Proses Komunikasi Kelompok Antara Pelatih dan Anggota Dalam Kegiatan Pocil (Studi Pada Pocil Polresta Bandar Lampung)

ABSTRACT

The Group Communication Process between TheTrainer and The
Participants In Pocil Program
(A Study in Pocil Polresta Bandar Lampung)
By:
Meta Dian Sesha

The character education on childern is a commonresponsibility through the
surroundings such as a family environment, school environment, relatives or
socialenvironment, organizationsor institutions environmentsuch as the Police
instantion. Parents, communities and government has a common responsibility in
building the childern character. A form of informal education which the police
department did to build thechildern’ character was Pocil (Polisi cilik), this
program was aimed to build the childern’ character by using group
communication between thetrainer and the participants of Pocil. However, Is the
communication group will run successfully in order toinvest the positive
character? this is what will be known in this study.
The communication between the trainer and Pocil in this research was referred to
the role of the trainerthat should implement the effective communication, the
process of delivering the message/information from the trainer to the Pocilabout

everything that related to the efforts to achieve the character’ educational goals
that they are hoped. The purpose of this research was to find out the group
communication process used by the trainers in the character’ educational process
of Pocilin Polresta Bandar Lampung.
The method used in this research was descriptive, with qualitative approach. The
focus of this research was how the process of group communication of Pocil’
trainerin character education. The data source in this research was the primary
data and also the secondarydata. Thedatacollecting technique of this research were
using interviews, observation and documentation. The data analysis techniques
that used in this study werethe reduction steps, display (presentation of the data)
anddataverification.
The results of this study were; in the process of group communication
thePociltrainer was exploited a form of communication that was manifested in the
activities of the group marching, religious education, English language coursesand

swimming activities. Group communication tends to be implemented in one
direction through the trainers’instruction to the participants. In addition, the
communicationmethod happened were less varies. Group’communication in the
Pocil programwas a form of communication in which the reference group values
and principles in the group (Dasadarma Pocil) was used as a measuring tool

(standard) to assess themselves or to buildthe characters. This also revealed, that
the Pocil’ participants has the advantages between their friends such as discipline,
self-reliance, confidence, respect, teamwork, responsibility. That was possibly
contributed by the group communication at the Pocil program in the process of
building the character it self.
The form of activity and the method in the Pocilprogram shouldbe more varied so
that the values that invested will be more varied too. Therefore, the process of
group communication in educating the Pocil character should be followed by the
personal approaches such as persuasive communication so that the
communication will be more interactive and the delivery process of group
communication goals will be more easily realized.

Keywords: Character Education, Group Communication, Polisi cilik

ABSTRAK
Proses Komunikasi Kelompok Antara Pelatih dan Anggota Dalam Kegiatan
Pocil
(Studi Pada Pocil Polresta Bandar Lampung)
Oleh
Meta Dian Sesha


Pendidikan karakter anak merupakan tanggungjawab bersama melalui
lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
kerabat atau pergaulan, lingkungan organisasi atau lembaga istansi seperti
Kepolisian. Orang tua, masyarakat, pemerintahan mempunyai tanggung jawab
bersama dalam membangun karakter anak. Salah satu bentuk pendidikan informal
yang dilakukan Kepolisian untuk pendidikan karakter yaitu Pocil (Polisi Cilik)
bertujuan membangun karkater anak yang di dalamnya menggunakan komunikasi
kelompok antara pelatih dan pesert. Namun, apakah komunikasi kelompok yang
dijalankan ini berhasil dalam menanamkan karakter positif? hal ini lah yang akan
diketahui dalam penelitian ini.
Komunikasi antar pelatih dan Pocil yang dimaksud dalam penelitian ini
ialah pelatih harus menerapkan komunikasi yang efektif, dalam proses
penyampaian pesan/informasi dari pelatih kepada Pocil mengenai segala sesuatu
yang terkait dengan upaya mencapai tujuan pendidikan karakter yang
diinginkan.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses komunikasi
kelompok yang digunakan oleh pelatih dalam proses pendidikan karakter Pocil di
Polresta Bandar Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan
pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi

kelompok pelatih Pocil dalam pendidikan karakter. Sumber datapada penelitian
ini yaitudata primer dansumber data sekunder. Teknik pengumpulan data
penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan
teknikanalisis data yang menggunakan tahap reduksi, display (penyajian data),
dan verifikasi data.
Hasil dari penelitian ini adalah proses komunikasi kelompok pelatih Pocil
memanfaatkan bentuk komunikasi kelompok yang diwujudkan dalam kegiatan
baris-berbaris, pendidikan agama, kursus bahasa Inggris, kegiatan renang.
Komunikasi kelompok cenderung satu arah melalui instruksi dari pelatih kepada
peserta didik. Selain itu metode komunikasi yang terjadi kurang bervariasai.
Komunikasi kelompok dalam kegiatan Pocil merupakan bentuk komunikasi

kelompok rujukan dimana nilai dan prinsip dalam kelompok (Dasadarma Pocil)
digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk
membentuk sikap. Diketahui pula, bahwa peserta Pocil memiliki kelebihan dari
teman-temannya seperti karakter kedisiplinan, kemandirian, percaya diri, rasa
hormat, kekompakan, bertanggung jawab. Hal itu dimungkinkan adanya
kontribusi komunikasi kelompok di kegiatan Pocildalam proses pembentukan
karakter tersebut.
Bentuk kegiatan dan metode komunikasi yang dilakukan pada program

