Penelitian Tindakan Kelas PTK (2)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2013, pemerintah membuat terobosan baru yakni dengan
memberlakukan kurikulum baru yang diberi nama kurikulum 2013 sebagai
lanjutan dari kurikulum sebelumnya (KTSP). Alasan diberlakukanya kurikulum
ini salah satunya adalah diharapkan adanya perubahan proses pembelajaran (dari
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu) dan proses penilaian
(dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output). Oleh karena itu, guru
dan peserta didik diharapkan dapat mengimplementasikan dari kurikulum baru ini.
Pada kurikulum 2013 khususnya pada pelajaran matematika tingkat SMP dan
sederajat, pemerintah sudah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yakni 67 atau 2,66.
SMP Negeri 03 Batu juga sudah menerapkan kurikulum 2013 yang
dikhususkan pada peserta didik kelas VII, sedangkan peserta didik kelas VIII dan
IX menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Diterapkanya
kurikulum 2013 ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas peserta didik maupun
guru di SMPN 03 Batu, baik dilihat dari proses pembelajaran maupun dari hasil
belajar. Adapun


Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan oleh

SMPN 03 Batu untuk pelajaran matematika sesuai dengan yang ditentukan oleh
pemerintah yakni 75 atau 3,00. Di dalam proses pembelajaran, guru memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pembelajaran. Karena guru dalam proses pembelajaran diibaratkan sebagai
sutradara yang mana mengatur semua jalanya proses pembelajaran. Oleh sebab
itu, guru harus membuat perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan
kesempatan belajar bagi peserta didik dan memperbaiki kualitas mengajarnya
serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Dari hasil pre-tes tentang pengetahuan awal peserta didik mangenai materi
konsep dasar PLSV yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2014 didapatkan hasil
belajar peserta didik kelas VII-I semester genap tahun pelajaran 2013-2014 di
1

SMPN 03 Batu masih rendah yakni 13 dari 27 peserta didik yang nilainya
memenuhi KKM. Diperoleh presentasi ketuntasan klasikal sebesar 48,15 %,
sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal masih tergolong rendah.
Menurut peneliti, nilai tersebut masih tergolong rendah dan faktor penyebabnya
adalah minat belajar peserta didik kurang dan cenderung malas belajar sehingga

hasil yang dicapai kurang maksimal, serta kurang adanya inovasi guru dalam
proses belajar mengajar sehingga peserta didik merasa jenuh, bosan dan kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Dihimbau untuk para pendidik agar
menciptakan suasana belajar yang lebih menarik supaya peserta didik lebih
nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar dan memahami materi yang
sedang disampaikan oleh guru.
Strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) pertamakali dikembangkan oleh
Speaker Kagan (dalam Miftahul, 2013) dengan sintaks, peserta didik dibentuk
kelompok dengan beranggotakan empat orang setelah itu diberikan permasalahan
yang harus dipecahkan bersama dengan kelompoknya, setelah selesai dua orang
dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain dan dua orang lainya
menjaga di kelompoknya, setelah selesai berkunjung kembali ke kelompok
masing-masing dan melaporkan temuan mereka. Berdasarkan uraian di atas,
menurut peneliti strategi TS-TS sangat cocok untuk mengatasi masalah tersebut,
dikarenakan tersebut merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan
agar peserta didik dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk
berprestasi. Sehingga peneliti berkeingin untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul “Peningkatan Hasil belajar Pada Materi Persamaan Linear
Satu Variabel (PLSV) Menggunakan Strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) Pada

Peserta Didik Kelas VII-I Tahun Ajaran 2013-2014 Di SMPN 03 Batu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah bagaimana penerapan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay
Two-Stray) dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri

2

03 Batu kelas VII-I tahun ajaran 2013-2014 pada materi persamaan linear satu
variabel ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan yang diharapkan dalam
mengadakan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan
penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe

TS-TS (Two-Stay Two-

Stray) dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 03
Batu kelas VII-I tahun ajaran 2013-2014 pada materi persamaan linear satu
variabel.

1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian tindakan kelas ini hanya akan
membahas masalah dalam ruang lingkup:
1. Peserta didik kelas VII-I di SMP Negeri 03 Batu semester genap tahun ajaran
2013-2014.
2. Materi pokok yang dibahas dalam penelitian tindakan kelas ini pada persamaan
linear satu variabel.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi yang berarti
dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII-I di SMP Negeri
03 Batu, khususnya terhadap kegiatan pembelajaran matematika. Adapun manfaat
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Bagi Peserta didik
Mempermudah peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru, serta untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi Guru
Lebih mudah dalam menyampaikan materi, serta mampu memberikan inovasiinovasi baru bagi guru dalam proses belajar mengajar.

