STUDY KEKUATAN PASANGAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN MENGUNAKAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI

(1)

STUDI KEKUATAN PASANGAN BATU BATA PASCA

PEMBAKARAN MENGGUNAKAN BAHAN

ADDITIVE

ABU SEKAM PADI

Oleh :

DIDIK HANDOKO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

STUDY KEKUATAN PASANGAN BATU BATA PASCA PEMBAKARAN

MENGUNAKAN BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI

Oleh : Didik Handoko

Batu bata merupakan material konstruksi bangunan yang ramah lingkungan, memiliki sifat kuat tekan yang baik, dapat menahan beban dalam batasan tertentu, dan mudah dalam pekerjaan pemasangan. Batu bata terbuat dari campuran tanah, air. Pada penelitian ini proses pembuatan Batu bata akan dicoba mencampurkan tanah dengan abu sekam padi untuk mengurangi pemakaian bahan aslinya dan meningkatkan kuat tekan dengan tujuan mencapai spesifikasi SNI Batu bata. Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari daerah Seputih Mataram, Lampung Tengah. Dengan Variasi kadar campuran yang digunakan adalah 5%, 10%,15%, dan 20% Abu sekam padi, 5% Abu sekam padi dan sisanya adalah 95% tanah, begitu juga untuk campuran yang lain. Dengan waktu pengeringan 7 hari serta dan perlakuan pembakaran serta tanpa pembakaran untuk sampel Batu bata. Berdasarkan hasil pengujian fisik tanah asli, Unified system mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah berbutir halus dan termasuk ke dalam kelompok CL.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pembuatan Batu bata pasca bakar dengan menggunakan campuran 5%abu sekam padi + 95%tanah memenuhi SNI Batu bata untuk material bangunan. Secara umum penambahan bahan Abu sekam padi pada tanah tidak meningkatkan sifat fisik dan mekanik tanah secara signifikan.Untuk nilai kuat tekan Batu bata tanpa pembakaran dan dengan proses pembakaran paling baik ditunjukkan pada penambahan kadar campuran 5% - 10%, yaitu 101,93 kg/cm2 – 108,85 kg/cm2


(3)

ABSTRACT

STUDY THE POWER SPOUSE POST BURNING BRICK MATERIAL USING RICE HUSK ASH ABDITIEVIED

by :

Didik Handoko

Brick building construction material that is environmentally friendly , has good compressive strength properties , can withstand load within certain limits , and easy in installation work . The bricks are made from a mixture of soil , water . In this study the process of making bricks will try mixing the soil with rice husk ash to reduce the use of original materials and increasing compressive strength with the goal of achieving SNI specifications Bricks .

Soil samples were tested in this study are derived from clay Seputih Mataram ,Lampung Tengah . Variations in levels of the mixture used was 5 % , 10 % , 15 % , and 20 % ash rice husk , rice husk ash 5 % and the rest is the percentage of land with 7 - 14 days drying time and with treatment and without burning burning Bricks sample . Based on the results of physical testing native soil , soil samples Unified system classifies as fine-grained soil and included in the CL group . The results showed that after the fuel manufacturing bricks using a mixture of 5 % rice husk ash + 95 % soil meets SNI bricks for building materials . In general, the addition of rice husk ash material on the ground does not improve the physical and mechanical properties of soil signifikan. The compressive strength bricks without burning and the burning process are best shown in the addition of a mixture of levels 5 % - 10 % .it this 101,93 kg/cm2 – 108,85 kg/cm2


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR NOTASI ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanah ... 6

B. Klasifikasi Tanah ... 7

C. Tanah Lempung ... 10

D. Abu Sekam Padi ... 16

E. Batu Bata ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Penelitian ... 25

B. Metode Pengambilan Sampel ... 25

C. Metode Pencampuran Sampel... 26

D. Pelaksanan Pengujian... 27

E. Pengujian Sifat Fisik Tanah ... 28

a. Uji Kadar Air... 28

b. Uji Berat Jenis... ... 28

c. Uji Batas Atterberg ... 28

d. Uji Berat Volume ... 29

e. Uji Analisa Saringan ... 29


(9)

F. Urutan Prosedur Penelitian ... 30

G. Analisis Hasil Penelitian. ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Tanah Asli. ... 35

B. Klasifikasi Tanah Asli. ... 38

C. Pengujian Batu Bata Campuran. ... 40

D. Pengujian Kuat Tekan ... 40

a. Uji Kuat Tekan Sebelum Pembakaran ... 40

b. Uji Kuat Tekan Pasca Pembakaran ... 42

c. Uji Berat Jenis Campuran. ... 45

E. Perbandingan Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Tanah Yang Sama dengan Campuran Berbeda. ... 49

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA


(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu bata merupakan salah satu bahan yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat umum untuk bahan kontruksi bangunan. Ini dapat diketahui dari banyaknya masyarakat yang membuat home industry batu bata untuk memproduksi batu bata. Batu bata biasa dipakai untuk kontruksi sipil dalam membangun perumahan, bangunan gedung, dinding penahan, pagar, dan aplikasi bangunan teknik sipil yang lain. Batu bata pada umumnya memiliki fungsi non struktur. fungsi non struktur, batu bata biasanya digunakan pada pembangunan gedung yaitu sebagai dinding penyekat ruangan dan dapat sebagai nilai keindahan dan estetika.

Oleh karena meningkatnya pembangunan perumahan dan gedung di Indonesia saat ini mengakibatkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat, salah satu bahan bangunan yang sangat diperlukan yaitu batu bata sebagai bahan pembuatan dinding rumah.


(11)

Pemanfatan batu bata dalam kontruksi sipil perlu peningkatan produksi dan kualitas bahan material batu bata sendiri (bahan dasar lempung atau tanah liat) dengan di tambah bahan lain. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mencampur bahan utama dengan abu sekam padi yang merupakan limbah yang berasal dari sisa pembakaran sekam padi.

