Analisis Kriminologis Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Wilayah Polresta Bandar Lampung)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PEREMPUAN SEBAGAI
PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
(Studi Wilayah Polresta Bandar Lampung)
Oleh
YOGA NUGRAHA LIAWAN
Tindak pidana pembunuhan tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, perempuan juga
dapat melakukan tindak pidana pembunuhan.Sifat dasar perempuan yang lemah
lembut dapat berubah dan melakukan tindak pidana pembunuhan memiliki alasan
yang logis dan rasional. Adanya faktor-faktor penyebab seorang perempuan
melakukan tindak pidana pembunuhan , seperti faktor kejiwaan, faktor ekonomi, dan
overmachtmerupakan contoh penyebab perempuan dapat melakukan tindak pidana
pembunuhan.Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah faktor-faktor
yang menyebabkan perempuan melakukan tindak pidana pembunuhan? (2)
Bagaimanakah upaya Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan oleh perempuan? (3) Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat
Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh
perempuan?
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis
empiris.Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan.

Responden penelitian terdiri dari Penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung,
Pegawai Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Bandar Lampung, dan Narapidana
perempuan Lembaga pemasyarakatan kelas IIA Bandar Lampung. Data penelitian
dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: (1) Faktorfaktor yang menjadi penyebab perempuan melakukan tindak pidana pembunuhan
terdiri dari faktor intern yang berasal dari dalam individu dan faktor ekstern yang
berasal dari luar individu. (2) Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Kepolisian

YOGA NUGRAHA LIAWAN
Resor Kota Bandar Lampung dilakukan secara preventif dan represif, dengan sarana
penal dan non penal. Lembaga Pemasyarakatan juga melakukan pembinaan terhadap
narapidana perempuan yang melakukan tindak pidana pembunuhan yang bertujuan
untuk mengembalikan narapidana tersebut ke masyarakat agar dapat diterima. (3)
Faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian
terdapat dalam proses penyidikan dan kurangnya antusiasme masyarakat terhadap
penyuluhan atau konseling yang dilakukan oleh unit PPA Polresta Bandar Lampung.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1)Faktor intern merupakan faktor yang paling kuat
mempengaruhi perempuan. Perempuan harus lebih rasional dalam bersikap, jangan
menggunakan hati dan perasaan dalam menghadapi sebuah permasalahan.Melalui
pengetahuan agama dan pendekatan spiritual kepada Tuhan YME, dapat melatih diri

untuk lebih tenang dan mengenyampingkan emosional.Keluarga dan lingkungan
merupakan faktor ekstern yang harus di disikapi secara baik.Keluarga harus
mendukung dan memberikan perhatian. Media massa dan pemerintah juga harus
berperan aktif dalam memberikan informasi dan pelayanan guna melindungi
masyarakat. (2) Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung harus lebih intens dalam
penanggulangan secara non penal, dengan penyuluhan atau konseling. Upaya
penanggulangan penal harus lebih tegas dan tertata baik. Serta pembinaan di Lapas
harus dilaksanakan secara baik dengan harapan agar perempuan pelaku tindak pidana
pembunuhan menyadari kesalahan-nya dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
(3) Masyarakat khususnya perempuan, harus mendukung upaya penyuluhan yang
dilakukan kepolisian Resor Kota Bandar Lampung agar masyarakat mengerti tentang
sanksi dan hukuman yang akan di jatuhi apabila melakukan tindak pidana
pembunuhan. Penyidik harus lebih aktif dalam menyidik kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh perempuan. Pemerrintah harus memberikan sarana dan fasilitas yang
mendukung guna penyidikan sampai pembinaan yang dilakukan sebagai upaya penal
agar tidak menghambat proses hukum yang berlaku.

DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ..........................................................

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................

6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ..........................................................

7

E. Sistematika Penulisan ..............................................................................

11


II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Kriminologis ................................................................................

12

B. Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pembunuhan .....................................

15

C. Faktor-faktor Penyebab terjadinyaTindak Pidana Pembunuhan .............

17

D. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana ...................................................

18

E. Faktor yang menjadi Penghambat dalam Penegakan Hukum ................

21


III. METODE PENELITIAN
A. Pendeketan Masalah ................................................................................

23

B. Sumber dan Jenis Data………………… ................................................

24

C. Penentuan Populasi dan Sampel…………… ..........................................

26

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data…… ................................

27

E. Analisis Data…………………… ...........................................................


28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ........................................................................

B. Faktor-faktor Penyebab Perempuan Melakukan Tindak Pidana
Pembunuhan ...........................................................................................
C. Upaya Penanggulangan dalam Tindak Pidana Pembunuhan Yang
dilakukan Oleh perempuan ..........................................................................
D. Faktor Yang Menjadi Penghambat Dalam Penegakan Hukum...............

29

31
38
43

V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................


47

B. Saran ........................................................................................................

49

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2009. Delik Khusus dalam KUHP. Universitas Lampung.
BandarLampung.
Arief, Barda Nawawi. 1998. Kebijakan Hukum Pidana. Prenada Media Grup. Jakarta.
Hamzah, Andi. 1994. Pengantar penelitian hukum dan survey. UI press. Jakarta
Kartanegara, Satochid. Hukum Pidana. Balai Lektur. Sumatra Barat.
Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya
Bakti.Bandung.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya
Bakti.Bandung.
Leerboek van het.Nederlandse strafrecht, p. Noordhof N.V., GroningenBatavia,

1937.
Saleh, Roeslan. 1983. Perbuatan pidana dan pertanggung jawabanPidana Aksara
Baru. Jakarta.
Sianturi, SR. 1996.Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya. Alumni
Ahaem-Petehaem. Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1983. Sosiologi suatu pengantar. UI press. Jakarta
……….1986.Pengantar penelitian hukum dan survey. UI Press.Jakarta
Syani, Abdul. 1987. Sosiologi kriminalitas. Remadja Karya. Bandung
www.detik.com
Majalah Selecta, 1116 Tahun XXV

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Judul Skripsi

: Analisis Kriminologis Terhadap Perempuan
Sebagai Pelaku
Tindak Pidana Pembunuhan

(Studi Wilayah Polresta Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa

: Yoga Nugraha Liawan

No. Pokok Mahasiswa

: 0912011270

Bagian

: Hukum Pidana

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI


1. Komisi Pembimbing

Firganefi, S.H., M.H.
NIP. 19631217 198803 2 003

Maya Saphira, S.H., M.H.
NIP. 1977060 1200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana,

Diah Gustiniati, S.H., M.H.
NIP.19620817 198703 2 003

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua

: Firganefi, S.H., M.H.