Pocil hendaknya lebih bervariasi sehingga nilai-nilai yang ditanamkan lebih
banyak. Dengan demikian, proses komunikasi kelompok dalam mendidik karakter
Pocil sebaiknya disertai dengan pendekatan-pendekatan personal seperti
komunikasi persuasif agar komunikasi yang terjalin interaktif dan penyampaian
tujuan-tujuan komunikasi kelompok lebih mudah terwujud.
Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Pendidikan Karakter, Polisi Cilik

PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK ANTARA PELATIH DAN
ANGGOTA DALAM KEGIATAN POCIL
(Studi Pada Polisi Cilik Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Meta Dian Sesha

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

PROSES KOMUNIKASI KELOMPOK ANTARA PELATIH DAN
ANGGOTA DALAM KEGIATAN POCIL
(Studi PadaPolisi Cilik Polresta Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh :

Meta Dian Sesha

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR GAMBAR

No
1.
2.

Halaman
Bagan Kerangka Berpikir ...................................................................... 32
Bagan Kedudukan Pocil ..........................................................................55

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................................

1
7
7
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepustakaan Penelitian Terdahulu .................................................................
1. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ..........................................................
2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .................................................
B. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter .........................................................
1. Pengertian Karakter .................................................................................
2. Pendidikan Karakter ................................................................................
3. Tujuan Pendidikan Karakter....................................................................
4. Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter ............................................
C. Pendiddikan Nonformal .................................................................................

D. Tinjauan Tentang Anak ..................................................................................
1. Definis Anak Secara Psikologi ................................................................
E. Tinjauan Komunikasi Kelompok ...................................................................
1. Pengertian Komunikasi Kelompok .........................................................
2. Definisi Komunikasi Kelompok..............................................................
3. Karakteristik Komunikasi Kelompok......................................................
4. Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil ............................................
5. Tipe Komunikasi Kelompok ...................................................................
6. Fungsi Komunikasi Kelompok ...............................................................
7. Tujuan Komunikasi Kelompok ..............................................................
8. Bentuk Komunikasi Kelompok ...............................................................
F. Tinjauan Tentang Polisi Cilik ........................................................................
1. Polisi Cilik ...............................................................................................
2. Polisi Cilik Lampung ..............................................................................
G. Kerangka Pikir ...............................................................................................

9
9
10
11

11
12
13
14
15
16
16
17
17
17
18
20
21
22
23
24
27
27
28
30


BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian................................................................................................
1. Definis Konsep ........................................................................................
2. Fokus Penelitian ......................................................................................
3. Informan ..................................................................................................
4. Sumber Data ............................................................................................
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
6. Teknik Analisis Data ...............................................................................
7. Teknik Keabsahan Data ..........................................................................

33
33
35
35
36
37
39
41

BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung ................................................
1. Sejarah Singkat Polresta ..........................................................................
2. Lokasi Polresta Bandar Lampung ...........................................................
3. Visi & Misi Polresta Bandar Lampung ...................................................
4. Tugas Pokok Satlantas Polresta Bandar Lampung..................................
5. Fungsi Satlantas Polresta Bandar Lampung ............................................
B. Gambaran Umum Pocil Lampung..................................................................
1. Sejarah Singkat Pocil Polresta Bandar Lampung ....................................
2. Profil Pocil...............................................................................................
3. Visi dan Misi Pocil ..................................................................................
4. Kemampuan dan Program Pelatihan Pocil Lampung .............................
5. Implementasi Peragaan Pocil Lampung ..................................................
6. Kode Kehormatan ...................................................................................
7. Kegiatan Pocil Lampung .........................................................................
8. Kedudukan Polisi Cilik Lampung ...........................................................
9. Struktur Polisi Cilik Lampung ................................................................

44
44
45
45
46
47
47
47
48
50
50
51
51
52
53
54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..............................................................................................
1. Deskripsi Sumber Data............................................................................
2. Reduksi Data Wawancara .......................................................................
3. Deskripstif Observasi Lampang ..............................................................
B. Pembahasan ....................................................................................................
1. Proses Komunikasi Kelompok Pelatih Polisi Cilik ..................................
a. Kegiatan Baris-berbaris ....................................................................
b. Kegiatan Agama ...............................................................................
c. Kegiatan Kursus Bahasa Inggris ......................................................
d. Kegiatan Renang ..............................................................................
2. Komunikasi Kelompok dalam Kegiatan Pocil Sebagai Proses
Pendidikan Karakter ................................................................................
a. Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter Pocil ............................
b. Tipe Komunikais Kelompok Pada Kegiatan Pocil ...........................
c. Fungsi Komunikasi Kelompok Pocil ...............................................
d. Bentuk Komunikasi Kelompok ........................................................
3. Karakter yang dibangun oleh kegiatan Pocil ............................................

