Contoh Usulan Penelitian Tindakan Kelas Format Word PTK TK 2

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN MORAL ANAK

DENGAN METODE

RIADLOH

DI TK ISLAM TARUNA TAMA KALIOSO SALATIGA

NAMA : SITI BADRIYATUL AHYANI

NIP : 131 586 211

GURU : TAMAN KANAK-KANAK


(2)

UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA

DENGAN METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

KALIOSO SALATIGA

Penulis : Siti Badriyatul Ahyani

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah pada pasal 1 dinyatakan behwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Untuk pengembangan kemampuan dasar (jasmani) penjabarannya sudah lengkap dan sistematis, tetapi untuk pengembangan moral, yakni moral Pancasila menurut penulis perlu penjabaran yang lebih bersifat praktis karena pengembangan moral Pancasila lebih ditekankan pada aspek nilai dan pembentukan sikap (afektif) dan perbuatan (psikomotorik) walaupun dalam prakteknya tidak melupakan aspek pengetahuan (kognitif).

Di dalam era globalisasi ini secara umum manusia mengalami semacam alienasi (keterasingan) yang salah satu penyebabnya adalah tumbuhnya sikap-sikap egosentris, mementingkan diri sendiri, tidak peka terhadap kondisi sosial yang melingkupinya. Betapa tidak, sekarang ini kesenjangan kaya miskin semakin menganga, dari sisi lain kesadaran untuk saling membantu, saling tolong-menolong, kepekaan terhadap kondisi orang lain semakin memprihatinkan.

Gejala umum tersebut kalau dikritisi dan ditarik ke belakang akan ditemukan salah satu penyebab utama, yaitu gagalnya pendidikan moral kita selama ini, terutama yang menyangkut aspek metodologi pembelajaran moral. Tampaknya selama ini pendidikan moral hanya ditekankan pada aspek teoretis (ilmi) dan menafikan/meniadakan aspek latihan (praktis/amali). Kalaupun ada aspek-aspek praktis, belum menyentuh kedalaman nurani anak dan hanya pada tataran lingkup kelas yang sempit. Contoh yang selama ini dipraktikkan di TK adalah; misalnya untuk menjelaskan tentang sikap menyayangi sesama teman dipakai metode


(3)

dramatisasi di ruang kelas, dari sisi lain ketika benar-benar ada teman lain yang jatuh sakit, guru tidak mengajak anak-anak menengoknya. Padahal pengalaman langsung di lapangan lebih menyentuh nurani anak.

Dengan latar belakang di atas, perlu segera adanya terobosan metodologi alternatif pembelajaran moral, yakni metodologi pembelajaran moral yang lebih menyentuh nurani anak sekaligus mampu membentuk perilaku anak terpatri dan menjadi sebuah karakter yang tidak tergoyahkan oleh perubahan waktu dan ruang.

Oleh karena itu, penulis membuat sebuah tawaran metodologi alternatif yang dimaksudkan di atas, yakni metode riadloh (praktis/amali). Penjabaran kegiatannya penulis sesuaikan dengan daya tangkap, kemampuan dan perkembangan anak usia TK.

Begitu pentingnya sebuah metodologi pembelajaran moral yang tepat, namun selama ini metodologi pembelajaran moral yang ditawarkan oleh Pemerintah masih belum memenuhi harapan kalau tidak ingin mengatakan terlalu statis. Dari sisi lain, sejauh yang penulis lihat, metodologi pembelajaran moral yang diterapkan di TK, terutama TK di daerah sekitar penulis, sama sekali tidak ada sebuah inovasi dan kretifitas dalam metodologi pembelajaran moral ini. Sehingga metodologi pembelajaran moral alternatif yang penulis tawarkan di atas benar-benar sebuah terobosan yang boleh dibilang cukup orisinal.

Melalui karya ilmiah ini penulis mencoba untuk menuangkan ide-ide tersebut sekaligus laporan hasil kegiatan yang penulis lakukan. Karya tulis ini penulis beri judul: UPAYA PENGEMBANGAN MORAL PANCASILA MELALUI METODE RIADLOH DI TK ISLAM TARUNA TAMA

KALIOSO SALATIGA. Metodologi pembelajaran moral ini telah penulis uji cobakan kurang lebih selama 2 tahun dan hasilnya sudah dapat diukur walaupun secara kuantitatif belum optimal.