………………

Sekretaris/Anggota

:Maya Saphira, S.H., M.H.

……………….....

Penguji Utama

: Diah Gustiniati, S.H., M.H.

……………….....

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.
NIP. 19621109 198703 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 03 April 2013

SAN WACANA
Alhamdulilahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul : Analisis Kriminologis Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku
Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Wilayah Polresta Bandar Lampung). Sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan
terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung

2.

Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung, sekaligus Pembahas I yang memberikan saran dan
kritik dalam penulisan ini

3.

Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang penuh dengan kesabaran
memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran dan juga kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.

4.

Ibu Maya Saphira, S.H., M.H., selaku Pembimbing II

atas kesediaannya

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini

5.

Bapak A.Irzal F, S.H., M.H., selaku Pembahas II, masukan dan saran yang
diberikan selama proses perbaikan skripsi ini.

6.

Ibu Martha Riananda, S.H., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingannya
selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung

7.

Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan
ilmu kepada penulis selama menempuh studi

8.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi

9.

Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dan Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Kota Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian, saran serta
masukan kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini

10. Teman-teman seperjuanganku Bro_Kum (Soleh, Fery, Sena, Geol, Rifky, Acil,
Anand, Tody, Yoga pc, Andri, ami, cindy, aci, tari, welin)
11. Teman-teman landas XXVII Mahusa Unila (Anes, Moses, Chandra, Rodi, Erick,
Ratna)
12. Teman-teman KKN Tematik 2009 Kabupaten Lampung Selatan Kecamatan
Ketapang Desa Tri Dharmayoga
13. Teman-teman sepermainanku di Indonesian Starlet Club Chapter Lampung (Bro
Rois, Bro Iyus, Bro andika, Bro Nadhir, Bro Faisal, Bro Langgeng, Bro Ricky,
Bro Ivan, Bro Hery, Bro Hendrawan, Bro Rahmad, Sist Cory, Sist Dina)
14. Teman-teman kosan ku (Harli, DM, Chenso, Kak Reka, Kak Inu, Kak Affan,
Kak Gilang)
15. Sahabat-sahabat ku (Virgin, Ridho, DP, Pepet, Ketrin, Babay, Jawa, Lubis)

16. Teman-teman Band SMA-ku Life Is Tragedy (Abimanyu, Dani, Rendy)
17. Seluruh angkatan 2009, terutama teman-teman Jurusan Hukum Pidana 2009 atas
bantuan, dukungan dan kerjasamanya
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan, kerelaan dan
dukungannya.
19. Almamater tercinta Universitas Lampung

Penulis berdoa semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah diberikan akan
mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,

Maret 2013

Penulis

Yoga Nugraha Liawan

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Rahmat dan
Hidayah-Nya serta Junjungan Tinggi Rasullulah Muhammad SAW
Kupersembahkan Skripsi ini kepada :
Papa dan Mama, sebagai orang tua penulis tercinta yang telah mendidik,
membesarkan, dan membimbing penulis menjadi sedemikian rupa yang
selalu memberikan kasih sayang yang tulus dan memberikan do’a yang tak
pernah putus untuk setiap langkah yang penulis lewati serta yang tidak
pernah meninggalkan penulis dalam keadaan penulis terpuruk sekalipun
Adik ku Reza Naufal Liawan yang selalu menjadi motivasi penulis untuk
selalu berpikir maju memikirkan masa depan yang jauh lebih baik dari
sekarang.
Umehku tercinta yang telah mendo’a-kan dan selalu mendukung penulis
Uwa Sulaiman Yusuf dan sepupuku Kak Ita, Kak Yosi, Kak Yopi, Kak Yora,
Kak Yori, Kak Yoan, Kak Dila, serta keponakan-keponakanku, seluruh
Keluarga Besar atas motivasi dan dukungannya untuk keberhasilanku
Nirmala Asri Prayogi yang selalu memberikan motivasi serta semangat
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini
Almamaterku Tercinta Universitas Lampung

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 12 Oktober
1991, merupakan putra pertama dari dua bersaudara,
pasangan Bapak Drs. Meiwandi Rasul, M.M dan Ibu Misliha,
Bsc.Ac.

Penulis menempuh pendidikan TK Tunas Mawar selesai pada tahun 1997, Sekolah
Dasar (SD) Yayasan Binong Permai Kab. Tangerang diselesaikan pada tahun 2003,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Tangerang diselesaikan pada tahun
2006, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Kota Tangerang di selesaikan pada
tahun 2009. Pada Tahun 2009, Penulis di terima sebagai mahasiswa Bagian Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan

merupakan masalah yang senantiasa menarik untuk dibahas dan di

perbincangkan. Kejahatan

sangat mempengaruhi stabilitas yang ada dalam

masyarakat, karena akan berdampak secara langsung dengan kestabilan yang ada
didalamnya. Kejahatan tidak dapat kita hindari secara menyeluruh, karena kejahatan
akan selalu hadir di sekitar masyarakat karena kejahatan itu lahir dari dalam
masyarakat dan keadaan masyarakat.

Perkembangan global sekarang ini yang juga di ikuti oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak hanya memberikan efek positif namun juga
sebaliknya.Kejahatan

juga dapat dikatakan sebagai perilaku dan sulit untuk di

lenyapkan namun perkembangannya dapat di minimalisasi se-efektif mungkin.