56
57
58
86
91
92
95
100
103
105
107
107
110
111
115
117

BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan..................................................................................................... 125
B. Saran ............................................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

MOTO

“Entah akan menjadi seorang wanita karir atau ibu rumah tangga,
setiap wanita karir atau ibu rumah tangga harus memperoleh
pendidikan yang tinggi. Karena mereka akan menjadi seorang ibu, dan
seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas”
(Dian Sastro Wardoyo)

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”
(HR. Ibnu Majah)

“Sebuah proses tidak akan menghianati hasilnya”
(Meta Dian Sesha)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 06
Mei 1993, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, putri
dari Bapak Usman M.BA dan Ibu Oktaria Mahdiana
B.A.
[

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis
disaat Taman Kanak-kanak adalah TK Bhakti Ibu
Bandarlampung. Tahun 1999-2005 penulis menempuh pendidikan di Sekolah
Dasar Negeri 2 Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Setelah itu pada tahun 20052008 penulis melanjutkan pendidikan ke tahap Sekolah Menengah Pertama Utama
3 Bandar Lampung. Tahun 2008-2011 penulis tercatat sebagai siswa pada Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung. Dimasa sekolah penulis mengikuti
organisasi Basket, penulis juga pernah mengikuti kegiatan OSIS sebagai Sekbid
Basket periode 2009-2010.

Pada tahun 2011 penulis melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Ditahun yang
sama penulis berhasil menjadi Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur penerimaan SNMPTN Undangan
(Penerimaan Mahasiswa di Perguruan Tinggi Tanpa Test) di Universitas
Lampung. Diawal tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan KUNMED (Kunjungan

Media)didua Kota, yaitu Jakarta dan Yogyakarta. Setelah menjalankan proses
perkuliahan, pada bulan Januari-Februari 2013 penulis mengaplikasikan ilmu di
bidang akademis dengan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Sripurnomo, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Pada pertengahan
tahun 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Pelabuhan Indonesia Cabang Panjang dibidang Humas dan Pemasaran.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

KUPERSEMBAHKAN KARYA ILMIAH INI TERUNTUK :

“Ayahanda Usman M.BA dan Ibunda Oktaria Mahdiana, BA terima
kasih atas segala iringan doa yang selalu disertai untukku,
pengorbanan, kasih sayang, motivasi dan cinta yang begitu
mendalam sehingga sungguh-sungguh memperjuangkan
keberhasilanku.”

“Kakandaku, Wisudawan Utama S.Komdan Ayundaku Selvina
Apresianti S.Pt terima kasih atas segala doa, motivasi, dukungan
moril, serta kasih sayang yang begitu besar sehingga penulis dapat
bersikap lebih dewasa”

“Brigadir Taruna Maulana, terimakasih engkau yang kuyakini
sampai akhir nanti”

“Almamaterku dan kampus FISIP UNILA tercinta”

MOTO

“Entah akan menjadi seorang wanita karir atau ibu rumah tangga,
setiap wanita karir atau ibu rumah tangga harus memperoleh
pendidikan yang tinggi. Karena mereka akan menjadi seorang ibu, dan
seorang ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas”
(Dian Sastro Wardoyo)

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”
(HR. Ibnu Majah)

“Sebuah proses tidak akan menghianati hasilnya”
(Meta Dian Sesha)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah, melalui kegiatan seperti bimbingan, pengajaran, dan latihan,
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan
hidup secara tepat di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan bagi
anak sangat ditentukan oleh berbagai unsur lingkungan yang ada dalam
lingkup pendidikan anak. Perhatian terhadap aspek lingkungan anak sangat
penting, karena berkenaan dengan upaya dalam memberikan pendidikan dan
pembelajaran bagi anak sejak dini. Dengan demikian maka karakter anak
akan terbentuk sejak dini dengan baik.

Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kualitas
manusia maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang mendasar untuk
mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan setiap insan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melihat berbagai
kasus yang dialami sebagian anak bangsa dengan berbagai kekerasan,
penyalahgunaan narkoba, merokok dan seks bahkan pelanggaran hukum

2

sehingga mereka hidup dalam kesadaran moral yang rendah maka pendidikan
karakter memiliki fungsi strategis dalam membentuk lingkungan yang bermoral.
Usaha tersebut menjadi tanggungjawab bersama antara pendidik

dan sekolah

dengan didukung oleh pemerintah dan keluarga sebagai basis pengembangan moral
anak yang paling dini.