3


3. Bagi Sekolah
Sebagai rujukan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya
di SMPN 03 Batu.

4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Belajar
Menurut Datyanto (dalam Chandra, 2013) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya. Sedangkan menurut Syah (dalam Chandra, 2013) belajar
adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif. Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
definisi belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang secara
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi lingkungan yang
melibatkan aspek kognitif.

Smith dan Ragan (dalam Chandra, 2013) mengemukakan beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut adalah efektif, efisien, dan menarik, sedangkan kriterianya,
yakni.
1) Peran aktif peserta didik (active participation)
Proses belajar akan berlangsung efektif jika peserta didik terlibat secara aktif
dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran
secara intensif.
2) Latihan (practice)
Latihan yang dilakukan dalam berbagai konteks dapat memperbaiki tingkat
daya ingat atau retensi.
3) Perbedaan individual (individual differences)
Dalam hal ini, tugas guru atau instruktur adalah mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh individu seoptimal mungkin melalui proses pembelajaran yang
berkualitas.

5

4) Interaksi sosial (social interaction)
Interaksi sosial sangat diperlukan oleh peserta didik agar dapat memperoleh

dukungan sosial dalam belajar. Interaksi yang berkesinambungan dengan
sejawat atau sesama peserta didik akan memungkinkan peserta didik untuk
melakukan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang sedang
dipelajari.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005) menyatakan, “in cooperative learning method,
student work together in four memver tean to master materian initially presented
by the teacher”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa didalam pembelajaran
kooperatif peserta didik bekerja bersama-sama dalam kelompok untuk membahas
materi yang sudah disampaikan oleh guru.
Model pembelajaran koopeatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik dengan kemampuan heterogen, yaitu
peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
a. Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama.”
b. Para peserta didik harus memiliki tanggungjawab terhadap peserta didik atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

6

c. Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan
yang sama.
d. Para peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para
anggota kelompok.
e. Para peserta didik diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi
pendengar yang baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan

atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan [ CITATION RSl05 \l 1057 ].
2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
Model

pemelajaran

kooperatif

tipe

TS-TS

(Two-Stay

Two-Stray)

dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Miftahul, 2013). Metode ini bisa
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peseta
didik. Metode TS-TS (Two-Stay Two-Stray) merupakan sistem pembelajaran

kelompok dengan tujuan agar peserta didik dapat saling bekerja sama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling
mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih peserta didik
untuk bersosialisasi dengan baik.
2.3.1 Sintaks metode TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
Berikut adalah rincian tahap-tahap strategi pembelajaran TS-TS :
1) Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang setiap
kelompok terdiri dari empat peserta didik. Kelompok yang dibentuk
pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri

7

dari 1 peserta didik berkemampuan tinggi, 2 peserta didik
berkemampuan sedang, dan 1 peserta didik berkemampuan rendah.
Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (TwoStay Two-Stray) bertujuan untuk memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling
mendukung.
2) Guru memberikan subpokok bahasan bersama-sama dengan
kelomppok masing-masing.
3) Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan

empat orang. Hel ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses berfikir.
4) Setelah

selesai,

dua

orang

dari

masing-masing

kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lainya.
5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka kepada temu dari kelompok lain.
6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing
untuk melaporkan temuan meraka dari kelompok lain.
7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran TS-TS (TwoStay Two-Stray)
Kelebihan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray).
1) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
2) Lebih berorientasi pada keaktifan dan kreativitas peserta didik.
3) Diharapkan

peserta

didik

akan

berani

menggungkapkan

pendapatnya.
4) Menambah kekompakan, kreatifitasa dan rasa percaya diri peserta
didik.
5) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
6) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang
pandai.