2. Ruang Lingkup

Kegiatan yang penulis lakukan antara lain: a. Menyusun Landasan Teori

Sebelum melakukan pembelajaran moral dengan metode


(4)

teori yang mendukung validitas dan ketetapan metode riadloh untuk pembelajaran moral tersebut.

Yang pertama perlu dijelaskan adalah makna riadloh itu secara kebahasaan. Riadloh berasal dari bahasa Arab yang bermakna latihan terus-menerus (konsisten dan kontinu). Biasanya riadloh dihubungkan dengan nafs atau riadloh an-nafs yang berarti latihan jiwa. Dengan cara melatih diri untuk membiasakan sikap hidup dengan situasi yang baru dialami, lambat laun akan terbiasa dan menjadi kepribadian (karakter yang baik).

Dalam khazanah keilmuan Islam, istilah riadloh an-nafs sering digunakan dalam dunia tasawuf1 yang secara empirik terbukti bahwa metode riadloh an-nafs telah teruji dalam pengembangan moralitas (akhlaq karimah/akhlak mulia).

Menurut ajaran tasawuf, satu-satunya jalan yang dapat mengantarkan seseorang ke hadirat Tuhan dan moralitas yang baik hanyalah dengan kesucian jiwa. Sebab, menurut mereka, jiwa manusia merupakan refleksi atau pancaran dari cahaya Ilahi yang suci, maka segala sesuatu itu harus suci dan sempurna—perfection, sekaligus tingkat kesucian dan kesempurnaan itu ada variasinya sesuai dengan dekat dan jauhnya dari sumber aslinya, yakni Tuhan. Untuk mencapai tingkat kesucian dan kesempurnaan jiwa, memerlukan latihan pembinaan yang berat dan lama. Oleh karena itu, pada tahap pertama, teori dan amalan (praktik) tasawuf diformulasikan pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan diri yang keras dan ketat. Dengan kata lain, agar dapat berada di hadirat Tuhan, manusia harus terlebih dahulu mengidentifikasikan keberadaan dirinya dengan ciri-ciri ketuhanan melalui penyucian jiwa raganya sehingga tercipta pribadi yang berakhlak mulia (Rivai Siregar 2000: 99) Secara operasional proses pentahapan dalam perjuangan untuk menuju akhlak (moralitas) yang baik itu disebut riadloh an-nafs.

Setidaknya ada dua tahapan yang harus dilalui oleh seseorang melalui riadloh ini, yaitu:


(5)

1. Pendekatan diri kepada Tuhan melalui berbagai latihan seperti zikir (mengingat Tuhan terus-menerus), tafakur (berfikir tentang kebesaran Tuhan), dan tadabur (penghayatan terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan). Dekat Tuhan dipandang dari aspek moralitas berarti dengan dekat kepada Tuhan seseorang akan tumbuh kesadaran batin yang terdalam untuk selalu berjalan pada moralitas (akhlak) yang diajarkan oleh Tuhan, tumbuh kesadaran untuk meniru sifat-sifat Tuhan yang baik (Asma’ul husna), tumbuh kesadaran bahwa seluruh tingkah laku yang dilakukannya selalu mendapat pengawasan dari Tuhan kapan pun dan di mana pun,

tumbuh kesadaran bahwa seluruh perilakunya akan

dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan di akhirat kelak. Kesadaran ini oleh Iqbal disebut sebagai religious experience (Moh. Iqbal 1966: 158-159). Religious experience yang akan menumbuhkan kesadaran moralitas yang baik ini dapat dikembangkan secara praktis lewat kegiatan-kegiatan zikir (mengingat dan menyebut nama Tuhan), berdoa dalam setiap kesempatan, menghubungkan segala bentuk perilaku yang dilakukan dengan pengawasan Tuhan.