Membangun karakter anak merupakan tanggungjawab bersama melalui lingkungan
sekitar seperti lingkungan keluaraga (home), lingkungan sekolah (school),
lingkungan kerabat atau pergaulan (community), lingkungan organisasi atau
lembaga istansi. Orang tua, masyarakat, pemerintahan mempunyai tanggung jawab
bersama dalam membangun karakter anak. Sebuah usaha bersama dengan masingmasing sektor memberikan kontribusi untuk pengembangan totalitas kepribadian
atau karakter individu. Proses pendidikan karakter suatu bangsa dimulai dari
revolusi mental sehingga terbentuknya karakter anak bangsa yang diinginkan oleh
negara untuk mencapai cita-cita kemajuan suatu bangsa.

Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan karakter tersebut diperkuat dengan
dasar hukum yang jelas pada UU Sisdiknas pasal 3, bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

3

Salah satu bentuk pendidikan informal untuk pendidikan karakter yaitu Pocil (Polisi
Cilik), Pocil merupakan organisasi kecil yang mengambil alih dalam pendidikan
karakter.

Pocil dibentuk dengan visi dan misi sebagai mitra kemasyarakatan,

mendidik nilai dan moral anak agar dapat menjadi contoh untuk anak-anak lainnya
terutama disekolah dan guna mendekatkan kepada masyarakat bahwa Polisi mampu
berinteraksi dengan masyarakat bukan untuk ditakuti. Polisi adalah milik semua
lapisan masyarakat, untuk mendekatkan masyarakat polisi memulai bentuk
pencitraan dengan anak kecil sehingga polisi memperlihatkan bahwa anak usia dini
mampu berinteraksi dengan polisi tanpa rasa takut. Demikian Pocil dibentuk agar
dapat mendekatkan kepada masyarakat harapannya agar masyarakat mampu
menyadari bahwa terbentuknya Pocil dapat menjadi contoh baik dari usia dini
hingga dewasa.

Pada program Pocil pendidikan yang diberikan berupa PBB 50%, 15% Lalu Lintas
(Gatur, Senam, UU Lalu Lintas), Mental 10%, Pengetahun 10% (Pancasila), 10 %
Agama. Kriteria pocil yaitu klas 3 dan kelas 4 SD yang menduduki ranking 1-10 di
Sekolahnya. (Hasil wawancara dengan Pelatih Polisi Cilik Bapak Jonidi, Jum’at 9
Januari 2015). Melihat Pocil merupakan organisasi yang khalayaknya anak-anak
tentu Polisi Cilikmembutuhkan pelatih yang dapat berinteraksi dengan anak-anak,
karena anak-anak adalah manusia yang belum dapat menerima pesan dengan cepat.
Pelatih Pocil sering kali menemukan kendala yang terjadi dalam proses mendidik
anak-anak karena Pocil masih sangat sulit untuk menerima pesan.

4

Komunikasi antar pelatih dan Pocil yang dimaksud dalam penelitian ini ialah proses
penyampaian pesan/informasi dari pelatih Pocil menganai segala sesuatu yang
terkait dengan upaya mencapai tujuan pendidikan karakter yang diinginkan. Pelatih
harus menerapkan komunikasi yang efektif, yaitu dengan mempertimbangkan
bahwa komunikasi akan disampaikan kepada Pocil yang akan mengalami
perubahan fungsi kehidupan baik mental dan sosial. Oleh karena itu pelatih harus
meperhitungkan kondisi dan situasi komunikan yang dihadapi, agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dan dilaksanalan dengan baik oleh komunikan.
Berhubungan dengan pelaksaan komunikasi antara pelatih dan polisi cilik
komunikasi kelompoklah yang lebih berperan sebagai proses komunikasi.

Komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dalam Effendi (2006: 122)
mendefinisikan sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Pendekatan komunikasi kelompok
digunakan untukmenganalisis kegiatan Pocil dikarenakan komunikasi kelompok
merupakan komunikasi yang sering digunakan dalam kegiatan Pocil terutama
dalam proses pendidikan karakter. Dimana para Polisi Cilik tersebut telah
mengalami berbagai perubahan fungsi hidup, baik fisik , mental, dan sosial
sehingga komunikasi kelompok dirasa sangat tepat untuk digunakan dalam proses
berkomunikasi dengan anak-anak didik tersebut. Pelatih selaku komunikator juga
harus memperhatikan beberapa karakteristik komunikasi kelompok.

5

Dalam proses pembentukan karakter komunkasi kelompok pelatih sangat berperan
pada proses pendidikan karakter dalam mengubah sikap seperti lebih disiplin,
sopan, bertanggung jawab. Pikiran menjadi peduli diri sendiri, teman, lingkungan
dan tingkah laku anak-anak yang masih terbilang sensitif emosionalnya seperti
mudah menangis, mudah marah dan belum mengerti sekitar atau lingkungannya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk
mengetahui proses komunikasi kelompok (dilihat dari karakteristik diatas) yang
digunakan oleh pelatih dalam proses pendidikan karakter polisi cilik di Polresta
Bandar Lampung.