Akibat dari perkembangan global dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah

meningkatnya

kuantitas

dan

kualitas

kejahatan,

dengan

demikian

perkembangan kejahatan selalu terjadi mengikuti perkembangan zaman.Kejahatan
adalah fenomena sosial yang timbul dan perkembangan kejahatan selalu mengiringi
perkembangan masyarakat.

Menurut Majalah Selecta, 1116 Tahun XXV, pada data kepolisisan disebutkan :

a. Pencurian dengan kekerasan terjadi pada setiap 4,5 menit
b. Penganiayaan berat terjadi pada setiap 31 menit
c. Pemerasan terjadi pada setiap 3 jam
d. Pemerkosaan terjadi pada pada setiap3,5 jam
e. Penculikan terjadi pada setiap 4,5 jam
f. Pembunuhan terjadi pada setiap 4,5 jam1

Kejahatan khususnya pembunuhan mungkin hanya dilakukan oleh laki-laki saja.
Seiring dengan pekembangan zaman, pembunuhan juga dapat dilakukan oleh
perempuan.Sifat dasar perempuan yang lemah lembut dapat berubah dan melakukan
suatu kejahatan, baik kejahatan ringan maupun kejahatan berat.

Kasus yang melibatkan artis ibu kota Lydia Pratiwi. Statusnya adalah tersangka
pembunuhan Naek Gonggom Hutagalung (33), pengusaha konstruksi yang juga aktif
sebagai model. Lidya dituduh berkomplot menghabisi pria yang menaruh hati
padanya itu pada Jumat malam tanggal 28 April 2006 di Kamar Tongkol nomor 59
Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara. Motif pembunuhan ini ialah karena
tuntutan keluarga dan faktor ekonomi yang dialami oleh Lydia Pratiwi. Bersama
tersangka lainnya, Lidya dikenai pasal berlapis, yaitu perencanaan pembunuhan,

1

Majalah Selecta, 1116 Tahun XXV

melakukan pembunuhan pengeroyokan, dan pencurian dengan kekerasan, dengan
masa penjatuhan hukuman kurungan selama 9 (sembilan) tahun.2

Kasus pembunuhan oleh perempuan juga di temui di desa kinandang, kecamatan
Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Kasus pembunuhan ini dilakukan oleh
seorang ibu kandung terhadap anaknya. Korban merupakan seorang anak perempuan
beruasia 4 tahun bernama Nayla Ramadhani yang ditemukan tewas bersimbah darah.
Korban mengalami luka parah pada bagian leher belakang akibat sayatan benda
tajam.Pelaku pembunuhan ini yaitu Sriatun yang merupakan ibu kandungnya
sendiri.Motif pembunuhan tersebut karena kemarahan pelaku terhadap anaknya
karena kenakalan anak tersebut juga penyaki kejiwaan yang dialami Sriatun sehingga
tega membunuh anak kandungnya.3

Kasus lainnya juga terjadi di Bandar Lampung, yang menimpa seorang mantan
anggota DPRD Lampung Barat yang juga purnawirawan TNI yaitu Letkol Sunarto
pada awal tahun 2004, di sebuah kamar hotel yang terletak di daerah Lempasing,
Bandar Lampung. Tersangka dalam kasus ini adalah NurFadilah, seorang wanita
yang merupakan karyawan alm.Letkol.Sunarto di PT. Great.Korban mengalami luka
tusukan di perut dan dada.Motif dari pembunuhan tersebut menurut penuturan
tersangka adalah untuk membela diri dikarenakan korban hendak memperkosa
tersangka.

2
3

www.detik.com
www.detik.com

Berdasarkan kasus-kasus ini maka dapat dilihat adanya faktor-faktor penyebab
seorang perempuan melakukan tindak pidana pembunuhan, seperti faktor ekonomi
dan juga tuntutan keluarga yang dialami oleh Lydia Pratiwi dan penyakit kejiwaan
yang dialami Sriatun, serta overmacht yang dialami Nurfadilah yang melibatkan
perempuan sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan.

Selama ini faktor-faktor yang melatarbelakangi perempuan melakukan tindak pidana
pembunuhan yaitu seperti gangguan kejiwaan yang dialami, tekanan psikologis atas
niat perkosaan yang dialami, sehingga menimbulkan keadaan memaksa untuk
membela diri, dendam pribadi, perselingkuhan yang dilakukan oleh pasangannya, dan
sebagainya.Upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan oleh perempuan lebih dioptimalkan pada upaya penanggulangan secara
penal yang bersifat secara represif.

Baik upaya penanggulangan secara penal dan non penal ditemui beberapa faktor
penghambat, seperti para perempuan pelaku tindak pidana pembunuhan tidak
koooperatif dalam memberikan keterangan di penyidikan, perempuan cenderung
lebih tertutup kepada masalah yang mereka alami sehingga keluarga ataupun orang
terdekat terkadang tidak mengetahui masalah tersebut.Upaya penyuluhan atau
konseling yang dilakukan oleh PPA tidak memberikan antusiasme yang tinggi kepada
masyarakat.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur secara kodifikasi yang dimuat
dalam Pasal 338-350 KUHP mengenai kejahatan terhadap nyawa.Maka tindak pidana

pembunuhan dapat dibagi-bagi berdasarkan motif nya, ada yang disebut pembunuhan
biasa, pembunuhan berencana, pembunuhan terhadap kandungan, pembunuhan anak.

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita lihat bahwa banyak sekali faktor-faktor yang
mendasari seorang perempuan melakukan tindak pidana pembunuhan, baik dari segi
hukum maupun sosial masyarakat. Untuk itu peneliti akan meninjau bagaimana
“Analisis Kriminologis Terhadap Perempuan Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Pembunuhan”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan perempuan melakukan tindak pidana

pembunuhan?
2. Bagaimanakah upaya kepolisian dalam menanggulangitindak pidana pembunuhan

yang dilakukan oleh perempuan?
3. Apakah

faktor-faktor

yang

menjadi

penghambat

kepolisiam

dalam

menanggulangi tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh perempuan?

2. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup dalam skripsi ini menggunakan kajian ilmu hukum pidana secara
kriminologis, serta menggunakan ilmu kriminologi yang merupakan salah satu ilmu
bantu dalam ilmu hukum pidana. Substansi skripsi ini ialah menitik beratkan pada
faktor-faktor penyebab perempuan melakukan tindak pidana, khususnya dalam tindak
pidana pembunuhan.Daerah penelitian juga penulis hanya membatasi di wilayah
Polresta Bandar Lampung.Penelitian ini berlangsung pada tahun 2012-2013.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perempuan melakukan tindak
pidana pembunuhan
2. Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam menanggulangitindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh perempuan.
3. Untuk mengetahui

faktor-faktor yang menjadi penghambat kepolisian dalam

upaya menanggulangi tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh perempuan

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis
Untuk memperluas wawasan penelitian dalam mengembangkan konsep pemikiran
tentang Hukum Pidana pada kasus Tindak Pidana Pembunuhan yang dilakukan
oleh perempuan.

b. Kegunaan Praktis
Untuk memberi informasi kepada civitas akademika pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, tentang tindak pidana pembunuhan yang dilakukan
oleh seorang perempuan, dan apa yang mendasari perempuan tersebut
melakukannya.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangkat teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi
dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk
mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang di anggap relevan
untuk penelitian.4 Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan kejahatan pembunuhan, penulis menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Abdul Syani,5 yaitu:

4
5

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar penelitian hukum dan surve. Ui press, Jakarta hlm.123
Abdul Syani. 1987. Sosiologi Kriminalitas. Remadja karya,Bandung. Hlm. 44-52

1. Faktor intern dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Sifat khusus dari individu, seperti: sakit jiwa, daya emosional, rendahnya
mental dan anomi.
b. Sifat umum, dapat dikategorikan atas beberapa macam yaitu; umur, gender,
kedudukan didalam masyarakat, pendidikan, dan hiburan.

2. Faktor ekstern, antara lain
a. Faktor ekonomi, Dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
keadaan ekonomi-nya rendah.
b. Faktor agama, Dipengaruhi rendahnya pengetahuan agama.
c. Faktor bacaan, Dipengaruhi oleh bacaan/buku yang dibaca.
d. Faktor film, Dipengaruhi oleh film yang di saksikan.

Upaya

penanggulangan

kriminologis,

penulis

suatu

tindak

menggunakan

pidana
teori

pembunuhan

dalam

konteks

penanggulangan

tindak

pidana6,

penanggulangan tindak pidana di terapkan dengan cara :
1. Penerapan hukum pidana (criminal law application)
2. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)
3. Pencegahan melalui media massa

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem peradilan
pidana (SPP),atau disebut juga penanggulangan secara penal. Disamping itu

6

G.P Hoerfnegels dikutip oleh Barda Nawawi Arief.1998. Berbagai Aspek Kebijakan Penegakan
Pembangunan Hukum Pidana. Jakarta hlm. 48

penanggulan laindapat juga dilakukandengan non sistemperadilan pidana atau disebut
juga non penal.

Hukum pidana lebih menerapkan pada tindakan refresif, yaitu segala perbuatan
berupa tindakan yang dijatuhkan sebagai konsekuensi terhadap seseorang yang
melakukan tindakan pidana oleh aparat penegak hukum dengan sarana penal.
Sedangkan pencegahan secara preventif yang lebih menekankan kepada upaya untuk
mencegah terjadinya tindak pidana sebelum terjadi, dilakukan melalui pendekatan
media massa baik cetak maupun elektronik, yang bertujuan untuk merubah mindset
masyarakat agar tidak melakukan tindak pidana. Namun di dalam upaya
penanggulangan tindak pidana tersebut di temui faktor-faktor penghambat seperti
kesadaran masyarakat yang kurang, penegak hukum yang tidak tegas dan substansi
hukum yang lemah dan tidak kuat.

Menurut Soerjono Soekanto, yang menjadi faktor penghambat dalam penegakan
hukum ialah:

a. Faktor hukumnya sendiri
b. Faktor penegak hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas
d. Faktor masyarakat
e. Faktor kebudayaan7

7

Soerjono Soekanto. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. UI Press, Jakarta.

2. Konseptual

Kerangka Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara
konsep-konsep khusus,khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan
dengan istilah yang ingin tahu akan diteliti8.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok-pokok pembahasan dalam penulis
ini, maka penulis akan memberikan konsep yang bertujuan untuk menjelaskan
berbagai istilah yang digunakan dalam penulisan ini, agar tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap pokok-pokok pembahasan.

Adapun istilah-istilah yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini ialah :
a. Analisis adalah suatu

proses berfikir manusia tentang suatu kejadian atau

peristiwa untuk memberikan jawaban atas kejadian atau peristiwa tersebut,9
b. Kriminologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kejahatan10
c. Perempuan adalah manusia yang dapat menstruasi, hasil, menyusui,11
d. Pelaku adalah Orang yang melakukakan sesuatu,12
e. Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dinyatakan
sebagai perbuatan yang dilarang,13
f. Pembunuhan adalah menghilangkan nyawa orang lain 14

8

Soerjono Soekanto,opcit hlm.132
Kamus Besar Bahasa Indonesia
10
Ibid Kamus Besar Bahasa Indonesia
11
opcitKamus Besar Bahasa Indonesia
12
opcitKamus Besar Bahasa Indonesia
13
Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana.Aksara baru.Jakarta.hlm.
9
9

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap tulisan ini secara keseluruhan dan
mempermudah untuk memahaminya, maka penulis menyajikan sistematika penulisan
sebagai berikut :

I.

