Pendahuluan Arie Setiawan P., S., M.Cs. ,

3

1. Pendahuluan

Membaca adalah kegiatan yang berkaitan erat dengan buku dan kegiatan lain berupa menulis dan belajar. Dalam sejarah, buku telah berperan penting sebagai sarana pembelajaran, pengembangan moral, media promosi, dan lain sebagainya. Minat baca berhubungan dengan kesukaan untuk memperkaya pengetahuan dan memperluas wawasan dalam membentuk watak dan sikap pada anak sehingga menyebabkan pengetahuan bertambah. Dengan menonjolkan aktivitas membaca maupun melakukan segala upaya yang dapat memotivasi anak untuk senang membaca akan menjadi suatu keteladanan. Anak akan berbuat dan meniru sesuai yang apa yang dipelajari dan dilihat dalam buku [1]. Membaca cerita sambil bermain akan memberikan nilai positif dan membantu anak berimajinasi lebih baik sehingga dapat diserap anak lebih cepat tanpa disadarinya. Cerita bergambar membantu anak merangsang imajinasi, perkembangan intelektual, dan emosi. Seperti, cerita fantasi dengan alur cerita yang sederhana, karakter yang menarik, klimaks cerita yang jelas, penuh warna dan ketika dibaca akan memberikan kesan yang menyenangkan. Terutama memberikan pembelajaran moral yang baik berperan penting dalam membantu memperkuat imajinasi cerita yang dibacakan pada anak. Tetapi, realita yang sering dijumpai di kehidupan baik di rumah maupun luar rumah pada masa kini, contoh yang sering terjadi di dalam rumah saat semua anggota keluarga berkumpul di satu ruangan bukannya berinteraksi satu sama lain tetapi masing-masing sibuk dengan kegiatannya sendiri. Ayah menonton televisi, ibu membaca tabloid, dan anak-anak sibuk bermain dengan smartphone. Seperti yang dilampirkan oleh Sulaksono dalam artikel yang berjudul Efek Negatif Main Game Bagi Anak yang mengulas dampak negatif yang mempengaruhi masalah konsentrasi, sosial, dan kesehatan fisik anak. Terlihat pula faktor kerukunan yang tidak baik dan tidak terlihatnya rasa saling memahami dan menghargai dalam keluarga [2]. Masalah moral yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari menjadi perhatian penting baik di dalam keluarga ataupun masyarakat. Kerusakan moral sejak dini dapat mengganggu ketentraman orang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak yang mengalami kerusakan moral, maka tatanan masyarakat akan rusak juga. Agar anak-anak memiliki moral yang baik dan terhindar dari berbagai pelanggaran moral yang dapat terjadi, maka perlu adanya pendidikan moral yang diajarkan pada masa perkembangan anak sejak dini. Media pembelajaran buku permainan pada masa kini semakin berkembang dan beragam. Pembelajaran dengan media permainan interaktif yang mempertimbangkan berbagai aspek yang berpengaruh dalam perkembangan anak usia 6-8 tahun baik aspek intelektual maupun emosi sangat cocok untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang baik. Media pembelajaran yang berupa buku cerita yang menyertakan permainan dress-up magnetic merupakan sebuah media interaktif baru yang dapat memberikan anak minat untuk membaca buku. Perkembangan anak menjadi lebih maksimal dengan menggabungkan pembelajaran melalui media permainan dan bercerita yang melibatkan anak serta memiliki dampak baik bagi penanaman nilai-nilai moral ini tentunya akan membantu dalam kegiatan belajar dan mengajar. Selain itu, kelebihan media permainan dan pembelajaran ini sebagai media pendidikan nilai moral adalah memungkinkan anak untuk dapat belajar di rumah dan berulang-ulang. 4 Swan Lake, salah satu dongeng yang telah bertahan selama lebih dari dua abad menjadi pemilihan cerita dalam mengajarkan nilai-nilai moral. Berdasarkan wawancara terhadap pengajar Taman Kanak-Kanak, pemilihan dongeng dunia dibandingkan dongeng dari Indonesia dikarenakan kebanyakan dongeng Indonesia memiliki akhir cerita yang kurang baik dan dapat menimbulkan kesalahpahaman pada anak, contohnya Malin Kundang dikutuk menjadi batu, Si Kancil yang suka mencuri, dan 7 Bidadari. Berbeda dengan Swan Lake, alur cerita dan penokohan yang tidak rumit membuat dongeng ini banyak disukai anak-anak, bahkan pementasan balet dengan cerita ini pun masih dilakukan hingga sekarang. Nilai moral yang diajarkan dalam dongeng ini sesuai dengan perkembangan emosi dan intelektual anak pada usia dini, seperti peduli, baik hati, memaafkan orang lain, dan menolong orang yang membutuhkan [3]. Anak usia dini menurut National Association for The Education of Young Children adalah anak yang berusia antara 0-8 tahun, dimana sampai pada usia 4 tahun perkembangan otak anak masih 50 sedangkan memasuki usia 6-8 tahun perkembangan otaknya sudah mencapai 80 [4].

2. Tinjauan Pustaka