2. Pembiasaan langsung (amalan praktis), yaitu dengan melakukan amalan-amalan (perbuatan) yang baik secara terus-menerus walaupun hati merasa berat. Dengan pembiasaan terus-menerus dan konsisten itu akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter (kepribadian). Contohnya, ketika ingin menumbuhkan karakter penyayang dan peka terhadap kondisi sosial, maka seseorang harus selalu melatih dirinya dengan cara dekat dengan fakir-miskin yang membutuhkan pertolongan sekaligus berusaha untuk membantu mereka dengan pikiran ataupun harta yang dimilikinya. Ketika ingin mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, maka seseorang harus selalu berusaha melakukan dialog, diskusi terus-menerus dengan orang lain.


(6)

b. Pelaksanaan Kegiatan

Berdasarkan landasan teori di atas, penulis berani untuk melaksanakan metode riadloh dalam upaya pengembangan moral anak. Ada dua macam kegiatan pokok yang penulis lakukan dengan melalui metode riadloh tersebut, yaitu:

1. Penanaman kesadaran ke-Tuhanan (religious experience) pada anak yang meliputi:

a. Perasaan bahwa Tuhan selalu dekat dengan anak. b. Mencontoh sifat-sifat Tuhan (Asmaul Husna).

2. Pembiasaan perilaku baik pada anak yang menacu pada moral Pancasila. Yang penulis tekankan pada kegiatan ini adalah :

a. Kepekaan sosial anak pada lingkungannya. b. Kesadaran bermasyarakat anak.

3. Tujuan dan Manfaat

a. Tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu dekat, selalu melihat, menyayangi, dan melindungi diri anak.

b. Tumbuh kesadaran pada anak untuk mencontoh sifat-sifat Tuhan, seperti Tuhan itu mengasihi hamba-Nya dan Tuhan itu Maha Adil.

c. Tumbuh kepekaan sosial seperti menengok teman yang sakit,

menengok teman yang mengalami kesusahan, dan

memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

d. Tumbuh kesadaran akan kebersamaan dalam bermasyarakat.

B. Laporan Kegiatan

1. Penyusunan Program Pembelajaran

Program pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh yang penulis lakukan dalam bentuk:

a. Kegiatan Terprogram

Kegiatan terprogram yakni kegiatan yang telah direncanakan sejak awal tahun ajaran baru. Program ini dimusyawarahkan dengan orang tua karena menyangkut pembiayaan. Kegiatan ini meliputi:


(7)

2. Kegiatan bulanan 3. Kegiatan mingguan 4. Kegiatan harian

Kegiatan Tahunan dan Bulanan, dapat dilihat pada tabel berikut.

RENCANA KEGIATAN PROGRAM TAHUNAN DAN BULANAN

KEGIATAN Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Berhikmat ke

yatim piatu X Ke tempat

kumuh X

Ke panti jompo X Tadabur alam

(1) X

Pengumpulan

zakat X

Halal bi Halal bersama masyarakat sekitar

X

Idul Adha bersama fakir miskin (anak yatim)

X

Tadabur alam

(2) X

Memberi bingkisan akhir tahun kepada teman yang kekurangan atau dan tukar bingkisan

X

Adapun kegiatan mingguan adalah berinfak melalui kotak amal yang disediakan oleh TK.

Untuk kegiatan harian, penanaman kesadaran ketuhanan diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar.


(8)

b. Kegiatan Insidental

Untuk kegiatan Insidental dilakukan sesuai dengan keadaan/kejadian yang baru berlangsung. Contoh, ketika ada teman yang mengalami musibah (kecelakaan, kematian, sakit, dsb), anak-anak diajak untuk menengok.

2. Pelaksanaan Program

Penyajian atau pelaksanaan program-program di atas dapat dikemukakan di bawah ini:

a. Kegiatan Tahunan dan Bulanan Meliputi:

1. Kegiatan Berhikmat ke yatim piatu

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih anak untuk mencintai sesama, mensyukuri nikmat, dan melatih kepekaan sosial. Adapun secara teknis pelaksanaan kegiatan itu adalah sebagai berikut:

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud kedatangannya ke yatim-piatu.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya, seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat yatim piatu, anak-anak diajak berkenalan, memberikan bingkisan yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yatim piatu.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya tentang kunjungan yang telah dilakukan.