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang penulisan.Dari uraian latar belakang tersebut
dapat di tarik suatu pokok permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan
penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta menguraikan tentang sistematika
penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman terhadap dasar hukum, pengertianpengertian umum mengenai tentang pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih
bersifat teoritis mengenai definisi kriminologis, pengertian tindak ppidana
pembunuhan , serta faktor-faktor yang menyebabkan perempuan melakukan tindak
pidana pembunuhan.

14

Opcit Kitab Undang-undang Hukum Pidana

III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penelitian
populasi dan sampel, metode pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhirnya
yaitu analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat pokok bahasan berdasarakan hasil penelitian, yang tentang
karakteristik responden, apa saja yang menyebabkan perempuan melakukan tindak
pidana pembunuhan, Upaya apa saja yang dilakukan pihak terkait guna
menanggulangi tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh perempuan, baik
secara penal maupun non penal. Serta apa saja yang menjadi penghambat dalam
penanggulangan tersebut.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil pembahasan dan penelitian serta beberapa saran penulis sebagai perbaikan lebih
lanjut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Kriminologis

1. Pengertian Kriminologi

Kehidupan di dunia terdapat suatu nilai-nilai mengenai apa yang dianggap baik dan
mana yang dianggap tidak baik. Namun, masih saja banyak yang melakukan
penyimpangan dengan mengikuti nilai yang dianggap tidak baik tersebut.Hal ini lah
yang mendasari seorang manusia melakukan kejahatan.Abdul syani dalam teorinya
mengatakan ada dua faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan, yaitu faktor
yang bersumber dari dalam diri individu (intern) dan faktor yang bersumber dari luar
diri individu (ekstern).1

Kriminologi (sebagai ilmu pengetahuan) mempelajari sebab-sebab timbulnya
kejahatan dan keadaan-keadaan yang turut mempengaruhinya, serta mempelajari cara
pemberantasannya. Kriminologi merumuskan kejahatan sebagai setiap tingkah laku
yang merusak dan tidak susila (dalam arti luas), yang menimbulkan keresahan dalam
masyarakat tertentu, karena masyarakat tidak menyukai tingkah laku tersebut.Jadi,

1

Abdul syani opcit hlm.44-52

kriminologi mengartikan kejahatan sebagai.gejala dalam masyarakat yang tidak
pantas dan termasuk tidak/belum terikat kepada ketentuan-ketentuan yang telah
tertulis.2

2. Etiologi kriminil

Terdapat tiga mashab yang melatari timbulnya kejahatan.Pertama, mashab
anthropologis yang mengartikan sebab-sebab timbulnya kejahatan adalah karena
bersumber pada bentuk-bentuk jasmaniah, watak dan/atau rohaniah seseorang.
Dengan kata lain seseorang telah ditakdirkan lahir sebagai seorang penjahat. Paham
ini dikemukakan oleh Cesare Lombroso.Kedua ialah sosiologis, yang mengartikan
faktor-faktor dari lingkunganlah yang mempengaruhi seseorang melakukan tindak
pidana.Faktor ekonomilah yang menjadi dasar dan merusak moril seseorang sehingga
ia menjadi seorang penjahat. Mashab ketiga ialah mashab biososiologis, menurut
ajaran ini, timbulnya berbagai bentuk kejahatan di pengaruhi oleh sederetan faktorfaktor dimana watak dan lingkungan seseorang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut
antara lain: sifat,bakat, watak, intelek, pendidikan dan pengajaran, suku bangsa, sex,
umur, kebangsaan, agama, ideologi, pekerjaan, keadaan ekonomi dan keluarga

2

SR Sianturi. 1996. Asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya. Alumni ahaem-pethaem.
Jakarta. Hlm.34

B. Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pembunuhan

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya manusia
lain di kehidupannya. Didalam tiap ruang gerak atau interaksi sesama manusia tidak
sulit ditemui adanya ketidak sesuaian ideatau pendapat, yang berujung dengan
konflik. Hal ini sangat merugikan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, baik
kerugian atas barang maupun nyawa seseorang. Perilaku yang menyebabkan kerugian
ini yang dapat dikatakan dengan Tindak Pidana.
Tindak pidana atau straafbaar feit ialah kata “feit” itu sendiri berasal dari Bahasa
Belanda yang berarti “sebagian dari suatu kenyataan” sedangkan “strafbaar”
berarti”dapat dihukum”. Sehingga dapat disimpulkan strafbaar feit ialah sebagian
dari suatu kenyataan yang dapat dihukum. Menurut Profesor Simons, strafbaar feit
ialah tindakanmelanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang yang dapat di pertanggung jawabkan atas tindakannya dan
yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum.3 Alasan dari Professor Simons mengenai arti dari strafbaar feit yaitu :

a. Untuk adanya suatustrafbaar feit itu di syaratkan bahwa di situ harus terdapat
suatu tindakan yang dilarang ataupun diwajibkan oleh undang-undang, dimana
pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban semacam itu telah dinyatakan
sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.

3

Simons, Leerboek.1941. Leerbork van het Nederlandsche strafrecht 1. Bijge werkt door W.P.J.
Pompe, Groningan,Batavia Noordhoff N.V hlm.122

b. Agar sesuatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan tersebut harus
memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan dalam undangundang.
c. Setiap strafbaar feit sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban
menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan suatu tindakan melawan
hukum atau merupakan suatu “onrechtmatige handeling”.4
Profesor Satochid Kartanegaramenjelaskan dalam

perkuliahan-perkuliahannya,

bahwa dari Pasal 10 KUHP, yang dapat dihukum itu ialah manusia dan bukan
perbuatannya. Sehingga menjelaskan tentang subjek hukum tersebut.

Menurut Prof. Satochid Kartanegara, unsur-unsur tindak pidana terbagi dua:
1

Unsur objektif adalah unsur-unsur yang terdapat dari luar diri manusia yang
berupa tindakan, akibat tertentu (een bepald gevolg), keadaan (omstandigheid).