8

7) Peserta didik dapat saling membantu satu sama lain dan saling
mendorong untuk berprestasi.
Kekurangan strategi pembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray).
1) Membutuhkan waktu yang lama.
2) Peserta didik cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
3) Bagi guru, membutuhkan banyak peersiapan (materi, dana dan
tenaga).
4) Guru cenderung kesulitan dalam mengelolah kelas.
2.4 Hasil belajar peserta didik
Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dengan hasil belajar, kegiatan
belajar merupakan proses dan hasil belajar merupakan hasil belajar. Menurut
Purwanto (dalam Yulia, 2012) hasil belajar adalah perubahan perilaku pesert didik
akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaaan
atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Menurut
Sudjana (2012), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Pengolahan
hasil penilaian melalui nilai rata-rata, melalui rapor hasil belajar peserta didik
selama periode tertentu dapat diketahui perkembanganya. Mereka yang memiliki
hasil belajar yang tinggi nilai rapornya selalu di atas rata-rata, serta menunjukkan
adanya peningkatan prestasi. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan seseorang dalam
menerima ilmu dan ditunjukkan dengan adanya ketercapaian pada indikator yang
telah ditetapkan.
Penilaian hasil belajar dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain
sebab hasil belajar merupakan akibar dari proses. Penilaian proses belajar adalah
upaya memberi nilai tehadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
peserta didik dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan guruan. Pada penilaian ini
dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan guruan atau
perubahan tingkah laku peserta didik.
Adapun fungsi dari penilaian adalah :

9

1) Untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.
2) Umpan balik bagi perbaikan prosses belajar-mengajar.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada orang
tua.
Adapunfaktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto
(2010) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari diri peserta
didik (intern) dan fakfor yang berasal dari luar diri peserta didik (ekstern).
1) Faktor Internal
a. Faktor jasmani, seperti: kesahatan, cacat tubuh.
b. Faktor psikologi, seperti: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan, dan cara belajar.
c. Faktor kelelahan, seperti: kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga, seperti: cara mendidik anak, relasi antara keluarga,
keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, seperti: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah,
waku sekolah, standart pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah.
c. Faktor masyarakat, seperti: kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass
media (bioskop, radio, TV, dll), teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.
2.5 Materi Pembelajaran
1. Kalimat Tertutup
Kalimat tertutup adalah kalimat berita yang dapat dinyatakan nilai
kebenarannya, bernilai benar atau salah, dan tidak keduanya.
Contoh:

10

a) Palembang adalah ibukota Propinsi Sumatera Selatan. (Benar)
b) Pencipta lagu Indonesia Raya adalah Kusbini. (Salah)
c) Siapa pencipta lagu Indonesia Raya ? (tidak keduanya)
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan nialai
kebenarannya.

Contoh:
a) Ibu kota negara Indonesia adalah
b)

x

b+20=34

3. Persamaan Linier Satu Variable (PLSV)
PLSV adalah kalimat terbuka yang dihubungkan oleh tanda sama dengan (=)
dan hanya mempunyai satu variable berpangkat satu.
Contoh:
a)

x+ 7=9
Fakta-fakta dari kalimat terbuka di atas:
- Memiliki satu variable, yaitu

x

- Dihubungkan dengan relasi sama dengan (¿)
- Pangkat tertinggi
- Jika

x

x adalah 1

diganti menjadi 2, maka 2 + 7 = 9 merupakan pernyataan

yang bernilai benar.
- Jika

x

diganti menjadi 3, maka 3 + 7 = 9 merupakan pernyataan

yang bernilai salah.
4. Menentukan Penyelesaian PLSV
Menyelesaikan PLSV dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi,
mengalikan dan membagi kedua ruas persamaan dengan bilangan yang sama.

11

Contoh:
3 y−2=13 , jika

a) Tentukan penyelesaian persamaan

y

variable

pada bilangan bulat.
Jawab:
3 y−2=13

3 y−2+2=13+2

(kedua ruas ditambah 2)

3 y=15

1
1
×3 y= × 13
3
3
atau

(kedua ruas dikalikan

3 y 15
=
3
3

1
)
3

(kedua ruas dibagi 3)

y=5

Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {5}
5. Persamaan yang ekuivalen/ Setara
Dua atau lebih persamaan linier dikatakan setara atau ekuivlen jika himpunan
penyelesaian

persamaan

itu

tetapi

bentuk

persamaannya

berbeda,

dilambangkan dengan
Contoh:
3 y−2=13

dengan

2 y−2=8 , memiliki himpunan penyelesaian yang

sama yaitu {5}. Dengan demikian kedua persamaan diatas bisa dikatakan
setara atau ekuivalen. Ditulis dengan lambang sebagai berikut :
x−4=8 x−5=7 .