Batu bata adalah batu buatan yang terbuat dari bahan dasar tanah liat dengan atau tanpa bahan campuran lain, yang dicetak lalu dikeringkan beberapa hari, setelah itu dibakar dengan suhu yang sangat tinggi sehingga mengeras. Dalam pembuat batu bata bisa dilakukan dengan atau tanpa bahan tambahan tergantung terhadap tanah liat yang di pakai.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang objektif terhadap masalah ini, yaitu pembuatan batu bata dari tanah liat di campur dengan bahan tambahan yaitu abu sekam padi, dimana telah diketahui bahwa abu sekam padi banyak mengandung zat silika yang dihasilkan dari proses pembakaran sekam padi dengan penambahan bahan tambahan diharapkan dapat meningkatkan kekuatan batu bata dan penghematan bahan utama yaitu tanah liat, karena semakin lama ketersediyaan bahan utama pembuatan batu bata semakin berkurang dan terbatas ketersediyaanya.


(12)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penambahan abu sekam padi dalam pembuatan batu bata dapat mempegaruhi dan meningkatkan kuat tekan dan sifat fisik tanah pada batu bata.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Tanah liat bahan baku berasal dari desa Sumber Agung di kecamatan Seputih Mataram Lampung Tengah.

2. Bahan campuran yang digunakan adalah abu sekam padi berasal dari sisa pembakaran sekam padi yang berasar dari desa Rukti Harjo Kampung Baru Kec.Seputih Raman.

3. Pengujian dilakukan di laboratorium untuk tanah liat.

4. Jinis batu bata yang diteliti adalah batu bata tradisonal jenis batu bata.

5. Pencampuran abu sekam padi menggunakan kadar tertentu dari berat total sampel yang kemudian diuji untuk memperoleh kadar abu ampas padi optimum untuk campuran batu bata.

6. Menjelaskan dan menerangkan cara pembuatan batu bata yang di tambahkan bahan tambahan abu sekam padi.


(13)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Pemanfaatan limbah abu sekam padi yang digunakan untuk pembuatan batu bata.

2. Membandingkan kekuatan batu bata biasa dengan batu bata campuran abu sekam padi.

3. Mengetahui sifat-sifat fisik tanah liat di desa Sumber Agung kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah.

4. Mengetahui nilai kuat tekan batu bata yang menggunakan campuran abu sekam padi.

5. Mencari salah satu bahan alternatif campuran pembuatan batu bata yaitu abu sekam padi .

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapar memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan para produsen industry batu bata dapat mengurangi bahan utama pembuaatan batu bata dan dapat memanfaatkan limbah abu sekam padi sebagai bahan penguat dalam pembuatan pembuatna batu bata.

2. Hasil penelitian ini dapat menghasilkan batu bata yang berkualitas yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi.


(14)

3. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang cara pembuatan dan mengetahui kekuatan batu bata yang terbuat dari campuran dan abu sekam padi.


(15)

II. Tinjauan Pustaka

A. Pengertian Tanah

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu yang sangat panjang, dan mewujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (Schroeder,1984). Selain itu tanah dalam arti lain yaitu semua bahan,organik,dan anorganik,yang ada di atas lapisan batuan tetap (I.S Dunn dkk,1992).

Bahan tanah tersusun atas empat komponen, yaitu bahan padat mineral, bahan padat organik, air, dan udara. Bahan padat mineral terdiri atas bibir batuan dan mineral primer, lapukan batuan dan mineral, serta mineral sekunder. Bahan padat organik terdiri atas sisa dan rombakan jasad, terutama tumbuhan, zat humik, dan jasad hidup penghuni tanah, termasuk akar tumbuhan hidup. Air mengandung berbagai zat terlarut sehingga disebut juga larutan tanah.


(16)

B. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya.(Das, 1995).

Sistem klasifikasi tanah memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terperinci.

Klasifikasi tanah juga berfungsi untuk study yang lebih terperinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).

Adapun sistem klasifikasi tanah tersebut sebagai berikut :

1. Klasifikasi tanah berdasarkan Unified system

Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan teknik pondasi seperti untuk bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis. Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara dan untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan. Klasifikasi berdasarkan Unified system (Das. Braja. M, 1988), tanah dikelompokkan menjadi :

1. Tanah butir kasar (Coarse-grained-soil) yaitu tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos


(17)

ayakan no. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) dan S untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.

2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no. 200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (cly) anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck,dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.

3. Tanah organik yang dapat dikenal dari warna, bau, dan sisa tumbuh-tumbuhan yang terkandung di dalamnya.


(18)

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta na h be rb ut ir ka sa r≥ 5 0% bu tir an te rt ah an sari n g an N o . 2 0 0 K er ik il 50 % ≥ fra ksi k asar te rt ah an sari n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il

) GW

Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % lo lo s sari n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s s ar in g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % 1 2 % l o lo s sari n g an N o .2 0 0 : B at as an k la si fi k as i y an g mem p u n y ai s im b o l d o b el

Cu = D60 > 4

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60 GP

Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u

s GM

Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI > 7

Pa si r≥ 5 0% fr ak si k as ar lo lo s sari n g an N o . 4 P asi r b er si h ( h an y a p as ir ) SW

Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Cu = D60 > 6

D10

Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3

D10 x D60 SP

Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI < 4

Bila batas

Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung

Batas-batas

Atterberg di bawah garis A atau PI > 7

Ta n ah b er b u ti r h al u s 5 0 % at au l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La na u da n le m pu ng b at as ca ir ≤ 50 % ML

Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

60

50 CH

40 CL

30 Garis A

CL-ML

20

4 ML ML atau OH 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Batas Cair LL (%)

Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL

Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung

berlanau, lempung “kurus” (lean clays)

OL

Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La na u da n le m pu ng b at as ca ir ≥ 50 % MH

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis

CH

Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung

“gemuk” (fat clays)

OH

Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi

Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488 Sumber : Hary Christady, 1996.


(19)

C. Tanah Lempung

1. Definisi Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan s angat lunak (Das, 1995).

Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah dipengaruhi oleh nilai

Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda (Marindo, 2005 dalam Afryana, 2009).

Tanah lempung merupakan partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi di dalam tanah yang kohesif (Bowles, 1991).