Polresta merupakan lembaga yang mendukung dan memfasilitasi organisasi Polisi
Cilik yang berada di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah peneliti
melakukan wawancara pada Pocil di Polresta ini, penulis mendapatkan informasi
bahwa Pocil dibentuk pada tahun 2010 di Indramayu pulau Jawa Barat tepat pada
acara ulang tahun bhayangkara. Awal mula polisi cilik Lampung dibentuk karena
diminta langsung oleh KapoldaLampung sehingga pada tahun 2011 terbentuklah
pocil secara bertahap. Pocil dibentuk oleh Kakorlantas kemudian agar terlaksannya
Pocil dan mendapatkan peserta didik yang baik maka keluarlah surat keputusan
Kakorlantas untuk bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota dan merekrut dari
Sekolah Dasar di Lampung.

Pada tahun 2011 Pocil hanya ada satu di Lampung namun Kapolda Lampung
memutuskan agar setiap Polda mempunyanyi Pocil, namun hanya di Polresta lah
Pocil yang aktif sampai saat ini tetap berjalan hingga disebut sebagai program

6

Polresta Bandar Lampung. Proses perekrutan Pocil dimulai dengan sosialisasi
terhadap sekolah-sekolah dasar yang ada disekitar Polresta. Seperti SD 2 Rawa
Laut, SD 1 & 2 Sumurbatu, SD 1&2 Palapa, SD 1&2 Gotong Royong. Alasan
sosialisasi perekrutan dipilih di beberapa SD tertentu karena mempertimbangkan
jarak tempuh. Pocil merupakan binaan dari Polri ke Kapolda langsung oleh Pak
Brigjen Rosito. Pada hasil wawancara Pocil belum bisa disebut sebagai lembaga
yang mempunyai payung hukum, Pocil merupakan milik lalu lintas yang disebut
sebagai organisasi kecil.

Pada Program kegiatan Pocil, Pocil merupakan organisasi kecil yang masih
terbilang tentatif dalam arti Pocil muncul pada saat diminta. Kegiatan yang pernah
diikuti seperti pada acara Gubernur atau Walikota, acara Hari Kemerdekaan RI,
resepsi pernikahan Akpol dan lain-lain termaksud menghibur masyarakat. Polisi
cilik mempunyai 2 orang pelatih (laki-laki) dan satu penanggung jawab
(perempuan) yang siap melerai jika anak kecil tersebut mengalami masalah dengan
sesama temannya yang dapat memberikan sumber informasi dalam penelitian ini.
Begitu juga dengan Polisi Cilik yang dapat dijadikan sumber informasi yang akurat
dalam penelitian ini.
Alasan peneliti memilih fenomena ini karena Pocil merupakan anak-anak yang
masih sulit untuk menerima komunikasi sedangkantidaklah mudah bagi pelatih
untuk mendidik karakter Pocil karena memerlukan komunikasi yang tepat agar
pesan yang disampaikan dapat diterima. Pocil masih senang bermain, tidak mudah
bagi pelatih untuk merubah karkater yang diinginkan seperti merubah sikap, pikiran

7

dan tingkah laku anak-anak yang masih sangat aktif, dan belum mengerti sekitar
atau lingkungannya. (Sumber: data wawancara pada Pocil Polresta

Bandar

Lampung, hari Jumat tanggal 18 April 2014).

B. Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
“Bagaimana proses komunikasi kelompok pelatih dalam kegiatan mendidik
karakter Pocil?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif . Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
“Mendeskripsikan proses komunikasi pelatih dalam kegiatan pelatih Polisi Cilik
dan karakter yang terbentuk pada Pocil”

D. Kegunaan Peneliatan
Adapun kegunaan dari peneliti ini adalah:
1. Secara teoritis peneliti berharap dapat berguna untuk menambah pengetahuan
dan masukan pada studi ilmu komunikasi khususnya komunikasi kelompok
dalam pendidikan karakter melalui jalur informal serta dapat menjadi refrensi
bagi penelitian lanjutan.

8

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan
bermanfaat serta menjadi masukan bagi pelatih untuk meningkatkan
kemampuan dan menerapkan komunikasi kelompok kepada para anak didik
Polisi Cilik di Polresta Bandar Lampung secara umum.
3. Masukan bagi pihak-pihak yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan
karakter agar dapat berhasil dengan baik.

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepustakaan Peneliti Terdahulu

1. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Pada kajian hasil penelitian terdahulu penulis memasukkan dua hasil
penelitian sejenis yang menggunakan teori komunikasi sebagai proses
penelitian. Hasil penelitian terdahulu terkait komunikasi yang digunakan
oleh pelatih dalam membentuk atau mendidik kegiatan diluar kegiatan
sekolah atau informal yaitu:
Penelitian pertama, Meilin Azizah; Fakultas Ilmu Sosial dan Politik;
Jurusan Ilmu Komunikasi 2009 yang berjudul Strategi Komunikasi Pelatih
Marching Band Dalam Membentuk Harmonisasi Unjuk Gelar Marching
Band peneltian ini mengkaji tentang bagaimana komunikasi yang
dilakukan oleh pelatih sehingga terbentuknya kekompakan pada unjuk
gelar marching band di SMP Kartika II Bandar Lampung. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dari hasil penelitian pelatih marching band yang berada di SMP Kartika II
Bandar Lampung ini menggunakan komunikasi berupa pesan nonverbal