2

Unsur Subjektif adalah perbuatan yang dilakukan oleh diri manusia itu sendiri.
Yang dapat dipertanggung jawabkan (toerekeningsvat baarheid) dan Kesalahan
(schuld).5

Tindak Pidana pembunuhan yang merupakan jenis pidana umum secara rinci diatur
didalam kitab undang-undang hukum pidana dalam buku kedua tentang kejahatan di
dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal 350 KUHP.

4
5

Simons, ibid hal.121
Satochid, Kertanegara. Hukum Pidana. Balai Lektur. Sumatra Barat

Menurut Tri Andrisman6,di identifikasi dalam KUHP Tindak Pidana pembunuhan
dibagi menjadi:
1. Pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP)
2. Pembunuhan dengan kualifikasi atau gequalificeerd (Pasal 339 KUHP)
3. Pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP)
4. Pembunuhan anak (Pasal 341 KUHP)
5. Pembunuhan atas permintaan si korban (Pasal 344 KUHP)
6. Bunuh diri (Pasal 345 KUHP)
7. Menggugurkan kandunganatau abortus (Pasal 346 KUHP)
8. Karena kelalaian menyebabkan matinya seseorang (Pasal 359 KUHP).

C. Faktor-Faktor Penyebab terjadinya TIndak Pidana Pembunuhan

Dikemukakan oleh Adrianus Meliala, kriminologi dari UI, tentang adanya hubungan
antara tindakan kejahatan dengan latar belakang kultural.7Adrianus menjelaskan
dengan acuan riset-riset yang diadakan oleh para kriminolog.

Menurutnya adanya kultur-kultur tertentu yang mengaungkan nilai-nilai kekerasan.
Misalnya di daerah Lampung, Sumsel, dan Sumut. Angka kejahatan disana seperti
curanmor dan pembunuhan sangat tinggi.

Tri Andrisman. 2009. “Delik Khusus dalam KUHP”. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hlm.133
7
Majalah Detik 29 Nov-5 okt 1993
6

Berdasarkan kultur tersebut maka dapat disimpulkan, kejahatan pembunuhan dapat
dibagi menjadi dua faktor, yaitu yang bersumber dari dalam diri (intern) dan faktor
yang bersumber dari luar diri (ekstern).
Dikemukakan oleh Abdul syani8 yaitu :
1. Faktor intern :
a. Sifat khusus dalam diri individu seperti sakit jiwa, daya emosional, rendahnya
mental, dan anomi
b. Sifat umum dapat dikategorikan atas beberapa macam yaitu umur, seks atau
jenis kelamin, kedudukan individu dalam masyarakat, pendidikan, masalah
rekreasi atau hiburan.
2. Faktor ekstern :
a. Faktor ekonomi, Dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
keadaan ekonomi-nya rendah.
b. Faktor agama, Dipengaruhi rendahnya pengetahuan agama.
c. Faktor bacaan, Dipengaruhi oleh bacaan/buku yang dibaca.
d. Faktor film, Dipengaruhi oleh film yang di saksikan.

D. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana

Hukum pidana memiliki fungsi ganda, yakni fungsi primer sebagai sarana
penanggulangan (sebagai bagian politik kriminal) dan fungsi sekunder sebagai sarana
pengaturan tentang kontrol sosial. Bertujuan untuk menemukan cara-cara
8

Abdul syani opcit hlm.44-52

memberantas tindak pidana setelah menemukan penyebab-penyebab dari suatu tindak
pidana, maka hasil dari penemuan itu digunakan untuk menemukan cara
pemberantasan dan pencegahannya. Maka di perlukanlah upaya secara preventif
maupun represif. Upaya preventif di lakukan sebelum terjadinya tindak pidana,
dengan cara menghimbau dan memberi peringatan akan bahaya dan hukuman apabila
melakukan tindak kriminal atau tindak pidana. Sedangkan upaya represif diterapkan
dengan cara pemidanaan.

Upaya Penanggulangan Tindak Pidana dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
peradilan pidana (SPP), atau disebut juga penanggulangan secara penal. Disamping
itu penanggulan lain dapat juga dilakukan dengan non sistem peradilan pidana atau
disebut juga non penal.

1. Sarana Penal

Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif bagi
pelanggar hukum atau pelaku kejahatan.Jadi upaya ini dilakukan setelah kejahatan
terjadi.

2. Sarana Non Penal

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif,
yaitu

upaya-upaya

pencegahan

terhadap

kemungkinan

kejahatan

yang

dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan.Meskipun demikian apabila pencegahan
diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pemberian pidana

terhadap pelaku kejahatan dapatlah di masukan kedalamnya, sebab pemberian
pidana juga dimaksudkan agar orangyang bersangkutan dan masyarakat pada
umumnya tidak melakukan tindak pidana.9

Upaya penanggulangan secara penal dilandasi oleh Pasal 10 KUHP khususnya
mengatur jenis-jenis hukuman, hukum pidana formal, maupun hukum pelaksaan
pidana yang dilaksanakan melalui sistem peradilan pidana. Sedangkan upaya
penanggulangan secara non penal, meliputi bidang-bidang yang sangat luas dalam
sektor kebijakan sosial untuk memperbaiki kondisi sosial.

Upaya penanggulangan Tindak Pidana sangat erat kaitannya dengan tujuan
pemidanaan. Didalam literaturnya Van Hammel menunjukan bahwa prevensi khusus
suatu pidana ialah :

1. Pidana harus memuat suatu unsur menakutkan supaya mencegah penjahat yang
mempunyai kesempatan untuk tidak melaksanakan niat buruknya.
2. Pidana harus mempunyai unsur memperbaiki terpidana.
3. Pidana mempunyai unsur membinasakan penjahat yang tidak mungkin diperbaiki.
4. Tujuan satu-satunya suatu pidana ialah mempertahankan tata tertib hukum.10

9

Barda Nawawi Arief. 1998. Kebijakan Hukum Pidana. Prenada Media Grup. Jakarta.
Andi Hamzah. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm.35

10

Pengertian mengenai tujuan pemidanaan juga diatur lebih rinci didalam rancangan
KUHP nasional :
1. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat.
2. Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan demikian menjadikannya orang yang
baik dan berguna.
3. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
4. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

E. Faktor yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum

Menurut Soerjono soekanto, yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam
penegakan hukum yaitu :

1. Faktor hukumnya sendiri
Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya adalah agar
undang-undang tersebut mempunyai dampak positif,artinya agar undang-undang
tersebut mencapai tujuannya secara efektif didalam kehidupan masyarakat.