12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena
merupakan pengkajian terhadap masalah praktis dalam kelas dengan tujuan
menentukan tindakan yang tepat dalam mengatasi permasalahan di kelas.
Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
partisipan, yaitu peneliti terlibat secara penuh dan langsung dalam proses
penelitian mulai dari awal sampai akhir dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas VII-I
semester genap tahun pelajaran 2013-2014 di SMP Negeri 03 Batu yang terdiri
dari 27 peserta didik dengan 11 laki-laki dan 16 perempuan.
3.3 Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 03 Batu yang
beralamatkan di Jalan Raya Beji No. 08 Telp. / Fax. (0341) 592084 Junrejo Batu.
Website : www.smp3batu.net dan Email : smpn_3_batu@yahoo.co.id. Proses
penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada pembelajaran Semester Genap
Tahun Pelajaran 2013-2014 dan disesuaikan dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung di kelas VII-I SMP Negeri 03 Batu.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui 4 (empat) tahap yaitu:
perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observating) dan refleksi

13

(reflecting). Untuk mengatasi suatu permasalahan di kelas, peneliti memerlukan
lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan.
Apabila pada siklus pertama masih ada hal-hal yang kurang maka dilaksanakan
siklus kedua, dan begitu juga pada siklus-siklus berikutnya. Tahapan dalam siklus
ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Tahapan Siklus PTK (buku pandual PPL, 2013)
Berikut ini adalah penjelasan dari tahapan gambar siklus di atas.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang
akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan stategi TSTS (Two-Stay Two-Stray).
(b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray).
(c) Membuat lembar kerja peserta didik (LKS).

14

(d) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan
kelas.
(e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(b) Guru menyampaikan materi pelajaran mengenai materi persamaan linear
satu variabel (PLSV).
(c) Peserta didik dibagi kelompok.
(d) Guru memberikan tugas dalam bentuk LKS dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
(e) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
(f) Hasil diskusi kelompok di tempel pada mading masing-masing kelompok.
(g) Dua orang dari masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari
kelompok lain dan memberikan komentar mereka mengenai materi yang
sedang dibahas. Dua orang lainya menjaga di kelompoknya.
(h) Setelah berkunjung, dua orang dari masing-masing kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan hasil yang diperoleh.
(i) Guru dan peserta didik membahas materi yang kurang dimengerti, serta
menyimpulkan.
(j) Guru memberi evaluasi.
(k) Penutup.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a) Mengamati situasi kegiatan pembelajaran di kelas.
(b) Mengamati keaktifan dan sikap peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
(c) Mengamati kemampuan peserta didik dalam kegiatan diskusi kelompok.
(d) Memantau hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan materi
pembelajaran.

15

4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah:
(a) Mancatat hasil observasi.
(b) Mengevaluasi hasil observasi.
(c) Menganalisis hasil pembelajaran
(d) Mencatat hal-hal yang masih kurang untuk dijadikan perbaikan pada siklus
berikutnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
1) Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kegiatan
pembelajaran, pengolahan kelas, dan penilaian hasil belajar.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran

(RPP)

merupakan

seperangkat

pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk setiap pertemuan. Masing-masing RPP berisi kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar di kelas dan penilaian.
3) Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS)
Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS) digunakan untuk membantu proses
pengumpulan data hasil penelitian.
4) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan oleh observer untuk menilai proses pembelajaran
guru di kelas. Proses penilaianya yakni untuk mengetahui pembelajaran yang
dilaksanakan

sudah

sesuai

atau

tidak

dengan

rencana

pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan untuk mengetahui pembelajaran
yang dilaksanakan sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
5) Tes Hasil Belajar

16

Tes digunakan untuk melihat tingkat penguasan peserta didik dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan stategi TS-TS (Two-Stay TwoStray). Tes hasil belajar ini dilakukan dalam bentuk kuis individu yang
diberikan setelah pembelajaran berlangsung.
3.6

Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik tes yang dilakukan untuk

memperkuat hasil pengamatan terhadap hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
1) Kuis
Kuis yang digunakan berbentuk tes tulis dan digunakan untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Selain itu, kuis juga
digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari stategi TS-TS (Two-Stay TwoStray) yang telah dilaksanakan, sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan
untuk evaluasi pembelajaran selanjutnya.
2) Observasi
Observasi dilaksanakan agar penggunaan stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray)
yang dilaksanakan sesuai dengan rancanagan pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Selain itu, observasi juga digunakan sebagai evaluasi guru dalam
pembelajaran, sehingga dalam penilaiannya diisi oleh observer atau guru
matematika lainnya. Berikut adalah tabel lempar penelitian observer (buku
panduan PPL, 2013).
Tabel 3.1 Bentuk Lembar Penilaian Observer

17

NO
A.

INDIKATOR / ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

Pembuka Pelajaran
1. Mengecek kehadiran peserta didik

1 2 3 4 5

2. Memeriksa kesiapan peserta didik dalam proses

pembelajaran

1 2 3 4 5

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi

B.