9

dan pesan verbal pada kelompok kegiatan tersebut guna keselarasan kolaborasi
kelompok marching band.
Pada penelitian ini, penulis hanya menjelaskan bagaimana strategi komunikasi
kelompok dalam harmonisasi unjuk gelar marching band. Penjelasannya
masuk dalam semua aspek, sehingga tidak adanya pengerucutan.
Penelitian kedua oleh Septiana Sari: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;
jurusan Ilmu Komunikasi 2007 yang berjudul Komunikasi Kelompok
Masyarakat Suku Lampung Dalam Melestarikan Adat Perkawinan Sebambang
(Studi pada Masyarakat Suku Lampung di Kelurahan Negeri akti Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran) penelitian ini mengkaji bagaimana
peran komunikasi kelompok dalam prosesi adat perkawinan sebambang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitain kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara mendalam.
Dari hasil penelitian ini penulis menggunakan teori percakapan kelompok
(Group Achievment Theory) untuk menjelaskan bahwa bagaimana peran,
bentuk, dan elemen komunikasi kelompok masyarakat dalam proses
pelaksanaan dan upaya melestarikan tata cara adat perkawinan sebambang.

2.

Perbedaan dan Kaitan dengan Peneliti Terlebih Dahulu

Pada penelitian yang sejenis dari penelitian sebelumnya yang berujudul
Strategi Komunikasi Pelatih Marching Band Dalam Membentuk Harmonisasi

10

Unjuk Gelar Marching Band membahas kegiatan atau organisasi pendidikan
nonformal pada anak didik dan proses komunikasi antarpribadi. Dalam
penelitian pocil penulis meniliti anak didik antara usia 9-10 tahun atau 10-11
tahun dengan menyesuaikan teori pembelajaran dan teori komunikasi yang
relevan untuk anak kecil sehingga strategi tercapai.

Pada penelitian kedua sejenis dari penelitian sebelumnya yang berujudul
Komunikasi Kelompok Masyarakat Suku Lampung Dalam Melestarikan Adat
Perkawinan Sebambang (Studi pada Masyarakat Suku Lampung di
Kelurahan Negeri akti Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)
penulis menyesuaikan metode pembelajaran pada pelatih. Perbedaannya
dalam penelitian ini, penulis menganalisis proses komunikasi pelatih polisi
cilik terhadap peserta didik (polisi cilik) melalui kegiatan kolaborasi variasi
yang mendidik anak untuk disiplin, hormat.

B. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter

1.

Pengertian Karakter

W.J.S Poerwardaminta 1985 dalam Drs. Tatang S. M.Si (2011: 13)
menjelaskan secara linguistik sebagai tata benda, pendidikan berarti proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan serta
pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk

11

pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar
sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
pertimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat
memainkan peranan hidup secara tepat.

2. Pendidikan Karakter

Menurut Williams & Schnaps dalam Drs. Tatang S. Msi (2012: 15),
pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan bersama-sama
dengan orangtua dan masyarakat untuk membantu anak-anak- dan remaja
agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung
jawab. Dalam Drs. Tatang S. Msi. (2012 : 14) pendidikan karakter adalah
usaha sadar untuk mewujudkan kebijakan, yaitu kualitas kemanusiaan yang
baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi
juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.
Hakikatnya, pendidikan memberikan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang
sebelumnya "tidak ada" atau "tidak dilakukan" oleh murid yang belajar.
Pengertian pendidikan ini berbeda dengan pembentukan. Hakikatnya,
pembentukan adalah bahwa kemampuan yang ingin diubah dari murid itu
sudah ada sejak lahir meskipun sangat kecil yaitu dalam bentuk sifat, ciri
bawaan karakter.
[[

Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan karakter tersebut diperkuat
dengan dasar hukum yang jelas pada UU Sisdiknas pasal 3, bahwa

12

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter tentu memiliki tujuan yang telah ditentukan oleh
Undang-undang terkait program pendidikan karakter. Adapun tujuan
pendidikan karakter sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3):
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undangundang.”
[[[

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional dirumuskan dalam pasal 3:
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Sedangkan fungsi
pendidikan nasional dirumuskan: “mengembangkan kemampuan

dan

13

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”.