(20)

1. Jenis Mineral Lempung

a. Kaolinite

merupakan anggota kelompok kaolinite serpentin, yaitu hidrus alumino silikat dengan rumus kimia Al2 Si2O5(OH)4. Kekokohan

sifat struktur dari partikel kaolinite menyebabkan sifat-sifat plastisitas dan daya pengembangan atau menyusut kaolinite

menjadi rendah. b. Illite

Illite adalah mineral bermika yang sering dikenal sebagai mika tanha dan merupakan mika yang berukuran lempung. Istilah illite

dipakai untuk tanah berbutir halus, sedangkan tanah berbutir kasar disebut mika hidrus. Rumus kimia illite adalah KyAl2(Fe2Mg2Mg3)

c. Montmorilonite

Mineral ini memiliki potensi plastisitas dan mengembang atau menyusut yang tinggi sehingga bersifat plastis pada keadaan basah dan keras pada keadaan kering. Rumus kimia montmorilonite

adalah Al2Mg(Si4O10)(OH)2 xH2O.

d. Vermiculite

adalah suatu mineral alami yang memperluas dengan aplikasi

memanaskan. Rumus kimia vermiculite adalah


(21)

e. Attapulgite

koloid aktif adalah magnesium alumunium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya. Berupa serbuk sangat halus, mempunyai pH antara 7,0-9,5.

2. Sifat Tanah Lempung

Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi di atasnya.

Tanah lempung adalah tanah yang mempunyai partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur air dan dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila

dibakar akan menjadi padat dan kuat (Grim, 1953 dalam Darmady,

2009).

Tanah lempung (liat) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara lain : ( Daryanto, 1994)

a. Plastisitas

Plastisitas atau keliatan tanah liat ditentukan oleh kehalusan partikel – partikel tanah liat. Kandungan plastisitas tanah liat bervariasi. Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya.


(22)

Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah liat dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.

b. Kemampuan bentuk

Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah liat dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.

c. Daya Suspensi

Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan butiran – butiran tanah liat berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya suspensi (menghablur) sehingga butiran – butiran tanah liat tetap melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.


(23)

d. Penyusutan

Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (stelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran tanah liat menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah liat sejak dibentuk, dikeringkan sampai sibakar. Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah liat earthenware sebaiknya antara 10% - 15%.

Tanah liat yang terlalu plastis pada umumnya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.

e. Suhu bakar

Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah liat tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah liat akan mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600oC, dengan hilangnya air pembentuk dari bahan benda.


(24)

f. Warna Bakar

Warna bakar tanah liat dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah liat disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu – abu sampai hitam mengandung zat arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh oksida besi (Fe).Perubahan warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan.

3. Sifat Tanah Lempung Pada Pembakaran

Tanah Lempung yang dibakar akan mengalami perubahan seperti berikut: 1 Pada temperatur ± 150ºC, terjadi penguapan air pembentuk yang

ditambahkan dalam tanah lempung pada pembentukan setelah menjadi batu bata mentah.

2 Pada temperatur antara 400ºC - 600ºC, air yang terikat secara kimia dan` zat-zat lain yang terdapat dalam tanah lempung akan menguap. 3 Pada temperatur diatas 800ºC, terjadi perubahan-perubahan Kristal

dari tanah lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi pori- pori sehingga batu bata menjadi padat dan keras.

4 Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil dan umumnya mempengaruhi warna batu bata.


(25)

5 Tanah lempung yang mengalami susut kembali disebut susut bakar. Susut bakar diharapkan tidak menimbulkan cacat seperti perubahan bentuk (melengkung), pecah-pecah dan retak. Tanah lempung yang sudah dibakar tidak dapat kembali lagi menjadi tanah lempung atau liat oleh pengaruh udara maupun air.

D. Abu Sekam Padi

Sekam padi merupakan salah satu limbah dari produk pertanian. Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang menjadi hasil sampingan saaat proses penggilingan padi dilakukan sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam padi yang dihasilkan saat sekam tersebut dibakar. Sekam padi mengandung abu yang mempunyai kandungan silica yang tinggi dan selulosa yang menghasilkan karbon ketika terdekomposisi secara termal.

Abu sekam padi adalah hasil sisa dari pembakaran sekam padi, Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia karena produksi pertanian yang tinggi dan penyebaran yang luas. Untuk menghasilkan

abu sekam padi yang bagus pada saat pembakaran suhu harus terkontrol,

sehingga menghasilkan abu sekam padi yang mengandung silika. Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan zat sisa yang kaya akan silika.

Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan


(26)

silika.Komposisi kimia abu sekam padi adalah SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, Na2O, MgO, K2O, dan H2O.

E. Batu Bata

1. Difinisi Batu Bata

Batu bata merah adalah suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (NI-10,SII-0021-78)

Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperature tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-pengerjaan kimia (Djoko Soejoto, 1954).

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan. Bata merah merupakan suatu


(27)

unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan kontruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah liat atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi apabila direndam dalam air. Menurut Frick (1980), bata merah merupakan hasil industri rumah yang dilakukan oleh rakyat menggunakan bahan-bahan dasar seperti lempung, sekam padi dan air.

Batu bata mempunyai sifat-sifat fisika sebagai berikut (Van Flack, 1992) :

1. Merupakan senyawa logam dan non logam.

2. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan/atau ikatan kovalen. Adanya ikatan ionik ini menyebabkan bahan keramik mempunyai stabilitas yang relatif tinggi dan tahan terhadap perubahan fisika dan kimia yang ekstrim.

3. Pada umumnya keramik bersifat isolator.

4. Keramik seperti batubata lainnya bersifat isolator karena memiliki elektron bebas yang sedikit bahkan tidak ada. Elektron-elektron ini berbagi dengan atom-atom yang berdekatan membentuk ikatan kovalen atau perpindahan electron valensi dari kation ke anion membentuk ikatan ion.

5. Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi.

Modulus ini menyatakan tingkat kekakuan atau tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan regangan elastis.


(28)

Keramik umumnya dianggap material yang getas dan tidak ulet. Sebelum dan sesudah perpatahan, deformasi plastis yang dialami mikrostruktur hanya sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Kekuatan keramik pada tegangan kompresi sangat baik, sehingga pada perancangan barang-barang keramik diusahakan agar pemakaian gaya bersifat kompresif . Sebaliknya kekuatan tarik keramik tidak menyolok bahkan rendah karena pengaruh cacat permukaan.