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan peserta didik
2. Menyampaikan konsep materi pokok dengan jelas
3. Menguasai kelas dengan strategi TS-TS
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu

1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5

5. Menumbuhkan keceriaan dan antusias peserta didik

dalam belajar

1 2 3 4 5

6. Melakukan penilaian selama proses pembelajaran

sesuai kompetensi

1 2 3 4 5

7. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan dengan baik

dan benar
C.

1 2 3 4 5

Penutup
1. Membuat kesimpulan materi bersama peserta didik
1 2 3 4 5
2. Memberikan arahan dan tugas sebagai bagian remidi,

pengayaan, serta memberikan penguatan
Total Skor
Keterangan : 1 = sangat tidak baik
2 = baik

3 = kurang baik

4 = baik

3) Catatan Lapangan

18

1 2 3 4 5

5 = sangat baik

Catatan lapangan merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti setelah
proses pembelajaran berakhir. Catatan ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan pembelajaran selanjutnya yang berisi mengenai hal-hal yang
ditemukan selama proses pembelajaran menggunakan stategi TS-TS (Two-Stay
Two-Stray). Berikut adalah bentuk catatan lapang.
Hari/Tanggal :
Jam
Petunjuk!

:

Tuliskan segala sesuatu yang sesuai dengan pengamatan anda selama
kegiatan berlangsung
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3.7

Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menentukan ada tidaknya peningkatan hasil

belajar peserta didik pada setiap siklus, skor tes dari setiap siklus dibandingkan
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) perseorangan dan klasikal. Skor
yang diperoleh peserta didik setiap akhir siklus selanjutnya dinyatakan dalam
bentuk presentase yang menyatakan ketuntasan belajar secara klasikal.
1. Secara perseorangan peserta didik telah tuntas belajar apabila kriteria
ketuntasan minimal mencapai skor tes minimal 75 untuk mengetahui
ketuntasan belajar secara individual digunakan rumus sebagai berikut.
Nilai=

Skor yang Diperoleh
×100
Skor Maksimal

2. Secara klasikal dianggap tuntas belajar apabila telah mencapai 80% dari
jumlah peserta didik yang telah mengikuti tes yang mendapatkan nilai yang

19

memenuhi KKM. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut ini.
Persentase ketuntasan klasikal=

jumlah siswa yang tuntas
× 100
jumlah siswa seluruhnya

Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Penelitian
Persentase Keberhasilan (%)
Kriteria
91 – 100
Sangat Baik
81 – 90
Baik
65 – 80
Cukup
50 – 64
Kurang
25 – 49
Rendah
0 – 24
Gagal
(Arikunto, 2003)

20

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1

Pra-siklus
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan hasil observasi dan

pengumpulan data dari kondisi awal kelas VII-I semester genap tahun ajara 20132014 di SMP Negeri 03 Batu. Observasi ini dilaksanakan sesuai dengan kondisi
kelas tersebut, sehingga pelaksanaan stategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) yang
dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Observasi ini dilakukan
pada materi Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). Pada tahap observasi yang
dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014 didapat nilai matematika peserta didik
kelas VII-I semester genap tahun ajara 2013-2014 di SMP Negeri 03 Batu hanya
13 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM. Diperoleh presentasi
ketuntasan klasikal sebesar 48,15 %, sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan
klasikal masih tergolong rendah. Melihat dari Dari data tersebut, maka peneliti
akan menerapkan stategi peembelajaran TS-TS (Two-Stay Two-Stray) untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I
yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2014 dengan alokasi waktu 3x 40 menit
dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Maret 2014 dengan alokasi
waktu 5 x 40 menit.
4.2 Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan satu kali
pertemuan dengan dua jam pelajaran. Tepatnya pada hari Rabu tanggal 12 Maret
2014 pada jam ke 3-4 (08.20-09.40). Berikut adalah tahapan pelaksanaan pada
siklus I.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus I, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang menentukan konsep
21