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter di era globalisasi memerlukan sebuah terobosan dalam
menginovasi strategi dan metode pembelajaran yang akan dipakai. Dalam
Zubaedi (2011: 230-231) salah satu yang diharapkan oleh keahlian dari
seorang guru/pelatih adalah kemampuannya dalam memilih metode
pembelajaran yang sesuai untuk anak didiknya.
Metode merupakan bagian dari strategi sehingga tujuan dapat tercapai. Proses
pendidikan karakter kepada peserta didik pada saat ini lebih tepat
menggunakan model pembelajaran yang didasarkan pada interaksi sosial
(model interaksi) dengan prinsip:
1. Mendasarkan pada perbedaan individu
2. Mengaitkan teori dengan praktik
3. Mengembangkan komunikasi dan kerjasama
4. Meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil resiko dan
belajar dari kesalahan
Kaitannya dengan pembinaan dan pendidikan karakter antar Pocil di Polisi
Cilik, seorang pelatih harus lebih memperhatikan kecerdasan emosional
setiap peserta didik. Karena emosi berperan sebagai bentuk komunikasi
dengan lingkungannya, bentuk kepribadian dan penilaian anak terhadap

14

dirinya, bentuk tingkah laku yang diterima di lingkungannya, dan startegi
pembentuk kebiasaan serta upaya pengembangan diri.
Adapun indikator mutu emosional tersebut, antara lain meliputi:
1. Kualitas Kedisiplinan
2. Kualitas Kesopanan
3. Kualitas Kesetiakawanan
4. Kualitas Rasa Hormat
Menurut pengertian Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang” sedangkan ayat
13 menyatakan “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan”.

C. Pendidikan Non Formal

Coombs (Trisnamansyah, 2003: 19) mendefinisikan nonformal education sebagai
setiap kegiatan pendidikan yang diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang
mapan baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan
yang lebih besar, dilakukan secara sengaja untuk melayani peserta didik tertentu
guna mencapai tujuan belajarnya.

Sudjana (2001: 63) pendidikan luar sekolah telah hadir di dunia ini sama tuanya
dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan lingkungan di muka bumi ini

15

dimana situasi pendidikan ini muncul dalam kehidupan kelompok dan
masyarakat. Pada waktu permulaan kehadirannya, pendidikan luar sekolah
dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutama berlangsung
dalam keluarga dimana terjadi interaksi di dalamnya berupa transmisi
pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, dan kebiasaan.

D. Tinjauan Tentang Anak

1. Definisi Anak Secara Psikologis

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan

yang dimulai dari bayi

hingga

remaja.

Dalam

proses

perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, dan perilaku sosial
(Azis 2005, 90). Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan
kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih
jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan
memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi
mereka mengenai dunia.

Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan
anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang
berusia 7-12 tahun. Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai
karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan
batasan-batasan norma.
Ada beberapa karakteristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut :

16

1. Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
2. Aktivitas fisik anak semakin meningkat
3. Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
(sumber: www.belajarpsikologi.com diakses pada tanggal 30 oktober 2014)
E. Tinjauan Komunikasi Kelompok

1. Pengertian Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok Michael Burgoon dalam Effendi

(2006: 122)

mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

2. Definis Komunkasi Kelompok (Small Group Comunnication)

Robert F.Bales dalam bukunya Interaction Process Analysis dalam Effendy,
(1993:27) mendefinisikan kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat
interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to
face), dimana setiap anggota memiliki kesan dan persepsi antara satu sama
lainnya cukup kentara sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun
sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing perseorangan.

Sedangkan menurut Shaw dalam Muhammad, (2009:182) mendefinisikan
komunikasi kelompok kecil sebagai sekumpulan individu yang dapat

17

mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain
dan komunikasi tatap muka. Effendy (2006:127) mengemukakan bahwa
komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi
komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialog.

Menurut Rakhmat (1994:40), sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
b. Kelompok memiliki sedikit partisipan
c. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
d. Anggota kelompok memilik pengaruh atas satu sama lain.

3.

Karakteristik Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang dapat terjadi antara individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Menurut William C. Schutz
dalam Sentot Imam Wahjono (2010; 150), orang menjadi anggota kelompok
karena didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal sebagai berikut:
1. Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).
2. Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).
3. Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain.
Menurut Muhammad (2001;185), ada beberapa karakteristik kelompok yang
membuatnya unik dari bermacam-macam konteks komunikasi lainnya,
diantaranya:

18

a. Kelompok mempermudah pertemuan ramah tamah. Bukti menunjukan
bahwa bila orang datang bersama-sama mereka cenderung berlomba dalam
bentuk apapun. Perlombaan ini dapat menyehatkan dalam kelompok apabila
dikontrol dalam spirit kerja sama.
b. Personaliti kelompok. Bila sekelompok yang datang bersama neraka akan
membentuk identitas sendiri yang menjadi personaliti kelompok.
c. Kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan
keinginan mereka untuk bersatu.
d. Komitmen terhadap tugas. Aktivitas individu lainnya dalam kelompok yang
dekat hubungannya dengan komitmen adalah motivasi. Salah satu alasan
seseorang masuk kedalam kelompok adalah ingin bekerja dalam kelompok
namun bukan untuk tujuan kelompok.
e. Besarnya kelompok. Kelihatannya sederhana tetapi besarnya kelompok
mempunyai

peran

penting

dalam

kelompok.

Kebanyakan

tokoh

merekomendasikan kelompok antara 3-9 orang.
Memahami karakteristik yang ada merupakan langkah pertama untuk bertindak
lebih efektif dalam suatu kelompok dimana kita ikut terlibat didalamnya.
Menurut Rakhmat (1994:60), karakteristik komunikasi kelompok yang harus
dipahami adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogen.
2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesepakatan dalam melakukan
tindakan pada saat itu juga.