2. Ke Tempat Kumuh

Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak memiliki kepekaan sosial dengan melihat dari dekat saudara-saudara mereka yang mengalami kekurangan secara ekonomi. Di samping itu dapat melatih mereka untuk menjadi orang yang sederhana dalam hidup dan mensyukuri nikmat. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:


(9)

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud dan tujuan melakukan kunjungan ke tempat kumuh tersebut.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya, seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat kumuh itu anak-anak diajak berkenalan dengan para penghuni tempat itu, kemudian memberikan bingkisan yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yang ada di tempat kumuh tersebut.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya tentang kunjungan yang telah dilakukan.

3. Tadabur Alam

Tadabur bermakna melakukan proses penghayatan. Tadabur alam berarti menghayati alam ciptaan Tuhan YME. Bentuk penyajian seperti karya wisata tetapi lokasi yang dituju lebih mudah dijangkau dan biaya ringan. Karena Salatiga dekat dengan wisata pegunungan, biasanya anak diajak tadabur alam ke gunung. Adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan anak akan diajak melihat keindahan alam ciptaan Tuhan.

2. Anak disuruh mengamati apa saja yang mereka lihat kemudian menceritakannya di kelas.

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar anak dapat mensyukuri nikmat Tuhan, dan anak dapat mengetahui bahwa alam semesta yang indah itu merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kemudian tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu Penyayang terhadap hambanya, Mahabesar, maka anak-anak dapat meniru sifat Tuhan Yang Maha Penyayang tersebut, yaitu menjadi anak yang senang menyayangi sesama.

4. Pengumpulan Zakat

Guru mengimbau kepada anak untuk mengumpulkan zakat fitrahnya di sekolah, kemudian disalurkan kepada yang berhak.


(10)

Yang menyerahkan tersebut kepada yang berhak adalah anak-anak sendiri sehingga anak-anak-anak-anak secara langsung dapat mempraktikkan kesadaran sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir program pesantren Ramadan. Adapun tujuan pengumpulan zakat di sekolah ini adalah:

1. Agar anak dapat mempraktikkan perintah/kewajiban membayar zakat.

2. Tumbuh kepedulian pada si miskin/kepekaan sosial. 5. Halal bi Halal Bersama Masyarakat Sekitar Sekolah

Bentuk penyajian program ini adalah sekolah bersama BP3 mengundang masyarakat sekitar untuk ber-halal bi halal bersama dengan keluarga besar TK, orang tua wali, dan anak-anak. Adapun tujuan pelaksanaan program ini adalah:

1. Anak mempraktikkan pentingnya arti kebersamaan.

2. Anak mempraktikkan pentingnya saling silaturahmi dan memaafkan.

6. Idul Adha Bersama Fakir Miskin Bentuk penyajian program ini adalah:

1. Idul Adha bersama mengundang fakir miskin.

2. Idul Adha mengumpulkan dana untuk dibelikan kambing kemudian disalurkan kepada yang berhak.

Adapun tujuan program ini adalah: merangsang kepekaan sosial anak untuk mencintai sesama.

7. Tadabur Alam (2)

Bentuk penyajian: dilaksanakan menjelang tutup ajaran. Adapun tujuannya adalah mensyukuri nikmat Tuhan, menghayati Mahakasih-nya Tuhan, kemudian anak diharapkan untuk meniru sifat Tuhan yang penyayang kepada hamba-Nya tersebut. Pada gilirannya akan tumbuh kesadaran sosial pada anak.

