Antara Orang Tua dan Keinginan

Antara Orang Tua dan Keinginan
Dihari libur setelah UN (Ujian Nasional) itu aku gunakan untuk
bersih – bersih rumah,merapikan buku yang sudah tak terpakai lagi. Ketika
merapikan tumpukan buku yang di dalam kardus itu, aku menemukan
sebuah buku.
Aku buka majalah itu lembar demi lembar, di bagian tengah
majalah itu aku menemukan informasi tentang sebuah pesantren di Pulau
Jawa. Aku pun tertarik untuk membacanya. Setelah aku membaca satu demi
satu kata, kalimat demi kalimat, aku mulai tertarik dengan kehidupan di
pondok. Tiba – tiba umi mendatangiku.
“Ada apa mi?” tanyaku
“Umi Cuma mau tanya sebentar sama kamu, boleh?”
“boleh kok mi, tentang apa?”,tanyaku lagi,
“ Gini dhea, nanti setelah kelanjutanmu, kamu sekolah di sini saja
ya..” pinta umi,
“ Tapi mi… dhea pengen sekali-kali sekolah di luar, di pondok
pesantren”
“ Kalau kamu mau sekolah di pondok, di Palembang saja.. tidak
usah jauh-jauh”
“ Tapi kenapa mi?” tanyaku,
“ kamu gak usah banyak tanya!” bentak umi.

“Tapi mi.. aku pengen sekolah di luar Sumatra” jawabku sambil
menangis.
“ Sudahlah nak.. umi gak amu debat sama kamu. Kata umi
langsung pergi.
Mendengar perkataan umi air mataku pun tak terbendung lagi.
Aku duduk termenung, aku sangat sedih. Tapi, aku tidak mungkin
membantah perkataan umi, aku sayang sama umi.
Hari demi hari berganti, aku dan umi tidak memperdebatkan
tentang sekolah lagi. Aku gak ingin mambicarakan tentang masalah itu lagi.
Aku gak mau melihat umi kecewa denga keputusanku, karena aku tahu umi
sangat ingin aku tetap di dekatnya.
Hari yang di tunggu-tunggu seluruh siswa kelas IX SMP tiba. Hasil
kerja kerasku selama ini akan ku terima. Hasilku pun di ambil abi, karena
yang mengambil harus walinya.
Ketika aku duduk di teras rumah sambil menunggu ab, akhirnya
abi pun tiba.
“Dhea, Alhamdulillah, kamu lulus.” Kata abi,
“Alhamdulillah…” ucapku sambil memeluk dan mencium tangan
abi.
Setelah itu aku langsung berlari menghampiri ui yang sedang

melimpat baju. Aku pun memeluk umidan memberi tahu kabar gembira ini.
“ Umi aku lulus. “ bilangku kepada umi.

“Alhamdulillah, umi ikut senang nak.” Kata ummi
“Umi, maafkan dhea . dhea gak bermaksud untuk membantah umi.
Umi sayang banget sama
umi.”
“umi tahu keinginan dhea. Umi juga sayang sama dhea. Maafin
umi juga yang tkarena um tidak bisa memikirkan keinginanmu. Sekarang
dhea boleh memilih sekolah yang dhea inginkan. Yang cocok, yang dhea
inginkan.”
Mendengar perkataan umi, aku bahagia. Karena akhirnya umi
mengijinkan aku untuk sekolah di luar sumatera.
Akhirnya aku dan keluarga sepakat untuk mencari sekolah di luar
sumatera. Yaitu di jawa karena banyak saudarku yang di sana. Jadi, umi dan
abi tidak khawatir melepasku di tanah jawa. Abi juga telah menentukan
tanggal keberangkatanku.
Hari-hari sebelum keberabgkatan aku gunakan untuk berkumpul
bersama keluarga, menyiapkan segala keperluan yang aku butuhkan
nantinya di pondok.

Malam terakhirku di rumah aku merasa sedih karena merupakan
terakhirku di rumah berkumpul di rumah. Tetapi itu adalah keinginanku
sendiri untuk menuntut ilmu di tanah jawa. Malam pun hampir larut, dan
aku pun beranjak untuk wudhu dan tidur, agar aku tidak kelalahan saat
perjalan.
Keesokan harinya setelah aku mandi……
“Dhea… ayo cepat sarapan,, nanti kamu berangkat jam 10 lho.”
Ujar umi,
“ iya umi…” jawabku langsung menuju ku ruang makan.
Sesampainya di ruang makan ternyata sudah berkumpul untuk
sarapan dan mereka menungguku.
“Ayo kak makan di sini..” ajak adikki sambil menunjuk kursi.
“iya dek..” jawab ku.
Kamipun makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan aku pun
langsung ke kamar untuk mengecek perlengkapan yang akan ku bawa. Tibatiba adek menghampiriku.
“Kakakjadi pergi sekarang ya??” tanya adikku.
“iya dek, jaga umi dan abi. Jangan buat umi dan abi marah oke”
“tapi adik nggak bisa main sama kakak lagi dong,??” ujarnya
sambil menangis.
“Ga’ usah khawatir kakak nanti sering telfon ke rumah kok”

“Janji ya kak?” ancam adikku..
“iya..”
Setelah adik meninggalkan ku, ayah menghampiriku.
“Dhea sudah siap belum..??” tanya abi.
“siap..” jawabku
“Sini abi bawakan koper dan tasnya”

Aku punlagsung memberikan tas dan koperku itu kepada abi. Aku
pun segera mengikuti abi ke ruang tamu.
Di sana aku meihat wajah adik dan umi yang sedih melepas
kepergianku ini. Aku punsegera mencium tangan umi dan meminta maaf
kepada beliau.
“Umi maafin Dhea ya mi, kalau selama ini Dhea suka membantah
umi, bandek, cengeng, an nyusahin umi dan masih banyak lagi.”
“Iya nak, umi udah maafin dhea kok. Umi hanya berpesan rajinrajinlah belajar dan mengaji, yang berguna bagi orang lain, wanita sholehah,
mandiri, tangguh, an jangan pernah ninggalin sholat, umi ,abi, adek. Slalu
berdo’a untuk keberhasialanmu” ujar umi.
Air mataku tak terbendung lagi. Tumpah bagai air hujan yang
turun begiru derasnya.pesan dari umi akaan selalu aku ingat kapan pun,
dimana pun.

Mobil yang akan mengantar aku dan abi tiba pun tiba. Akupun
mencium tangan umi dan memeluknya sekali lagi. Akupun segera masuk ke
dalam mobil bersama abi dengan sebuah koper dan 3 buah tas. Kulambaikan
tangan dari dalam mobil untuk terakhir kalinya. Mobilpun melaju dengan
kecepatan sedang menuju ke bandara.
Tiba di bandara kami pun langsung menuju ke ruag check
in beberapa saat kemudian panggilan untuk penumpang yang menuju ke
jawa bergema.
Seluruh penumpang pun segera naik. Pesawat pun mulai
mengudara. Aku dekatkan kepalaku ke jendela pesawat yang di sapu embun
tipis. Ku pandangi sekelilingku untuk terakhir kalinya
Selamat tinggal semua…
Aku pasti kembali dan aku akan membanggakan umi dan abi
Bismillahirrahmanirrahim……..