2. Setandar Batu Bata

Standarisasi merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu acuan penting dari sebuah industri di suatu Negara. Standar ukuran batu bata di Indonesia berdasarkan Y.D.N.I (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-1991 menetapkan suatu ukuran bata merah sebagai berikut :

a. Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 25 mm

b. Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm

Penyimpangan yang diijinkan oleh standar tersebt untuk panjang adalah 3%, untuk lebar adalah maksimum 4%, sedangkan untuk tebal adalah maksimum 5% .Sedangkan ukuran standar batu bata menurut SII -0021-78 yaitu :


(29)

Tabel 2. Kelas modul batu bata SII – 0021 - 78

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang(mm)

M-5a 65 90 190

M-5b 65 140 220

M-6 55 110 220

Sumber dari SII-0021-78

Penyimpangan ukuran maksimum batu bata yang diperbolehkan dalam SII-0021-78, adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata sesuai dengan SII-0021-78

Kelas Penyimpangan Ukuran Maksimum (mm)

M-5a dan M-5b M-6

Tebal Lebar Panjang Tebal Lebar Panjang

25 50 100 150 200 250 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 5 5 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 5 5 4 4 4 4


(30)

Penyimpangan ukuran standar batu bata terbesar yang diperbolehkan dalam SII-0021-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum, lebar maksimum 4%, dan tebal maksimum 5%. Sedangkan selisih antara batu bata berukuran maksimum dengan batu bata berukuran minimum yang diperbolehkan, yaitu untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 mm. Seiring perkembangan zaman, batu bata yang beredar dipasaran memiliki ukuran yang bervariasi, seperti contohnya batu bata yang mempunyai ukuran 5 cm x 10 cm x 20 cm.

Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 meliputi beberapa aspek seperti :

a. Sifat Tampak

Batu bata harus berbentuk ptisma segi empat panjang, menpunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisanya harus datar, tidak menunjukan retak-retak.

b. Ukuran dan Toleransi

Standar batu bata merah di Indonesia oleh BSN (Badan Standar Nasional) nomor 15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran standar untuk batu bata merah sebagai berikut :

Tabel 4 .Ukuran Batu Bata Berdasarkan SNI 15-2094-2000

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang(mm)

M-5a 65±2 90±3 190±4


(31)

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang(mm)

M-6a 52±3 110±4 230±4

M-6b 55±3 110±6 230±5

M-6c 70±3 110±6 230±5

M-6d 80±3 110±6 230±5

Sumber : SNI 15-2094-2000

c. Kuat Tekan

Besarnya kuat tekan rata-rata dan koevisien variasi yang diijinkan untuk bata merah pasangan dinding sesuai yaitu :

Table 5.Nilai Kuat Tekan

Kelas Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata

Kg/cm2 N/mm2

Koefisien Variasi Izin

50 50 5,0 22 % 100 100 10 15 % 150 150 15 15 %

Sumber : (SNI 15-2094-2000)

3. Kegunaan dan Keuntungan Batu bata

Keberadaan batu bata disaat ini banyak mendantangkan keuntungan yang dimilikinya. Batu bata memiliki banyak kegunaan diantaranya sebagai bahan bangunan yang berkualitas dalam pembuatan bangunan


(32)

sipil, seperti gedung, dinding penahan, rumah, dan lain-lain. Penggunaan batu bata memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

a. Dapat diproduksi secara massal

b. Dapat diaplikasikan pada pembangunn gedung dengan tanpa memerlukan keahlian khusus.

c. Pada kondisi pembebanan yang normal batu bata dapat digunakan selama masa-masa pelayanan dan batu bata tidak mudah rusak. d. Batu bata memiliki nilai estetika yang unik terutama jika didesain

dengan pola dan warna yang indah.

e. Perbandingan harganya lebih rendah dibanding dengan jenis batu bata konvensional yang lain.

f. Pemasangannya cukup mudah dan biaya perawatannya pun murah. g. Dengan adanya lubang ditengah membuat proses pembakaran lebih

sempurna, dan lebih cepat.

4. Tahapan atau Proses Pembakaran Batu bata

Pembakaran Batu bata dapat dilakukan dengan menyusun batu bata secara bertingkat dan bagian bawah tumpukan itu diberi terowongan untuk kayu bakar. Bagian samping tumpukan di tutup dengan batu bata setengah matang dari proses pembakaran sebelumnya atau batu bata yang sudah jadi. Sedangkan bagian atasnya ditutup dengan batang padi dan lumpur tanah liat.


(33)

Saat kayu bakar telah menjadi bara menyala, maka bagian dapur atau lubang tempat pembakaran tersebut di tutup dengan lumpur tanah liat. Tujuanya agar panas dan semburan api selalau mengangah dalam tumbukan bata. Proses pembakaran ini memakan waktu 1 hari tergantung jumlah batu bata yang dibakar.

Proses ini ditata sedemikian rupa di atas tungku pembakaran, memakai kulit sekam padi untuk membakar batu bata ini. Saat musim hujan, proses pembakaran batu bata itu juga memerlukan waktu lebih lama dibanding sebelumnya.


(34)

`

III. METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) yang berasal dari desa Sumber Agung Kecamatan Seputih Mataram Lampung tengah

2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi. Pengambilan Abu sekam padi diambil dari industri pabrik padi di kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah.

3 Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung

B. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer.

Pipa ditekan perlahan-lahan sampai kedalaman 50 cm, kemudian diangkat ke permukaan sehingga terisi penuh oleh tanah dan ditutup dengan plastik agar terjaga kadar air aslinya. Sampel yang sudah diambil ini selanjutnya


(35)

digunakan sebagai sampel untuk pengujian awal, dimana sampel ini disebut tanah tidak terganggu. Sedangkan pengambilan sampel tanah untuk tanah terganggu, dilakukan dengan cara penggalian menggunakan cangkul dan dimasukan kedalam karung.

Abu sekam padi diperoleh dari industri pembuatan batu bata di desa Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman Lampung Tengah. Pengambilan abu sekam padi dilakukan dengan mengunakan cangkul dan ember dimasukan didalam karung plastik.

C. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Sekam Padi

Metode pencampuran untuk masing-masing prosentasi abu sekam padi adalah :

1 Abu sekam padi di campur dengan sampel tanah yang telah tertahan saringan no.200 (0.075 mm) dengan variasi prosentase abu sekam padi antara lain 5%, 10%,15% dan 20% masing-masing sebanyak 5 sampel dengan kadar campuran yang berbeda-beda.

2 Pencampuran sampel dengan cara mengaduk tanah dengan abu sekam padi yang dicampur dalam wadah dengan memberi penambahan air. Sampel tanah memiliki kumulatif berat 100%, maka variasi campuran pertama abu sekam padi dan 5% terdiri dari 95% tanah, variasi campuran kedua abu sekam padi 10% dan tanah 90%,dan variasi campuran ketiga abu sekam padi 15% dan tanah 85%, dan variasi campuran ketiga yaitu 20% abu sekam padi dan 80% tanah.


(36)

3 Tanah yang sudah tercampur dengan abu sekam padi siap untuk dicetak di cetakan batu bata, lalu diperam selama 14 hari, dibakar selama 2x24 jam dan pengujian porositas air selama 1 hari.

D. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung. Adapun pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Antara lain : a. Pengujian Kadar Air

b. Pengujian Berat Jenis c. Pengujian Batas Atterberg d. Pengujian Berat Volume e. Pengujian Analisa Saringan

2 Melakukan pengujian kuat tekan dan porositas air terhadap batu bata dengan komposisi campuran material tanah, dan abu sekam padi dengan kadar tertentu untuk mendapatkan kadar dan abu sekam padi optimum, nilai porositas dan kuat tekan optimum batu bata.

Pada pengujian ini setiap sampel tanah dibuat campuran dengan kadar abu sekam padi 5%, 10%,15% dan 20% sebanyak 5 sampel dengan dilakukan masa pemeraman 7 hari lalu, pembakaran selama 2x24 jam dan pengujian porositas air selama 1 hari untuk sebagian sampel, sebagian sampel lagi diuji kuat tekannya.


(37)

E. Pengujian Sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat fisik tanah sangat berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan yang diharapkan dari tanah. Kekuatan dan kekokohan pendukung, kapasitas penyimpanan air, plastisitas, semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Hal ini berlaku apabila tanah akan dijadikan sebagai bahan struktural dalam pembangunan rumah, bendungan,pagar dan pondasi untuk sebuah gedung atau untuk suatu sistem pembuangan limbah. Pengujian sifat fisik tanah dilakukan berdasarkan Standar PB 0110 – 76 atau ASTM D-4318.

a. Uji Kadar Air

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering.

Cara Kerja berdasarkan ASTM D-2216.

b. Uji Berat Jenis

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang lolos saringan No. 200 dengan menggunakan labu ukur.

Cara kerja berdasarkan ASTM D -854.

c. Uji Batas Atterberg

1) Batas Cair (Liquid Limit)

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.


(38)

2) Batas Plastis (Plasic limit)

Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat.Cara kerja berdasarkan ASTM D 4318.

d. Uji Berat Volume

Sesuai dengan ASTM D-2937, pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah dalam keadaan asli (undisturb sample), yaitu perbandingan antara berat tanah dan volume tanah.

e. Uji Analisa Saringan

Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).

f. Uji Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan pada batu bata adalah untuk mendapatkan besarnya beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata. Alat uji yang digunakan adalah mesin desak. Pengujian ini dapat dilakukan dengan meletakkan benda uji pada alat uji dimana dibawah dan diatas benda uji diletakkan pelat baja kemudian jalankan mesin desak dan dicatat gaya tekan maksimumnya. Kuat tekan batu bata dihitung dengan menggunakan persamaan :

Kuat tekan = P L

Dimana :

P = beban hancur dengan satua (KN) L = Luas bidang tekan (cm ²)


(39)

F. Urutan Prosedur Penelitian

Pencampuran material bahan Sebelum pencampuran material bahan tana htelah diuji sifat fisik tanahnya dan hasilnya sebagai berikut :Dari hasil pengujian percobaan kadar air, berat jenis, batas atterberg, berat volume dan analisis saringan untuk tanah asli ( 0 % ) digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah Unified Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli (0%), grafik hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan nilai kadar air kondisi optimum

Data pengujian pemadatan berupa grafik hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan kadar air kondisi optimum untuk sampel tanah asli yang distabilisasi abu sekam padi dan .

Setelah mengetahui data uji diatas maka, Campuran dapat dibuat dengan langkah menyiapkan bahan-bahan terlebih dahulu, seperti tanah lempung yang telah diuji sifat fisik tanahnya, dan abu sekam padi. Kemudian menentukan komposisi masing-masing bahan campuran ke dalam kontainer/wadah baru kemudian memasukan air kedalam campuran tersebut.

1. Pencetakan Batu Bata

Setelah campuran teraduk dengan rata kurang lebih 3 x 24 jam, maka batu bata dapat dicetak. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian bahan yang telah dicampur ditaruh pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan sampai bahan memenuhi segala sudut ruangan pada


(40)

bingkai cetakan. Pada proses pencetakan ini cetakan yang dipergunakan yaitu cetakan persegi panjang. Dan pencetakan yang lain yaitu dengan mengunakan mesin press cetak batu bata,yaitu dengan cara memasukan adunan bahan yang sudah di diamkan selama kurang lebih 3 x 24 jam, kedalm mesin cetak press.

2. Pengeringan Batu Bata

Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu satu hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya dua hari.

3. Pembakaran Batu Bata

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari bahan campuran tersebut. Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang


(41)

dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu. Proses pembakaran dilakukan 2x24 jam setelah itu dilakukan proses pengujian porositas air sebagian sampel dan sebagian sampel dilakukan uji kuat tekan.

G. Analisis Hasil Penelitian

Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari :

1. Hasil yang didapat dari pengujian sampel tanah asli ( 0 % ) ditampilkan dalam bentuk tabel dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah unified.

2. Dari hasil pengujian terhadap masing-masing campuran dengan kadar abu sekam padi setelah waktu pemeraman ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian.