2. Faktor penegak hukum
Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role).Seorang yang
mempunyai

kedudukan

tertentu

lazimnya

dinamakan

pemegang

peranan

(roleoccupant). Hak sebenarnya adalah wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat,
sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas

3. Faktor sarana atau fasilitas
Penegakan hukum tidak tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana
dan fasilitas. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan
yang cukup dan seharusnya.

4. Faktor masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian
didalam masyarakat. Oleh karena itu dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat
dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari
hukum yang berlaku. Nilai-nilai yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak
mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang dianggap buruk
(sehingga dihindari)11

11

Opcit Soerjono Soekanto hlm.8

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pembahasan dalam skripsi ini, penulis melakukan pendekatan secara yuridis normatif
dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif ialah yang mengkaji hukum tertulis
dari berbagai aspek yaitu teori, sejarah, filosofi,struktur dan komposisi, formalitas
dan kekuatan mengikat suatu undang-undang.1 Pendekatan yuridis normatif lebih
menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi
hukum, pandangan, dan doktrin-doktrin hukum,peraturan dan sistem hukum dengan
menggunakan data sekunder, di antaranya asas, kaidah norma dan aturan hukum yang
terdapat

dalam

peraturan

perundang-undangan

dan

peraturan

lainnyayang

berhubungan erat dengan penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, serta menelusuri
bahan pustaka yang mendukung akan skripsi ini sehingga dapat dilihat dan di pelajari
apa penyebab yang melatari perempuan dapat melakukan tindak pidana pembunuhan.

Pendekatan yuridis empiris ialah pendekatan yang dilakukan dengan meneliti secara
langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan hukuman yang di

1

Abdul Kadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti.Bandung hlm.155

jatuhkan kepada seorang perempuan tersebut apakah menimbulkan efek jera dan
berguna untuk kehidupan perempuan tersebut kedepannya atau sebaliknya.2

Pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris, di tujukan agar diperolehnya
sebuah kecermatan dan keakuratan dalam skripsi ini.Penelitian hukum normatifempiris (applied law research) adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau
implementasi ketentuan hukum normatif secara in actionpada setiap hukum tertentu
yang terjadi dalam masyarakat.

B. Sumber dan jenis data

Jenis data dilihat dari sumbernya, data yang di peroleh langsung dari masyarakat atau
lapangan, dan dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. Dalam skripsi ini penulis
menerapkan dua jenis data, yaitu :

a. Data Primer

Data Primer adalah sumber data yang di peroleh dari hasil studi lapangan dengan cara
wawancara dan kunjungan kepada Polresta Bandar Lampung sebagai lembaga
penegakan hukum. Semua akan di peroleh dengan cara wawancara dengan responden
yang berhubungan dengan langsung dengan masalah peniulisan skripsi ini.

2

Ibid hlm.155

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tak langsung dari studi kepustakaan
juga literatur-literatur yang mendukung dengan permasalahan yang ada dalam skripsi
ini. Jenis data sekunder dalam skripsi ini terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum yang memiliki kekuatan hukum mengikat seperti:
a. Undang-undang No.4 Tahun 1976 tentang KUHP
b. Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP
c. Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, yang kaitannya
dalam skripsi ini sebagai peraturan yang menjadi dasar perempuan melakukan
tindak pidana pembunuhan akibat adanya KDRT.

2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan yang berkaitan dan menjelaskan bahan hukum primer sehingga dapat
membantu dalam memahami dan menganalisa bahan hukum primer dan normanorma hukum yang dibahas dalam skripsi ini, seperti:
a. RUU KUHP
b. RUU KUHAP
c. PP No.4 Tahun 2006 tentang Pemulihan KDRT

3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder, yang terdiri dari kamus, literatur-literatur, artikel-artikel, atau
berita serta berbagai keterangan media massa sebagai pelengkap.

C. Penentuan populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang memiliki karakteristik yang
sama.3Adapun pendapat Burjhan Ashofa yang mengatakan bahwa populasi adalah
seluruh objek atau seluruh individu atau sejumlah gejala atau kejadian atau seluruh
unit yang diteliti.4Maka dalam hal ini yang menjadi populasi adalah Polri yang
bertugas di Polresta Bandar Lampung dan Dosen Fakultas Hukum Universitas
Lampung.

2. Sampel

Teknik penentuan sample yang penulis pakai dalam skripsi ini adalah metode
“proportional purposive sampling”, yaitu suatu metode pengambilan sampel
berdasarkan atas pertimbangan dan tujuan penulis yang telah ditetapkan.

3
4

Soerjono Soekanto Opcit hlm.72
Burjhan Ashofa hlm.44

Dalam penelitian ini diambil responden ialah :
1. Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandar Lampung

: 1 Orang

2. Narapidana perempuan Lapas Wanita kelas IIA
Bandar Lampung
3. Pegawai Lapas Wanita kelas IIA Bandar Lampung
Jumlah

: 2 Orang
: 3 Orang+
: 6 Orang

D. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data

1. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan (library research)

Dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan serangkaian
kegiatan berupa membaca, mencatat, mengutip buku-buku serta bahan-bahan dan
informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

b. Studi lapangan (field research)

Prosedur studi lapangan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer
yang dilakukan dengan metode wawancara (interview).

