Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive (Abu Sekam Padi, Abu Ampas Tebu Dan Fly Ash) Berdasarkan Spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI)

ABSTRAK
STUDI KUAT TEKAN BATU BATA MENGGUNAKAN BAHAN ADDITIVE
( ABU SEKAM PADI, ABU AMPAS TEBU DAN FLY ASH ) BERDASARKAN
SPESIFIKASI STANDAR NASIONAL INDONESIA ( SNI )

Oleh :
ABDURROHMANSYAH

Batu bata merupakan salah satu bahan material konstruksi yang sering dipakai untuk membangun
sebuah konstruksi, seperti gedung, pertokoan, maupun perumahan dan lain – lain. Batu bata
terbuat dari campuran tanah dan air. Pada penelitian ini proses pembuatan batu bata akan dicoba
mencampurkan tanah dengan bahan tambahan (additive) batu bata yaitu abu sekam padi, abu
ampas tebu dan fly ash (abu batu bara) untuk mengetahui seberapa besar manfaat limbah dari
bahan additive.
Sampel tanah yang digunakan merupakan jenis tanah lempung yang berasal dari Desa Yoso
Mulyo, Metro . Bahan additive yang digunakan adalah abu sekam padi yang berasal dari Desa
Yoso Mulya, Metro , abu ampas tebu (bagasse ash) yang berasal dari PT. Indo Lampung Perkasa
dan fly ash yang berasal dari PLTU Tarahan.
Hasil penelitian menujukkan bahwa pembuatan batu bata pasca bakar dengan menggunakan
penambahan abu sekam padi, abu ampas tebu dan fly ash sebagai bahan additive pada campuran
material pembuatan batu bata berpengaruh pada penambahan nilai kuat tekan, sehingga kekuatan

batu bata yang didapat pada penelitian ini cukup baik serta memenuhi standar yang ditetapkan
Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI).

Kata kunci : Batu bata, additive fly ash dan abu sekam padi, abu ampas tebu, kuat tekan

ABSTRACT
THE STUDY OF BRICK COMPRESSIVE STRENGTH USING ADDITIVE
MATERIALS (RICE HUSK ASH, BAGGASE ASH AND FLY ASH) BASED
ON INDONESIAN NATIONAL STANDARD SPESIFICATION

Oleh :
ABDURROHMANSYAH
Brick is one of construction materials of building, shopping complex, real estate etc. Brick is made
from the mixing of soil and water. In this study, the process of brick production will be tired by
mix the soil with additive materials such as rice husk ash, baggase ash and fly ash. It’s to know
how big the advantage of those additive materials and to compare the compressive strength
between conventional brick and the brick that have mixed with rice husk ash, baggase ash and fly
ash to get Indonesian National Standard for the strong and durable brick.
Clay was used as the soil sample in this study. The clay is from Yoso Mulyo Village, Metro. The
additive materials such as, rice husk ash is from Yoso Mulyo Village Metro, baggase ash is from

PT Indo Lampung Perkasa and the fly ash is from PLTU Tarahan.
The result of this study show that the production of brick after burned using additive materials
such as rice husk ash, baggase ash and fly ash, increase the compressive strength value. So, the
strength of the brick is good enough fulfilled the standard of Indonesian National Standard
Institution.

Keywords : Brick, additive fly ash and rice husk ash, baggase ash, compressive strength

STUDI KUAT TEKAN BATU BATA MENGGUNAKAN
BAHAN ADDITIVE ( ABU SEKAM PADI, ABU AMPAS TEBU
DAN FLY ASH ) BERDASARKAN SPESIFIKASI STANDAR
NASIONAL INDONESIA ( SNI )

Oleh

ABDURROHMANSYAH

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Teknik

Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Abdurrohmansyah lahir di Way Tebing, pada tanggal 16
Desember 1989, merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Ayub. dan Ibu Rohayah.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sukaraja
diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMPN 1
Sukaraja yang diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan
tingkat atas di SMKN 1 Gading Rejo yang diselesaikan pada tahun 2008. Dan
selanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Lampung dan terdaftar pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

(S1) melalui jalur Uji Mandiri.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil (HIMATEKS UNILA) 2010. Ditahun yang sama penulis juga aktif
di Organisasi Mahasiswa Teknik Cinta Alam (MATALAM). Kemudian pada
tahun 2013 penulis mengikuti Kerja Praktik selama tiga bulan pada Proyek
Pembangunan Fly Over Jalan Sultan Agung – Jalan Ryacudu Bandar Lampung.

Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk kedua orang tuaku tercinta
yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Bapakku Ayub.
Ibuku tercinta Rohayah.
Adikku Rodiyal Pramana
Minan Yuharni
Mamak Patruddin
Pawwo Ansor
Mawwo Kakak Bapak
Serta teman dan sahabatku.

I Kesabaran,

I Pengorbanan,
I Doa,
I Sukses.
(Abdurrohmansyah)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kuat
Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive (Abu Sekam Padi, Abu Ampas
Tebu dan fly Ash) Berdasarkan Spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI)”
ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana
Teknik Sipil Universitas Lampung ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini :
1.

Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama atas
waktu, saran, kritik, dukungan, dan kesabarannya selama proses bimbingan,

sehingga skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan juga membuat penulis
belajar arti disiplin dan kerja keras.

2.

Bapak Ir. Hadi Ali, M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas saran, kritik,
ilmu, dukungan. argumentasinya yang mendorong penulis untuk terus belajar

dan penulis yakin beliau melakukannya untuk membuat penulis menjadi
seseorang yang lebih baik..
3.

