Dimensi hubungan positif dengan orang lain dan distres psikologis

pengalaman berkelanjutan yang bersumber dari perasaan tidak bahagia, rasa gugup, rasa kesal, serta masalah dalam hubungan interpersonal Chalfant et al., dalam Mabitsela, 2003. Kemungkinan kedua dapat disebabkan oleh dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomikemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan diri merupakan dimensi yang menunjukan bahwa individu menerima dan menghargai dirinya apa adanya secara positif. Maka ketika individu menerima dan menghargai diri sendiri apa adanya dengan baik, maka hal itu akan mengurangi gejala emosional negatif yang dirasakan oleh individu tersebut. Ruini et al. 2003 mendapatkan bahwa distres psikologis berkorelasi negatif dengan dimensi penerimaan diri . Kemungkinan ketiga dapat disebabkan oleh dimensi hubungan positif dengan orang lain. Dimensi ini menekankan pada kemampuan mencintai sebagai salah satu karakteristik kesehatan mental. Menurut Freud Kaplan, 2010 dalam teori psikodinamikanya, kehilangan objek untuk dicintai akan berdampak pada terjadinya depresi. Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain akan mengurangi resiko terkena depresi yang merupakan salah satu aspek dalam distres psikologis. Kemungkinan keempat adalah dalam dimensi otonomikemandirian menunjukan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan sendiri secara mandiri, dapat melawan tekanan sosial untuk berpikir juga bersikap dengan cara yang benar, dan mampu mengkaji diri sendiri berdasarkan standar pribadi. Individu yang tinggi pada dimensi ini akan berusaha melawan tekanan-tekanan atau stressor yang muncul dan mengarahkannya ke arah yang positif. Selye dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa penilaian kognitif sangat berpengaruh terhadap respon yang akan muncul dari stressor . Individu yang mandiri atau baik dalam dimensi ini akan mampu mengarahkan stressor ke arah yang positif sehingga mengurangi akibat dari stres yang negatif atau distress . Kemungkinan kelima adalah dalam dimensi penguasaan lingkungan, dimensi ini merupakan dimensi yang menggambarkan kompetensi dan kemampuan individu dalam mengontrol lingkungan, menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal, mampu melihat dan menggunakan kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan, mampu memilih serta menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. Lazarus Folkman 1984 menjelaskan distres psikologis sebagai suatu hubungan khusus antara individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang melebihi kemampuannya dan dapat membahayakan well-being dirinya. Ketika individu memiliki nilai tinggi dalam dimensi ini, maka individu tersebut cenderung merasa mampu dalam mengontrol lingkungannya dan dapat menekan distres psikologis yang dirasakan oleh individu tersebut. Hasil dalam penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat dua dimensi dalam kesejahteraan psikologis yang tidak memiliki hubungan dengan distres psikologis. Pertama adalah dimensi tujuan hidup yang menjelaskan bahwa individu yang memiliki nilai tinggi dalam dimensi ini akan memiliki tujuan ke depannya serta makna dalam hidup Ryff Keyes, 1995. Kedua adalah dimensi pertumbuhan pribadi yang menjelaskan kemampuan untuk merasakan bahwa individu mampu melalui tahap perkembangan, terbuka pada pengalaman baru, melakukan perbaikan dalam dirinya dan menyadari potensi yang ada dalam dirinya. Distres psikologis oleh Mabitsela 2003 digambarkan sebagai perilaku maladaptif yang terdapat dalam suatu hubungan, dan disebabkan oleh hubungan yang tidak memuaskan pada masa lalu maupun masa sekarang. Peneliti berasumsi bahwa dimensi tujuan hidup dan dimensi pertumbuhan pribadi lebih berfokus pada hubungan intrapersonal dan juga pada masa depan, sehingga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan distres psikologis. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara kedua dimensi tersebut dan distres psikologis.