3. Pencampuran abu sekam padi, pada sampel tanah lempung dan hasil pengujian setelah pengeringan 14 hari pada perubahan nilai dari parameter pengujian batas – batas atterberg dan pengujian berat jenis sebagai berikut:

a. Dari hasil pengujian berat jenis didapatkan hasil pengujian yang di tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, dengan cara membandingkan nilai berat jenis sampel pada masing-masing perilaku. Dari tabel dan grafik nilai berat jenis tersebut maka akan didapatkan penjelasan perbandingan antara pengaruh masing-masing sampel yang komposisi berbeda terhadap nilai berat jenisnya.


(42)

b. Dari hasil pengujian batas cair dan batas plastis (batas

atterberg)didapatkan hasil pengujian yang di tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, dengan cara membandingkan nilai batas cair dan batas plastis sampel pada masing-masing prilaku. Dari tabel dan grafik nilai batas cair dan batas plastis tersebut.

c. Dari hasil pengujian kuat tekan didapatkan hasil pengujian yang ditampilkan bentuk tabel dan grafik kuat tekan rata-rata batu batadari komposisi masing-masing.

4 Dari seluruh analisis hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.

Pengambilan sampel tanah asli dan persiapan peralatan


(43)

Pembuatan Benda Uji

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4

Tahan 95 % Abu sekam padi 5%

Tahan 90% Abu sekam padi

10%

Tanah 85% Abu sekam padi

15%

Tanah 80% Abu sekam padi

20%

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

Pengujian tanah asli : Kadar Air Berat Jenis Batas Atterberg

Berat volume Analisa Saringan

selesai Pengujian :

Porositas Air

(dilakukan perendaman selama 24 jam)

Hasil penelitian Kesimpulan dan saran Penganginan selama 7-14 hari

Pengujian : Kuat Tekan Pembakaran selama 2x24 jam

Pengujian : Berat Jenis Pengujian :


(44)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahaasan yang telah dilakukan terhadap batu bata dengan bahan dasar tanah yang bersumber dari Seputih Mataram, Lampung Tengah, serta bahan additive abu sekam padi, maka diperoleh beberapa kesimpulan :

1. Penggunaan campuran tanah dan Abu sekam padi sebagai bahan additive

pembuatan batu bata dengan material tanah mampu memberikan nilai kuat tekan yang baik secara keseluruhan batu bata pada penelitian ini memenuhi standar SNI batu bata kelas 100.

2. Hasil perbandingan antara batu bata murni dan batu bata campuran penambahan 5%,10%,15% dan 20% kadar campuran tanah dan abu sekam padi dengan prilaku pasca pembakaran menunjukan hasil yang bagus terlihat dari nilai kuat tekan yang bertambah masuk dalam kelas SNI batu bata.

3. Sampel tanah yang digunakan dalam penilitian ini berasal dari daerah Seputih Mataram, Lampung Tengah. Berdasarkan sistem klasifikasi


(45)

Unified (USCS) tanah ini digolongkan tanah berbutir halus dan termasuk kedalam kelompok CL yaitu tanah lempung anorganik dengan plastisitas rendah.

4. Nilai kuat tekan batu bata penambahan 5% - 10% kadar campuran tanah dan abu sekam padi dengan prilaku pasca pembakaran menunjukan peningkatan nilai kuat tekan di bandingkan dengan batu bata tanah murni 100% .

5. Abu sekam padi dapat dijadikan bahan arternative penambahan campuran dalam pembuatan batu bata, berpengaruh pada sifat tanah yang digunakan pada penelitian ini, yang menbuat nilai kuat tekan batu bata meningkat di bandingkan batu bata murni dengan tanah yang berkualitas tidak bagus.


(46)

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya mengenai pembuatan batu bata menggunakan tanah dengan bahan additive abu sekam padi disarankan beberapa hal di bawah ini untuk dipertimbangkan :

1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran abu sekam padi dengan tanah perlu diteliti lebih lanjut untuk pembuatan batu bata dengan tanah dari daerah lain dengan menggunakan campuran yang berbeda sehingga akan diketahui nilai nyata terjadinya perubahan akibat pengaruh penambahan abu sekam padi.

2. Diperlukan ketelitian yang tinngi pada proses pengujian sifat fisik tanah agar memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan yang diperlukan, serta ketelitian pada saat proses pencampuran dan pencetakan batu bata agar memperoleh hasil yang baik.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kadar campuran yang lebih bervariasi untuk mengetahui nilai optimum kuat tekan yang dapat dihasilkan oleh batu bata dari tanah dengan campuran abu sekam padi dengan campuran bahan additive tidak lebih dari 20 % .

4. Perlu disosialisasikan pemanfaatan limbah abu sekam padi sebagai produk yang bermanfaat namun aman bagi lingkungan bagi pelaku industri batu bata.

5. Peneliti sabaiknya melakukan tahap penelitian yang benar seperti kadar air optimum, pemadatan dan lainya yang berkaitan dengan penelitian.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta

Badan Standardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-4164-1996 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Dinding Pasangan Bata Merah Di Laboratorium. Jakarta

Badan Standardisasi Nasional. 2000. Standar Nasional Indonesia Nomor 15-2094-2000 tentang Bata Merah Pejal Untuk Pasangan Dinding. Jakarta

Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. Penerbit Erlangga. Jakarta

Das, Braja. M. 1995. Mekanika Tanah. (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid II. Erlangga. Jakarta

Gesang, S. Dan Hartono, J.M.V. 1979. Teknologi Bahan Bangunan Bata dan Genteng, Balai Penelitian Keramik. Bandung

Frick, Heinz. 1990. Ilmu Kontruksi Bangunan . Yogyakarta : Kanisius

Fluck, Van. 1992 . Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu logan dan Bukan Logam), Edisi kelima, Penerbit Erlangga. Jakarta

Schroeder, 1984. Justice within social dilemmas. Personality and Social Psychology Review

http://axzx.blogspot.com. 2008. Proses Pembentukan Tanah Liat, PPG Kesenian Jogja

Bembin,Ferdinand. 2013. Studi Kekuatan Pasangan Batu Bata Pasca

Pembakaran Menggunakan Bahan Additive Abu Ampas Tebu. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung


(48)

Nurmalia, Dini. 2013. Pengaruh Tanah Terhadap Kekuatan Paving Block Pasca Pembakaran. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung

Siregar, Nuraisyah. 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu dan Tanah Liat Pada Pembuatan Batu Bata. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suwardono. 2002. Mengenal Pembuatan Bata, Genteng Berglasir. VC, YramaWidya. Bandung.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung


(49)

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Test By : Didik Handoko

Judul : STUDI KEKUATAN PASANGAN BATU BATA Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN Ir. Hadi Ali, M.T.

BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI Sampel : Tanah Asli

Date Test

Sievering ( Wet/ Dry ) Berat benda uji Semula

4 4.75 0 0.00 0.00 100.00

10 2 1.72 0.35 0.35 99.65

20 0.85 17.57 3.54 3.89 96.11

30 0.6 15.47 3.12 7.01 92.99

40 0.43 29.82 6.01 13.03 86.97

60 0.25 19.67 3.97 16.99 83.01

80 0.18 21.55 4.35 21.34 78.66

100 0.15 2.17 0.44 21.78 78.22

120 0.125 0.16 0.03 21.81 78.19

200 0.075 0.16 0.03 21.84 78.16

PAN 0 387.51 78.16 100.00 0.00

JUMLAH 495.8

Catatan

Klasifikasi Tanah : Lempung

Persentase Tertahan di Saringan ( % )

Persentase Komulatif

( % )

Persentase Lolos ( % ) SIEVE ANALYSIS SIEVE ANALYSIS Nomor Saringan Ukuran Partikel (mm)

Berat Tertahan di Saringan (gram) 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

0.01 0.1 1 10

P e rs e n ta se L o lo s (% )

Diameter Saringan (mm)

Grafik Analisis Saringan


(50)

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Test By : Didik Handoko

Judul : STUDI KEKUATAN PASANGAN BATU BATA Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN Ir. Hadi Ali, M.T.

BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI Sampel : Tanah Asli

No.

1 Nomor cawan A B

2 Berat cawan Wc (gr) 9.74 7.88

3 Berat cawan + TanWcs (gr) 53.40 48.61

4 Berat cawan + TaWds (gr) 46.92 42.65

5 Berat Air Ww=Wcs-Wds (gr) 6.48 5.96

6 Berat Tanah KerinWs=Wds-Wc (gr) 37.18 34.77

7 Kadar Air (ω) ( % ) 17.43 17.14

8 Kadar Air Rerata ( % )

KADAR AIR

Keterangan Sampel

17.28

KADAR AIR

100% x Ws Ww ) ( Air


(51)

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Test By : Didik Handoko

Judul : STUDI KEKUATAN PASANGAN BATU BATA Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN Ir. Hadi Ali, M.T.

BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI Sampel : Tanah Asli

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.92 35.82

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 54.34 52.25

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 96.53 95.20

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 18.42 16.43

6 B = W4 - W1 (gram) 49.50 49.62

7 C = W3 - W2 (gram) 42.19 42.95

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.520 2.463

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS Sample 2.492 BERAT JENIS ) 2 3 ( ) 1 4 ( ) 1 2 ( W W W W W W Gs     


(52)

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Test By : Didik Handoko

Judul : STUDI KEKUATAN PASANGAN BATU BATA Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN Ir. Hadi Ali, M.T.

BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI Sampel : Tanah Asli

No.

1 Nomor Cawan 1 2 3

2 Berat Cawan + Ta (gram) 146.56 141.62 141.95

3 Berat Cawan (gram) 37.12 37.12 37.12

4 Berat Tanah Basah (gram) 109.44 104.50 104.83

5 Volume Tabung (gram) 59.73 59.73 59.73

6 Kadar Air (ω) (%) 17.28 17.28 17.28

7 Berat Volume Tan (cc) 1.56 1.49 1.50

8 Berat Volume Tan (cc)

9 Berat Volume Tan (cc) 1.83 1.75 1.76

10 Berat Volume Tan (cc)

WEIGHT OF VOLUME

Keterangan Sampel

1.52

1.78


(53)

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah Test By : Didik Handoko Judul : STUDY KEKUATAN PASANGAN BATU BATA Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. PASCA PEMBAKARAN MENGGUNAKAN Ir. Hadi Ali, M.T.

BAHAN ADDITIVE ABU SEKAM PADI Sampel : Tanah Asli

1 Jumlah Pukulan 10 20 30 40

2 Nomor Cawan 1 2 3 4 5

3 Berat Cawan (gram) 7.88 8.03 9.77 11.33 9.45

4 Berat Cawan + Ta (gram) 31.70 34.10 24.10 43.00 11.3

5 Berat Cawan + Ta (gram) 23.90 25.68 19.91 34.56 10.91

6 Weight of Water (gram) 7.80 8.42 4.19 8.44 0.39

7 Weight of Dry soil (gram) 16.02 17.65 10.14 23.23 1.46

8 Kadar Air (ω) ( % ) 48.69 47.71 41.32 36.33 26.71

LL PL PI

0.0000 26.71 -26.7123

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung (0721) 704947

LIQUID LIMIT AND PLASTIC LIMIT TEST ( ASTM D 4318 - 84 )

Liquid Limit Determination Plastic

limit

LIQUID LIMIT AND PLASTIC LIMIT

48.69 47.71 41.32 36.33 30 40 50 10 100 K A D A R A I R ( % )

JUMLAH PUKULAN (N)


(54)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013

Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T. Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 46.42 46.08

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 91.42 91.19

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 10.47 10.16

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 45.00 45.11

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.342 2.304

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 5% Sebelum Dibakar

2.323

BERAT JENIS CAMPURAN 5%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(55)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T.

Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 48.98 47.02

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 91.91 91.97

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 13.03 11.10

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 42.93 44.95

8 Berat Jenis A / (B-C) 1.992 2.429

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 10% Sebelum Dibakar

2.211

BERAT JENIS CAMPURAN 10%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(56)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013

Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T. Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 45.95 46.04

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 90.42 91.19

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 10.00 10.12

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 44.47 45.15

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.000 2.316

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 15% Sebelum Dibakar

2.158

BERAT JENIS CAMPURAN 15%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(57)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T.

Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 46.01 46.17

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 90.42 91.19

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 10.06 10.25

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 44.41 45.02

8 Berat Jenis A / (B-C) 1.988 2.278

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 20% Sebelum Dibakar

2.133

BERAT JENIS CAMPURAN 20%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(58)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013

Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T. Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 47.86 48.33

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 92.36 92.64

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 11.91 12.41

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 44.50 44.31

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.396 2.382

9 Berat Jenis Rata-rata 2.389

BERAT JENIS CAMPURAN 5% BERAT JENIS

Sample Campuan 5% Setelah Dibakar

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(59)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013

Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T. Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 45.95 46.15

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 91.13 91.33

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 10.00 10.23

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 45.18 45.18

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.331 2.357

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 10% Setelah Dibakar

2.344

BERAT JENIS CAMPURAN 10%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(60)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013

Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T.

Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T. Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 49.00 47.50

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 92.90 92.12

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 13.05 11.58

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 43.90 44.62

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.343 2.363

9 Berat Jenis Rata-rata

BERAT JENIS

Sample Campuan 15% Setelah Dibakar

2.353

BERAT JENIS CAMPURAN 15%

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(61)

JL. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ( 0721) 704947

Pekerjaan : Tugas Akhir Date Test : Juli 2013 Lokasi : Kecamatan Karang Anyar, Lampung Selatan Test By : Didik Handoko

Judul : Studi Kekuatan Checked by : Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Mengunakan Tanah Ir. Hadi Ali, M.T.

Lempung dan Abditievied Abu Sekam Padi Sampel : Tanah Campuran

No. A B

1 Berat Picnometer (W1) (gram) 35.95 35.92

2 Berat Picnometer + Tanah Kering (W2) (gram) 48.54 46.69

3 Berat Picnometer + Tanah Kering + A (W3) (gram) 92.68 91.46

4 Berat Picnometer + Air (W4) (gram) 85.42 85.44

5 A = W2 - W1 (gram) 12.59 10.77

6 B = W4 - W1 (gram) 49.47 49.52

7 C = W3 - W2 (gram) 44.14 44.77

8 Berat Jenis A / (B-C) 2.362 2.267

9 Berat Jenis Rata-rata

Sample Campuan 20% Setelah Dibakar

2.315

BERAT JENIS CAMPURAN 20% BERAT JENIS

)

2

3

(

)

1

4

(

)

1

2

(

W

W

W

W

W

W

G

s


(62)

1 1250 120 162 75.50874014 7.550874014

2 1254 125 162 78.65493764 7.865493764

3 1240 100 162 62.92395011 6.292395011

4 1242 120 162 75.50874014 7.550874014

5 1245 130 162 81.80113515 8.180113515

Rata- Rata 1246.2 119 162 74.87950064 7.487950064

Campuran 5 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1259 135 162 84.94733265 8.494733265

2 1207 140 162 88.09353016 8.809353016

3 1231 130 162 81.80113515 8.180113515

4 1247 130 162 81.80113515 8.180113515

5 1240 140 162 88.09353016 8.809353016

Rata- Rata 1236.8 135 162 84.94733265 8.494733265

Campuran 10%

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/Mpa

1 1200 130 162 81.80113515 8.180113515

2 1195 130 162 81.80113515 8.180113515

3 1218 130 162 81.80113515 8.180113515

4 1136 135 162 84.94733265 8.494733265

5 1102 140 162 88.09353016 8.809353016

Rata- Rata 1170.2 133 162 83.68885365 8.368885365

Campuran 15 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1129 120 162 75.50874014 7.550874014

2 1159 130 162 81.80113515 8.180113515

3 1180 125 162 78.65493764 7.865493764

4 1146 125 162 78.65493764 7.865493764

5 1132 130 162 81.80113515 8.180113515

Rata- Rata 1149.2 126 162 79.28417714 7.928417714

Campuran 20 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1100 120 162 75.50874014 7.550874014

2 1110 130 162 81.80113515 8.180113515

3 1130 100 162 62.92395011 6.292395011

4 1105 105 162 66.07014762 6.607014762

5 1120 100 162 62.92395011 6.292395011


(63)

1 1242 195 162 122.7017027 12.27017027

2 1250 150 162 94.38592517 9.438592517

3 1240 140 162 88.09353016 8.809353016

4 1235 150 162 94.38592517 9.438592517

5 1242 130 162 81.80113515 8.180113515

rata-rata 1241.8 153 162 96.27364367 9.627364367

Campuran 5 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1094 190 162 119.5555052 11.95555052

2 1099 180 162 113.2631102 11.32631102

3 1083 160 162 100.6783202 10.06783202

4 1066 175 162 110.1169127 11.01169127

5 1074 160 162 100.6783202 10.06783202

rata-rata 1083.2 173 162 108.8584337 10.88584337

Campuran 10 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1070 160 162 100.6783202 10.06783202

2 1071 150 162 94.38592517 9.438592517

3 1080 170 162 106.9707152 10.69707152

4 1053 170 162 106.9707152 10.69707152

5 1068 160 162 100.6783202 10.06783202

rata-rata 1068.4 162 162 101.9367992 10.19367992

Campuran 15 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1055 130 162 81.80113515 8.180113515

2 1060 150 162 94.38592517 9.438592517

3 1054 130 162 81.80113515 8.180113515

4 1063 140 162 88.09353016 8.809353016

5 1063 160 162 100.6783202 10.06783202

rata-rata 1059 142 162 89.35200916 8.935200916

Campuran 20 %

Sampel Berat (gram) Kuat tekan TerbacaLuas permukaan (cm2) Kuat Tekan (kg/MPa

1 1042 130 162 81.80113515 8.180113515

2 1045 100 162 62.92395011 6.292395011

3 1052 150 162 94.38592517 9.438592517

4 1042 150 162 94.38592517 9.438592517

5 1048 100 162 62.92395011 6.292395011


(64)

A. UJI ANALISA SARINGAN

B. KADAR AIR


(65)


(66)


(67)


(68)

F. BERAT VOLUME

G. PEMADATAN TANAH ASLI


(69)

G. PENCETAKAN DAN PEMBAKARAN BATU BATA


(70)


(71)


(72)

(73)

(1)

F. BERAT VOLUME

G. PEMADATAN TANAH ASLI


(2)

G. PENCETAKAN DAN PEMBAKARAN BATU BATA


(3)


(4)

PEMBAKARAN


(5)

(6)