Bapak Setyanto, M.T., selaku Dosen Penguji, atas arahannya dalam
penyusunan skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

4.

Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung


5.

Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.

6. Seluruh Dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
7. Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung,
Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Riyadi, Mas Syaiful, Mas Budi dan Andi
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan
penelitian.
8. Seluruh karyawan di Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9. Ayahku Ayub., Ibuku Rohayah., Adikku Rodiyal Pramana., untuk cinta yang
tiada tara serta doa-doanya, dan keluarga besar yang telah memberikan cinta
dan kasih sayang serta dorongan material dan spiritual dalam menyelesaikan
kuliah di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
10. Teman-teman seperjuangan satu lingkup penelitian skripsi: Abdul Aziz Al
Hakim, Andrian Nico Hasan dan Dedi Setiawan yang telah saling membantu
dalam menyelesaikan penelitian ini.


11. Ibu Sulasmi “Ma’Can”, Teteh “Kantin Dini”, Ayu “somay”, dan “Kantin
Emak” yang telah seperti ibu bagi penulis selama di kampus. Terima kasih
untuk sajian makan siang, perhatian dan canda tawa yang diberikan.
12. Teman-teman luar biasa dan mengesankan: Akbar Prima Rifai, Septiadi Yota
Nugraha, Fuadil Umam Fauzi, Pratama Jagar, Dedi Setiawan, Hafidz Randi
(BoBo), Ferdinand Bembin, Randy Wahyuono, Yoga Trias Pratama, M.
Aqly, M. Juana, Eko Saputera, Akhmad Hastomo, Genta Insan Pranata, Intan
Purtiawati, Rendi Soesnandi, Arief Rahman, Masayu Mulya Utami, Emi
Desniati, Nur Syarifah Hasan, dan teman angkatan 2008 sebagai teman yang
selalu memberi pengarahan bagi penulis baik di dalam maupun di luar
kampus.
13. Adik-Adik tingkat: Sapto, Riko, Dian, Frans, Nay (Muber), Meivra, Jimmy,
Nopal, Pandu, Sulton, dan Fajar.
14. Keluarga besar Mahasiswa Pecinta Alam (MATALAM) yang mengajarkan
begitu banyak hal yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
penulis, untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini penulis mengharapkan saran
dan kritik dari semua pihak yang berkepentingan dengan topik ini. Penulis
berharap hasil dan penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang

memerlukan.
Bandar Lampung, 18 Juni 2015
Penulis

Abdurrohmansyah

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................

i

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................


v

I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang ..................................................................................
Rumusan Masalah .............................................................................
Batasan Masalah ...............................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................

1
4
5

6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah ................................................................................................
1. Pengertian Tanah .........................................................................
2. Klasifikasi Tanah .........................................................................
B. Tanah Lempung ...............................................................................
1. Definisi Tanah Lempung .............................................................
2. Jenis Mineral Lempung ................................................................
3. Sifat Tanah Lempung ..................................................................
4. Sifat Tanah Lempung Pada Pembakaran ....................................
C. Abu Sekam Padi ...............................................................................
D. Abu Ampas Tebu .............................................................................
E. Abu Batu Bara (fly ash) ...................................................................
F. Batu Bata ..........................................................................................
1. Definisi Batu Bata .......................................................................
2. Standar Batu Bata .......................................................................
3. Kegunaan dan Keuntungan Batu Bata ........................................
4. Tahapan atau Proses Pembakaran Batu Bata ..............................

8
8
9
14
14
14
16
17
18
19
20
22
22
22
26
27

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan Penelitian ...............................................................................
B. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Sekam Padi ......

28
29

ii

C. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Ampas Tebu .....
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Batu Bara
(fly ash) ............................................................................................
E. Pelaksanaan Pengujian .....................................................................
1. Pengujian Sampel Sifat Fisik Tanah ............................................
a. Pengujian Kadar Air (Moisture Content) .................................
b. Pengujian Berat Jenis (Specific Gravity)..................................
c. Pengujian Batas Atterberg ........................................................
d. Pengujian Berat Volume (Unit Weight) ...................................
e. Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analysis) ...........................
2. Pengujian Sampel Batu Bata ........................................................
a. Pengujian Kuat Tekan ..............................................................
b. Pengujian Daya Serap Air ........................................................
F. Urutan Prosedur Penelitian ..............................................................
1. Pencampuran Material Bahan .....................................................
2. Pencetakan Batu Bata ..................................................................
3. Pengeringan Batu Bata ................................................................
4. Pembakaran Batu Bata ................................................................
5. Pengujian Kuat Tekan .................................................................
G. Analisis Hasil Penelitian ..................................................................

30
31
32
32
32
33
34
36
37
38
39
39
40
40
40
40
41
41
41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Tanah Asli ..............................................................
1. Uji Analisa Saringan .....................................................................
2. Uji Berat Jenis ..............................................................................
3. Uji Batas – Batas Atterberg ..........................................................
4. Uji Kadar Air….…………… .......................................................
5. Uji Pemadatan Tanah ....................................................................
6. Klasifikasi Material Tanah ............................................................
B. Hasil Pengujian Kuat Tekan .............................................................
1. Uji Kuat Tekan Sebelum Pembakaran .........................................
2. Uji Kuat Tekan Pasca Pembakaran ...............................................
3. Perbandingan Uji Kuat Tekan Sebelum Dan Pasca Pembakaran .
4. Perbandingan Nilai Uji Kuat Tekan Pasca Pembakaran Dengan
Penelitian Terdahulu ...................................................................
5. Penyimpangan Baku/Standar Deviasi ...........................................
C. Uji serap Air .......................................................................................
D. Pengujian Berat Jenis ........................................................................
E. Pengujian Kadar Air ..........................................................................