PLSV. Adapun kompetensi dasarnya yaitu 1. menyelesaikan persamaan dan
pertaksamaan linear satu variable. 2. membuat dan menyelesaikan model
matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Sedangkan indikator pembelajarya yakni
menemukan konsep kalimat tertutup, kalimat terbuka, serta mengenal PLSV
dalam berbagai bentuk dan variable. Materi yang disampaikan adalah kalimat
tertutup, kalimat terbuka, dan persamaan linear satu variabel. Waktu yang
diperlukan adalah 2 jam pelajaran yakni pada jam ke 3-4 (08.20-09.40).
Membuat lembar kerja siswa (LKS) berupa soal uraian dengan jumlah soal
lima butir soal (Lampiran 10). Lembar kerja siswa (LKS) dikerjakan secara
berkelompok dengan satu kelompok terdiri dari empat peserta didik. Alokasi
waktu yang digunakan untuk berdiskusi menyelesaikan LKS 25 menit.
Menyusun tes hasil belajar, yakni guru memberikan pengarahan kepada
setiap kelompok dalam menyelesaiakan masalah. Selain itu, guru juga
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
yang telah diberikan. Hasil belajar peserta didik diambil dari nilai tes yang
diberikan oleh guru setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini,
jumlah soal tes sebanyak 4 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian. Alokasi waktu
yang dibutuhkan untuk tes adalah 10 menit.
Menyusun pedoman observasi mengenai hasil belajar peserta didik yang
diisi oleh observer atau guru matematika yang lain (Lampiran 3). Penilainya mulai
dari pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajran, dan penutup. Observer
yang menilai pada proses pembelajaaran sebanyak 1 orang observer.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12
Maret 2014. Waktu yang diperlukan adalah 2 jam pelajaran yakni pada jam ke 3-4
(08.20-09.40). Materi yang disampaikan adalah kalimat tertutup, kalimat terbuka,
dan persamaan linear satu variabel (PLSV). Pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I adalah guru membuka pelajaran dengan dan memeriksa kehadiran peserta didik
serta membacakan tujuan pembelajaran. Selanjutnya masuk ke kegiatan inti, yakni
guru menyampikan materi setelah selesai guru membagi peserta didik menjadi 7

22

kelompok dengan satu kelompok terdiri dari empat peserta didik yang memiliki
kemampuan randome. Peserta didik berdiskusi bersama dengan kelomoknya
dengan alokasi waktu 25 menit, setelah itu hasil diskusi masing-massing
kelompok di tempel pada mading kelompoknya masing-masing. Dua orang dari
masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari kelompok lain dan
memberikan komentar mereka mengenai materi yang sedang dibahas. Dua orang
lainya menjaga di kelompoknya. Setelah berkunjung, dua orang dari masingmasing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan
hasil yang diperoleh. Guru dan peserta didik membahas materi yang kurang
dimengerti, serta menyimpulkan, setelah itu guru membagikan soal tes pada
peserta didik. Masuk ke kegiatan penutup yakni guru memberikan evaluasi
tentang materi yang sudah disampaikan dan menyuruh peserta didik untuk
mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap pengamatan siklus I, guru memberikan pengarahan kepada
setiap kelompok dalam menyelesaiakan masalah. Selain itu, guru juga
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
yang telah diberikan. Pada pembelajaran ini kebanyakan peserta didik kesulitan
dalam menentukan koefisien, variabel, dan konstant pada Persamaan Linear Satu
Variabel (PLSV), serta ketika peserta didik diskusi kelompok (menyelesaikan
LKS) memerlukan waktu lebih lama dari yang sudah ditentukan sebelumnya.
Hasil dari tes yang sudah dilakukan oleh peserta didik menunjukkan bahwa
19 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM. Kebanyakan kesalahan
peserta didik dalam menjawab terletak pada soal pilihan ganda no 2 dan 4, yakni
tentang fakta-fakta dari PLSV dan menentukan koefisien, variabel, dan konstant
padaPLSV. Sedangkan pada soal uraian dia atas 80% jawaban peserta didik sudah
benar.
4) Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi, tes hasil belajar siklus I didapatkan hasil nilai peserta
didik kelas VII-I adalah 19 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
Diperoleh presentasi ketuntasan klasikal sebesar 70,37% , sehingga dapat

23

dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal sudah termasuk dalam kriteria cukup.
Dengan melihat kelemahan peserta didik di atas, maka dibutuhkan penjelasan
yang mendasar pada peserta didik yang mengalami hambatan tersebut dengan cara
diskusi antar teman dalam kelompoknya dan melakukan kunjungan antar
kelompok, serta guru harus bisa memperkirakan waktu yang tepat untuk peserta
didik berdiskusi supaya tidak melebihi waktu yang sudah diperkirakan.
4.3

Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II dilaksanakan dua kali

pertemuan dengan lima jam pelajaran. Tepatnya pada hari Senin tanggal 17 Maret
2014 pada jam ke 1-3 (08.00-10.00) dan hari Rabu tanggal 19 Maret 2014 pada
jam ke 3-4 (08.20-09.40) . Berikut adalah tahapan pelaksanaan pada siklus II.
1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus II, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang menentukan konsep
PLSV. Adapun kompetensi dasarnya yaitu 1. menyelesaikan persamaan dan
pertaksamaan linear satu variable. 2. membuat dan menyelesaikan model
matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Sedangkan indikator pembelajarya yakni
menenentukan penyelesaian dan bentuk setara atau ekuivalen dari PLSV dengan
cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang
sama. Materi yang disampaikan adalah penyelesaan PLSV dan bentuk setara atau
ekuivalen PLSV. Pada siklus II ini membutuhkan 2 kali pertemuan dengan alokasi
waktu yang diperlukan adalah 5 jam pelajaran yani hari Senin tanggal 17 Maret
2014 jam ke 1-3 (08.00-10.00).dan hari Rabu 19 Mater 2014 jam ke 3-4 (08.2009.40).
Menyusun tes hasil belajar, yakni guru memberikan pengarahan kepada
setiap kelompok dalam menyelesaiakan masalah. Selain itu, guru juga
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
yang telah diberikan. Hasil belajar peserta didik diambil dari nilai tes yang

24

diberikan oleh guru setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini,
jumlah soal tes sebanyak 2 soal uraian. Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk tes
adalah 15 menit.
Menyusun pedoman observasi mengenai hasil belajar peserta didik yang
diisi oleh observer atau guru matematika yang lain (Lampiran 6). Penilainya mulai
dari pembukaan pembelajaran, kegiatan inti pembelajran, dan penutup. Observer
yang menilai pada proses pembelajaaran sebanyak 1 orang observer.
2) Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17
Maret 2014 dan hari Rabu 19 Mater 2014 dengan waktu yang diperlukan adalah 5
jam pelajaran. Pada pertemuan ke-1 hari Senin 17 Maret 2014 jam ke 1-3 (08.0010.00) materi yang disampaikan adalah menentukan penyelesaian PLSV.
Pertemuan ke-2 hari Rabu 19 Maret 2014 jam ke 3-4 (08.20-09.40) materi yang
disampaikan adalah menentukan bentuk setara atau ekuivalen PLSV.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pada pertemuan ke-1 adalah guru
membuka pelajaran dengan dan memeriksa kehadiran peserta didik serta
membacakan tujuan pembelajaran. Selanjutnya masuk ke kegiatan inti, yakni guru
menyampikan materi setelah selesai guru menyuruh peserta didik untuk
berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Peserta didik berdiskusi
bersama dengan kelomoknya untuk menyelesaikan Uji Kometensi 6.2 no 1 dan 3
dengan alokasi waktu 30 menit, setelah itu hasil diskusi masing-massing
kelompok di tempel pada mading kelompoknya masing-masing. Dua orang dari
masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari kelompok lain dan
memberikan komentar mereka mengenai materi yang sedang dibahas. Dua orang
lainya menjaga di kelompoknya. Setelah berkunjung, dua orang dari masingmasing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan mendiskusikan
hasil yang diperoleh. Guru dan peserta didik membahas materi yang kurang
dimengerti, serta menyimpulkan. Masuk ke kegiatan penutup yakni guru
memberikan evaluasi tentang materi yang sudah disampaikan dan menyuruh
peserta didik untuk mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.

25

Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-2 adalah guru membuka pelajaran
dengan dan memeriksa kehadiran peserta didik serta membacakan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya masuk ke kegiatan inti, yakni guru menyampikan
materi setelah selesai guru menyuruh peserta didik untuk berkumpul dengan
kelompoknya masing-masing.

Peserta didik

berdiskusi bersama

dengan

kelomoknya untuk mencari 6 persamaan linear satu variabel yang setara tau
ekuivalen dengan alokasi waktu 25 menit, setelah itu hasil diskusi masingmassing kelompok di tempel pada mading kelompoknya masing-masing. Dua
orang dari masing-masing kelompok berkunjung ke mading dari kelompok lain
dan memberikan komentar mereka mengenai materi yang sedang dibahas. Dua
orang lainya menjaga di kelompoknya. Setelah berkunjung, dua orang dari
masing-masing kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing dan
mendiskusikan hasil yang diperoleh. Guru dan peserta didik membahas materi
yang kurang dimengerti, serta menyimpulkan, setelah itu guru membagikan soal
tes pada peserta didik. Masuk ke kegiatan penutup yakni guru memberikan
evaluasi tentang materi yang sudah disampaikan dan menyuruh peserta didik
untuk mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pengamatan (Observating)
Pada tahap pengamatan siklus II, terlihat bahwa peserta didik sangat
antusias dalam berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dari hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan, setiap peserta didik dipastikan dapat
mengerjakan/mengetahui jawabannya kemudian guru memulai proses berkunjung
dari masing-masing kelompok dan tugas guru yaitu memantau jalanya proses
berkunjung antar kelompok. Dari hasil pengamatan diperoleh sebagian kecil
peserta didik masih kurang memahami cara penyelesaian PLSV.
Hasil dari tes yang sudah dilakukan oleh peserta didik menunjukkan bahwa
23 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM. Peserta didik sudah
memahami materi yang telah disampaikan sehinngga nilai yang diperoleh sudah
bagus dan tergolong baik. Tetapi dalam mengerjakan soal masih ada yang peserta
didik kurang teliti dalam menghitung sehingga hasil yang diperoleh salah.
4) Refleksi (Reflecting)