8. Memberi Bingkisan Akhir Tahun kepada Teman Sebaya.

Bentuk penyajiannya adalah anak disuruh membawa bingkisan seikhlasnya kemudian saling ditukarkan dengan teman sebaya (teman sekelas). Adapun tujuan dari pelaksanaan program


(11)

ini adalah: melatih anak untuk menyayangi teman sebaya dengan simbol tanda kasih berupa benda yang tidak seberapa harganya, kemudian dengan itu akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa hidup bermasyarakat itu harus saling memberi dan menyayangi. 3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

Penilaian merupakan suatu usaha mendapatkan berbagai informasi cara berkala berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Demikian juga dengan penilaian dari upaya pengembangan moral melalui metode riadloh. Untuk metode riadloh ini titik berat proses penilaian hasil belajar yang diharapkan adalah adanya perubahan tingkah laku atau pembentukan sikap (afektif) yang lebih positif dan secara nyata. Adapun teknik penilaian yang penulis pergunakan adalah teknik penilaian kontinu kualitatif. Adapun penilaian kualitatif yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

Setelah mengikuti kegiatan pengembangan moral dengan melalui metode riadloh anak dengan perubahan tingkah laku atau perilaku yang menonjol positif, penulis beri nilai dengan lambang lingkaran berisi penuh dengan kategori B (Baik).

Anak dengan catatan khusus pencapaian perubahan tingkah laku atau dengan respons cukup baik diberi tanda cek atau C (Cukup).

Anak yang berdasarkan catatan penilaian perubahan tingkah laku atau perilaku cenderung menonjol negatif diberi tanda lingkaran kosong atau K (Kurang).

4. Laporan Hasil

Program atau kegiatan pendekatan (metode) ini sudah penulis laksanakan kurang lebih 2 tahun. Bentuk pendekatan atau metode riadloh ini penulis buat di awal tahun ajaran berdasarkan hasil musyawarah bersama antara pihak sekolah dan orang tua. Sebelum membuat program ini penulis juga memerhatikan minat, kemampuan, dan perkembangan anak. Dari kegiatan pendekatan tersebut dapat penulis laporkan kegiatan pendekatan atau pengembangan pada program tahun ajaran 2002/2003.


(12)

Hasil penilaian upaya pengembangan moral dengan metode riadloh

dapat dilihat pada tabel (lampiran)

Keterangan :

Dilihat dari hasil metode riadloh dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, presentase anak dengan kategori menonjol baik, dari 27 anak, ada 24 anak. Respons cukup baik ada 2 anak, yang responsnya kurang ada 1 anak. Jika dipresentasekan 95% merespons positif upaya pendekatan riadloh

ini, 4% cukup, 1% kurang merespons positif.

Dari hasil presentase bimbingan pengembangan moral dengan metode

riadloh, maka metode ini tepat dilaksanakan di TK umum atau khusus. Modal pendekatan ini sebagai upaya pengembangan pendidikan moral yang lebih praktis dan mudah dilaksanakan.

C. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Bahwa pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh dapat dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa aspek penting.

a. Untuk menentukan bentuk program kegiatan harus disesuaikan dengan umat, kemampuan, dan perkembangan anak.

b. Untuk menentukan bentuk kegiatan dan biaya sebaiknya dimusyawarahkan dengan orang tua (wali murid). 2. Saran

Untuk sesama teman guru bila akan melaksanakan program pengembangan moral anak dengan metode riadloh harus menguasai betul bagaimana konsep pembelajaran moral di TK.


(13)

Daftar Pustaka

Prof. H. A. Rivay Siregar 2000. Tasauf Dari Sufisme Ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muh. Iqbal 1966. The Reconstruction of the Religious Thought in Islam. M. Ashraf Lahore.

Departemen P dan K 1992. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pendidikan Moral Pancasila di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen P dan K. Departemen Agama RI 1996.pedoman Pengembangan Agama Islam dan Moral


(1)

b. Kegiatan Insidental

Untuk kegiatan Insidental dilakukan sesuai dengan keadaan/kejadian yang baru berlangsung. Contoh, ketika ada teman yang mengalami musibah (kecelakaan, kematian, sakit, dsb), anak-anak diajak untuk menengok.

2. Pelaksanaan Program

Penyajian atau pelaksanaan program-program di atas dapat dikemukakan di bawah ini:

a. Kegiatan Tahunan dan Bulanan Meliputi:

1. Kegiatan Berhikmat ke yatim piatu

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih anak untuk mencintai sesama, mensyukuri nikmat, dan melatih kepekaan sosial. Adapun secara teknis pelaksanaan kegiatan itu adalah sebagai berikut:

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud kedatangannya ke yatim-piatu.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya, seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat yatim piatu, anak-anak diajak berkenalan, memberikan bingkisan yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yatim piatu.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya tentang kunjungan yang telah dilakukan.