44
45
45
46
46
46
46
48
48
49
51
52
54
57
58
59

V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

60
62

iii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem (Unified) ............................

11

Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Internasional .....................

13

Tabel 3. Kandungan Kimia Sekam Padi ......................................................

18

Tabel 4. Kandungan Kimia Abu Sekam Padi...............................................

19

Tabel 5. Kandungan Kimia Abu Ampas Tebu ..............................................

20

Tabel 6. Kandungan Kimia Bahan Fly Ash ..................................................

21

Tabel 7. Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah sesuai dengan
SII - 0021-78 ...................................................................................

24

Tabel 8. Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata sesuai
dengan SII-0021-78 .......................................................................

24

Tabel 9. Ukuran dan Toleransi ......................................................................

25

Tabel 10. Nilai Kuat Tekan ...........................................................................

26

Tabel 11. Hasil Uji Sampel Tanah Asli .........................................................

44

Tabel 12. Nilai Kuat Tekan Rata – Rata Sebelum Pembakaran ....................

48

Tabel 13. Nilai Kuat Tekan Rata – Rata Pasca Pembakaran ........................

50

Tabel 14. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Rata – Rata Sebelum
Pembakaran Dan Pasca Pembakaran ..........................................

51

Tabel 15. Perbandingan Nilai Kuat Tekan Rata – Rata Pasca
Pembakaran Dengan Penelitian Terdahulu .................................

53

Tabel 16. Nilai Kuat Tekan Sebelum Pembakaran Dengan Standar Deviasi

55

Tabel 17. Nilai Kuat Tekan Pasca Pembakaran Dengan Standar Deviasi ....

56

Tabel 18. Nilai Uji Serap Air Rata – Rata Pasca Pembakaran ......................

57

iv

Tabel 19. Hasil Pengujian Berat Jenis Setiap Campuran ..............................

58

Tabel 20. Hasil Pengujian Kadar Air Setiap Campuran ................................

59

iii

DAFTAR NOTASI

ω = Kadar Air
Gs = Berat Jenis
LL = Batas Cair
PI = Indeks Plastisitas
PL = Batas Plastis
q = Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan
Ww = Berat Air
Wc = Berat Container
Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven
Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n
W1 = Berat Picnometer
W2 = Berat Picnometer + Tanah Kering
W3 = Berat Picnometer + Tanah Kering + Air
W4 = Berat Picnometer + Air
Wci = Berat Saringan
Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan
Wai = Berat Tanah Tertahan
fc’ = Kuat Tekan yang Dipersyaratkan
SD = Standar Deviasi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur oleh Departemen
Pertanian Amerika Serikat (sumber : Das, 1993)......................

13

Gambar 2. Denah Lokasi ............................................................................

28

Gambar 3. Sampel Benda Uji Batu Bata ....................................................

30

Gambar 4. Bagan Alir Penelitian ................................................................

43

Gambar 5. Uji Analisa Saringan dan Hidrometri ........................................

45

Gambar 6. Diagram Plastisitas ...................................................................

47

Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Rata - Rata Sebelum Pembakaran ..............

49

Gambar 8. Grafik Kuat Tekan Rata - Rata Pasca Pembakaran ..................

50

Gambar 9. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Rata – Rata Sebelum
Pembakaran Dan Pasca Pembakaran ........................................

52

Gambar 10. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Rata – Rata Pasca
Pembakaran Dengan Penelitian Terdahulu .............................

53

Gambar 11. Grafik Kuat Tekan Sebelum Pembakaran Dengan
Standar Deviasi ......................................................................

55

Gambar 12. Grafik Kuat Tekan Pasca Pembakaran Dengan
Standar Deviasi ......................................................................

56

Gambar 13. Grafik Serap Air Rata – Rata Pasca Pembakaran ...................

58

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia, yang ditandai
dengan meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana dalam masyarakat
terutama di bidang pembangunan. Hal ini menyebabkan permintaan akan
bahan bangunan seperti batu bata semakin meningkat, batu bata itu sendiri
memiliki fungsi struktural dan non-struktural. Dalam fungsi struktural, batu
bata memilki arti sebagai penyangga atau pemikul beban pada konstruksi
bangunan gedung. Namun dalam proses pembuatan batu bata, para pengusaha
batu bata hanya menggunakan jenis tanah tertentu demi menjaga kualitas
produksi batu bata. Sehingga bahan dasar tanah sebagai bahan utama dalam
pembuatan batu bata lambat laun ketersediaannya semakin berkurang.
Pada bidang konstruksi, batu bata biasa dipakai sebagai penyangga atau
pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi perumahan dan
fondasi ataupun sebagai dinding pembatas dan estetika pada konstruksi
gedung tanpa memikul beban diatasnya.
Batu bata adalah batu buatan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa
campuran bahan additive yang melalui beberapa proses. Proses tersebut
meliputi pengeringan dengan cara dijemur dan kemudian dibakar dengan