Wawancara dilakukan secara langsung dengan mengadakan tanya jawab untuk
mendapatkan keterangan atau jawaban yang bebas, sehingga hasil yang diperoleh
berupa data yang relevan yang diharapkan sesuai dengan permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan skripsi ini.

2. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh baik dari kepustakaan maupun dari lapangan kemudian
diproses, diteliti, dan disusun kembali secara seksama.Pengolahan data dilakukan
melalui kegiatan editingyaitu memeriksa kembali kelengkapan dan kebenaran data
yang di peroleh serta relevansinya bagi permasalahan dalam penelitian.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan data yang
dihasilkan dari lapangan ke dalam bentuk penjelasan, yakni mengenai responden.
Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui dan diperoleh kesimpulan secara induktif,
yaitu suatu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan
atas fakta-fakta yang bersifat khusus dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan
tersebut dapat diajukan saran-saran.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasar kepada hasil penelitian dan pembahasan yang penulis sampaikan pada babbab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan, yaitu :

1.

Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan melakukan tindak pidana
pembunuhan terdapat dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern) diri perempuan
sebagai pelaku tindak pidana pembunuhan. Faktor intern yang bersumber dari
dalam individu, seperti rasa kekecewaan yang mendalam terhadap korban,
emosional yang terakumulasi, adanya dendam pribadi serta kurangnya
pengetahuan dan keimanan seseorang.

Faktor eksternyang bersumber dari luar individu. Faktor inilah yang
mempengaruhi individu dimana lingkungan individu sebagai dasar individu
tersebut melakukan tindak pidanaya. Faktor ekstern seperti faktor ekonomi,
faktor bacaan dan tontonan, serta keaddan lingkungan yang memaksa seorang
perempuan

untuk

membela

dirinya.Didalam

lingkungan-lah

individu

mempelajari motif-motif pembunuhan yang dilakukan-nya. Selain itu media
informasi juga mempengaruhi individu secara luar.

2.

Upaya penanggulangan terhadap tindak pidana tersebut dilakukan secara
preventif oleh kepolisian seperti konseling yang dilakukan unit PPA Polresta
Bandar Lampung secara berkala dan berkesinambungan. Tidak hanya secara
preventif, upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan
oleh perempuan juga secara represif dengan sanksi penegakan hukum. Upaya
penanggulangan

ini

dilakukan

secara

penal

dan

non-penal.

Lembaga

pemasyarakatan juga turut berperan dalam menanggulangi tindak pidana
pembunuhan oleh perempuan yang telah terjadi, Lembaga pemasyarakatan
mengenal

dengan

istilah

pembinaan,

pembinaan

ini

bertujuan

untuk

mengembalikan perempuan pelaku tindak pidana pembunuhan tersebut agar
diterima dan berguna di masyarakat serta sebagai bekal untuk melanjutkan hidup
barunya dengan harapan tidak akan mengulanginya kembali.

1.

Faktor penghambat dalam penegakan hukum yang di alami oleh kepolisian
terdapat dalam proses penyidikan. Dalam upaya penanggulangan dengan
penyuluhan atau konseling juga ditemui penghambat seperti kurangnya daya
antusiasme masyarakat untuk mengikuti penyuluhan atau konseling. Faktor
penghambat juga ditemui di lembaga pemasyarakatan. Kurangnya sarana fasilitas
menghambat pembinaan-pembinaan yang dilakukan serta kurangnya tenaga
psikiater yang bertugas untuk membantu meringankan beban psikis dan traumatis
yang di alami oleh perempuan pelaku tidak pidana pembunuhan pada khususnya.

B. Saran

Saran-saran yang penulis berikan berdasarkan dari pembahasan adalah sebagai
berikut :

1.

Faktor intern merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi perempuan.
Perempuan harus lebih rasional dalam bersikap jangan menggunakan hati dan
perasaan dalam menghadapi sebuah permasalahan, walaupun tidak menyalahi
hakikat perempuan itu sendiri yang lebih menggunakan perasaan dalam
melakukan aktifitas kehidupannya. Melalui pengetahuan agama dan pendekatan
spiritual kepada tuhan yang maha esa dapat melatih diri untuk bersikap lebih
tenang dan mengenyampingkan emosional.
Keluarga dan lingkungan yang merupakan faktor ekstern harus disikapi secara
baik. Keluarga harus mendukung dan memberikan perhatian khususnya pada
anggota perempuan, karena perempuan ingin dimengerti. Media massa baik cetak
maupun elektronik harus menyiarkan produk media sebagai bahan tontonan
masyarakat yang positif, mengurangi unsur kekerasan. Peran pemerintah juga
sangat penting, pemerintah harus lebih selektif dalam meliindungi dan melayani
masyarakat.

2.

Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung harus lebih intens dalam melakukan
upaya penanggulangan secara non penal. Upaya secara non penal yang bersifat
mencegah sebelum terjadinya tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh
perempuan sangat baik, agar tidak ada kerugian yang tercipta. Upaya penal juga

harus lebih tegas dan tertata dengan baik, sesuai dengan prosedur yang diatur
dalam KUHP dan KUHAP. Sanksi hukum harus tetap di tegak-kan. Pembinaan
yang dilakukan oleh Lembaga pemasyarakatan harus di laksanakan secara baik
dengan harapan agar perempuan pelaku tindak pidana pembunuhan menyadari
kesalahan-nya dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
3.

Masyarakat khususnya perempuan, harus mendukung upaya penyuluhan yang
dilakukan kepolisian Resor Kota Bandar Lampung agar masyarakat mengerti
tentang sanksi dan hukuman yang akan di jatuhi apabila melakukan tindak pidana
pembunuhan. Penyidik harus lebih aktif dalam menyidik kasus pembunuhan
yang dilakukan oleh perempuan. Pemerrintah harus memberikan sarana dan
fasilitas yang mendukung guna penyidikan sampai pembinaan yang dilakukan
sebagai upaya penal agar tidak menghambat proses hukum yang berlaku.