2. Ke Tempat Kumuh

Tujuan kegiatan ini adalah melatih anak memiliki kepekaan sosial dengan melihat dari dekat saudara-saudara mereka yang mengalami kekurangan secara ekonomi. Di samping itu dapat melatih mereka untuk menjadi orang yang sederhana dalam hidup dan mensyukuri nikmat. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:


(2)

1. Sebelumnya guru menjelaskan maksud dan tujuan melakukan kunjungan ke tempat kumuh tersebut.

2. Anak-anak disarankan membawa bingkisan seikhlasnya, seperti membawa kue dan baju layak pakai.

3. Di tempat kumuh itu anak-anak diajak berkenalan dengan para penghuni tempat itu, kemudian memberikan bingkisan yang telah dibawa.

4. Anak-anak diajak berdoa bersama dengan anak-anak yang ada di tempat kumuh tersebut.

5. Setelah itu anak-anak disuruh memberikan pendapatnya tentang kunjungan yang telah dilakukan.

3. Tadabur Alam

Tadabur bermakna melakukan proses penghayatan. Tadabur alam berarti menghayati alam ciptaan Tuhan YME. Bentuk penyajian seperti karya wisata tetapi lokasi yang dituju lebih mudah dijangkau dan biaya ringan. Karena Salatiga dekat dengan wisata pegunungan, biasanya anak diajak tadabur alam ke gunung. Adapun teknik pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan anak akan diajak melihat keindahan alam ciptaan Tuhan.

2. Anak disuruh mengamati apa saja yang mereka lihat kemudian menceritakannya di kelas.

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah agar anak dapat mensyukuri nikmat Tuhan, dan anak dapat mengetahui bahwa alam semesta yang indah itu merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kemudian tumbuh kesadaran pada anak bahwa Tuhan itu Penyayang terhadap hambanya, Mahabesar, maka anak-anak dapat meniru sifat Tuhan Yang Maha Penyayang tersebut, yaitu menjadi anak yang senang menyayangi sesama.

4. Pengumpulan Zakat

Guru mengimbau kepada anak untuk mengumpulkan zakat fitrahnya di sekolah, kemudian disalurkan kepada yang berhak.


(3)

Yang menyerahkan tersebut kepada yang berhak adalah anak-anak sendiri sehingga anak-anak-anak-anak secara langsung dapat mempraktikkan kesadaran sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir program pesantren Ramadan. Adapun tujuan pengumpulan zakat di sekolah ini adalah:

1. Agar anak dapat mempraktikkan perintah/kewajiban membayar zakat.

2. Tumbuh kepedulian pada si miskin/kepekaan sosial. 5. Halal bi Halal Bersama Masyarakat Sekitar Sekolah

Bentuk penyajian program ini adalah sekolah bersama BP3 mengundang masyarakat sekitar untuk ber-halal bi halal bersama dengan keluarga besar TK, orang tua wali, dan anak-anak. Adapun tujuan pelaksanaan program ini adalah:

1. Anak mempraktikkan pentingnya arti kebersamaan.

2. Anak mempraktikkan pentingnya saling silaturahmi dan memaafkan.

6. Idul Adha Bersama Fakir Miskin Bentuk penyajian program ini adalah:

1. Idul Adha bersama mengundang fakir miskin.

2. Idul Adha mengumpulkan dana untuk dibelikan kambing kemudian disalurkan kepada yang berhak.

Adapun tujuan program ini adalah: merangsang kepekaan sosial anak untuk mencintai sesama.

7. Tadabur Alam (2)

Bentuk penyajian: dilaksanakan menjelang tutup ajaran. Adapun tujuannya adalah mensyukuri nikmat Tuhan, menghayati Mahakasih-nya Tuhan, kemudian anak diharapkan untuk meniru sifat Tuhan yang penyayang kepada hamba-Nya tersebut. Pada gilirannya akan tumbuh kesadaran sosial pada anak.