2

temperatur tinggi dengan tujuan agar batu bata mengeras dan tidak hancur
jika terendam dalam air.
Pemanfaatan

bahan

limbah

yang

ramah

lingkungan

juga

perlu

dipertimbangkan sebagai bahan campuran batu bata. Untuk itu, peneliti
mencoba menggunakan bahan pencampur yang salah satunya adalah abu
sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash).
Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya
namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri
atas 50 % selulosa, 25 – 30 % lignin, dan 15 – 20 % silika (Ismail ,1996).
Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk
menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask).
Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu
400o – 500o C akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari
1.000o C akan menjadi silika kristalin.
Konversi sekam padi menjadi abu silika setelah mengalami proses
karbonisasi juga merupakan sumber pozzolan potensil sebagai SCM
(Supplementary Cementitious Material). Abu sekam padi memiliki aktivitas
pozzolanic yang sangat tinggi sehingga lebih unggul dari SCM lainnya seperti
fly ash, slag, dan silica fume.
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di
daerah beriklim tropis. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu

3

yang dihasilkan sebesar 90% dari setiap tebu yang diproses, gula yang
termanfaatkan hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air. (Johanes
Anton Witono dalam Nuraisyah Siregar, 2010).
Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane baggase) yang dihasilkan
masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp,
dan untuk bahan bakar boiler di pabrik gula. Abu ampas tebu (bagasse ash)
merupakan hasil perubahan kimiawi dari pembakaran ampas tebu murni
dalam boiler yang menjadi limbah. Hasil pembakaran dalam boiler ini
diperoleh abu ampas tebu yang menjadi limbah dan belum dapat
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Abu ampas tebu ini terdiri dari
garam-garam anorganik dan kaya akan silica (Si). Menurut penelitian
terdahulu, silica sangat potensial digunakan dalam bidang geoteknik terutama
dalam perkuatan tanah.
Abu batu bara (fly ash) mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO2) yang
dapat bersifat pozolan, alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3), dan kalsium
oksida (CaO), serta unsur tambahan lain seperti magnesium oksida (MgO),
titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), pospor
oksida (P2O5), dan karbon.
Di Lampung banyak terdapat limbah batubara (fly ash) yang diperoleh dari
pembakaran batubara yang dilakukan oleh PLTU Tarahan, Lampung. Sampai
saat ini belum banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
memanfaatkan limbah tersebut. Hal ini disebabkan karena limbah batubara
mencemari udara maupun lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan.

4

Selain itu bahan additive fly ash di Lampung masih sangat jarang
dimanfaatkan, dan banyak pula yang belum mengetahui sifat fisik dan
karakteristik serta hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas dari batu bata
yang menggunakan fly ash. Seperti kuat tekan suatu batu bata, dan seberapa
besar bahan additive fly ash dicampur dengan tanah yang diambil jenis atau
klasifikasi tanah lempung.

Berdasarkan penjelasan diatas, perlu dilakukan penelitian yang objektif
terhadap pembuatan batu bata menggunakan tanah yang bagi sebagian besar
pengusaha batu bata berkualitas buruk, dimana abu ampas tebu digunakan
sebagai campuran pada pembuatan batu batasehingga limbah abu ampas tebu
dari perusahaan gula tidak terbuang sia-sia, tetapi dapat menambah kekuatan
batu bata tersebut sehingga dapat menghasilkan batu bata dengan kualitas
yang baik yang dapat dijadikan pilihan alternatif oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui kekuatan
yang dihasilkan batu bata yang ditambah dengan kadar campuran abu sekam
padi, abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash) dengan presentase campuran
yang berbeda-beda. Dengan pencampuran abu sekam padi, abu ampas tebu
dan abu batu bara (fly ash) sebagai bahan additive dapat diamati perubahan
nilai kuat tekan batu bata biasa dengan batu bata yang telah diberi bahan
additive. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa abu sekam padi, abu
ampas tebu dan abu batu bara (fly ash) dapat menambah kualitas batu bata

5

sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif dalam pembuatan batu
bata.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, yaitu :
1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah liat yang diambil dari
Desa Yoso Mulya, Kecamatan Metro.
2. Bahan pencampur yang digunakan adalah abu sekam padi yang berasal
dari Desa Yoso Mulya, Metro. Bahan pencampur abu ampas tebu
(bagasse ash) yang berasal dari PT. Indo Lampung Perkasa. Dan bahan
pencampur abu batu bara (fly ash) berasal dari PLTU Tarahan, Lampung.
3. Batu bata yang digunakan adalah batu bata merah yang sesuai dengan
persyaratan SNI yang berlaku.
4. Pengujian yang dilakukan di laboratorium untuk sampel tanah liat
meliputi pengujian kadar air, berat jenis, batas-batas Atterberg, analisa
saringan, dan berat volume.
5. Pencampuran dengan abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara
(fly ash) menggunakan kadar tertentu dari berat total sampel yang
kemudian diuji untuk memperoleh kadar abu ampas tebu optimum untuk
campuran batu bata.
6. Pengujian batu bata yang menggunakan bahan campuran abu sekam padi,
abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash) meliputi uji kuat tekan.
7. Menjelaskan dan menerangkan cara pembuatan batu bata yang
ditambahkan bahan tambahan abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu
batu bara (fly ash).

6

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah liat di Desa Yoso Mulyo Kota
Metro.
2. Untuk mengetahui nilai kuat tekan batu bata yang menggunakan bahan
additive abu sekam padi.
3. Untuk mengetahui nilai kuat tekan batu bata yang menggunakan bahan
additive abu ampas tebu.
4. Untuk mengetahui nilai kuat tekan batu bata yang menggunakan bahan
additive abu batu bara (fly ash).
5. Untuk membandingkan kekuatan batu bata biasa dengan batu bata yang
ditambah dengan bahan additive campuran abu sekam padi, abu ampas
tebu dan abu batu bara (fly ash).
6. Untuk membandingkan kuat tekan antara ketiga batu bata yang ditambah
dengan campuran abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara
(fly ash).
7. Menghasilkan batu bata yang memiliki kualitas yang baik yang dapat
menjadi alternatif pilihan industri batu bata.

