Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto antara lain; 1 faktor hukum, 2 faktor penegak hukum, 3 faktor masyarakat, dan 4 faktor kebudayaan.
36
Masih menurut Soerjono Soekanto, bahwa suatu sikap tindak perilaku hukum dianggap efektif, apabila sikap dan tindakan atau prilaku menuju pada
tujuan yang dikehendaki atau apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.
37
Produk hukum dapat menjadi efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak hukum semakin mendekati apa yang diharapkan oleh undang-undang. Sebaliknya,
produk hukum menjadi tidak efektif jika peranan yang dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa yang diharapkan.
38
Menurut Atho Mudzhar, sebuah aturan tidak akan bejalan efektif jika hanya berupa seruan dan anjuran belaka, apalagi jika rendahnya kesadaran hukum dalam
suatu masyarakat tersebut. Atho Mudzhar mengutarakan ada beberapa atribut atau identitas yang dibutuhkan untuk menunjang efektivitas suatu hukum, yaitu; 1
attribute of authority hukum harus diterbitkan oleh pihak atau lembaga yang memiliki kewenangan di dalam masyarakat, 2 attribute of universal application
aturan hukum harus memiliki keluasan dan berdaya jangkau masa depan, 3 attribute of obligation sebuah aturan haruslah jelas apa substansinya, berupa
perintah atau larangan, dan 4 attribute of sunction sanksi daripada sebuah aturan.
Sebagai cendekiawan muslim, Atho Mudzhar juga berbicara tentang fatwa, di mana fatwa juga sebagai salah satu produk hukum Islam di kalangan masyarakat.
36
Ibid., 112.
37
Ibid.
38
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Memengaruhi Penegakan Hukum Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005, 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Menurutnya, suatu fatwa tidak terlepas dari faktor-faktor sosial-politik yang berkembang di masyarakat. Fatwa adalah nasihat agama hasil ijtihad yang
disampaikan kepada umat atas kebutuhan umat itu sendiri. Menurut Atho, fatwa berbeda dengan putusan, karena fatwa bersifat tidak mengikat dalam arti bahwa
peminta nasihat tidak wajib mengikuti fatwa yang diberikan tersebut. Implementasi produk hukum berupa aturan atau fatwa akan menghadapi
dimensi empirisnya. Hukum dan fatwa akan diuji tingkat efektivitasnya di ruang publik masyarakat luas, apakah produk hukum tersebut hanya sebatas lontaran
wacana discourse atau akan menuai kepatuhan publik umat. Dalam konteks ini, peneliti juga mengemukakan pendapat Jurgen Habermas.
Menurut Habermas, ruang publik merupakan ruang demokratis atau wahana diskursus masyarakat di mana warga masyarakat dapat menyatakan opini-opini,
kepentingan-kepentingan, dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara diskursif. Ruang publik merupakan syarat penting dalam demokrasi.
Ruang publik adalah tempat warga berkomunikasi mengenai kegelisahan-kegelisahan politis
warga. Selain itu, ruang publik merupakan wadah yang mana warga negara dengan
bebas dapat menyatakan sikap dan argumen mereka.
39
Dari ruang publik ini dapat terhimpun kekuatan solidaritas masyarakat warga untuk melawan mesin-mesin pasarkapitalis dan mesin-mesin
politik. Habermas membagi ruang publik sebagai tempat para aktor masyarakat
membangun ruang publik, pluralitas keluarga, kelompok-kelompok informal, organisasi-organisasi sukarela, dll., publisitas media massa, institusi-institusi
39
Bertens, “Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman” Jakarta: Gramedia, 2002, 112.