19

3. Arus balik didalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung, karena
komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi
sedang berlangsung.
4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada
komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada
komunikasi kelompok besar)
5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun
hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi kelompok.
6. Komuniaksi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.

4.

Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu
norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana
orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan
lainnya.
Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan „hukum’ (law) ataupun „aturan’
(rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk
dilakukan

dalam

suatu

kelompok.Norma

di

dalam

kelompok

mengidentifikasikan anggota kelompok itu berperilaku, seperti benar atau salah,
baik atau buruk, cocok atau tidak cocok, serta diizinkan atau tidak diizinkan.
Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dan konsep perilaku normatif mereka

20

sendiri. Pengembangan norma dalam suatu kelompok digunakan untuk mengatur
perilaku anggota kelompok.

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia
menjalankan suatu peran.

5. Tipe Komunikasi Kelompok

Ronald B. Adler dan George Rodman dalam Onong Efendi (2006; 115)
membagi kelompok kecil dalam tiga tipe, yaitu:
1. Kelompok Belajar (Learning Group) Kata „belajar’ atau learning, tidak
tertuju pada pengertian pendidikan sekolah saja, namun juga termasuk
belajar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok keterampilan,
kelompok belajar musik, kelompok bela diri, kelompok diskusi dan
sebagainya. Tujuannya adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan
kemampuan diri para anggotanya.
2. Kelompok

Petumbuhan

(Growth

Group)

Kelompok

pertumbuhan

memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para
anggotanya. Wujud nyatanya adalah kelompok bimbingan perkawinan,
kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi, serta kelompok yang
memusatkan aktivitasnya pada pertumbuhan keyakinan diri, yang biasa
disebut dengan consciousness-raising group.

21

3. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group) Kelompok ini
bertujuan untuk membantu anggota kelompok lainnya memecahkan
masalahnya. Kelompok akan memberi akses informasi kepada individu
sehubungan dengan masalah yang dialaminya, berupa pengalaman anggota
kelompok lain ketika menghadapi masalah yang sama, atau informasi lain
yang dapat membantu individu memecahkan masalahnya.

6.

Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsifungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi
hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecah masalah dan pembuatan
keputusan dan fungsi terapi.

Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat,
kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi
kelompok (Djuarsa, 2003;26) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti
bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan
hubungan sosial antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok
secara rutin memberikan kesempatan kepada anggota untuk melakukan
aktivitas yang informal, santai dan menghibur.

22

2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok dalam arti bagaimana sebuah
kelompok secara fomal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahun.
3. Dalam

fungsi

persuasi,

seseorang

anggota

kelompok

berupaya

mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan
sesuatu. Seseorang yang terlihat usaha-usaha persuasif dalam suatu
kelompok membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.
4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk
memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecah
masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi
yang tidak diketetahui sebelumnya. Sedangkan pembuatan keputusan
(decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih
solusi.
5. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak
memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adlaah membantu setiap
individu mencapai perubahan personalnya.

7. Tujuan Komunikasi Kelompok

Dalam Rakhmat (1994;141), suatu kelompok diperlukan kesadaran pada
anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka.
Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi baik formal maupun non formal

23

dan melibatkan interaksi antar anggotanya. Adapun tujuan komunikasi
kelompok dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu;
1. Tujuan Personal
Komunikasi ini dilakukan agar kita dapat bergaul dengan orang lain.
Tujuannya adalah memperkuat hubungan interpersonal dan menaikkan
kesejahteraan kita. Selain itu sebagai penyaluran yang biasa dilakukan
dalam suasa yang mendukung adanya pertukaran atau dalam diskusi
keluarganya, dimana keterbukaan diri sangat dibutuhkan. Tujuan ini juga
cenderung, memfokuskan komunikasi kepada masalah personal daripada
hubungan interpersonal.
2. Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Orang-orang berkumpul bersama dalam kelompok untuk membuat
keputusan mengenai sesuatu. Bila orang berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, mereka lebih suka menerima hasil kerjanya dan melakukannya
dengan baik. Selain itu kelompok adalah cara yang terbaik dalam
memecahkan masalah. Sehing sebagai dapat pula menyempurnakan
hubungan yang kurang baik.

8.

Bentuk Komunikasi Kelompok

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan
sosiologi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kelompok primer dan sekunder

24

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (Rakhmat, 1994;142) mengatakan
bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asiosiasi dan
kerjasama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotaanggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:

A.

Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan

meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita

yang paling

tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage(perilaku yang kita
tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali
kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

B.

Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan

kelompok sekunder nonpersonal.

C.

Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan

daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.

D.

Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan

kelompok sekunder instrumental.

25

E.

Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan

kelompok sekunder formal.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan

Theodore Newcomb (Rakhmat, 1994;144) melahirkan istilah kelompok
keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group).
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok
rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard)
untuk