7

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :
1. Produsen industri batu bata dapat memanfaatkan limbah abu sekam padi,
abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash) sebagai bahan campuran
penguat alternatif dalam pembuatan batu bata.
2. Hasil penelitian yang didapat bisa dijadikan sebagai bahan acuan,
pembanding, dan pertimbangan bagi masyarakat dalam memproduksi
batu bata dengan kualitas yang lebih baik.
3. Mengetahui nilai kuat tekan dari batu bata yang menggunakan bahan
additive abu sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

1. Pengertian Tanah
Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang
berlangsung di muka daratan

bumi di bawah pengaruh faktor-faktor

lingkungan yang bekerja selama waktu yang sangat panjang dan morfologi
tertakrifkan (Schroeder,1984). Tanah adalah suatu sistem bumi, yang
bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alami dan atmosfer,
menjadi inti fungsi, perubahan, dan kemantapan ekosistem. Namun
demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh
antropogen (Notohadiprawiro, 1999). Menurut pendekatan geologi (Akhir
abad XIX), tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolit (lapisan partikel halus).
Menurut pendekatan pedologi (Dokuchaev 1870), tanah adalah bahan padat
(mineral atau organik) yang terletak di permukaan bumi, yang telah dan dan
sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.

9

Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral,
bahan padat organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas batuan
dan mineral primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder.
Bahan padat organik terdiri atas sisa tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup
penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai
zat terlarut sehingga disebut juga larutan tanah.

2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompokkelompok dan sub kelompok berdasarkan pemakaiannya.
Sistem klasifikasi tanah memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan
secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang
terperinci.
Klasifikasi tanah juga berfungsi untuk study yang lebih terperinci mengenai
keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan
sifat teknis seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan
sebagainya (Bowles, 1989).
a.

Klasifikasi tanah berdasarkan Unified system
Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan
teknik pondasi seperti untuk bendungan, bangunan dan konstruksi yang
sejenis. Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara dan
untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan. Klasifikasi berdasarkan
Unified system (Das. Braja. M, 1988), tanah dikelompokkan menjadi :

10

1.

Tanah butir kasar (Coarse-grained-soil) yaitu tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no.
200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S.
G adalah untuk kerikil (gravel) dan S untuk pasir (sand) atau tanah
berpasir.

2.

Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih
dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no. 200. Simbol dari
kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt)
anorganik, C untuk lempung (cly) anorganik, dan O untuk lanau
organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk tanah
gambut (peat), muck,dan tanah-tanah lain dengan kadar organik
yang tinggi.

3.

Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau, dan sisa tumbuhtumbuhan yang terkandung di dalamnya. Klasifikasi tanah
berdasarkan sistem Unified dapat dilihat pada Tabel 1.

11

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified System

Kerikil berlanau, campuran
kerikil-pasir-lanau

GC

Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Pasir bergradasi-baik , pasir
berkerikil, sedikit atau sama
sekali tidak mengandung butiran
halus

Kerikil dengan
Butiran halus

Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit
atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus

GM

Pasir bersih
(hanya pasir)

GP

SW

SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir
berkerikil, sedikit atau sama
sekali tidak mengandung butiran
halus

SM

Pasir berlanau, campuran pasirlanau

SC

Pasir berlempung, campuran
pasir-lempung

ML

Lanau anorganik, pasir halus
sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung

CL

Lempung anorganik dengan
plastisitas rendah sampai dengan
sedang lempung berkerikil,
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean
clays)

Tanah-tanah
dengan
kandungan organik sangat
tinggi
Sumber : Hary Christady, 1996.

OL

Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan
plastisitas rendah

MH

Lanau anorganik atau pasir halus
diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai dengan
tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanahtanah lain dengan kandungan
organik tinggi

Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kurang dari 5% lolos saringan no.200: GM,
GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
saringan No.200 : Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel

GW

Nama Umum
Kerikil bergradasi-baik dan
campuran kerikil-pasir, sedikit
atau sama sekali tidak
mengandung butiran halus

Pasir
dengan butiran
halus

Kerikil bersih
(hanya kerikil)

Simbol

Lanau dan lempung batas cair ≥ 50% Lanau dan lempung batas cair ≤ 50%

Kerikil 50%≥ fraksi kasar
tertahan saringan No. 4
Pasir≥ 50% fraksi kasar
lolos saringan No. 4

Tanah berbutir halus
50% atau lebih lolos ayakan No. 200

Tanah berbutir kasar≥ 50% butiran
tertahan saringan No. 200

Divisi Utama

Kriteria Klasifikasi
Cu = D60 > 4
D10
Cc =

(D30)2
Antara 1 dan 3
D10 x D60

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GW
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI < 4
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI > 7
Cu = D60 > 6
D10
Cc =

Bila batas
Atterberg berada
didaerah arsir
dari diagram
plastisitas, maka
dipakai dobel
simbol

(D30)2
Antara 1 dan 3
D10 x D60

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
SW

Batas-batas
Bila batas
Atterberg di
Atterberg berada
bawah garis A
didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Atterberg di
dipakai dobel
bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang
di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan
dua simbol.
60
50

CH

40

CL

30

Garis A
CL-ML

20
4

ML

0 10

20

30

ML atau OH

40 50

60 70 80

Batas Cair LL (%)
Garis A : PI = 0.73 (LL-20)

Manual untuk identifikasi secara visual dapat
dilihat di ASTM Designation D-2488

12

b.

Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Ukuran
Sistem klasifikasi ini di dasarkan pada keadaan permukaan tanah yang
bersangkutan, sehingga dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah dalam
tanah. Klasifikasi ini sangat sederhana di dasarkan pada distribusi ukuran
tanah saja. Pada klasifikasi ini tanah dibagi menjadi kerikil (gevel), pasir
(sand), lanau (silt) dan lempung (clay) (Das,1993).
Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur oleh departemen pertanian amerika
serikat dapat dilihat pada Gambar 1.
Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur dikembangkan oleh
Departemen Pertanian Amerika dan klasifikasi internasional yang
dikembangkan oleh Atterberg. Tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran
tiap-tiap butir yang ada dalam tanah. Pada umumnya tanah asli
merupakan campuran dari butir-butir yang mempunyai ukuran yang
berbeda-beda. Sistem ini relatif sederhana karena hanya didasarkan pada
sistem distribusi ukuran butiran tanah yang membagi tanah dalam
beberapa kelompok, yaitu :
Pasir

: Butiran dengan diameter 2,0–0,05 mm.

Lanau

: Butiran dengan diameter 0,05–0,02 mm.

Lempung

: Butiran dengan diameter lebih kecil dari 0,02 mm.

Klasifikasi tanah berdasarkan sistem internasional dapat dilihat pada
Tabel 3.

13

100 0
10

e le

70
Lempung

60

40

50

50

Lempung
berlanau

Lempung
berpasir

Tanah liat
berlempung
30 Tanah liat
dan lempung berpasir

20
Tanah liat

Pasir berpasir
bertanah
Pasir
liat

0
100 90 80 70

Tanah
liat

60

Tanah liat
dan lempung
berlanaur

u
na

40

10

30

e la

Pro
sen
tas

2
0

80

tas
sen
Pro

mp
un
g

90

70
80

Tanah liat
berlanau

90
Lanau

60 50 40 30
Prosentase pasir

20 10

0100

Gambar 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Tekstur oleh Departemen
Pertanian Amerika Serikat (sumber : Das, 1993).

Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Internasional
No.

Nama

Ukuran Butiran (mm)

1

Pasir kasar

2,0–0,63

2

Pasir medium

0,63–0,20

3

Pasir halus

0,20–0,063

4

Debu kasar
Debu medium
Debu halus

0,063–0,020
0,020–0,0063
0,0063-0,0020

5

Lempung/liat kasar
Lempung/liat medium
Lempung/liat halus

0,002-0,00063
0,0063-0,0002
< 0,0002

Sumber : M. Isa Darmawijaya (1997)

14

B. Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai
dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi
penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan
bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung
bersifat lengket dan s angat lunak (Das, 1995).
Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang
terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan
dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling
mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masingmasing unsur kimia belum tentu sama. Tanah lempung merupakan partikel
mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini
merupakan sumber

utama dari kohesi di dalam tanah yang kohesif

(Bowles, 1991).
2. Jenis Mineral Lempung
a. Kaolinite
Kaolinite merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu hidrus
alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Kekokohan sifat
struktur dari partikel kaolinite menyebabkan sifat-sifat plastisitas dan daya
pengembangan atau menyusut kaolinite menjadi rendah.
b. Illite
Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanah dan
merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite dipakai untuk

15

tanah berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus.
Rumus kimia illite adalah KyAl2(Fe2Mg2Mg3)
c. Montmorilonite
Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut
yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada
keadaan

kering.

Rumus

kimia

montmorilonite

adalah

Al2Mg(Si4O10)(OH)2 xH2O.
d. Vermiculite adalah suatu mineral alami yang memperluas dengan aplikasi
memanaskan. Rumus kimia vermiculite adalah Mg3Si4O10(OH)2xH2O.
e. Attapulgite koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah
yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk
meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus,
mempunyai pH antara 7,0-9,5.
f. Ball clay (Tanah liat Peluru/Bola) adalah sedimentary tanah liat
kaolinitic, yang biasanya terdiri dari 20-80% kaolin, 10-25% mika, 665% kwarsa.
g. Bentonite terbentuk dari abu vulkanik. Unsur kimianya adalah
(Na,Ca)0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2·(H2O).

Sifat

materialnya

tidak

menyerap air.
h. Fire clay adalah semacam spesifik tanah liat yang digunakan di dalam
pembuatan keramik, terutama bata tahan api.
i. Kaolin adalah suatu mineral tanah liat, bagian dari kelompok mineral
industri, dengan komposisi kimia Al2Si2O5(Oh)4.
j. Smectite dengan rumusan kimia (AlMg)4 Si8 O20 (OH)10).
k. Chlorite dengan rumusan kimia (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-x Alx (OH)10.