8. Memberi Bingkisan Akhir Tahun kepada Teman Sebaya.

Bentuk penyajiannya adalah anak disuruh membawa bingkisan seikhlasnya kemudian saling ditukarkan dengan teman sebaya (teman sekelas). Adapun tujuan dari pelaksanaan program


(4)

ini adalah: melatih anak untuk menyayangi teman sebaya dengan simbol tanda kasih berupa benda yang tidak seberapa harganya, kemudian dengan itu akan tumbuh kesadaran pada anak bahwa hidup bermasyarakat itu harus saling memberi dan menyayangi. 3. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran

Penilaian merupakan suatu usaha mendapatkan berbagai informasi cara berkala berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik. Demikian juga dengan penilaian dari upaya pengembangan moral melalui metode riadloh. Untuk metode riadloh ini titik berat proses penilaian hasil belajar yang diharapkan adalah adanya perubahan tingkah laku atau pembentukan sikap (afektif) yang lebih positif dan secara nyata. Adapun teknik penilaian yang penulis pergunakan adalah teknik penilaian kontinu kualitatif. Adapun penilaian kualitatif yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

Setelah mengikuti kegiatan pengembangan moral dengan melalui metode riadloh anak dengan perubahan tingkah laku atau perilaku yang menonjol positif, penulis beri nilai dengan lambang lingkaran berisi penuh dengan kategori B (Baik).

Anak dengan catatan khusus pencapaian perubahan tingkah laku atau dengan respons cukup baik diberi tanda cek atau C (Cukup).

Anak yang berdasarkan catatan penilaian perubahan tingkah laku atau perilaku cenderung menonjol negatif diberi tanda lingkaran kosong atau K (Kurang).

4. Laporan Hasil

Program atau kegiatan pendekatan (metode) ini sudah penulis laksanakan kurang lebih 2 tahun. Bentuk pendekatan atau metode riadloh ini penulis buat di awal tahun ajaran berdasarkan hasil musyawarah bersama antara pihak sekolah dan orang tua. Sebelum membuat program ini penulis juga memerhatikan minat, kemampuan, dan perkembangan anak. Dari kegiatan pendekatan tersebut dapat penulis laporkan kegiatan pendekatan atau pengembangan pada program tahun ajaran 2002/2003.


(5)

Hasil penilaian upaya pengembangan moral dengan metode riadloh dapat dilihat pada tabel (lampiran)

Keterangan :

Dilihat dari hasil metode riadloh dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, presentase anak dengan kategori menonjol baik, dari 27 anak, ada 24 anak. Respons cukup baik ada 2 anak, yang responsnya kurang ada 1 anak. Jika dipresentasekan 95% merespons positif upaya pendekatan riadloh ini, 4% cukup, 1% kurang merespons positif.

Dari hasil presentase bimbingan pengembangan moral dengan metode riadloh, maka metode ini tepat dilaksanakan di TK umum atau khusus. Modal pendekatan ini sebagai upaya pengembangan pendidikan moral yang lebih praktis dan mudah dilaksanakan.

C. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Bahwa pengembangan moral Pancasila dengan metode riadloh dapat dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa aspek penting.

a. Untuk menentukan bentuk program kegiatan harus disesuaikan dengan umat, kemampuan, dan perkembangan anak.

b. Untuk menentukan bentuk kegiatan dan biaya sebaiknya dimusyawarahkan dengan orang tua (wali murid). 2. Saran

Untuk sesama teman guru bila akan melaksanakan program pengembangan moral anak dengan metode riadloh harus menguasai betul bagaimana konsep pembelajaran moral di TK.


(6)

Daftar Pustaka

Prof. H. A. Rivay Siregar 2000. Tasauf Dari Sufisme Ke Neo-Sufisme. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muh. Iqbal 1966. The Reconstruction of the Religious Thought in Islam. M. Ashraf Lahore.

Departemen P dan K 1992. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Pendidikan Moral Pancasila di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen P dan K. Departemen Agama RI 1996.pedoman Pengembangan Agama Islam dan Moral