26

Pada tahap refleksi, tes hasil belajar siklus II didapatkan nilai peserta didik
kelas VII-I adalah 23 dari 27 peserta didik yang nilainya memenuhi KKM.
Terlihat adanya peningkatan peserta didik yang nilainya di atas KKM yakni 3
orang peserta didik. Dari nilai hasil tes individu diperoleh presentasi ketuntasan
klasikal sebesar 85,19%, sehingga dapat dianalisisi bahwa ketuntasan klasikal
sudah termasuk dalam kriteria baik. Melihat dari hasil tes peserta didik yang
menunjukkan indikasi kurang telitinya peserta didik dalam mengerjakan soal,
maka guru menyuruh pesarta didik untuk melakukan banyak latihan soal dan
memerikasa jawaban sebelum dikumpulkan pada guru.
4.4

Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai dari pengamatan awal sampai

pelaksanaan tindakan pada siklus II didapat gambaran sebagai berikut:
Diagram 4.1 Nilai Hasil Belajar Peserta Didik
Jumlah Pesarta Didik
25

20

15
Tuntas
Tidak Tuntas

10

5

0
Pra-siklus

Siklus I

Siklus II

Siklus

Berdasarkan diagran 4.1 terlihat adanya peningkatan hasil belajar peserta
didik setelah menggunakan strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) yakni 13 peserta
didik yang nilianya memenuhi KKM pada Pra-siklus, sedangkan pada siklus I ada
20 peserta didik dan siklus II ada 23 peserta didik.

27

Jika dibentuk dalam

prosentase ketuntasan klasikla diperoleh pra-siklus 48,15%, siklus I sebesar
70,37% dan siklus II 85,19%. Sedangkan peningkatan hasil belajar pesarta didik
antar siklus, yakni pra-siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 22,22%
sedangkan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 14,82%.
Sehingga terbukti adanya peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
menggunakan strategi TS-TS.

28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Strategi TS-TS (Two-Stay Two-Stray) denga sintaks pembelajarannya yakni
peserta didik dibentuk kelompok dengan beranggotakan empat orang setelah itu
diberikan permasalahan yang harus dipecahkan bersama dengan kelompoknya,
setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain
dan dua orang lainya menjaga di kelompoknya, setelah selesai berkunjung
kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuan mereka. Strategi
TS-TS ternyata mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke
siklus II sebesar 14,82%.
5.2 Saran
Melihat dari kekurangan yang ada pada siklus I dan siklus II maka penulis
menyarankan pada peneliti selanjutnya dalam menyampaikan materi supaya
mengguakan media pembelajaran serta contoh dalam kehidupan sehari-hari
supaya peserta didik lebih cepat dalam memahami materi yang disampaikan, serta
guru harus bisa mengatur pembagian waktu ketika anak diskusi dan berkunjung
antar kelompok.

29

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Chandra.

2013.

Pengertian

Hasil

Belajar,

(Online),

(http://misterchand89.blogspot.com, diakses pada 27 maret 2014).
Lembaga PPL. 2013. Panduan Praktik Pengalaman Lapangan di Sekolah.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Miftahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Puataka Pelajar.
Yulia. 2012. Hasil Belajar, (Online), (http://eprints.uny.ac.id, diakses pada 27
maret 2014).
Slavin, R. 2005. Cooperative Learning Theory, Recearch and Pracice. New
Batson: Allyn and Bacon.
Sudjana, D. N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT.Remadja Rosdakarya.

30

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

PERBEDAAN ANATOMI JARINGAN EPIDERMIS DAN STOMATA BERBAGAI DAUN GENUS ALLAMANDA (Dikembangkan menjadi Handout Siswa Biologi Kelas XI SMA)

5 148 23

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64

Antiremed Kelas 12 Matematika (4)

4 115 8

Mari Belajar Seni Rupa Kelas 7 Tri Edy Margono dan Abdul Aziz 2010

17 329 204

LKS Matematika Kelas XI

76 461 72

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60