16

3. Sifat Tanah Lempung
Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya
dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi,
kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi
tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi di
atasnya.
Mineral lempung merupakan senyawa alumunium silikat yang kompleks
yang terdiri dari satu atau dua unit dasar, yaitu silica tetrahedral dan
alumunium octahedral. Silicon dan alumunium mungkin juga diganti
sebagian dengan unsur lain yang disebut dengan substitusi isomorfis. Sifatsifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut (Hardiyatmo,
1999) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,0002 mm.
b. Permeabilitas rendah.
c. Kenaikan air kapiler tinggi.
d. Bersifat sangat kohesif.
e. Kadar kembang susut yang tinggi.
f. Proses konsolidasi lambat.
Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi
oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih
besar pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum daripada
yang dipadatkan pada basah optimum. Lempung yang

dipadatkan

pada kering optimum relatif kekurangan air, oleh karena itu lempung ini
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meresap air sebagai

17

hasilnya adalah sifat mudah mengembang (Hardiyatmo, 1999).
Selain itu juga lempung mempunyai sifat thixotrophy, yaitu tanah yang
mengalami kehilangan kekuatan setelah diremas, kemudian akan dapat
kembali sebagian dari kekuatan yang hilang itu, ini disebabkan karena
adanya air terserap (absorb water) di sekeliling permukaan dari partikel
lempung
.
4. Sifat Tanah Lempung Pada Pembakaran
Tanah Lempung yang dibakar akan mengalami perubahan seperti berikut:
1.

Pada temperatur ± 150ºC, terjadi penguapan air pembentuk yang
ditambahkan dalam tanah lempung pada pembentukan setelah menjadi
paving block mentah.

2.

Pada temperatur antara 400ºC - 600ºC, air yang terikat secara kimia dan
zat-zat lain yang terdapat dalam tanah lempung akan menguap.

3.

Pada temperatur diatas 800ºC, terjadi perubahan-perubahan Kristal dari
tanah lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi poripori sehingga paving block menjadi padat dan keras.

4.

Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil
dan umumnya mempengaruhi warna paving block.

5.

Tanah lempung yang mengalami susut kembali disebut susut bakar.
Susut bakar diharapkan tidak menimbulkan cacat seperti perubahan
bentuk melengkung, pecah-pecah dan retak. Tanah lempung yang sudah
dibakar tidak dapat lagi menjadi tanah lempung atau liat oleh pengaruh
udara maupun air.

18

C.

Abu Sekam Padi
Selama pembakaran sekam padi menjadi abu, zat-zat organik akan hilang dan
meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Selain itu, perlakuan panas pada silika
dalam sekam padi manghasilkan perubahan struktural yang berpengaruh pada
dua hal yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butir abunya. Secara
umum faktor suhu, waktu dan lingkungan pembakaran harus dipertimbangkan
dalam proses pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu yang mempunyai
tingkat reaktivitas maksimal. Karena sekam padi mengandung senyawa organik
berupa lignin dan chetin, selullosa hemiselullosa, senyawa nitrogen, lipida,
vitamin B dan asam organik, (Ismail. 1996). Sedangkan senyawa anorganik
yang terkandung didalam sekam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Kimia Sekam Padi
Kandungan Kimia
H2O
Crude Protein
Crude Fat
Ekstrak Nitrogen Bebas
Crude Fiber
Abu
Pentosan
Sellulosa
Lignin
Sumber : Ismunadji, 1988.

Persentase (%)
2,40 - 11,35
1,70 – 7,26
0,38 – 2,98
24,70 – 38,79
31,37 – 49,92
13,16 – 29,04
16,94 – 21,95
34,34 – 43,80
21,40 – 46,97

Setelah mengalami proses pembakaran, senyawa-senyawa seperti sellulosa,
hemisellulosa, dan asam organik akan berubah menjadi CO2 dan H2O. Abu
halus yang dihasilkan dari proses pembakaran sekam padi berwarna keputihputihan sebanyak 13,16% - 29,04%. Hasil pembakaran tersebut mengandung
silika sebagai komponen utamanya, dimana kandungan silika ini mencapai

19

86,9% - 97,3% basis kering (Ismail. 1996). Komponen yang terkandung dalam
abu sekam padi terlihat pada Tabel 4

Tabel 4. Kandungan Kimia Abu Sekam Padi
Kandungan Kimia
H2O
Crude Protein
Crude Fat
Ekstrak Nitrogen Bebas
Crude Fiber
Abu
Pentosan
Sellulosa
Lignin
Sumber : Ismail. 1996.

Persentase (%)
2,40 - 11,35
1,70 – 7,26
0,38 – 2,98
24,70 – 38,79
31,37 – 49,92
13,16 – 29,04
16,94 – 21,95
34,34 – 43,80
21,40 – 46,97

D. Abu Ampas Tebu
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah
beriklim tropis. Dalam proses produksi di pabrik gula, ampas tebu yang
dihasilkan sebesar 90% dari setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaatkan
hanya 5%, sisanya berupa tetes tebu (molase) dan air. (Johanes Anton Witono
dan Nuraisyah Siregar, 2010).

Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar cane baggase) yang dihasilkan
masih terbatas untuk makanan ternak, bahan baku pembuatan pupuk dan untuk
bahan bakar boiler di pabrik gula. Abu ampas tebu (bagasse ash) merupakan
hasil perubahan kimiawi dari pembakaran ampas tebu murni dalam boiler yang
menjadi limbah. Hasil pembakaran dalam boiler ini diperoleh abu ampas tebu
yang menjadi limbah dan belum dapat dimanfaatkan secara luas oleh

20

masyarakat. Senyawa kimia yang terkandung dalam abu ampas tebu dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Kimia Abu Ampas Tebu
Kandungan Kimia
Persentase (%)
SiO2
70,97
A12O3
0,33
Fe2O3
0,36
K2O
4,82
Na2O
0,43
MgO
0,82
C5H8O4
22,27
Sumber : Hasil Analisa No.4246/LT AKI/XI/99 oleh Team Afiliansi
dan Konsultasi Industri ITS Surabaya
E.

