran ini oleh Iqbal disebut sebagai religious experience Moh.
Iqbal 1966: 158-159. Religious experience yang akan menumbuhkan kesadaran moralitas yang baik ini dapat dikembangkan secara
praktis lewat kegiatan-kegiatan zikir mengingat dan menyebut nama Tuhan, berdoa dalam setiap kesempatan, menghubungkan
segala bentuk perilaku yang dilakukan dengan pengawasan Tuhan.
2. Pembiasaan langsung amalan praktis, yaitu dengan melakukan
amalan-amalan perbuatan yang baik secara terus-menerus walaupun hati merasa berat. Dengan pembiasaan terus-menerus
dan konsisten itu akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter kepribadian. Contohnya, ketika ingin menumbuhkan
karakter penyayang dan peka terhadap kondisi sosial, maka seseorang harus selalu melatih dirinya dengan cara dekat dengan
fakir-miskin yang membutuhkan pertolongan sekaligus berusaha untuk membantu mereka dengan pikiran ataupun harta yang
dimilikinya. Ketika ingin mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, maka seseorang harus selalu berusaha
melakukan dialog, diskusi terus-menerus dengan orang lain.
b. Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan landasan teori di atas, penulis berani untuk melaksanakan metode riadloh dalam upaya pengembangan moral
anak. Ada dua macam kegiatan pokok yang penulis lakukan dengan melalui metode riadloh tersebut, yaitu:
1. Penanaman kesadaran ke-Tuhanan religious experience pada anak
yang meliputi: a.
Perasaan bahwa Tuhan selalu dekat dengan anak. b.
Mencontoh sifat-sifat Tuhan Asmaul Husna. 2.
Pembiasaan perilaku baik pada anak yang menacu pada moral Pancasila. Yang penulis tekankan pada kegiatan ini adalah :
a. Kepekaan sosial anak pada lingkungannya.
b. Kesadaran bermasyarakat anak.
3. Tujuan dan Manfaat
a. Tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu dekat, selalu
melihat, menyayangi, dan melindungi diri anak. b.
Tumbuh kesadaran pada anak untuk mencontoh sifat-sifat Tuhan, seperti Tuhan itu mengasihi hamba-Nya dan Tuhan itu
Maha Adil. c.
Tumbuh kepekaan sosial seperti menengok teman yang sakit, menengok
teman yang
mengalami kesusahan,
dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
d. Tumbuh kesadaran akan kebersamaan dalam bermasyarakat.
B. Laporan Kegiatan