Abu Batu Bara (Fly Ash)
Abu batu bara

atau abu terbang (fly ash) merupakan bagian dari sisa

pembakaran batu bara yang berbentuk partikel halus amorf dan abu tersebut
merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari perubahan bahan mineral
(mineral matter) karena proses pembakaran.
Fly ash merupakan residu mineral dalam butir halus yang dihasilkan dari
pembakaran batu bara yang dihaluskan pada suatu pusat pembangkit listrik. Fly
ash terdiri dari bahan inorganik yang terdapat di dalam batu bara yang telah
mengalami fusi selama pembakarannya. Partikel-partikel fly ash yang terkumpul
pada presipator elektrostatik biasanya berukuran silt (0.074-0.005 mm). Bahan
ini terutama terdiri dari silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), dan
besi oksida (Fe2O3). Kandungan kimia bahan fly ash dapat dilihat pada Tabel 6.

21

Tabel 6. Kandungan Kimia Bahan (Fly Ash)
Kandungan Kimia

Persentase (%)

Silika

51,82

Alumina

30,98

Hematid

4,93

Kapur

4,66

Magnesium

1,52

Sulfat

1,51

Carbon Content

1,52

Total Alkali

1,42

Sumber : http://www.indonesiapower.co.id/jlbara.htm
Menurut ASTM C 618 ada dua kelas Fly ash, yaitu kelas F dan kelas C.
1.

Kelas F

: fly ash (abu terbang) yang dihasilkan dari pembakaran
batubara jenis antrasit dan bituminous.

2.

Kelas C

: fly ash (abu terbang) yang dihasilkan dari pembakaran
batubara jenis lignite dan subbtuminous.

Sebenarnya fly ash tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen,
namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus, oksida silika yang
dikandung di dalam abu batubara akan bereaksi secara kimia dengan kalsium
hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan akan menghasilkan zat
yang memiliki kemampuan yang mengikat (Djiwantoro, 2001).
Partikel fly ash kebanyakan berbentuk seperti butiran kaca, padat, berlubang,
berbentuk bola kosong berlubang yang disebut cenosphere, atau berbentuk
bulatan yang sedikit mengandung fly ash disebut plerospheres. Butiran fly ash
sangat halus (silt size 0,074 – 0,005 mm) dan sebagian besar lolos ayakan no.
325 (45 mm) sehinngga cocok sebagai pozzolan pada beton. Fly ash yang

22

dikumpulkan dengan cara elektrik akan mempunyai ukuran butiran yang lebih
halus, kandungan kimia yang lebih tinggi dan unsur karbon yang lebih kecil
dibanding dengan yang dikumpulkan secara mekanik. Fly ash memiliki berat
jenis antara 2,15 – 2,8 g/cm3. Berat jenis ini umumnya ditentukan dari total berat
unsur-unsur kimia yang dikandung dan besarnya volume bola-bola yang
terbentuk (Cockrell et al, 1970).

F.

Batu Bata
1. Definisi Batu Bata
Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan
konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau
tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti
menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur
tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu
setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.
(Ramli, 2007)
Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang
dibuat oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut
hanya dapat dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaanpengerjaan kimia. (Djoko Soejoto dalam Nuraisyah Siregar, 2010)
2. Standar Batu Bata
Standardisasi merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu acuan penting dari
sebuah industri di suatu negara. Salah satu contoh pentingnya standardisasi
dari sebuah industri adalah standardisasi dalam pembuatan batu bata.

23

Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO) merupakan proses
penyusunan dan pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara teratur demi keuntungan dan kerjasama semua pihak yang
berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan
secara optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan
persyaratan keamanan. (Suwardono, 2002)
Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 dan SII-0021-78
meliputi beberapa aspek seperti :
a. Pandangan Luar
Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku,
bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan
bentuk yang berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warnanya
seragam, dan berbunyi nyaring bila dipukul.
b. Ukuran
Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan Dana
Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran
standar untuk bata merah sebagai berikut :
(1) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm
(2) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm
Sedangkan standar ukuran batu bata menurut SII-0021-78 yang terlihat
pada Tabel 7 (Randy Wahyuono, 2013).

24

Tabel 7. Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah sesuai dengan SII0021-78
Modul

Tebal (mm)

Lebar (mm)

Panjang (mm)

M-5a

65

90

190

M-5b

65

140

220

M-6

55

110

220

Sumber: SII-0021-78 (Randy Wahyuono, 2013)

Penyimpangan ukuran maksimum batu bata yang diperbolehkan dalam
SII-0021-78 (Randy Wahyuono,2013 ), dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata sesuai
dengan SII-0021-78
Kelas

Penyimpangan Ukuran
Maksimum (mm)
M-5a M-5b dan M-6
Tebal

Lebar

Panjang

25

2

3

5

50

2

3

5

100

2

3

4

150

2

2

4

200

2

2

4

250

2

2

4

Sumber : SII-0021-78 (Randy Wahyuono, 2013)
Penyimpangan ukuran standar batu bata terbesar yang diperbolehkan
dalam SII-0021-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum, lebar
maksimum 4%, dan tebal maksimum 5%. Sedangkan selisih antara batu
bata berukuran maksimum dengan batu bata berukuran minimum yang
diperbolehkan, yaitu untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 mm.

25

Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 (Randy
wahyuono, 2013) :
a. Sifat Tampak
Batu bata harus berbentuk persegi, mempunyai rusuk-rusuk